Anda di halaman 1dari 18

BUNGA RAMPAI

LEMBAGA WAKAF

Oleh:
Muhammad Dimas Satriawan
Muhammad Aditama
Ahmad Rizky Putra
Safitri Amelia
Intan Kardinal
Dosen Pengampu :
Hartinah Aprilia,S.H., MH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023

Abstrak :
Buku bunga rampai ini adalah karya tulis ilmiah yang dibuat oleh kelompok 9 maha
siswa Fakultas Syariah dan hukum Universitas Islam Negeri Radeb Fatah Palembang. Di dal
am karya ilmiah ini kami membahas tentang “Lembaga Wakaf “ dimana terdiri dari definisi
Wakaf, Sejarah dan Perkembangan Wakaf, Wakaf Tunai (Wakaf Uang) Wakaf Uang dan Pe
mberdayaan Masyarakat dan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kelompok 9 beranggotakan 5 o
rang dan Bunga rampai ini disusun guna memenuhi tugas kelompok. Semoga karya ilmiah bu
nga rampai ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpah Rahmat, Inayah, Ta
ufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis bunga ramp
ai yang bejudul Lembaga wakaf dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga karya tulis ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca. Harapan kami karya tulis bunga rampai membantu menambah penge
tahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupu
n isi dari bunga rampai ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

karya tulis bunga rampai ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan – masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya tulis
bunga rampai ini.

Palembang, September
2023

Hormat kami,

Kelompok 9
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Dalam era globalisasi ini, lembaga wakaf menjadi sorotan utama sebagai instrumen pengembangan
masyarakat yang berbasis keagamaan. Sebagai upaya konkret dalam memajukan perekonomian dan
pendidikan, lembaga wakaf memainkan peran vital dalam mencapai tujuan keberlanjutan sosial. Den
gan mengulas sejarah, tujuan, dan dampaknya, makalah ini bertujuan untuk menyajikan gambaran k
omprehensif tentang kontribusi positif lembaga wakaf dalam membentuk masyarakat yang berkelanj
utan.

Lembaga wakaf, sebagai bentuk amal usaha berbasis keagamaan, memiliki peran penting dalam pen
gembangan masyarakat. Dalam makalah ini, akan diulas sejarah, tujuan, dan dampak lembaga wakaf
terhadap perekonomian serta pendidikan, menyoroti kontribusi positifnya dalam membangun keberl
anjutan sosial.

Sejarah lembaga wakaf melibatkan warisan panjang yang mengakar dalam prinsip-prinsip keadilan so
sial dan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat. Dengan dasar hukum yang kuat dan ketentuan
etis, lembaga wakaf muncul sebagai wujud nyata dari ajaran keagamaan yang mengajarkan pentingny
a berbagi kekayaan dan memberikan kontribusi positif kepada komunitas.

Tujuan utama lembaga wakaf mencakup pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui investasi produ
ktif dan peningkatan akses terhadap pendidikan. Dalam pandangan ini, lembaga wakaf bukan hanya
alat redistribusi kekayaan, tetapi juga katalisator untuk mengurangi disparitas sosial dan meningkatka
n kualitas hidup.

Dampak lembaga wakaf terhadap perekonomian tercermin dalam berbagai proyek produktif, seperti
usaha mikro dan makro yang didukung oleh dana wakaf. Sementara itu, sektor pendidikan menerima
kontribusi nyata melalui beasiswa, pembangunan sekolah, dan fasilitas pendidikan lainnya.
b. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu definisi wakaf

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan wakaf

3. Apa itu wakaf tunai

4. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat

c. TUJUAN MASALAH

1. untuk mengetahui apa itu definisi wakaf

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan wakaf

3. Untuk mengetahui apa itu wakaf tunai

4. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat

PEMBAHASAN

1. Definisi Wakaf
Kata "Wakaf' atau "Wacf' berasal dari bahasa Arab "Waqafa” . Asal kata"Waqa
fa" ber arti " menahan " atau "berhenti" atau "diam di tempat" atau tetap berdiri". Kat
a "Waqafa-Yaqifu-Waqfan" sama artinya dengan "HabasaYahbisu-T ahbisan".1
Dalam fiqh al-Sunnah dikatakan bahwa wakaf adalah mempertahankan harta d
an memberikan kekuasaan di jalan Allah. Dan menerapkan hasilnya; menahan atau m
enghentikan harta yang dapat digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan d
iri kepada Allah; memegang suatu benda dan menyadari manfaatnya dengan menggun
akan kata “Saya wakaf” atau “Saya simpan” atau kata yang sejenis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wakaf diartikan sebagai “sesuatu untu
1
Muhammad al-Khathib, al-lqna' (Bairut : Darul Ma'rifah), hal. 26 dan Dr. Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al-Islami wa
'Adillatuhu (Damaskus: Dar al-Fikr al-Mu'ashir), hal. 7599
k kepentingan umum seperti sedekah atau kepentingan umum yang berkaitan dengan
agama”.
Para ahli fiqih berbeda dalam mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga
mereka berbeda pula dalam memandang hakikat wakaf iru sendiri. Berbagai pandanga
n tentang wakaf menurut istilah sebagai berikut:2
a) Abu Hanifah
Wakaf adalah menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap milik s
i wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya unruk kebajikan. Berdasark
an definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia
dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat,
harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari
wakaf hanyalah "menyumbangkan manfaat". Karena iru mazhab Hanafi mend
efinisikan wakaf adalah : "Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, y
ang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyederhanakan manfaatnya k
epada suatu pihak kebajikan (social), baik sekarang maupun akan datang".
b) Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta y
ang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wak
if melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta terse
but kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya sert
a tidak boleh menarik kembali wakafnya. Perbuatan si wakif menjadikan manf
aat hartanya unruk digunakan oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yan
g dimilikinya itu berbentuk upah, atau menjadikan hasilnya untuk dapat digun
akan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan mengucapkan lafadz
wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik..
c) Mazhab Syafi'i dan Ahmad bin Hambal
Syafi'i dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakaf
an. Wakif tidak boleh melakukan apa saja terhadap harta yang diwakafkan, sep
erti : perlakuan pemilik dengan cara pemilikannya kepada yang lain, baik deng
an tukaran atau tidak. Jika wakif wafat, harta yang diwakafkan tersebut tidak d
apat diwarisi oleh ahli warisnya. Wakif menyalurkan manfaat harta yang diwa
kafkannya kepada mauquf 'alaih (yang diberi wakaf) sebagai sedekah yang me
2
Dr. Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqhu aUslami wa 'Adillatuhu (Damaskus : Dar al-Fikr al-Mu'ashir)
ngikat, dimana wakif tidak dapat melarang penyaluran sumbangannya tersebut.
Apabila wakif melarangnya, maka Qadhi berhak memaksanya agar memberik
annya kepada mauquf 'alaih. Karena itu mazhab Syafi'i mendefinisikan wakaf
adalah : "Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus seb
agai milik Allah swt, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebaji
kan (social)".
d) Mazhab Lain
Mazhab lain sama dengan mazhab ketiga, namun berbeda dari segi kep
emilikan atas benda yang diwakafkan yaitu menjadi milik mauquf 'alaih (yang
diberi wakaf), meskipun mauquf 'alaih tidak berhak melakukan suatu tindakan
atas benda wakaf tersebut, baik menjual atau menghibahkannya.

2. Sejarah dan Perkembangan Wakaf


Dalam sejarah Islam, Wakaf sudah dikenal sejak zaman Nabi SAW karena wa
kaf disyariatkan setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah pada tahun kedua Hijriah. Dua
pendapat telah berkembang di kalangan ahli hukum Islam (fuqaha`) tentang siapa yan
g melakukan wakaf syariah. Menurut pendapat sebagian ulama, orang pertama yang
melakukan wakaf adalah Nabi SAW yang mengambil wakaf tanah milik Nabi SAW u
ntuk membangun masjid. Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriah menyumbangkan
tujuh kebun kurma ke Madinah; termasuk A`raf, Syafiyah, Dalal, Taman Barqah dan t
aman lainnya.3
Kemudian ada sahabat Nabi SAW. lain, seperti Abu Bakar, yang menyumbang
kan tanah di Mekah dan memberikannya kepada keturunannya datang ke Mekah. Uts
man menyumbangkan kekayaannya kepada Khaibar. Ali bin Abi Thalib menyumbang
kan tanahnya yang subur. Mu`adz bin Jabal menghadiahkan rumahnya, yang disebut
"Dar al-Anshar". Kemudian pelaksanaan wakaf dihadiri oleh Anas bin Malik, Abdull
ah bin Umar, Zubair bin Awwam dan `Aishah, istri Nabi SAW.
Praktek wakaf menyebar pada masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah, semua o
rang antusias mempraktekkan wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk fakir dan miskin sa
ja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun p
erpustakaan dan membayar pegawai, gaji guru dan beasiswa kepada siswa.
Antusiasme masyarakat terhadap pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian n
egara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai kawasan membangun solidaritas ek
3
Sunuwati, “hukum perwakafan”, kota pare, IAIN Parepare Nusantara Pres 2022, hal 13
onomi dan sosial masyarakat. Wakaf pada mulanya hanyalah keinginan seseorang unt
uk berbuat kebaikan dengan kekayaan yang dimiliki dan dikelola secara individu tanp
a aturan yang pasti. Namun, setelah umat Islam merasakan manfaat lembaga wakaf, m
ereka berkeinginan untuk mengatur wakaf secara tepat.
Kemudian dibentuk organisasi pengelola wakaf untuk mengelola, memelihara,
dan Muhammad Irwan dan Hamsah menggunakan harta wakaf, umumnya sebagai ma
sjid atau secara perorangan atau keluarga.
Selama dinasti Umayyah, hakim Mesir adalah Taubah bin Ghar al-Hadramiy s
elama Kekhalifahan Hisyam bin Abd. Malik. Beliau sangat tertarik dan tertarik denga
n perkembangan perwakafan sehingga dibentuk lembaga wakaf tersendiri bersama de
ngan lembaga lain yang berada di bawah pengawasan hakim. Lembaga wakaf ini pert
ama kali diterapkan dalam penyelenggaraan wakaf di Mesir, bahkan di semua negara
muslim. Saat itu, Hakim Taubah mendirikan organisasi wakaf di Basra. Dari sana, kel
ola dengan baik fasilitas wakaf di bawah Kementerian Kehakiman dan sebarkan hasil
nya kepada penerima manfaat dan mereka yang membutuhkan.
Pada masa dinasti Abbasiyah, terdapat organisasi wakaf bernama “Shadr al-W
uquuf” yang bertugas mengatur dan menyeleksi personel pengelola wakaf. Dengan de
mikian, perkembangan wakaf pada masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah agar masya
rakat dapat merasakan manfaatnya, sehingga lembaga wakaf berkembang sesuai deng
an pengaturan administrasinya.
Pada masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir, perkembangan perwakafan cukup men
ggembirakan, dimana hampir seluruh lahan pertanian menjadi milik wakaf dan semua
nya diurus oleh negara dan menjadi milik negara (baitul mal). Ketika Salahuddin Al-A
yyuby memerintah Mesir, ia bermaksud memberikan tanah milik negara kepada lemb
aga keagamaan dan lembaga sosial, seperti yang telah dilakukan oleh dinasti Fahimiy
yah sebelumnya, meskipun dalam fikih Dalam Islam, hukum hibah harta Baitulmal se
lalu bervariasi di antara para ulama. Yang pertama menganugerahkan tanah milik nega
ra (baitul mal) yang berlatar belakang agama dan sosial adalah Raja Nuruddin Ash-Sh
ahid dengan dikukuhkannya sebuah fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ulama saat it
u, Ibnu `Ishrun, dan didukung oleh ulama lainnya.
Barang milik negara secara hukum dapat (functionsaz), dengan dalil (dalil) me
lestarikan dan melindungi kekayaan negara. Karena barang milik negara pada dasarny
a tidak bisa diwakafkan. Shalahuddin al-Ayyuby menyumbangkan sejumlah besar tan
ah milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti sponsor beberapa desa (qaryahs) u
ntuk mengembangkan madrasah ash-Syafi`iyah, madrasah alMalikiyah dan madrasah
al-Hanafiyah dengan pendanaan melalui Kebun dan Model Aset Lahan Pertanian, sep
erti pembangunan madrasah Syafi`i di samping makam Imam Syafi`i dengan menghib
ahkan industri kebun pertanian dan Pulau al-Fil.
Muhammad Irwan dan Shalahuddin al-Ayyuby menyumbangkan sejumlah bes
ar tanah milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti sponsor beberapa desa (qarya
hs) untuk mengembangkan madrasah ash-Syafi`iyah, madrasah alMalikiyah dan madr
asah al-Hanafiyah dengan pendanaan melalui Kebun dan Model Aset Lahan Pertanian
seperti pembangunan madrasah Syafi`i di samping makam Imam Syafi`i dengan men
ghibahkan industri kebun pertanian dan Pulau al-Fil. Sejak abad ke-15, Kesultanan Ut
smaniyah mampu memperluas wilayahnya, sehingga Turki dapat menguasai sebagian
besar negara-negara Arab.
Kekuasaan politik yang diperoleh Dinasti Utsmaniyah secara otomatis memud
ahkan penerapan syariat Islam, termasuk peraturan tentang wakaf. Di antara hukum y
ang berlaku di bawah dinasti Ottoman adalah Peraturan Akuntansi Pelaksanaan Wakaf
yang diundangkan pada 19 Jumadil Akhir 1280 Hijriyah. Undang-undang tersebut me
ngatur tentang pendaftaran wakaf, sertifikasi wakaf, tata cara pengelolaan wakaf, upa
ya pencapaian tujuan wakaf, dan pelembagaan wakaf dengan tujuan mewujudkan wak
af dari sisi administrasi dan regulasi. Pada 1287 Hijriah, sebuah undang-undang diberl
akukan yang menjelaskan lokasi Turki Ottoman dan tanah produktif dengan status wa
kaf. Sejak undang- undang ini diterapkan di negara-negara Arab, masih banyak tanah
yang berstatus wakaf dan dilaksanakan sampai sekarang.
Sejak zaman Nabi, Khilafah, dan dinasti Islam hingga saat ini, wakaf masih dil
akukan dari waktu ke waktu di semua negara muslim termasuk Indonesia. Hal ini terli
hat pada kenyataan bahwa lembaga wakaf Islam telah diadopsi (diterima) ke dalam hu
kum adat bangsa Indonesia sendiri. Selain itu juga merupakan fakta bahwa di Indones
ia terdapat banyak benda wakaf, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
Jika kita melihat negara-negara Muslim lainnya, wakaf begitu banyak mendap
at perhatian sehingga wakaf telah menjadi amal sosial yang mampu memberikan manf
aat bagi banyak orang. Sepanjang sejarah, wakaf terus berkembang dan akan selalu be
rkembang mengikuti perkembangan zaman dengan berbagai inovasi yang relevan, sep
erti wakaf uang, wakaf hak kekayaan intelektual dan lain-lain. Di Indonesia, wakaf sa
at ini mendapat perhatian yang cukup besar dengan diterbitkannya Undang-Undang W
akaf dengan tujuan untuk mengintegrasikan beberapa peraturan perundangundangan
wakaf yang berbeda.

3. Wakaf Tunai (wakaf uang)

Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, organisasi, d
an badan hukum yang melakukan wakaf tunai. Wakaf tunai (cash waqf/waqf alnuqud) dap
at juga diartikan sebagai wakaf yang disumbangkan oleh muwakif/wakif (sponsor) dalam
bentuk uang tunai yang diserahkan kepada organisasi yang menyelenggarakan wakaf (nad
zir) untuk disalurkan pengembangan dan hasilnya lebih lanjut untuk kepentingan orang, s
edangkan uang wakaf utama tidak dapat habis sewaktu-waktu.4

Untuk mengelola wakaf secara efektif, ada beberapa prinsip dasar, yaitu:

a. Asas keabadian manfaat


b. Asas pertanggung jawaban
c. Asas professional manajemen
d. Asas keadilan socia

Dapat disimpulkan bahwa wakaf tunai adalah salah satu wakaf produktif yang dilakuk
an oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk uang tunai yang hanya dapat dialihka
n untuk tujuan yang halal. Wakaf tunai diperbolehkan berdasarkan firman Allah, Tuhan kenab
ian dan pendapat para ulama, yaitu:

‫َلْن َتَناُلوا اْلِبَّر َح ّٰت ى ُتْنِفُقْو ا ِمَّم ا ُتِح ُّبْو َن ۗ َو َم ا ُتْنِفُقْو ا ِم ْن َش ْي ٍء َفِاَّن َهّٰللا ِبٖه َع ِلْيٌم‬

Artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum k
amu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, mak
a sesungguhnya Allah mengetahui”. (QS : Ali Imran ayat 92)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seseorang tidak akan mencapai derajat kebaikan di si
si Allah, sampai ia dengan ikhlas memberikan kepada Allah harta yang dicintainya. Dalam ka
limat ini juga ditunjukkan kapan dan bagaimana hidupnya bisa berguna.

Sedangkan dalam hadits dikatakan bahwa artinya, “Dari Ibnu Umar berkata: Umar bin
Khattab menerima (peruntukan) tanah (kebun) di Khaibar, kemudian ia pergi menemui Nabi
4
Sunuwati, “hukum perwakafan”, kota pare, IAIN Parepare Nusantara Pres 2022, hal79
SAW untuk bermusyawarah. Ya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, saya telah menerim
a (sebagian) tanah di Khaibar, sebelum saya tidak pernah memilikinya. Apa yang lebih berhar
ga dari tanah ini, lalu apa yang dia perintahkan (menawarkan) saya dalam hal ini? Hal?” Dia
berkata, “Jika saya mau, Anda melindungi (memberi) aset utama (tanah) dan Anda untuk hasi
l” “Ibn Umar berkata:” Kemudian Umar memberikannya sebagai sedekah (dengan syarat) pro
perti utamanya (tanah) Ibnu Umar menambahkan: “Oleh karena itu, Umar bersedekah kepada
nya. Orang miskin, untuk kerabat, untuk budak gratis, fi sabilillah dan untuk tamu. Pengasuh
diperbolehkan untuk memakan (menggunakan) dengan baik atau memberi makan kepada tem
an tanpa niat mendapatkan kaya.

Dari hadis di atas , dapat diambil beberapa pelajaran, yaitu Tidak ada wakaf kecuali h
arta tetap dan keuntungan dapat ditarik terus menerus. Wakaf tidak sah sebagai harta yang tid
ak digunakan terus-menerus seperti makanan. Dalam wakaf cukup menggunakan kata membe
ri saja, apakah dia mengatakan “Aku memberikan barang ini” atau “Aku memberikannya”, sa
mpai dia menambahkan masalah lain padanya, karena kata memberi bisa berarti melepaskan
hak milik atau hanya untuk memperoleh.

Rukun dan syarat wakaf tunai (wakaf uang), pada prinsipnya prinsip dan syarat wakaf
uang sama dengan wakaf tanah. Adapun rukun wakaf uang adalah : 5

1. Ada orang yang memiliki wakaf (wakif);


2. Memiliki harta kekayaan (mauquf);
3. ada tempat yang kepemilikannya adalah wakaf/tujuan wakaf (mauquf alaih) at
au peruntukan benda wakaf;
4. Memiliki kontrak/pernyataan wakaf (sighat) atau komitmen wakaf.

Selain rukun wakaf, ada juga syarat-syarat umum yang harus dipenuhi untuk wakaf. A
dapun syarat sahnya wakaf secara umum adalah:

1. Wakaf harus bertahan (permanen) selamanya;


2. Wakaf harus dilakukan secara tunai terlepas dari terjadinya peristiwa di masa d
epan, karena menyatakan wakaf mengakibatkan hilangnya aset segera setelah
wakif menyatakan wakaf; T
3. ujuan wakaf harus jelas, artinya wakaf harus dengan jelas menyebutkan siapa
wakaf itu;

5
Sunuwati, “hukum perwakafan”, kota pare, IAIN Parepare Nusantara Pres 2022, hal 86
4. Wakaf adalah sesuatu yang harus dilakukan tanpa syarat khiyar, yaitu tidak mu
ngkin untuk membatalkan atau melanjutkan wakaf yang telah dideklarasikan k
arena pernyataan wakaf adalah sah dalam bentuk dan selamalamanya.

Tujuan wakaf uang tentunya untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Wakaf tunai adala
h ibadah ma’aliyah untuk mendekatkan diri kepada Allah, berupa sedekah jariyah, yaitu sede
kah yang terus menghasilkan pahala bagi yang memberikannya selama harta yang diwakafka
n itu masih ada dan digunakan. sedangkan tujuan sosial adalah membantu meningkatkan tabu
ngan sosial untuk membantu yang membutuhkan.

4. Pemberdayaan Masyarakat
Pada jaman kejayaan Islam, wakaf sudah pernah mencapai kejayaan walaupun
pengelolaannya masih sangat sederhana. Pada abad ke-8 dan ke-9 Hijriyyah dipandan
g sebagai jaman keemasan perkembangan wakaf. Pada saar itu wakaf meliputi berbag
ai benda, yakni masjid, mushalla, sekolah, tanah pertanian, rumah, toko, kebun, pabri
k roti, bangunan kantor, gedung pertemuan dan perniagaan, bazaar, pasar, tempat pem
andian, tempat pemangkas rambut, gedung beras, pabrik sabun, pabrik penetasan telur
dan lain-lain.6
Kebisaaan berwakaf tersebut diteruskan sampai sekarang di berbagai negara se
suai dengan perkembangan jaman, sehingga sepanjang sejarah Islam, wakaf telah berp
eran sangat penting dalam pengembangan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi dan kebu
dayaan masyarakat Islam melalui wakaf telah menfasilitasi sarjana dan mahasiswa de
ngan sarana dan prasarana yang memadai dan mereka bisa melakukan berbagai kegiat
an riset dan menyelesaikan studi mereka.
Sebagai contoh misalnya bidang kesehatan masyarakat dan fasilitas pendidika
n dengan pembangunan rumah sakit, sekolah medis, dan pembangunan industri obat-o
batan serta kimia. Dilihat dari segi bentuknya, wakaf tampak tidak terbatas pada bend
a tidak bergerak, tetapi juga benda bergerak. Di beberapa Negara seperti Mesir, Yorda
nia, Sudi Arabia, Turki, wakaf selain berupa sarana dan pra-sarana ibadah dan pendidi
kan juga berupa tanah pertanian, perkebunan, flat, uang, saham, real estate dan lain-lai
n yang semuanya dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-benar da

6
Khalid idham “fiqh wakaf”Jakarta,proyek peningkatan zakat,2003 hal 85-90
pat dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.
Dari sejumlah negara-negara tersebut, Turki merupakan negara yang paling pa
njang sejarahnya dalam pengelolaan dan pemberdayaan wakaf dan mencapai puncakn
ya pada masa Utsmaniyah. Pada tahun 1925 diperkirakan tanah wakaf mencapai lebih
dari separo tanah produktif
Sejauh ini ada berbagai macam harta yang telah dikelola Badan Wakaf. Antara
lain harta yang dikhususkan pemerintah untuk anggaran umum; barang yang menjadi
jaminan utang, hibah, wasiat, dan sedekah : dokumen, uang/harta yang harus dibelanj
akan dan benda lain yang berguna untuk meningkatkan dan mengembangkan harta wa
kaf. Agar harta-harta ini produktif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, Badan Wakaf
menetapkan beberapa kebijakan. Pertama, menitipkan hasil harta wakaf di bank Islam
agar dapat berkembang. Kedua, melalui Wizaratu Auqaf, Badan Wakaf berpartisipasi
dalam mendirikan bank-bank Islam dan mengadakan kerjasama dengan beberapa peru
sahaan. Ketiga, memanfaatkan tanah-tanah kosong untuk Di Turki, pengelolaan wakaf
tidak hanya dikelola oleh mutawaUi, tapi juga oleh lembaga Direktorat Jenderal Waka
f. Betapa Serius Turki mengurusi dan mengembangkan wakaf. Direktoral Jenderal Wa
kaf tidak hanya mengelola wakaf tapi juga memberikan supervisi dan kontrol (auditin
g) terhadap wakaf yang dikelola oleh mutawalli. Sedangkan sebuah lembaga yang me
mobilisasi sumber-sumber wakaf untuk membiayai bermacam-macam jenis proyek joi
nt venture adalah Waqf Bank & Finance Corporation.
Namun, cerita keberhasilan wakaf di negara,negara muslim ternyata tidak terja
di di Indonesia. Padahal kalau dilihat dari jumlahnya, harta wakaf di seluruh tanah air
terbilang cukup besar. Sebagian besar dari wakaf itu berupa atau dibangun untuk ruma
h ibadah, lembaga pendidikan Islam, pekuburan dan lain-lain yang rata-rata tidak prod
uktif. Untuk itu, keadaan wakaf di Indonesia saat ini perlu mendapat perhatian khusus,
karena wakaf yang ada selama ini pada umumnya berbentuk benda yang tidak berger
ak, yang sesungguhnya mempunyai potensi yang cukup besar seperti tanah-tanah prod
uktis strategis untuk dikelola secara produktif. Harta wakaf agar mempunyai bobot pr
oduktif harus dikelola dengan manajemen yang baik dan moderen, namun tetap berda
sarkan Syari'at Islam oleh suatu badan yang dikoordinir oleh Badan Wakaf Indonesia
(BWI).
Dan pemberdayaan harta wakaf tersebut mutlak diperlukan dalam rangka menj
alin kekuatan ekonomi umat demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak. T
entu saja pemberdayaan yang dimaksud membutuhkan kerja sama dengan semua piha
k, khususnya dunia perbankan yang mempunyai kekuatan dana untuk memberikan pin
jaman atau lembaga-lembaga pihak ketiga lainnya yang tertarik dengan pengembanga
n wakaf. Kerja sama kemitraan ini memerlukan dukungan dan komitmen oleh semua
pihak seperti pemerintah, ulama, kaum professional, cendekiawan, pengusaha, arsitekt
ur, perbankan, lembaga-lembaga bisnis, lembaga penjamin dan keuangan Syari' ah ser
ta masyarakat umum, khususnya umat Islam di seluruh Indonesia. Sehingga potensi w
akaf akan mempunyai peranan yang cukup penting dalam tatanan ekonomi nasional, t
erlebih di saat Indonesia sedang mengalami krisis yang sangat memprihatinkan.
5. Badan Wakaf Indonesia (BWI)
Berdirinya Badan Wakaf Indonesia berawal dari banyaknya tanah wakaf dan i
novasi pengembangan wakaf yang belum terdata dan terkelola dengan baik, sehingg
a pendataan dan pembimbingan atas Nazhir perlu diadakan sosialisasi dan pembinaa
n. Berdirinya BWI menjadi starting point untuk membangkitkan gerakan wakaf.
Badan Wakaf Indonesia berdiri pada 13 Juli 2007 melalui terbitnya Keppres N
o. 75/M tahun 2017. Badan Wakaf Indinesia (BWI melalui Pasal 49 Undang-undang
Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf, dinyatakan secara tegas tugas dan wewenang
Badan Wakaf Indonesia, yaitu:7
1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengemb
angkan harta benda wakaf Melakukan pengelolaan dan pengembangan
harta benda wakaf berskala nasional dan internasional
2. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan dan
status harta benda wakaf
3. Memberhentikan dan mengganti nazhir
4. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf
5. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam penyus
unan kebijakan di bidang perwakafan

Kemudian, melalui Peraturan BWI Nomor 1 Tahun 2007 tentang Organisasi d


an Tata Kerja Badan Wakaf Indonesia, BWI menjabarkan tugas dan wewenangnya seb
agai berikut: 8

1. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan mengemb


angkan harta benda wakaf.

7
Jaharuddin” Manajemen Wakaf Produktif; Potensi, Konsep, dan Praktik” Kaizen Sarana Edukasi 2020 hal 172
8
Ibid hal 173
2. Membuat pedoman pengelolaan dan pengembangan harta benda waka
f.
3. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf berskal
a nasional dan internasional serta harta benda wakaf terlantar.
4. Memberikan pertimbangan, persetujuan, dan/atau izin atas perubahan p
eruntukan dan status harta benda wakaf.
5. Memberikan pertimbangan dan/ atau persetujuan atas penukaran harta
benda wakaf.
6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam penyu
sunan kebijakan di bidang perwakafan.
7. Menerima, melakukan penilaian, menerbitkan tanda bukti pendaftaran
nazhir, dan mengangkat kembali nazhir yang telah habis masa baktinya.

8. Memberhentikan dan mengganti nazhir bila dipandang perlu.


9. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Agama dalam m
enunjuk Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PW
U). 10.Menerima pendaftaran Akta Ikrar Wakaf (AIW) benda bergerak
selain uang dari Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
Kesimpulan

Kata "Wakaf' atau "Wacf' berasal dari bahasa Arab "Waqafa” . Asal kata"Waqa
fa" ber arti " menahan " atau "berhenti" atau "diam di tempat" atau tetap berdiri". Kat
a "Waqafa-Yaqifu-Waqfan" sama artinya dengan "HabasaYahbisu-T ahbisan".
Dalam fiqh al-Sunnah dikatakan bahwa wakaf adalah mempertahankan harta d
an memberikan kekuasaan di jalan Allah. Dan menerapkan hasilnya; menahan atau m
enghentikan harta yang dapat digunakan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan d
iri kepada Allah; memegang suatu benda dan menyadari manfaatnya dengan menggun
akan kata “Saya wakaf” atau “Saya simpan” atau kata yang sejenis. Sejarah dan Per
kembangan Wakaf
Dalam sejarah Islam, Wakaf sudah dikenal sejak zaman Nabi SAW karena
wakaf disyariatkan setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah pada tahun kedua
Hijriah. Dua pendapat telah berkembang di kalangan ahli hukum Islam (fu
qaha`) tentang siapa yang melakukan wakaf syariah. Menurut pendapat seb
agian ulama, orang pertama yang melakukan wakaf adalah Nabi SAW yan
g mengambil wakaf tanah milik Nabi SAW untuk membangun masjid. Ras
ulullah SAW pada tahun ketiga Hijriah menyumbangkan tujuh kebun kurm
a ke Madinah; termasuk A`raf, Syafiyah, Dalal, Taman Barqah dan taman l
ainnya.
Wakaf Tunai (wakaf uang)
Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, organisasi, dan bada
n hukum yang melakukan wakaf tunai. Wakaf tunai (cash waqf/waqf alnuqud) dapat juga
diartikan sebagai wakaf yang disumbangkan oleh muwakif/wakif (sponsor) dalam bentuk
uang tunai yang diserahkan kepada organisasi yang menyelenggarakan wakaf (nadzir) unt
uk disalurkan pengembangan dan hasilnya lebih lanjut untuk kepentingan orang, sedangk
an uang wakaf utama tidak dapat habis sewaktu-waktu. Untuk mengelola wakaf secara ef
ektif, ada beberapa prinsip dasar, yaitu:
a. Asas keabadian manfaat
b. Asas pertanggung jawaban
c. Asas professional manajemen
d. Asas keadilan sosial

Rukun dan syarat wakaf tunai (wakaf uang), pada prinsipnya prinsip dan syarat waka
f uang sama dengan wakaf tanah. Adapun rukun wakaf uang adalah : 9

1. Ada orang yang memiliki wakaf (wakif);


2. Memiliki harta kekayaan (mauquf);
3. ada tempat yang kepemilikannya adalah wakaf/tujuan wakaf (mauquf alaih) at
au peruntukan benda wakaf;
4. Memiliki kontrak/pernyataan wakaf (sighat) atau komitmen wakaf.

Selain rukun wakaf, ada juga syarat-syarat umum yang harus dipenuhi untuk wakaf. A
dapun syarat sahnya wakaf secara umum adalah:

1. Wakaf harus bertahan (permanen) selamanya;


2. Wakaf harus dilakukan secara tunai terlepas dari terjadinya peristiwa di masa d
epan, karena menyatakan wakaf mengakibatkan hilangnya aset segera setelah wak
if menyatakan wakaf;
3. Tujuan wakaf harus jelas, artinya wakaf harus dengan jelas menyebutkan siapa
wakaf itu;
Wakaf adalah sesuatu yang harus dilakukan tanpa syarat khiyar, yaitu tidak mungkin untuk m
embatalkan atau melanjutkan wakaf yang telah dideklarasikan karena pernyataan wakaf adala
h sah dalam bentuk dan selamalamanya.
Namun, cerita keberhasilan wakaf di negara,negara muslim ternyata tidak terjadi di Indonesia.
Padahal kalau dilihat dari jumlahnya, harta wakaf di seluruh tanah air terbilang cukup besar.
Sebagian besar dari wakaf itu berupa atau dibangun untuk rumah ibadah, lembaga pendidikan
Islam, pekuburan dan lain-lain yang rata-rata tidak produktif. Untuk itu, keadaan wakaf di Ind
onesia saat ini perlu mendapat perhatian khusus, karena wakaf yang ada selama ini pada umu
mnya berbentuk benda yang tidak bergerak, yang sesungguhnya mempunyai potensi yang cu
9
Sunuwati, “hukum perwakafan”, kota pare, IAIN Parepare Nusantara Pres 2022, hal 86
kup besar seperti tanah-tanah produktis strategis untuk dikelola secara produktif. Harta wakaf
agar mempunyai bobot produktif harus dikelola dengan manajemen yang baik dan moderen,
namun tetap berdasarkan Syari'at Islam oleh suatu badan yang dikoordinir oleh Badan Wakaf
Indonesia (BWI).
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Achmad irwan hamzani.2015.Perkembangan Hukum Wakaf Di


Indonesia.Jawa Tengah:Diya Media Group Brebes

M Nur Rianto Al Arif.2010.Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Wakaf


Uang.Yogyakarta:Vol 44,No.II Tahun 2010 Halaman 813-828

Anda mungkin juga menyukai