Anda di halaman 1dari 11

PERAN WAKAF DALAM ISLAM

Adelia Nuriyanti
Universitas Suryakancana Cianjur
e-mail: adelianuryanty@gmail.com

Abstrack
Waqf is a form of zakat with special characteristiscs that are permanent and corinuity.
Beneficiaries can benefit from waqf assets over years, generations or even centuries. Waqf
ownrtship is with drawn from the owner and returned to Allah for the sake of. The poeple to
whom the propety has been bequeathed. Waqf is from of worship to Allah and has a sighificant
contribution tapi the economy development because it plays an important role as a redistribution
of wealth mechanism. In the general tradition, provety is given for the purpose of waqf is a
mosque, muslim burial ground, place of businnes, agriculrutal land, religious schools. Etc. in
modern times, the majority scholars receive cash waqf, share waqf, and takaful waqf as waqf.
This article aims to discuss roles Waqf in islamic economic evelopment, waqf plays an
important role in poverty alleviantion, health services, education, orphanages, mosques and
residences for poeple in need.
Keyword : waqf, economic development, role of waqf
***
Wakaf merupakan wujud zakat dengan ciri-ciri khusus yang bersifat permanen dan
kontinuitas. Penerima manfaat bisa mendapatkan keuntungan dari harta wakaf selama bertahun-
tahun generasi atau bahkan berabad-abad. Kepemilikan wakaf adalah ditarik dari pemiliknya
dan dikembalikan kepada allah untuk kepentingan orang-orangnya yang kepadanya properti itu
telah diwariskan. Wakaf adalah bentuk ibadah kepada allah dan memiliki kontribusi yang
signifikasi terhadap perekonomian pembangunan karena memainkan peran penting sebagai
redistribusi kekayaan mekanisme. Dalam tradisi umum, properti diberikan untuk tujuan wakad
adalah mesjid, tanah pemakaman muslim. Tempat usaha, tanah pertanian. Sekolah agama dll. Di
zaman modern, mayoritas ulama menerima wakaf tunai, wakaf saham, dan takaful wakaf
sebagai wakaf. Artikel ini bertujuan untuk membahas peran waka dalam pembangunan ekonomi
islam, wakaf memainkan peran penting dalam pengentasan kemiskinan, pelayanan, kesehatan,
pendidikan, pantiasuhan, mesjid,dan tempat tingal untuuk masyarakat yang membutuhkan

 Draf awal artikel ini telah dibentangkan di international Conference Islamic Economy
and sosial justice: Reinforcing Equity for the Common Well- Being di Indonesia pada
24-27 juli 2008,
 Senior Lecturer, Department of Shairah and economy, Academy of islamic studies,
University of Malaya.asmak@um.edu.my
Jurnal Syariah, Jil. 17, Bil. 1 (2009) 113-152

PENDAHULUAN

Umat islam adalah bersaudara dan digambarkan sebagai satu bangunan yang saling
tolong-menolong. Perjanjian persaudaraan itu bukan semata-mata dalam bentuk pertolongan
dari segi tenaga atau bantuan lain, malah islam mengajarkan umatnya supaya tolong-menolong
dan membantu dalam bentuk uang atau harta benda. Bantuan dan pemberian uang dan harta
benda ini bukan karena melakukan sesuatu dari manusia tetapi karena melakukan keberadaan
allah. Oleh itu selain zakat, hibah dan sebagainya, umat islam akan berkongsi harta
kekayaannya dengan orang lain melalui berwakaf.
Wakaf merupakan salah satu sumber dana yang memiliki pontensi dalam
pengembangan ekonomi umat ( Munir 2013 ). Selain wakaf juga terdapat sumber dana sosial
lain seperti zakat, infak dan sedekah. Umat islam di Indonesia telah lama mengenal dan
menerapkan wakaf, yaitu sejak agama islam masuk keindonesia. Wakaf sangat erat
berhubungannya dengan kegiatan sosial seperti halnya kegiatan sosial yang lain. Bahkan wakaf
bisa dijadikan sebagai dana abadi umat yang memberikan manfaat dalam mensejahterakan
masyarakat (Medias 2017). Hal ini jika dikaitkan dengan jumlah penduduk umat muslim di
Indonesia tentu akan sangat tepat. Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk beragama
islam terbesar.
Artikel ini akan membincangkan konsep berkaitan wakaf, kepentingan tagihan semula
kekayaan untuk pembangunan ekonomi islam

A. KONSEP WAKAF
Wakaf berasal dari bahasa Arab waqf, ialah nama terbitan ( masdar ) dari kata kerja
waqafa, ia mempunyai berbagai-bagai makna mengikuti tujuan dan penggunaan ayat itu sendiri.
Dari segi bahasa, waqf memberi makna berhenti, menengah, dan menahan.
Ulama fiqih sepakat mentakrifkan wakaf mengikuti istilah bahasa dengan al-habs
artinya menahan; karena perkataan al-habs itu lebih hampir kepada pengertiann syarak. Lebih-
lebih lagi perkataan al-habs itu banyak diucapkan oleh Rasululloh SAW dalam beberpa buah
hadisnya antaranya:

1 Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram (1990), Lisan al-‘Arab, j. 9. Beirut: Dar Sadr, h. 359.
2 Al-Khatib al-Syarbini (1997), Mughni al-Muhtaj, jil. 2. Beirut: Dar al-Ma‘rifah, h. 485; Al-
Nawawi, Muhyi al-Din (t.t.), al-Majmu‘, jil. 16. Jeddah: Maktabah alIrsyad, h. 241; Ibn
Qudamah, Abu Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad (1997), Al-Mughni, jil. 8. Riyad: Dar
‘Alam al-Kutub, h. 184; Sahnun, ‘ Abd Al-Salam bin Sa‘ id bin Habib al-Tanukhi (1994), al-
Mudawwanah al-Kubra. Lubnan: Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, h. 417; Ibn ‘ Abidin, Muhammad
Amin (1994), Rad alMukhtar ‘ Ala al-Durr al-Mukhtar, jil. 6. Lubnan: Dar al-Kutub al-
`Ilmiyyah, h. 518; Al
Sarakhsi (t.t.), al-Mabsut, jil. 12. Lubnan: Dar al-Ma`rifah, h. 27. Peranan Wakaf Dalam
Pembangunan Ekonomi Umat Islam

‫الثمرة وسبل األصل حبس‬

“ wakafkanlah tanah itu dan berilah hasil buahnya sebagai sedeqah “

B. Wakaf Menurut Istilah Syara


Wakaf ialah suatu bentuk penyerahan harta sama ada secara ( sorih ) terang, atau
(kinayah) sindiran, dimana harta berkenaan ditahan dan hanya manfaatnya saja yang di
aplikasikan untuk tujuan-tujuan kebajikan sama ada berbentuk umum maupun khusus.
Dari segi istilah ia bermaksud menahan sesuatu harta seseorang untuk dimanfaatkan
oleh orang lain. Harta yang diwakafkan hendaklah berada dalam keadaan yang baik, kekal dan
tujuan ia melakukan wakaf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memberi
kebajikan kepada orang lain. Pewakaf juga tidak lagi mempunyai hak ke atas harta wakaf
tersebut
Manakala Muhammad ‘Arfah al-Dusuqi pul menjelaskan bahwa wakaf adalah
memberikan manfaat sesuatu harta yang dimiliki kepada orang yang berhak dengan satu akad
dalam jangka masa tertentu, sesuai dengan kehendak pewakaf. Menurut Ibn Qudamah dari
ulama Mazhab Hanbali menyatakan bahwa wakaf adalah menahan yang asal dan memberikan
hasilnya.
C. Dalil Disyariatkan Wakaf
Menurut Abu Yusuf, Muhammad bin hasan, Ahmad bin hanbal dan al-Syafi’i, wakad
ialah menahan ‘ayn mawaquf (harta) sebagai milik Allah atau pada hukum milik Allah dan
menyedekahkan manfaatnya ke arah kebajikan dari mula hingga akhirnya. Firman Allah SWT.
“ Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan yang sebenarnya sehingga kamu
belanjakan sebahaian dari pada harta yanag paling kamu sayangi dan apa saja yang kamu
belanjakan dari sesuatu maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui ( QS.ALI IMRAN AYAT
3: 92 )”.
Menurut cerita Anas bin Malik, bahwa Abu Talhah adalah seorang ansar yang paling banyak
memiliki kebun kurma di Madinah. Anatara kebun kurma yang paling disayangi ialah kebun
kurmanya di Bairuha, yang terletak berhadapan dengan mesjid. Rasululloh SAW sendiri pernah
mengungjunginya dan meminum airnya yang sangat nyaman.

3 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op. cit., h. 485.


4 Al-Dusuqi, Syams al-Din al-Syakh Muhammad ‘Arfah (1980), Hasyiyah al-Dusuqi
‘ala Syarh al-Kabir, j. 4. Qaherah: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah, h. 75.
5 Ibn Qudamah, Abu Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad (1972), al-Mughni, j.6,
c.4. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi, h. 185

Apabila firman Allah SWT yang tersebut di atas itu diwahyukan kepada Rasululloh SAW, maka
Abu Talhah berkata kepada Rasululloh SAW :
“ Sesungguhnya harta yang paling aku sayang ialah hartaku di Bairuha dan
sesungguhnya hartaku di bairuha itulah yang kuwakaf ke jalan Allah SWT “.
Amalan mewakafkan harta ke jalan yang baik akan diberi oleh Allah SWT ganjaran
pahala yang berkekalan dan berpanjangan selama harta wakaf itu masih ada dan terus
dimanfaatkan atau musnah. Sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. telah menjelaskan bahwa
Rasululloh SAW telah bersabda :’
“apabila mati seorang anak Adam, maka terputuskanlah pahalanya amalannya kecuali
tiga perkara ialah sedekah jariah atau ilmu yang dimanfaatkan dengannya atau anak yang
soleh yang senantasa mendoakannya”.
Ulama telah mentafsirkan perkataan “sedekah jariah” dalam hadis yang tersebut diatas
itu dengan maksud wakaf, karena pahala sedekah jariah terus menerus mengalir kepada orang
yang melakukannya, sedakah yang lain pahalanya tidak berpanjangan mengalir seperti sedekah
amal jariah atau wakf.”
Para ulama sepakat menerima wakaf sebagai satu amal jariah yang diisyaratkan dalam
agama islam. Tiada siapa yang dapat menafikan dan menolak tuntutan amalan wakaf dalam
islam karena wakaf telah menjadi amalan yang senantiasa diutamakan oleh para sahabat
Rasululloh SAW, ahli-ahli ibadah yang suka bersedekah atau membuat amalan kebajikan dan
ahli-ahli ilmu yang suka mendampingkan dirinya dekat dengan Allah SWT.
Panduan bagaimana harta wakaf perlu diuruskan adalah berdasarkan hadis Ibn ‘Umar
ialah :
“ Dari Nafi’ dari Ibn ‘Umar beliau menyebut bagaimana Umar r,a. Telah memperoleh
tanah di bumi Khaibar. Beliau lalu bertanya kepada Rasululloh SAW : “ Walaui Rasululloh,
saya telah memperoleh tanah di bumi Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya
peroleh yang lebih tinggi nilai dari padanya. Apakah yang tuan anak saya lakukannya?
Rasululloh SAW bersabda “ kalau kamu mahu, bekukan sumbernya dan bersedekah
dengannya. “ lalu umar menyedekahkan tanah tersebut kepada fakir miskin, kaum keluarganya,
untuk memerdekakan hamba, para tetamu, dana orang musafir. Tanah tersebut tidak boleh
dijual, dihibah atau dijadikan pusaka. Tetapi, ia boleh digunakan dengan cara yang munasabah
oleh pihak yang menguruskannya. Contohnya memakan harta tersebut tanpa menjadikannya
sebagai sumber harta.”

6 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op.cit., h. 485, al-Nawawi, Muhyi al-Din (t.t.), alMajmu‘, jil.
16. Jeddah: Maktbah al-Irsyad, h. 324.
7 Ibid.
8 Ibid., h. 485.
9 Al-Nawāwī, Abu Zakariyya Yahya bin Syarh (1994), Sahīh Muslim bi Syarh alImam Muhyi
al-Din al- Nawāwī, j. 11, jil. VI, Kitāb al-Wasiyyah, Bāb Mā Yulhaqu al-Insān min al-Thawāb
Ba’da Wafātih, hadith no. 4199. Beirut: Dar al-Ma‘rifah, h. 817

Merujuk kepada hadis diatas para fuqaha menetapkan 3 Prinsip peraturan wakaf yang
perlu direalisasikan dalam suatu pelaksanaan wakaf ialah :
a) Harta wakaf tidak boleh dijual
b) Harta wakaf tidak boleh diberikan (dihibahkan) kepada orang lain
c) Harta wakaf tidak boleh diwariskan.
Dalam konteks pembangunan ekonomi dan memajukan harta wakaf bagi mencapai
hasrat pewakaf, ketiga-tiga prinsip inii harus diambil kira supaya nazir wakaf tidak melanggar
peraturan wakaf. Walaupun bagaimana nazir dibenarkan mengambil upah atas pengurusan
harta-harta wakaf pada kadar yang bersesuaian dan tidak sampai kepada tahap seolah olah harta
tersebut adalah milik nazir.
D. Bentuk-Bentuk Perwakafan
Sesuatu pewakafab boleh dibahagiakan kepada dua kategori umum, ialah wakaf
am dan wakaf khas. Wakaf am merupakan manaa – mana bentuk harta wakaf yang
dibuat untuk tujuan-tujuan kebajikan atau khairat umum tanpa menentukan mana-mana
benefisiari khusus ( sama ada terdiri dari pada individu ataupun mana-mana
organisasi/institusi ) ataupun tujuan-tujuan khusus yang tertentu. Pewakafan dari pada
kategori ini boleh di aplikasikan kepada perkara-perkara atau tujuan-tujuan kebajikan
umum yang dapat meningkatkan lagi imej islam dan masyarakatnya, contohhnya
seorang yang berwakaf tanahnya untuk umat islam cesara umum dan untuk tujuan
kebajikan. Pewakaf tidak mensyaratkan sebarang syarat kepada harta yang diwakafkan.
Wakaf khas pula bersifat khusus apabila pewakaf menentukan wakaf yang
dibuat untuk tujuan-tujuan khusus ataupun benefisiari-benefisiari tertentu. Dalam
pewakafan khas. Seseorang peewakaf akan menetapkan dari pada awal lagi kepada
siapakah wakafnya dibuat atau untuk tujuan manakah wakafnya mesti diaplikasikan.
Contohnya peewakaf mewakafkan tanah untuk perkuburan atau mewakafkan tanah
untuk orang miskin.

10 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op. cit., h. 485.


11 Ibn Hajar Al-‘
Asqalani (2001), Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, jil. 5, Kitab
al-Syurut, Bab al-Syurut fi al-Waqf, no. Hadith 2737; Kitab al-Wasaya, Bab alWaqf
Kaifa Yaktub, hadith no. 2772.
12 Al-Syawkani, Muhammad bin `Ali, (t.t.), Nayl al-Awtar, jil. 6. Qaherah: Maktabah
wa Matba`ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladihi, hh. 24-29

E. Rukun wakaf
Dalam pelaksanaan wakaf terdapat empat elemen untuk menjadikan wakaf itu
sah dan terlaksana ialah wafafn penerima wakaf, harta yang diwakafkan dan lafiz
wakaf. Bagi setiap rukun ini terdapat syarat-syarat penting yang perlu dipatuhi untuk
menjadikan sesuatu wakaf itu sad dab diterima.
Bagi pewakaf (waqf), adalah disyaratkan pewakaf mestilah seorsng yang
merdeka, baligh,, berakal serta berkelayaan untuk bersedekah harta miliknya. Pewakaf
juga sukarela dan reda mewakafkan harta miliknya.
Benefisi/penerima Wakaf ( Mawaquf Alayh/ Alayhim ) boleh ditentukan oleh
pewakaf sama ada menentukan penerima wakaf yang khusus misalnya seseorang atau
lebih dari pada seorang. Sekiranya pewakaf mau kan penerima wakaf adalah masyarakat
umum, maka pewakaf tidal perlu menetapkan penerima khusus, contohnya mewakafkan
kepada golongan tertentu seperti golongan fisik atau umat islam.
Harta yang diwakafkan ( Muwaqif ) mestilah berbetuk objek yang tertentu
seperti meewakafkan sebuah rumah. Adalah diisyaratkan juga harus yang hendak
diwakafkan hendaklah milik pewakaf serta memberi faedah dan manfaat dan boleh
pindah milik. Untuk menjadikan wakaf sebagai sedekah jariah yang memberi pahala
yang berpanjangan kepada pewakaf, ulama mensyaratkan harta yang hendak
diwakafkan boleh digunakan selama-lamanya. Seterusnya penggunaan harta wakaf
mestilah diharuskan oleh syarak dan tidak digunakan oleh maksiat.
Lafaz yang digunakan dalam pewakaf ( sighah ) mestilah akad kata-kata yang
boleh dipahami atau tulisan untuk sesuatu tujuan wakaf sama ada wakaf am atau wakaf
khas. Akad adalah wajib bagi mengesahkan wakaf. Lafaz akad terbagi dua bagian:
a) Lafaz sorih; lafaz yang jelas membawa maksud yang tertentu saja seperti ; “
saya mewakafkan rumah saya untuk oramg-orang fakir “
b) Lafaz kinayah; lafaz yang membawa banyak maksud seperti; “ Hartaku adalah
sedekah kepada fakir miskin

F. Harta-harta Yang Boleh Diwakafkan.


Terdapat dua kategori harta yang boleh diwakafkan, ialah harta tak alih ( ‘ aqar
atau immovables ) dan harta alih ( manqul atau movables )
Harta tak alih biasanya banyak diwakafkan malah pada amalan tradisi di zaman
Rasululloh dan sahabat, banyak harta tak alih yang diwakafkan. Para ulama seperti Ibn
Qudamah, Ibn ‘Abidin dan al-Ramli pernah mengungkapkan bahwa;
13 Ibid.
14 Osman Sabran (2002), Pengurusan Harta Wakaf. Johor: Penerbit Universiti
Teknologi Malaysia, hh. 33-63.
15 Yayasan Waqaf Malaysia, http://www.ywm.org.my/index.php/wakaf-tunaimalaysia/, 20 Mac
2009

“ Semasa Rasulullah SAW, tidak ada wakaf yang dilakukan melainkan dalam
bentuk tanah dan rumah. “ oleh bersifat kekal dan ini menepati kriteria terpenting
sesuatu perwakafan, ialah wujudnya elemen kekal pada aset dan manfaat harta yang
diwakafkan.
Bagi harta seperti duit, saham dan sebagainya boleh juga diwakafkan dengan
cara menukarkannya kepada bentuk harta kekal atau harta tak alih yang lainnya.
Penukaran ini boleh dibuat dengan melaburkna item-item berkenaan dalam bentuk-
bentuk pelaburan yang dibenarkan dalam islam. Keuntungan yang diperoleh dari padd
pelaburan ini akan digunakan untuk membeli harta tak alih lain yang akan dijadikan
wakaf menggantikan aset wakaf asal ( harta alih ) yang dilaburkan.
Pandangan ini diasaskan kepada pendapat yang dikemukakan oleh fuqaha
seperti Muhammad ‘ Abdullah al-Ansari, salah seorang dari pada sahabat Zufar.
Menurut beliau, yang boleh diwakafkan dengan melaburkannya ke dalam mana-mana
bentuk perniagaan atau pelaburan dan hasilnya juga boleh diwakafkan kepada tujuan-
tujuan kebajikan.
G. Hikmah Wakaf
Tujuan wakaf bukan sekadar mengumpulkan harta sembarangan, tetapi
mengandung banyak segi positif bagi umat manusia, diantaranya:
1) menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat.
2) pembinaan hubungan kasih sayang antara wakif dengan anggota masyarakat.
3) keuntungan moril bagi wakif, yaitu kucuran pahala, secara terus menerus selama
wakafnya dimanfaatkan penerima wakaf. Pahala yang dalam istilah Al-Quran
“tsawab” ialah kenikmatan abadi di akhirat kelak.
4) sumber pengadaan sarana ibadat, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lain
sebagainya untuk masa yang lama. Karena:
harta wakaf tidak boleh dijual, diwariskan dan dihibahkan. Tujuan larangan ini adalah
untuk mencegah pembahas status harta wakaf dari milik umum menjadi milik pribadi. Sehingga
wakaf akan tetap menjadi sumber dana bagi masyarakat secara umum.
a) disalurkan kepada pihak-pihak yang akan dapat menikmati harta wakaf
selama mungkin
5) sumber dana produktif ( banyak mendatangkan hasil ) untuk masa yang lama.
Jelaslah bahwa wakaf yang mengandung tujuan positif di dunia dan tidak
akhirat, apabila dilaksanakan dan dikelola secara baik, maka akan memberikan
sumbangsih tidak sedikit dalam memenuhi kepentingan masyarakat.
H. Wakad Produktif dan wakaf tunai
Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat islam sejak agama
islam masuk ke tanah air. Menurut data yang ada didepartemen agama republik
Indonesia hingga oktober 2007. Sejumlah seluruh tanah wakaf diindonesia sebanyak
366.595 lokasi dengan luas 2.686.536.565,68M. Apabila jumlah tanah di Indonesia
dihubungkan dengan negara yang saat ini sedang menghadaoi krisis termasuk krisis
ekonomi, sebenarnya wakaf merupakan salah satu lembaga islam yang sangat potensj
untuk lebih dikembangkan guna membantu masyarakat yanga kurang mampu.
Sayangnya, wwakaf yang jumlah begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masih
bersifat konsumtif dan belum dikelola secara produktif. Dengan demikian lembaga
wakaf diindonesia delum terasa manfaatnya secara optimal bagi kesejahteraan
masyarakat.
Berdasarkan data yang ada dalam masyarakat, pada umumnya wakaf di
Indonesia digunakan untuk masjid, mushola, sekolah, rumah yatim piatu, makam dan
sedikit sekali tanah yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha yang
hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin.
Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan
memang efektif, tapi dampaknya kurang berpengaruh dalam kehidupan ekonomi
masyarakat.
Agar wakaf di Indonesia dapat memperdayakan ekonomi umat, maka di
Indonesia perlu dilakukan paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang
selama ini hanya dikelola secara produktif dan bisa memberikan manfaat seluas-luasnya
kepada umat sehingga dapat dirasakan peranan wakaf secara produktif.
Salah satu bantuk wakaf produktif adalah wakaf tunai atau yang kadang
diistilahkan pula dengan wakaf uang ‘ dimana orang yang ingin untuk berwakaf dan
memiliki dana yang cukup, dapat menanamkan dananya tersebut dilembaga-lembaga
keuangan untuk diinvestasikan. Dengan memanfaatkan hasil keuntungan dari investasi,
maka pahala wakif insya allah akan mengalir terus. Termasuk bagi yang berkantonh
tipis, mereka dapat menanamkan modalnya itu disatukan dengan dana lainnya sehingga
terkumpul dalam jumlah yang memadai untuk dikelola.
Meskipun, perbincangan tentang legalitas wakaf uang tidak disepakati oleh
semua ulama, namun ada kecenderungan umum bahwa pada akhirnya wakaf uang ini
dapat diterima. Dalan perkembangan produktifitas wakaf uang, dapat dilihat dari sisi
pembedayaan ekonomi umat. Yaitu lewat dana wakaf, diinvestasikan kepada lembaga-
lembaga keuangan dan hasulnya dilokasikan untuk meringankan masyarakat yang
kekurangan modal dan seterusnya. Dengan demikian roda perekonomian dapat berjalan.
Wakaf tunai sebagai dan publik. Dalam hal ini, yang menjadi kunci sukses adalah
kedudukan nazhir. Paling kurang, ia harus memiliki sifat tanggungjawab, profesional
dalam manajemen dana wakad serta pembukuan yang transparan. Selanjutnya adalah
dana wakaf uang sebagai voluntary fund, atau dana sukarel. Dana wakaf ini dihimpun
dari berbagai lapisan masyarakat dan diharapkan diberikan kepada masyarakat maupun
negara-negara khususnya muslim berupa bantuan.

Abd.Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Mu’amalat, h. 215


Badan Wakaf Indonesia. Profil Badan Wakaf Indonesia, Jakarta, 2008. H. 7

Wakaf tunai atau uang sendiri, diperkenalkan oleh seorang pemerhati ekonomi
masyarakat,Prof. Dr.M.A, Mannam, seorang berdarah bangladesh. Lewat inovasi wakaf
tunai sebagai salah satu intrument keuangan islam, ia mengembangkan operasionalisasi
pasar modal melalui organisasi social investment bank Ltd ( SIBL ) yang dibentuknya
Lebih jauh, Mannam menegaskan agar wakaf uang diterbitkan dalam bentuk
sertifikat sehingga legalitasnya semakin kuat. Dalam memenuhi target investasi,
Mannam telah menempuh sedikitnya dalam empat bidang,yaitu
1) Kemanfaatan bagi kesejahteraan pribadu ( dunia akhirat )
2) Kemanfaatan bagi kesejahteraan keluarga
3) Pembangunan nasional
4) Membangun masyarakat sejahtera
Salah satu modal yang dapat dikembangkan dalam mobilisasi wakaf tunai adalah
model dana abadi. Yaitu dana dihimpun dari berbagai sumber yang halall, kemudian
dengan volumen jumlah yang besar, lalu diinvestitasikan dengan tingkat keamanan yang
tinggi melalui lembaga penjamin syariah. Keamanan investasi paling tidak mencakup
dua aspek. Petama keamanan nilai pokok dana abadi sehingga tidal terjadi penyusutan.
Kedua, investasi dana abadi tersebut harus produktif, yang mampu mendatangkan
pendapatan ( inciming generating allocation ). Karena dengan pendapatan tersebut
pembiayaan organisasi akan dilakukan dan sekaligus menjadi sumber utama
pembiayaan.
Alasan kongkrit yang lebih terperinci, dapat kita lihat :
1) Dapat membantu menjaga keutuhan aset tunai dari wakaf.
2) Dapat menjadi ssumber perdanaan ( source of financiang ) pada unit-unit usaha
yang bersifat komersial maupun sosial
3) Cakupan target wakaf menjadi luas, terutama dari asfek mobilisasi maupun
alokasi dana wakaaaf.
PENUTUPAN

SIMPULAN

Wakaf ialah suatu bentuk penyerahan harta sama ada secara ( sorih ) terang, atau
(kinayah) sindiran, dimana harta berkenaan ditahan dan hanya manfaatnya saja yang di
aplikasikan untuk tujuan-tujuan kebajikan sama ada berbentuk umum maupun khusus.
Dari segi istilah ia bermaksud menahan sesuatu harta seseorang untuk dimanfaatkan
oleh orang lain. Harta yang diwakafkan hendaklah berada dalam keadaan yang baik,
kekal dan tujuan ia melakukan wakaf adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
dan memberi kebajikan kepada orang lain. Pewakaf juga tidak lagi mempunyai hak ke
atas harta wakaf tersebut
Terdapat dua kategori harta yang boleh diwakafkan, ialah harta tak alih ( ‘ aqar atau
immovables ) dan harta alih ( manqul atau movables )
wakaf produktif adalah wakaf tunai atau yang kadang diistilahkan pula dengan wakaf
uang ‘ dimana orang yang ingin untuk berwakaf dan memiliki dana yang cukup, dapat
menanamkan dananya tersebut dilembaga-lembaga keuangan untuk diinvestasikan.
Wakaf tunai atau uang sendiri, diperkenalkan oleh seorang pemerhati ekonomi
masyarakat,Prof. Dr.M.A, Mannam, seorang berdarah bangladesh. Lewat inovasi wakaf
tunai sebagai salah satu intrument keuangan islam, ia mengembangkan operasionalisasi
pasar modal melalui organisasi social investment bank Ltd ( SIBL ) yang dibentuknya
DAFTAR PUSTAKA

1 Ibn Manzur, Muhammad Ibn Mukarram (1990), Lisan al-‘Arab, j. 9. Beirut: Dar Sadr, h. 359.
2 Al-Khatib al-Syarbini (1997), Mughni al-Muhtaj, jil. 2. Beirut: Dar al-Ma‘rifah, h. 485; Al-
Nawawi, Muhyi al-Din (t.t.), al-Majmu‘, jil. 16. Jeddah: Maktabah alIrsyad, h. 241; Ibn
Qudamah, Abu Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad (1997), Al-Mughni, jil. 8. Riyad: Dar
‘Alam al-Kutub, h. 184; Sahnun, ‘ Abd Al-Salam bin Sa‘ id bin Habib al-Tanukhi (1994), al-
Mudawwanah al-Kubra. Lubnan: Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, h. 417; Ibn ‘ Abidin, Muhammad
Amin (1994), Rad alMukhtar ‘ Ala al-Durr al-Mukhtar, jil. 6. Lubnan: Dar al-Kutub al-
`Ilmiyyah, h. 518; Al
Sarakhsi (t.t.), al-Mabsut, jil. 12. Lubnan: Dar al-Ma`rifah,. Peranan Wakaf Dalam
Pembangunan Ekonomi Umat Islam
3 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op. cit.
4 Al-Dusuqi, Syams al-Din al-Syakh Muhammad ‘Arfah (1980), Hasyiyah al-Dusuqi
‘ala Syarh al-Kabir, j. 4. Qaherah: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyyah,.
5 Ibn Qudamah, Abu Muhammad ‘Abd Allah bin Ahmad (1972), al-Mughni, j.6,
c.4. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Arabi.
6 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op.cit., h. 485, al-Nawawi, Muhyi al-Din (t.t.), alMajmu‘, jil.
16. Jeddah: Maktbah al-Irsyad.
9 Al-Nawāwī, Abu Zakariyya Yahya bin Syarh (1994), Sahīh Muslim bi Syarh alImam Muhyi
al-Din al- Nawāwī, j. 11, jil. VI, Kitāb al-Wasiyyah, Bāb Mā Yulhaqu al-Insān min al-Thawāb
Ba’da Wafātih, hadith no. 4199. Beirut: Dar al-Ma‘rifah.
10 Al-Khatib al-Syarbini (1997), op. cit..
11 Ibn Hajar Al-‘
Asqalani (2001), Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari, jil. 5, Kitab
al-Syurut, Bab al-Syurut fi al-Waqf, no. Hadith 2737; Kitab al-Wasaya, Bab alWaqf Kaifa
Yaktub, hadith no. 2772.
12 Al-Syawkani, Muhammad bin `Ali, (t.t.), Nayl al-Awtar, jil. 6. Qaherah: Maktabah
wa Matba`ah Mustafa al-Babi al-Halabi wa Awladihi.
13 Ibid.
14 Osman Sabran (2002), Pengurusan Harta Wakaf. Johor: Penerbit Universiti Teknologi
Malaysia.
Abd.Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Mu’amalat.
Badan Wakaf Indonesia. Profil Badan Wakaf Indonesia, Jakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai