Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

WAKAF, AIWA, DAN ZAKAT

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Manajemen Ziswaf

Dosen Mata Kuliah : Dr.Ichsan Iqbal, SE., M.M.

Disusun Oleh:

Gusti Gulam Ismara (12115057)

Muhammad Yanasya Al Fasrisyi (12115012)

Paisal (12115059)
Ferry Febriyanto Nugroho (12115141)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONTIANAK (IAIN)

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. dan segala limpahan Rahmat, Innayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dimengerti dan diambil
isinya. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad Saw.
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.
Harapan kami pembaca mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru. Bahkan lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ucapan terima kasih kepada Bapak dosen pengampu pada mata kuliah “ZISWAF” ini
yang telah memberikan bimbingan serta arahan sehingga makalah yang berjudul “WAQAF”
ini dapat selesai tepat waktu.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 02 Maret 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah...................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

A. Pengertian Wakaf...................................................................................................... 2
B. Dasar Hukum Wakaf................................................................................................. 3
C. Unsur Rukun Wakaf.................................................................................................. 3
D. Bentuk-Bentuk Wakaf............................................................................................... 5
E. Pengertian Aiwa........................................................................................................ 5
F. Pentinganya Akta Ikrar Wakaf (AIWA)................................................................... 6
G. Pihak yang Berwenang Mengeluarkan AIWA.......................................................... 7
H. Isi Dalam Ikrar Wakaf................................................................................................8
I. Pengertian Zakat........................................................................................................ 9
J. Orang yang berhak menerima zakat........................................................................ 10

KESIMPULAN................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wakaf merupakan salah satu bentuk kegiatan ibadah yang sangat


dianjurkan bagi umat Islam karena pahala wakaf akan selalu mengalir
meskipun sang wakif (orang yang mewakafkan) telah wafat. Dalam
sejarahnya, wakaf merupakan instrumen maliyah, yang sebagai ajaran ia
tergolong pada syariah yang bersifat sakral dan suci, tetapi pemahaman
dan implementasi wakaf tersebut tergolong pada fiqh (upaya yang bersifat
kemanusiaan); karena itu, bisa dipahami bahwa praktik dan realisasi wakaf
tersebut terkait erat dengan realitas dan kepentingan umat di masing-
masing negara muslim (termasuk Indonesia).

B. Rumusan masalah
a. Jelaskan pengertian wakaf?
b. Apa saja dasar hukumnya ?
c. Apa saja rukun wakaf ?
d. Apa bentuk-bentuk ?
e. Apa Pengertian Aiwa?
f. Apa Pentinganya Akta Ikrar Wakaf (AIWA)?
g. Apa Pihak yang Berwenang Mengeluarkan AIWA?
h. Apa saja Isi dalam Ikrar Wakaf?
i. Apa yang di maksud dengan zakat?
j. Siapa saja yang berhak menerima zakat?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf

Wakaf, berasal dari bahasa Arab alwaqf bentuk masdar dari kata
“waqafa-yaqifu-waqfan Kata al-waqf semakna dengan al-habs bentuk
masdar dari “habasa-yahbisu-habsan”artinya menahan. Dalam bahasa
Arab, istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek atau benda yang
diwakafkan (almauquf bih) atau dipakai dalam pengertian wakaf sebagai
institusi seperti yang dipakai dalam perundang undangan Mesir. Di
Indonesia, wakaf dapat bermakna objek yang diwakafkan atau institusi.
Sedangkan menurut istilah meskipun terdapat perbedaan penafsiran,
disepakati bahwa makna wakaf adalah menahan dzatnya benda dan
memanfaatkan hasilnya atau menahan dzatnya dan menyedekahkan
manfaatnya. Adapun perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam
mendefinisikan wakaf diakibatkan cara penafsiran dalam memandang
hakikat wakaf.
Menurut Abu Hanifah “Wakaf adalah menahan suatu benda yang
menurut hukum, tetap miliki si wakaf dalam rangka mempergunakan
manfaatnya untuk kebajikan” Berdasarkan definisi itu maka pemilikan
harta wakaf tidak lepas dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya
kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif wafat, harta tersebut
menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf
hanyalah “menyumbangkan manfaat”.
Karena itu madzhab Hanafiyah mendefinisikah “wakaf adalah tidak
melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai
hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak
kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang.

2
B. Dasar Hukum Wakaf

A. Wakaf dalam Al Qur’an

‫يَتَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأرْ َكعُوا َوَأ ْس ُج ُدوا َوا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ْم َوَأ ْف َعلُوا ْال َخيْر لَ َعلَّ ُك ْم‬

Terjemahnya:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku 'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan" (QS. Al- Hajj (22): 77).

B. Wakaf dalam Hadist

َ ‫ َأ َّن التي‬:‫ال‬
:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬ َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
ِ ‫عن أبي هريرة َر‬
َ ‫ِإ َذا َماتَ اب ُْن أدم القطع عمله إال من ثالث‬
‫ص َدقَ ٍة خارية أو علم ينتفع به‬
ُ‫او ولد صالح يُ ْنتَفَ ُع يَ ْد ُعوا لَه‬
Artinya:

"Dari Abi Hurairah sesunggunya berkata: jika seseorang telah


meninggal dunia, maka terputuslah semua amal dari dirinya kecuali
tiga, yaitu sadakah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh
yang mendoakan kepadanya (kepada orang tuanya)".

C. Unsur (Rukun) wakaf

a. Waqif (orang yang mewakafkan)


Waqif adalah pihak yang mewakaf- kan. Wakif harus mempunyai
kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam
membelanjakan hartanya (tasharruf al-mal). Kecakapan tersebut

3
meliputi 4 kriteria, yaitu: (1) Merdeka; (2) Berakal sehat, (3) Dewasa
(baligh), (4) tidak dibawah pengampuan."

b. Mauquf 'alaih (orang yang diberi amanat wakaf)


Mauquf 'alaih dalam literatur fiqh kadang diartikan orang yang
diserahi mengelola harta wakaf, yang sering disebut nadzir, kadang
juga diartikan peruntukan harta wakaf.

c. Mauquf (Harta Benda Wakaf)


Perbincangan fiqh mengenai benda wakaf, bertolak pada, pertama,
jenis harta, apakah benda bergerak atau tidak bergerak, atau bisa
keduanya. Madzhab Syafi'iyah dan Hanbaliyah tergolong konservatif
dengan hanya membolehkan harta tak bergerak sebagai objek wakaf.
Sementara Hanafiyah dan Malikiyah cenderung membolehkan wakaf
harta bergerak. Perbedaan ini muncul dari perbedaan menafsirkan
apakah yang diwakafkan adalah dzat benda atau manfaat benda. Bila
dzat benda maka cenderung benda tidak bergerak yang ternyata jumlah
jenisnya sedikit, sedangkan bila man- faat benda cenderung benda
bergerak yang jumlah jenisnya sangat banyak.

d. Shighat (pernyataan atau ikrar wakif)


Shighat atau ikrar adalah pernyataan penyerahan harta benda wakaf
oleh wakif. Dalam hal ini perbedaan yang muncul adalah bentuk
pernyataan apakah lisan, kinayah atau tindakan. Sementara dalam hal
akad wakaf, semua madzhab menyatakan bahwa wakaf adalah akad
tabarru' yaitu transaksi sepihak yang sah sebagai suatu akad yang tidak
memerlukan kabul dari pihak penerima dan dicukupkan dengan ijab si
wakif.

4
D. Bentuk-bentuk Wakaf

a. Wakaf Ahli
Wakaf ahli yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang
tertentu, seorang atau lebih, baik keluarga si wakif atau bukan. Wakaf
ahli juga sering disebut wakaf dzurri atau wakaf 'alal aulad yakni
wakaf yang diperuntukan bagi kepentingan dan jaminan sosial dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan kerabat sendiri.

b. Wakaf Khoiri
Wakaf khoiri yaitu wakaf yang secara tegas untuk kepentingan ke-
agamaan atau kemasyarakatan (kepentingan umum).Wakaf ini
ditujukan untuk kepentingan umum dengan tidak terbatas pada aspek
penggunannya yang mencakup semua aspek untuk kepentingan dan
kesejahteraan umat manusia pada umumnya. Kepentingan umum
tersebut bisa untuk keagamaan, jaminan sosial, pendidikan, kesehatan,
keamanan dan lain-lain, yang dapat berwujud seperti pembangunan
masjid. sekolah, jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan
sarana sosial lainnya.

E. Pengertian Aiwa
Dalam KBBI, ikrar diartikan sebagai janji atau pengakuan
sungguh-sungguh yang diberikan oleh seseorang. Ikrar memang bentuk
kesungguhan dari apa yang diniatkan dalam hati oleh seseorang ketika
akan melakukan sesuatu, termasuk beribadah.
Secara spesifik dalam syariat Islam, definisi ikrar wakaf adalah
pernyataan yang jelas dari pewakaf (waqif) di hadapan pengelola wakaf
(nadzir) mengenai kesungguhannya untuk menyerahkan secara ikhlas harta
yang dipunyai demi kepentingan umat sesuai ajaran Islam.
Ikrar merupakan bukti nyata dari penyerahan harta wakaf dari
waqif ke nadzir sehingga sudah dipastikan sah menurut syariat Islam dan

5
UU yang berlaku di Indonesia. Jadi, niat dalam hati saja tidak cukup saat
akan memberikan harta wakaf karena harus diteruskan dengan ikrar di
hadapan saksi.

F. Pentinganya Akta Ikrar Wakaf (AIWA)

Pada hakikatnya, wakaf memang ibadah yang mulia sehingga niat


dari si pewakaf pun pastilah baik, tanpa ada niat buruk yang mengikuti.
Walaupun begitu, wakaf berhubungan dengan harta yang penyerahannya
termasuk proses transaksi sehingga harus diperkuat dan diamankan dengan
bukti.

Penting bagi seorang muslim untuk mengetahui pentingnya


melaksanakan ikrar dan membuat akta ikrar untuk harta yang diwakafkan.
Agar lebih jelas, berikut 3 alasan pentingnya ikrar saat berwakaf:

1. Bentuk Kesungguhan Pewakaf

Tidak cukup hanya diniatkan dalam hati, harta yang


diwakafkan perlu diikrarkan dengan disaksikan oleh pihak yang cakap
mengelola wakaf. Niat yang kemudian diikrarkan merupakan paket
lengkap untuk menunjukkan kesungguhan hati pewakaf.

Dengan niat dan ikrar yang jelas untuk berwakaf, Allah telah
menyiapkan pahala yang berlimpah walaupun si pewakaf sudah
meninggal dunia. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari,
Rasulullah membahas tentang kedudukan niat yang menjadi dasar
balasan yang didapat.

Dari Umar, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam


bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi
tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat
hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada
Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat hijrahnya karena dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin

6
dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan.” (HR.
Bukhari).

2. Dilindungi oleh Hukum

Selanjutnya, ikrar wakaf sangat penting karena memberikan


perlindungan hukum pada harta yang diwakafkan sehingga tidak
menimbulkan masalah nantinya. Secara resmi, ikrar wakaf dilindungi
oleh Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 sehingga kekuatan
hukumnya kuat.

Dengan dilindungi oleh hukum, maka harta wakaf tidak akan


diambil secara paksa oleh ahli waris untuk digunakan sendiri maupun
dijual kepada pihak ketiga. Sebab, banyak kasus harta wakaf diambil
kembali karena tidak adanya dokumen sah berisi penyerahan harta
tersebut sebagai wakaf.

3. Terhindar dari Persoalan yang Membahayakan Harta Wakaf

Selama pemilik masih hidup, kemungkinan besar harta wakaf


tetap digunakan untuk kepentingan umat walaupun belum adanya
ikrar. Namun, persoalan bisa saja terjadi sepeninggal pemilik harta
wakaf tersebut sehingga ikrar diperlukan untuk mengamankan harta
wakaf.

Dengan adanya akta wakaf yang diatur oleh UU, maka


kedudukan harta wakaf jelas dan kuat sehingga tidak dapat
disalahgunakan oleh para ahli waris. Niat pemilik asli harta wakaf
untuk membantu kesejahteraan umat dan memudahkan urusan orang
lain juga tetap berjalan lancar.

G. Pihak yang Berwenang Mengeluarkan AIWA


Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf atau PPAIW adalah pejabat yang
berdasarkan ketetapan menteri memiliki wewenang untuk membuat akta

7
ikrar wakaf. Peran dari PPAIW tersebut tertuang dalam PP Nomor 42 Tahun
2006 tentang wakaf.
Seorang PPAIW harus mempunyai kemampuan untuk secara cermat
meneliti persyaratan administrasi dalam perwakafan, termasuk kondisi fisik
dari harta benda yang diwakafkan tersebut. Hal itu sangat penting agar
dalam proses perwakafan tidak terjadi kesalahpahaman atau menimbulkan
persoalan hukum di kemudian hari.
PPAIW menurut Badan Wakaf Indonesia dituntut untuk memberikan
pelayanan terbaik bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) wakaf.
Perannya menjadi salah satu unsur terpenting dalam perwakafan nasional
karena berkaitan dengan sistem administrasi serta pengamanan secara legal
pengelolaan harta benda wakaf.

H. Isi Dalam Ikrar Wakaf


Sesuai ketentuan Pemerintah Republik Indonesia yang termuat dalam
UU, seorang pewakaf sangat dianjurkan untuk membuat akta ikrar.
Adapun maksud dari akta ikrar yaitu surat sebagai tanda bukti berisi
pernyataan penyerahan harta wakaf dan keterangan penting yang berkaitan
dengan hal tersebut.
Pembuatan akta ikrar disaksikan dan disahkan secara resmi oleh pihak
yang memiliki wewenang sehingga akta tersebut legal di mata negara serta
agama. Isi ikrar wakaf berdasarkan PP Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 32 (4)
memuat poin-poin sebagai berikut:
Identitas pewakaf (waqif) yang paling sedikit meliputi nama lengkap,
tanggal lahir, pekerjaan, alamat dan nomor telepon;
Identitas pengelola wakaf (nadzir) yang paling sedikit meliputi nama
lengkap, alamat, tanggal lahir dan nomor telepon;
Data harta wakaf beserta keterangan yang jelas dan detail untuk
mengenai harta yang akan disedekahkan tersebut;

8
Tujuan harta wakaf. Hal ini berkaitan dengan untuk apa harta wakaf
tersebut digunakan dan siapa yang berhak menggunakan manfaat dari
harta wakaf tersebut;
Jangka waktu harta diwakafkan.
Isi dalam akta ikrar wakaf tersebut sifatnya umum dan paling
sedikit sehingga dapat ditambahkan beberapa poin jika memang
dibutuhkan. Contohnya, akta ikrar khusus untuk harta wakaf berupa
tanah dan bangunan, membutuhkan keterangan lebih spesifik yang
meliputi:
Identitas pewakaf (waqif) lengkap;
Identitas Lembaga Keuangan Syariah (LKS) jika harta yang
diwakafkan berupa uang;
Jumlah harta wakaf yang jumlah dan kadarnya diberitahukan secara
jelas;
Jangka waktu harta wakaf;
Tujuan penggunaan harta yang diwakafkan;
Identitas pengelola wakaf (nadzir) yang dipercaya untuk mengurusi
harta tersebut;
Tempat dan tanggal diterbitkannya akta wakaf.

Semua poin-poin tersebut wajib diketahui dan dilengkapi oleh


pewakaf maupun pengelola wakaf. Data yang dimasukkan tidak boleh
dimanipulasi atau disamarkan karena memengaruhi keabsahan wakaf
secara agama dan hukum.

H. Pengertian Zakat

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh


orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan
yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari
Rukun Islam.

9
Menurut bahasa, kata “zakat” artinya tumbuh, berkembang, dan
suci. Yang dimaksud suci adalah zakat dapat mensucikan,
membersihkan harta muzakki ( yang berzakat ) dari hak-hak mustahik (
penerima zakat ) khususnya bagi fakir miskin. Selain itu zakat dapat
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, serta
sombong. Sedangkan bagi mustahik zakat dapat membersihkan dari
sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki terhadap muzakki. Dan yang
dimaksud tumbuh subur adalahzakat dapat menyebabkan harta para
muzakki bertambah banyak.

Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Ambillah zakat dari


sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Dan Allah Maha
mendengar lagi maha mengetahui” (QS. at-Taubah[9]: 103); “Sedekah
dak akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi).

I. Orang yang berhak menerima zakat

Harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang


beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak
menerimanya (fakir miskin dan sebagainya).

Penerima zakat berdsarkan QS. At-Taubah ayat 60 terdiri dari


delapan golongan yakni sebagai berikut :

1. Fakir dan Miskin


Dalam definisinya, ulama berbeda pendapat mengenai fakir dan
miskin. Setengah ahli tahqiq mengatakan; bahwa fakir dan miskin itu
satu golongan yang berbeda sifatnya, bukan berlainan suku. Fakir dan
miskin itu satu, bukan dua golongan yang masing-masing berdiri
sendiri (Shiddieqy, 1997: 166). Sedangkan jumhur ulama, berpendapat
bahwa keduanya adalah dua golongan tapi semacam. Maksudnya
adalah mereka yang dalam kekurangan dan membutuhkan (Qardhawi,
1996: 510).

10
Fakir dalam hal zakat merupakan mereka yang tidak memiliki barang
berharga atau tidak memiliki kekayaan dan usaha apapun sehingga
memerlukan pertolongan untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan miskin, ialah mereka yang memiliki barang berharga
atau pekerjaan tertentu yang dapat mencukupi sebagaian dari
kebutuhannya, misal seseorang memerlukan sepuluh ribu rupiah
namun hanya mempunyai tujuh ribu rupiah saja (Proyek Pembinaan
Zakat Dan Wakaf, 1986: 121-122). Menurut ulama Syafi'iyah dan
Hanabilah, fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan
yang dapat mencukupi kebutuhannya (Az-Zuhaili, 2010: 282).

2. Amil Zakat
Golongan ketiga setelah fakir dan miskin yang berhak menerima
zakat adalah amil zakat. Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan
segala macam urusan zakat, mulai dari pengumpul zakat sampai pada
pembagian kepada mustahią zakat. Amil zakat juga merupakan mereka
yang melakukan perhitungan, pembendaharaan, pencatatan keluar
masuknya zakat dan penjaga harta zakat. Bagi orang-orang ini Allah
menjanjikan upah dari harta zakat yang diamanahi kepada mereka dan
tidak diambil selain dari harta zakat (Qardhawi, 1996: 545).

Amil menerima zakat sebagai ganti upah kerjanya (Az-Zuhaili,


2010: 283). Dalam pemberian zakat kepada amil tidak dipandang
kekayaannya, karena pemberian kepada orang kaya adalah haram.
Pemberian ini semata karena upah atas kerja yang ia lakukan. Pengurus
zakat berhak mendapatkan zakat sesuai dengan kategori kepengurusan
(Al-Utsaimin, 2008: 211). Apabila dirasa amil adalah masuk dalam
kategori fakir maka ia berhak menerima zakat sebagai amil dan fakir.
Misalnya, diperkirakan untuk masa satu tahun sepuluh ribu rupiah
mencukupi kebutuhannya. Maka seorang amil yang juga terhitung

11
fakir akan menerima dua ribu rupiah untuk kepengurusannya dan
delapan ribu rupiah untuk kefakirannya.

3. Muallaf (orang yang dilunakan hatinya)


Muallaf adalah golongan keempat yang berhak menerima zakat.
Muallaf yang dimaksud adalah orang-orang yang diharapkan hati dan
keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau mereka yang
berniat jahat terhadap islam tetapi terhalangi atau mereka yang
memberi manfaat dengan menolong dan membela kaum muslimin
(Qardhawi, 1996: 563).

4. Riqab (budak/hamb sahaya)


Mereka yang masih berada dalam perbudakan disebut riqab. Riqab
dalam artian budak tidak relevan lagi di era sekarang, menginggat
adanya penghapusan perbudakan dalam hukum postif nasional maupun
internasional. Riqab di era sekarang lebih cenderung kepada mereka
yang mengalami eksploitasi dan tertindas oleh golongan lainnya baik
secara personal maupun kelompok. Riqab yang dimaksud disini adalah
mereka yang menderita secara budaya maupun politik.

5. Gharimin
Gharimin merupakan seorang yang memiliki hutang untuk memenuhi
kebutuhan hidup dalam mempertahankan jiwa dan juga izzah.

6. Fisabilillah
Fisabilillah dapat dikatakan sebagai orang yang dalam perjuangan
membela jalan Allah SWT, mulai dari bentuk kegiatan dakwah, jihad
dan lain sebagainya.

7. bnus Sabil

12
Ibnus Sabil adalah orang yang sedang mengalami kehabisan biaya
ketika melakukan perjalanan dalam ketaatan dan kepada Allah SWT.

13
KESIMPULAN

Wakaf, berasal dari bahasa Arab alwaqf bentuk masdar dari


kata “waqafa-yaqifu-waqfan Kata al-waqf semakna dengan al-habs
bentuk masdar dari “habasa-yahbisu-habsan”artinya menahan. Dalam
bahasa Arab, istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek atau benda
yang diwakafkan (almauquf bih) atau dipakai dalam pengertian wakaf
sebagai institusi seperti yang dipakai dalam perundang undangan
Mesir. Di Indonesia, wakaf dapat bermakna objek yang diwakafkan
atau institusi.

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh


orang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya) menurut ketentuan
yang telah ditetapkan oleh syarak. Zakat merupakan rukun ketiga dari
Rukun Islam.

Menurut bahasa, kata “zakat” artinya tumbuh, berkembang, dan


suci. Yang dimaksud suci adalah zakat dapat mensucikan,
membersihkan harta muzakki ( yang berzakat ) dari hak-hak mustahik (
penerima zakat ) khususnya bagi fakir miskin. Selain itu zakat dapat
membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, serta
sombong. Sedangkan bagi mustahik zakat dapat membersihkan dari
sifat-sifat tercela seperti iri hati, dengki terhadap muzakki. Dan yang
dimaksud tumbuh subur adalahzakat dapat menyebabkan harta para
muzakki bertambah banyak.

14
15
Daftar Pustaka

Abil Mawahib bin Ahmad Abdul Wahab (t.t). Mizan al-Kubro. Mesir: Dar
Ahya al-Kutub al-Arabiyyah.

Abu Zahrah (1971). Mhadharat fi al-Wago. Beirut: Dar al-Fikr al-'Arabi.

Al-Baijuri (tt). Hasyiyah al-Baijuri. Beirut: Dar al-Fikr, II.

Ali Fikri (1938). Al-Mu'amalat al- Maliyah wa al-Adabiyah. Mesir: Mushthafa al-
Babi al-Halabi.

Asy-Syarbini (L.). Mugni al-Muhtaj Kairo: Musthafa Halabi.

Bukhari (t.t.). Shahih Bukhari. Mesir. Daral-Fikr al-Mu'ashir.

16

Anda mungkin juga menyukai