Ibadah Amaliyah
Disusun oleh
Kelompok V ( kelas A )
M. ANUGRAH TRYALNI PUTRA (P120020 )
MUTIARA NUR RAHMAN ( P120022 )
ELSA
i
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal
ini tidak lepas dari keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
dapat meningkatkan kemampuan penulis. Akhir kata makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat memenuhi harapan sebagaimana mestinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN.......................................................................................................................iv
A. Latar Belakang.............................................................................................................iv
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................iv
C. Tujuan.............................................................................................................................v
BAB II.......................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN.........................................................................................................................vi
A. Pengertian Ibadah Maliyah............................................................................................vi
B. Macam-macam Ibadah Maliyah...................................................................................vii
C. Urgensi Ibadah Maliyah..............................................................................................xvi
D. Hikmah Ibadah Maliyah............................................................................................xviii
E. Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial................................................xix
BAB III.....................................................................................................................................xx
PENUTUP................................................................................................................................xx
A. Kesimpulan.................................................................................................................xx
B. Saran..........................................................................................................................xxi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia tidak akan pernah lepas dari harta karena harta merupakan
kebutuhan bagi manusia.Manusia melakukan P4 yakni pergi pagi pulang
petang, tiada lain adalah untuk mendapatkan harta. Dengan
harta, manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya
primer, sekunder atau tertier.
B. Rumusan Masalah
iv
C. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
Hanya ada dua hukum dalam ibadah maliyah ini, yaitu wajib dan sunah.
Menurut para ulama, wajib adalah:
vi
“Sesuatu yangdiganjarjika mengamalkannya dan disanksi jika
meninggalkannya”
Sedangkan sunahadalah:
Zakatadalah salah satu rukun Islam yang lima. Hukumnya fardhu ‘ain
(wajib) atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat mulai
diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah.
vii
Kata zakat merupakan isim mashdar dari kata zakā yang berarti berkah,
tumbuh, bersih dan baik. Sedangkan menurut istilah para ulama, zakat
adalah:
viii
2. Infaq
Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti telah lewat, berlalu, habis,
mengeluarkan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja.
3. Shadaqah
ix
perilaku (akhlak) yang benar.selain itu, shadaqah merupakan
manifestasi kejujuran seseorang dalam kepemilikan harta.
Jika zakat dan infaq sudah ditentukan jenisnya seperti uang, emas,
perak, perdagangan, hewan ternakdll., maka shadaqah tidak demikian.
Shadaqah boleh dengan barang-barang bisa juga dengan tenaga, fikiran
dan lainnya.Bahkan, wajah sumringah dan senyuman pun bisa bernilai
shadaqah.
x
“Janganlah kamu menyepelekan kebaikan sedikitpun walaupun kamu
bertemu saudaramu dengan wajah sumringah” (H.R. Muslim).
4. Fidyah
Selain itu juga Allah tidak pernah menjadikan syari’at yang diturunkan-
Nya menyulitkan hamba-hamba-Nya.Landasan normatif yang dititahkan
Allah SWT mengenai hal ini adalah firman-Nya dalam Al Qur’andan wajib
bagi orang-orang yang berat melakukan shaum (jika mereka tidak
shaum) memberi fidyah, yaitu dengan memberi makan satu orang
miskin. (Q.S. Al Baqarah(2) :184).
xi
Hukum fidyah, sebagaimana firman Allah SWT.di atas adalah wajib,
apabila :
5. Kifarat
xii
miskin, selain itu bisa juga dengan memerdekakan hamba sahaya atau
melakukan shaum selama dua bulan berturut-turut. Pelaksanaan atau
pemenuhan kifarat zhihar diwajibkan kepada suami sebelum kembali
(melakukan senggama) lagi kepada istrinya.
6. Kurban/Udhiyyah
xiii
Syarat-syarat berqurban/udhiyyah :
1) Tidak cacat (cacat mata, sakit, pincang, kurus dan tak berdaya,
rusak/pecah sebelah tanduknya atau telinganya).
5) Satu ekor kambing berlaku untuk satu orang atau satu keluarga.
6) Satu ekor unta atau sapi atau kerbau berlaku bagi 7 orang.
7. Aqiqah
xiv
dilaksanakan aqiqah, boleh diundurkan sampai harike-14 atau hari ke-
21.Pelaksanaan aqiqah setelah waktu tersebut menjadi ihtilafpara
ulama. Ada yang berpendapat, bahwa aqiqah tetap dianjurkan, akan
tetapi ada pendapat lain yang menyatakan tidak usah dilaksanakan,
lebih baik berkurban saja pada tanggal 10 Dzulhijjah atau pada hari-hari
tasyriq (11, 12 dan 13 dzulhijjah).
8. Al-Hadyu
9. Dam
xv
Dam adalah menyembelih binatang tertentu sebagai sanksi terhadap
pelanggaran atau karena meninggalkan sesuatu yang diperintahkan
dalam rangka pelaksanaan ibadah haji dan umrah atau karena
mendahulukan umrah daripada haji (haji tamattu) atau karena
melakukan haji dan umrah secara bersamaan (haji qiran). Dam juga
diidentikkan dengan alhadyu, sekalipun tidak selalu sama.
Dalam suatu hal alhadyu bisa lebih umum daripada dam dan dalam hal
lain dam bisa lebih umum daripada alhadyu. Dam dilakukan bukan
untuk membuat sesuatu yang rusak (batal) menjadi sah atau yang
kurang menjadi lengkap.Dam dilakukan sebagai salah satu bentuk
ketaatan kepada Allah SWT.sekaligus juga sebagai salah satu bentuk
penghapusan atau kifarat atas pelanggaran dalam pelaksanaan ibadah
atau umrah.
Ibadah maliyah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
xvi
karena kalau telah terjadi keterpaduan diantara keduanya, mudah-
mudahanan bisa mengantisipasi dan akan mengikis segala bentuk
kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat kesenjangan dan
ketidakadilan sosial.
xvii
D. Hikmah Ibadah Maliyah
xviii
E. Makna Spritual Ibadah Maliah Bagi Kehidupan Sosial
Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai
bekal beribadah kepada Allah SWT.Banyak harta, harus mendorong
seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan
yang bersangkutan. Kewajiban bersyukur atas nikmat harta harus
dibuktikan dengan cara menggunakan harta tersebut sebagai sarana
ibadah kepada Allah SWT.
xix
bentuk kejahatan yang bisa terjadi dalam masyarakat akibat
kesenjangan dan ketidakadilan social.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah maliyah adalah amalan-amalan ibadah yang lebih banyak
dilakukan dengan sarana harta benda atau ibadah yang diwujudkan
dalam bentuk pemberian harta atau terkait dengan harta yaitu
menggunakan harta yang Allah karuniakan untuk apa-apa yang Allah
cintai dan ridhai seperti zakat, infaq, shadaqah dll.
1. Zakat
2. Infaq
3. Shadaqah
4. Fidyah
5. Kifarat
6. Kurban/Udhiyyah
7. Aqiqah
8. Al-Hadyu
9. Dam
xx
Ibadah maliyah merupakan ibadah yang tidak akan berhenti pahalanya,
walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia (Amal Jariyah).
B. Saran
Ada dua hukum di dalam ibadah maliyah, yaitu wajib dan sunah. Wajib,
yaitu sesuatu yang diganjar jika mengamalkannya dan disanksi jika
meninggalkannya. Sedangkan sunah, yaitu sesuatu yang diganjar jika
mengamalkannya dan tidak disanksi jika meninggalkannya. Akan tetapi,
alangkah lebih baiknya jika kita mengamalkannya.
xxi