Disusun Oleh:
KELAS 1C
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Nasikh dan Mansukh” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Muhammad Irfan, S.Hd.,M.Ag, pada mata kuliah Ulumul Qur’an. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Nasikh dan Mansukh” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhammad Irfan, S.Hd.,M.Ag, selaku
Dosen Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehinngga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
melalui malaikat jibril dan diturunkan secara berangsur-angsur. Al-qur’an digunakan
sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Dalam Al-Quran terkandung banyak hikmah dan pembelajaran. Didalamnya memuat
ayat yang mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan,ilmu
pengetahuan,tentang cerita-cerita,seruan kepada umat manusia untuk beriman dan
bertaqwa,memuat tentang ibadah,muamalah,dan lain-lain. Dalam penjelasannya,Al-
qur’an ada yang dikemukaan secara terperinci,ada pula yang garis besarnya saja.Ada
yang khususada yang masih bersifat umum dan global.Ada ayat-ayat yang sepintas lalu
menunjukan adanya gejala kontradiksi yang menurut Quraish Shihab, para ulama
berbeda pendapat tentang bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga banyak
timbul pembahasan tentang nasikh dan mansukh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nasikh dan mansukh?
2. Jelaskan perbedaan nasikh dan mansukh?
3. Bagaimana pendapat mengenai ayat-ayat yang di nasikh dan mansukh?
4. Jelaskan dasar-dasar penetapan nasikh dan mansukh?
5. Jelaskan macam-macam nasikh dan mansukh?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian nasikh dan mansukh
2. Untuk mengetahui perbedaan nasikh dan mansukh
3. Untuk mengetahui bentuk dan jenis nasikh dan mansukh
BAB II
PEMBAHASAN
B. Syarat-syarat Nasikh
1. Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum syara’.
2. Dalil nāsikh harus datang lebih dulu daripada mansūkh .
3. Khit{ab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu.
C. Pembagian Naskh
Naskh dibagi menjadi tiga:
ع ْش ًراَ َوالَّذِينَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْنكُ ْم َويَذَ ُرونَ أ َ ْز َوا ًجا يَت ََربَّصْنَ بِأ َ ْنفُ ِس ِه َّن أ َ ْربَعَةَ أ َ ْش ُهر َو
ٌ ِعلَ ْيكُ ْم فِي َما فَ َع ْلنَ فِي أ َ ْنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْع ُروفِ َواللَّهُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخب
[٤٣٢ : ير ]البقرة َ فَإِذَا بَلَ ْغنَ أ َ َجلَ ُه َّن فَ ََل ُجنَا َح
Artinya: “Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah empat bulan
sepuluh hari. kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para
wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.” (QS.Al-Baqarah [2]: 234)
Maksudnya, mula-mula dua orang yang berlainan ibu sudah dianggap bersaudara
apabila salah seorang di antara keduanya menyusu kepada ibu salah seorang di antara
mereka sebanyak sepuluh isapan. Ketetapan sepuluh isapan kemudian dināsikh
menjadi lima isapan. Ayat tentang sepuluh atau lima isapan dalam menyusu karena
baik bacaannya maupun hukumnya telah dināsikh.
2. Penghapusan terhadap hukumnya saja, sedangkan bacaannya tetap ada. Misalnya ayat
tentang mendahulukan sedekah :
َصدَقَةً ذَلِك َّ َياَيُّ َها ْال ِذيْنَ ا َ َمنُ ْوآ ِإذَا نَ َج ْيت ُ ْم
َّ َالرسُ ْو َل فَث َ ِد ُم ْوا َبيْنَ َيد
َ ي نَ ْج َوكُ ْم
]٤٤: [المجادلة.غفُ ْو ُر َّر ِح ْي ٌم َ ط َه ُر فَإ ِ ْن َل ْم ت َِجد ُْوا فَإ ِ َّن الل َهْ َ َخي ُْر لَكُ ْم َوا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus
dengan Rasul, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin)
sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu dan lebih
bersih, jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedahkan) maka sesungguhnya
Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”
(Q.S. al-Mujadalah [58]: 12)
Ayat ini di- nāsikh oleh surat yang sama ayat: 13:
صلَوة
َّ علَ ْيكُ ْم فَاَقِ ْي ُم ْوا ال َ صدَقَات فَ ِاذْ لَ ْم ت َ ْفعَلُ ْوا َوت
َ َُاب الله َّ َأَا َ ْشفَ ْقت ُ ْم ا َ ْن تُقَ ِد ُم ْوا بَيْنَ يَد
َ ي نَ ْج َواكُ ْم
]٤٣: [المجادلة. َالزكَوة َ َواَطِ ْيعُ ْوا اللهَ َو َرسُ ْولَه ُ َواللهُ َخ ِبي ٌْر ِب َما ت َ ْع َملُ ْون َّ ََ واَت ُ ْوا
“Apabila kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah
sebelum pembicaraan dengan Rasul? maka jika kamu tiada memperbuatnya dan
Allah telah memberi tobat kepadamu, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat,
dan taatlah kepada Allah dan Rasulnya, dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadalah [58]: 13).
Cerita tentang ayat orang tua berzina di atas diturunkan berdasarkan riwayat
Ubay bin Ka’ab bin Abu Umamah bin Sahl menurunkan bunyi yang bernada
mengenai ayat yang dianggap bacaannya mansūkh itu. Umamah mengatakan
bahwa Rasulullah telah mengajarkan kami membaca ayat rajam:
.ِضيَا مِنَ الَّذَّة ْ َش ْي َخةُ ف
َ َار ُج ُم ْوهُ َما البَتَةَ ِب َما ق َّ ش ْي ُخ َوال
َّ ال
“Seorang peria tua dan seorang wanita tua, rajamlah mereka lantaran apa yang
mereka perbuat dalam bentuk kelezatan (zina).”
E. Dasar-dasar Penetapan Nāsikh dan Mansūkh
Manna Al-Qat an menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat
dikatakan nāsikh (menghapus) ayat lain mansūkh (dihapus). Ketiga dasar adalah;
1. Melalui pentransmisian yang jelas (an-naql al-sharih) dari Nabi atau para sahabatnya,
seperti hadis yang artinya:Aku dulu melarang kalian berziarah kubur, sekarang
berziarahlah.
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nāsikh dan ayat itu mansūkh
3. Melalui studi sejarah, mana ayat yang lebih belakang turun, sehingga disebut nāsikh,
dan mana yang duluan turun, sehingga disebut mansūkh Al-Qat an menambahkan
bahwa nāsikh tidak bisa ditetapkan melalui prosedur ijtihad, pendapat ahli tafsir, karena
adanya kontradiksi antara beberapa dalil bila dilihat dari lahirnya, atau belakangnya
keislaman salah seorang dari pembawa riwayat.
Ayat ini dianggap mansūkh. Menurut satu riwayat yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas,
dikatakan bahwa nāsikh (yang me-nasakh)nya adalah:
ْ ُْ َما كُنت ُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُجو َهكُ ْم ش
] ٤٥٠ : [البقرة....َُط َره ُ َُۚ َو َحي
“Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya”.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Naskh adalah menghapus hukum syara’ dengan dalil/khitab syara’ yang lain. Naskh
terdiri dari; adanya pernyataan yang menunjukkan terjadi pembatalan hukum yang telah
ada, harus ada nāsikh, harus ada mansūkh dan harus ada yang dibebani hukum atasnya.
Dalam menghapus hukum shara’ tersebut ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yakni:
Hukum yang mansūkh (dihapus) adalah hukum shara’, Dalil naskh harus datang lebih dulu
daripada mansūkh, khitab yang mansūkh hukumnya tidak terikat dengan waktu. Dalam
cakupannya naskh dibagi menjadi tiga, antara lain: Naskh Al-Quran dengan Al-Quran,
naskh sunnah dengan sunnah, dan naskh sunnah dengan Al-Quran. Terdapat beberapa
pendapat mengenai ayat yang mansūkh. Di antaranya pendapat mengenai jumlah ayat dan
ayat tersebut. Al Nahas berpendapat jumlah ayat yang dimansūkh berjumlah 100 ayat.
Suyuṭiy berpendapat terdapat 20 ayat, sedangkan Al Shaukaniy berpendapat 8 ayat.