Anda di halaman 1dari 16

BAB III

Penafsiran Ayat Haid dalam QS. Al-Baqarah 222

A. Kandungan Umum QS. Al-Baqarah 222

1. Kajian Nama Surah Al-Baqarah

Surah al-Baqarah memiliki 286 ayat yang diturunkan di Madinah,

Sebagian besar diturunkan pada awal tahun Hijrah kecuali ayat 281 yang

diturunkan di Mina pada haji wadaa’ (haji terakhir oleh Nabi Muhammad Saw).

Surah al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam al-Qur’an, dan ia termasuk

golongan Madaniyyah. Ikrimah berkata : “Surah pertama yang diturnkan di

Madinah adalah surah al-Baqarah.”1 Sebagaimana dalam surah-surah Madaniyyah

yang lain, surah al-Baqarah berisi tasyri’ (aturan-aturan hukum) yang menata

kehidupan kaum Muslimin dalam masyarakat baru di Madinah, masyarakat

negara dan agama sekaligus keduanya tidak terpisahkan satu sama lain, keduanya

memiliki hubungan yang inheren (erat) seperti raga dan jiwa.

Oleh karena itu, tasyri pada periode Madinah didasarkan pada pemurnian

akidah Islam yang prinsipnya merupakan beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Keyakinan teguh pada apa yang telah diturunkan Allah kepada Rasul-nya

(Muhammad) dan Nabi sebelum beliau, bahwa perbuatan baik adalah

implementasi iman dan bahwa amal ini dicapai dengan membangun hubungan

antara manusia dan Tuhan melalui doa dan dengan melakukan prinsip-prinsip

solidaritas sosial melalui infaq di jalan Allah. Untuk menanamkan iman harus

1
Al-Wahidin An-Naisaburi, Asbaabun Nuzuul,Bandung: Cordoba, hlm 11.

33
berbicara tentang sifat-sifat kaum mukmin, orang kafir, dan orang-orang munafik

unyuk perbandingan antara yang selamat dan yang celaka. Selain itu perlu juga

membahas tentang kekuasaan (qodrat) Allah yang Maha Agung yang telah

menciptakan makhluk, memuliakan Adam dengan bersujudnya para malaikat

untuknya, dan manakdirkan peristiwa-peristiwa yang dilalui Adam bersama

istrinya di surga sampai ia turun ke bumi.2

Surah ini kemudian menjelaskan prinsip-prinsip hukum Islam kepada

orang-orang yang beriman, dalam rangka ibadah dan muamalah, seperti :

mendirikan shalat, membayar zakat, puasa di bulan Ramadhan, haji ke ka’ba,

jihad dijalan Allah, mengatur urusan yang berkaitan dengan perang, menetapkan

bulan-bulann qamariyyah (kalender Hijriah berdasarkan peredaran bulan).

Sebagai patokan waktu yang diterapkan dalam urusan agama, memerintahkan

infak di jalan Allah sebagai jalan untuk menghindari kehancuran dan wasiat bagi

orang tua dan kerabat, menjelaskan siapa yang berhak diberi nafkah, mengatur

tata krama pergaulan dengan anak-anak yatim dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam surah ini terdapat ayat yang agung tentang akidah dan rahasia-

rahasia ketuhanan, yaitu ayat kursi. Surah ini memperingatkan kedahsyatan hari

kiamat dalam sebuah ayat yang merupakan ayat terakhir dari al-Qur’an yang

diturunkan, yaitu ayat :

‫ت َو ُه ْم ََل‬ َ ‫ّٰللا ۗث ُ َّم ت ُ َوفهى ُك ُّل َن ْف ٍس َّما َك‬


ْ ‫س َب‬ ِ ‫َواتَّقُ ْوا َي ْو ًما ت ُ ْر َجعُ ْونَ فِ ْي ِه اِلَى ه‬
ْ ‫ي‬
َ‫ُظلَ ُم ْون‬

2
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir jilid I, hlm 44.

34
“Dan takutlah pada hari (Ketika) kamu semua dikembalikan kepada
Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai denga napa
yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan).”3
Dalam surah ini terdapat ayat terpanjang dalam al-Qur’an, yaitu ayat

hutang yang menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan hutang, seperti

mencatat, mempersaksikan akad, perjanjian, hukum perempuan dan laki-laki

tentang kesaksian, pergadaian, kewajiban melaksanakan amanah, dan larangan

menyembunyikan kesaksian. Surah ini ditutup dengan mengingat untuk bertaubat

kepada Allah, memanjatkan doa yang agung dengan permohonan agar diberi

kemudahan dan kelonggaran dari kesempitan, serta permohonan agar diberi

kemenangan atas orang-orang kafir.4

Surah ini dinamakan “surah al-Baqarah” sebab terdapat kisah Baqarah

(sapi betina), yang Allah perintahkan kepada Bani Israil untuk menyembelih

untuk mengungkapkan siapa pembunuh sebenarnya dari salah satu dari mereka ,

dengan cara memukul sampai mati salah satu bagian organ sapi untuk

menghidupkannya Kembali dengan izin Allah, dan memberi tahu mereka identitas

pembunuh. Kisah ini dimulai pada ayat 67 surah al-Baqarah. Kisah ini sangat

menarik membuat pendengarnya merasa takjub dan ingin mendengarnya.

Keutamaan surah ini sangat agung dan pahalanya sangat besar, surah ini

dinamakan pula sebagai fusthaathul Qur’an (bagian atas Quran) karena

mengandung hukum-hukum yang tidak disebutkan dalam surat-surat lain. Disebut

juga dengan huruf alif laam miim karena diawali dengan huruf alif laam miim.

Rasulullah Saw bersabda :

3
QS. Al-Baqarah 281.
4
Tafsir al-Munir Jilid I, hlm 46.

35
َ ‫ َوَلَ َي ْست َِطيعُ َها ْال َب‬,ٌ‫ َوت ََر َك َها َحس َْرة‬,ٌ‫فَإِ َّن أ َ ْخذَ هَا َب َر َكة‬, ِ‫ورة َ ْال َبقَ َرة‬
ُ‫طلَة‬ َ ‫س‬ُ ‫ا ْق َرؤُوا‬
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan.
Sesungguhnya setan menjauh dari rumah yang di dalamnya dibaca surah al-
Baqarah.” 5
Dalam shahih al-Busti diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad bahwa Rasulullah
Saw, bersabda :

ُ‫ورة ُ ْال َبقَ َرةِ َو َم ْن قَ َرأَهَا فِي َب ْيتَه‬


َ ‫س‬ ُ ‫َام ْالقُ ْرا َ ِن‬
َ ‫سن‬ َ ‫ َوإِ َّن‬،‫سنَا ًما‬َ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫إِ َّن ِل ُك ِل‬
‫ان َب ْيتَهُ ثَالَثَةَ أَي ٍَّام‬
ُ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬ ً ‫ث لَ َيا ٍل َو َم ْن قَ َرأَهَا َن َه‬
َّ ‫ارا لَ ْم َي ْد ُخ ِل ال‬ َ َ‫ثَال‬
“ Sesungguhnya segala sesuatu memiliki punuk (bagian yang menonjol),
dan sesungguhnya punuk al-Qur’an adalah surah al-Baqarah. Barang siapa
membacanya di rumahnya pada malam hari, niscaya setan tidak akan masuk
rumahnya selama tiga malam. Dan barang siapa membacanya pada siang hari,
niscaya setan tidak akan masuk rumahnya selama tiga hari.”6

2. Ayat dan Terjemahan QS. Al-Baqarah 222

‫ْض َو ََل تَ ْق َرب ُْوه َُّن‬ ۙ ِ ‫س ۤا َء ِفى ْال َم ِحي‬ ِ ‫ْض ۗ قُ ْل ه َُو اَذً ۙى فَا ْعت َِزلُوا‬
َ ‫الن‬ ِ ‫ع ِن ْال َم ِحي‬ َ َ‫َو َيسْـلُ ْونَك‬
َ‫ّٰللا ي ُِحبُّ التَّ َّوا ِبيْن‬ ُ ‫ط َّه ْرنَ فَأْت ُ ْوه َُّن ِم ْن َحي‬
‫ْث ا َ َم َر ُك ُم ه‬
َ ‫ّٰللاُ ۗ ا َِّن ه‬ ْ ‫َحتهى َي‬
َ َ‫ط ُه ْرنَ ۚ فَ ِاذَا ت‬
َ َ‫َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬
. َ‫ط ِه ِريْن‬

“Mereka bertanya kepadamu tentanghaid. Katakanlah “ Haid itu adalah


suatu kotoran”, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka caampurilah mereka itu ditempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah :
222).
3. Munasabah Ayat

Pada penelitiaan ini ialah menggunakan metode tahlili. Tafsir tahlili

merupakan suatu metode tafsir yang bertujuan menjelaskan kandungan ayat-ayat

al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Dalam tafsirnya, penafsir memulai menguraikan

5
HR. Muslim No. 1337.
6
HR. Muslim dari Abu Umamah al-Bahili.

36
dengan mengemukakan kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti global

ayat, korelasi ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud dari ayat tersebut

satu sama lainnya.7 Oleh karena itu, untuk menafsirkan ayat al-Quran terlebih

dahulu perlu mengetahui munasabah. Secara etimologi munasabah berarti

kecocokan, kesesuaian, dan hubungan.8

Asy-Syaikh ‘Izzudin Abdul Salim mengemukakan bahwa terdapat

beberapa ulama berpendapat bahwa munasabah tidak perlu digunakan dalam

penafsiran al-Qur’an, karena alasan bahwa menghubungkan satu ayat dengan ayat

lain yang tidak ada hubungannya adalah termasuk memaksakan sesutau yang

sebenarnya manusia tidak mampu untuk menghubungkannya. Muhammad Ibnu

‘Ali Asy Syaukani mengatakan bahwa ilmu munasabah adalah ilmu yang

dipaksakan dan tidak pantas dimasukkan kedalam kajian sasta arab, apalagi

dimasukkan ke dalam al-Qur’an yang memiliki kandungan nilai sastra yang

sangat tinggi.9

Adapun munasabah dalam ayat al-Baqarah 222 dalam ayat-ayat

sebelumnya terkandung ketentuan yang melarang pernikahan antara seorang

Muslim dan orang-orang musyrik, karena pernikahan seperti itu akan

menghancurkan keyakinan dasar umat Islam dan tidak akan membawa

kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam ayat ini ada pemberian aturan-aturan

mengenai kehidupan suami istri, khususnya ketika istri sedang haid.10

7
Abdul Hay al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’I, hlm 12.
8
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progresif, hlm 1412.
9
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Misbah, Jakarta:
Amzah, 2015.
10
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta : PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012, hlm 330.

37
B. Asbabun Nuzul QS. al-Baqarah 222

Hadits Anas diriwayatkan oleh Imam Ahmad, bahwa apabila seorang

perempuan Yahudi mengalami menstruasi, mereka menolak untuk tidur dan

makan bersama. Maka para sahabat Nabi bertanya mengenai hal tersebut,

sehingga Allah berfirman:

ۙ ِ ‫س ۤا َء فِى ْال َم ِحي‬


‫ْض َو ََل‬ ِ ‫ْض ۗ قُ ْل ه َُو اَذً ۙى فَا ْعت َِزلُوا‬
َ ‫الن‬ ِ ‫ع ِن ْال َم ِحي‬
َ َ‫َو َيسْـلُ ْونَك‬
11 ْ ‫تَ ْق َرب ُْوه َُّن َحتهى َي‬
َ‫ط ُه ْرن‬
“Mereka bertanya kepadamu tentanghaid. Katakanlah “ Haid itu adalah
suatu kotoran”, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci…”

Selanjutnya Rasulullah Saw bersabda : “Lakukan apa saja selain

berhubungan badan”, kemudian berita itu tersampaikan ke orang-orang Yahudi,

dan mereka berucap, “Orang ini (Muhammad) tidak meninggalkan satu perkara

pun untuk kami kecuali untuk berselisih”, lalu datanglah Usaid Ibn Hudhair dan

Abad Ibn Bisyr keduanya berucap, “Ya Rasulullah, sesungguhnya orang-orang

Yahudi telah mengatakan begini dan begitu, tidakkah kita setubuhi saja istri-istri

kita itu ?” karena raut wajah Rasulullah Saw mulai berubah, kami mengira beliau

sedang marah pada keduanya.12

Kemudian pergilah kedua orang itu, kemudian munculah hadiah yakni

berupa susu untuk beliau. Lalu beliau mengirim utusan pada kedua sahabatnya

serta mereka dipanggil untuk dikasih susu. Pada kahirnya, kedua sahabat tersebut

memahami bahwasanya sama sekali tidak marah pada mereka. Demikian Imam

11
QS. Al-Baqarah (2): 222.
12
Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir, hlm 587.

38
Muslim dari Hamad bin Zaid bin Salamah meriwayatkan haditsnya. Firman-Nya

ۙ ِ ‫س ۤا َء فِى ْال َم ِحي‬


)‫ْض‬ َ ِ‫“ (فَا ْعت َِزلُوا الن‬Oleh sebab itu hendaklah kalian menjauhkan diri

dari wanita pada waktu haidh,” yaitu pada kemaluannya. Hal itu didasarkan pada

sabda Rasulullah Saw :

13
ِ َّ‫ أَِل‬, ٍ‫ش ْيء‬
‫الن َكا َح‬ َ ‫ص َنعُ ْوا ُك َّل‬
ْ ِ‫ا‬
“Berbuatlah apa saja, kecuali berhubungan badan.”

Oleh sebab itu, sebagian besar ulama menganggap diberbolehkannya

wanita digauli ketika sedang haid terkecuali untuk kemaluannya. Abu Dawud

meriwayatkan dari Imarah bin Ghurab, bahwasanya bibinya pernah mengatakan

kepada saya bahwa dia menanyakan pada Aisyah ra, “Salah satu dari kami

mengalami haid. Sedangkan dia dan suaminya tidak memilki tempat tidur

terkecuali hanya satu saja.” Sehingga Aisyah pun berucap: “Akan kuberitahukan

kepadamu tentang apa yang pernah dilakukan Rasulullah Saw”. Suatu hari beliau

masuk kedalam rumah lalu menuju ke masjid.

Abu Dawud mengungkapkan bahwasanya yang dimaksudkan masjid disini

ialah tempat shalat dirumahnya, serta pada saat beliau kembali aku telah terlelap

tidur. Sewaktu itu beliau sedang mengalami kedinginan, sehingga beliau berucap

padaku: “Mendekatlah kepadaku.” Lalu aku katakan pada beliau: “Aku sedang

haidh,” beliau pun berkata: “singkaplah kedua pahamu.” Sehingga aku pun

membuka pahaku, kemudian beliau pipi dan dadanya diletakkan diatas pahaku.

13
Diriwayatkan oleh al-Jama’ah kecuali al-Bukhari. Al-Bukhari meriwayatkan dalam
tarikhnya dari Masruq bin Ajda’ dengan mengatakan,”Aku bertanya kepada Aisyah r.a,”Apakah
yang boleh dilakukan oleh suami terhadap istrinya yang sedang haid?”Dia menjawab,”Semua
perkara kecuali kemaluan.” (Nailul Authar, Jilid I, hlm. 276).

39
Lalu aku pun memeluk tubuh beliau sehingga beliau merasa kehangatan hingga,

beliau terlepa tidur.14 Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud, Aisyah ra bercerita :

‫هللا ﷺ‬ ِ ‫علَى ْال َح‬


ُ ‫صي ِْر فَلَ ْم َن ْق ُربْ َر‬
ِ ‫س ْو َل‬ َ ‫ع ِن ْال ِمثَا ِل‬
َ ُ‫ُك ْنتُ أِذَا ِحضْتُ نَزَ ْلت‬
ْ ‫َولَ ْم َن ْد ُن ِم ْنهُ َحتَّى ن‬
‫َط ُهر‬
“ Jika aku haidh, aku turun dari tempat tidur ke atas tikar.makakami tidak
mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga kami suci dari haidh.15

C. Makna Mufradat

1. )‫ْض‬ ْ
ِ ‫)ال َم ِحي‬
al-Mahid adalah haid, sama dengan kata al-ma’iisy yang berarti al-

‘aisy (kehidupan). Dalam Bahasa Arab haid artinya aliran (mengalir).

Misalnya, haadhas-sailu artinya “air itu mengalir.” Sedangkan menurut

istilah syariat, haid adalah darah kotor yang keluar dari pangkal rahim

perempuan setiap bulan, sebanyak satu kali sekurang-kurangnya sehari

semalam (menurut Syafi’I dan Ahmad), biasanya selama enam atau tujuh

hari dan yang paling lama ialah lima belas hari. Terkadang al-mahidh

diartikan sebagai “tempat haid” yang menimbulkan gangguan terhadap

perempuan atau merupakan suatu penganggu yang membuat perempuan

dan orang lain menderita.

2. )‫س ۤا َء‬
َ ‫الن‬
ِ ‫( فَا ْعت َِزلُوا‬Sama dengan kalimat) ‫( َو ََل تَ ْق َرب ُْوه َُّن‬
Maksud“menjauhkan diri dari perempuan diwaktu haid” adalah

tidak menyetubuhinya selama masa haidnya. Merupakan kinaayah tentang

tidak berjimak.

Dha’if: Didha’ifhkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’if Abi Dawud (1/52)
14

Dha’if: Didha’ifhkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’if Abi Dawud (1/53)
15

40
ْ ‫( َي‬
3. ) َ‫ط ُه ْرن‬
Sampai mereka suci. Yathurna dengan ta’ baris mati tau pakai

tasydid lalu ha’, kemudian ta’ asalnya diidghamkan kepada ta’ dengan arti

mandi setelah terhentinya.16 Menurut pendapat Syafi’i mandi dengan air

jika tidak memiliki halangan atau bertayamum sebagai pengganti mandi.

Sedangkan Abu Hanifah berkata, bahwa perempuan yang telah suci dari

masa haidnya kurang dari 10 hari ia tidak halal untuk disetubuhi kecuali

setelah ia mandi atau setelah lewat waktu shalat dan darah telah berhenti.

Adapun jika ia suci setelah masa terpanjang haid (yaitu 10 hari), maka ia

halal untuk digauli suaminya meskipun belum mandi.

4. )‫(فَأْت ُ ْوه َُّن‬


Apabila mereka telah suci maka datangilah mereka, maksudnya

yaitu dengan jima’.

5. )ُ‫ّٰللا‬
‫ه‬ ُ ‫(م ْن َحي‬
‫ْث ا َ َم َر ُك ُم‬ ِ
Ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Dengan

menghindari jima’ itu pada masa haid, dan jima’ itu dilakukan ditempat

yang diperintahkan kemaluan (farji) bukan tempat lainnya.

6. ) َ‫( التَّ َّوا ِبيْن‬


Orang-orang yang bertaubat dari dosa.

7. َ َ‫( َوي ُِحبُّ ْال ُمت‬


) َ‫ط ِه ِريْن‬

16
Jalaludin As-Syuti, Tafsir Jalalain jilid I, Bandung: Sinar Baru Algensindo, hlm 119.

41
Dan Allah menyukai orang-orang yang menyucikan diri.

Maksudnya ialah bersuci dari kotoran.17

D. Tafsiran Ayat

Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan ini merupakan sisi lain dari

mengubah masalah hubungan biologis menjadi masalah hubungan yang lebih

tinggi dengan Allah, menjadi saran untuk meraih tujuan ke lebih tinggi dalam

karakter kehidupan. Yakni tujuan memiliki keturunan dan menyambungkan

kehidupan, dan kemudian menghubungkan segalanya dengan Allah. Berhubungan

biologis sewaktu masa haid terkadang bisa memunculkan kesenangan dari sisi

kehidupan, misalnya binatang selain memunculkan kotoran serta

ketidaknyamanan dan bahaya untuk laki-laki dan perempuan. Tetapi tidak mampu

mencapai tujuan tertinggi, apalagi fitrah yang bersih dan pasti merasakan kotor

pada saat itu.

Sebab sehatnya fitrah mempunyai keputusan dari dalam untuk mengontrol

kelangsungan hidup. Kemudian tergantung pada keputusannya, dia akan menjauh

dari hubungan biologis ketika tidak mungkin baginya untuk menanamkan

benihnya serta membuat kehidupan tumbuh. Sementara hubungan biologis di

waktu suci akan membawa pada kenikmatan alamiah serta tercapainnya tujuan

fitrah (suci). Oleh karenanya ada jawaban untuk pertanyaan ini,

“Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah “ Haid itu adalah

suatu kotoran”, oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di

waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci.”

17
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir jilid I, hlm 517.

42
Bukan hanya dari itu, masalah hubungan biologis bukanlah sekedar hanya

soal mengungkapkan nafsu semata. Namun itu dikaitkan dengan dengan perintah

Allah dikarenakan itu adalah tindakan yang ditugaskan dan diperintahkan oleh

Allah, yang terikat oleh batasan serta aturan tertentu.

“Apabila mereka telah suci, maka caampurilah mereka itu ditempat yang

diperintahkan Allah kepadamu.”

Hal tersebut dilaksanakan pada tempat penanaman benih (vagina),

bukanlah di tempat lain. Oleh karena itu, dengan tujuan bukanlah sekadar untuk

melampiaskan nafsu, tetapi sebagai pengembangan hidup serta mencari apa yang

sudah Allah tetapkan. Sehingga Allah menentukan apa yang dihalalkan serta

mewajibkannya. Seorang Muslim mencari apa yang dihalalkan dan apa yang

ditentukan oleh Allah, dan bukanlah dirinya sendiri yang memunculkan apa yang

ia cari. Allah mewajibkan suatu hal untuk hamba-hambanya dakam kondisi

bersuci. Dia mencintai hamba-hambanya yang bersedia taubat pada-Nya ketika

mereka melakukan keselahan dan kembali pada-Nya untuk meminta

pengampunan-Nya.18

Tafsir al-Misbah menafsirkan kata mahidh merupakan waktu atau tempat

haid, atau haid itu sendiri. Pertanyaan di atas timbul dikarenakan laki-laki Yahudi

memberi penghindaran perempuan yang sedang menstruasi, bahkan tidak boleh

berada diluar rumah, atau makan bersama ketika sedang haid. Jadi, pertanyaan

mereka bukanlah merujuk mengenai apa itu haid, namun apa petunjuk ilahi bagi

suami ketika istrinya mengalami haid. Jawaban di atas sangat jelas dan singkat,

18
Sayyidh Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 1, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, hlm
287.

43
akan tetapi memberi informasi mengenai kondisi perempuan yang mengalami

haid serta cara menghadapinya saat itu. Tidak lama sesudah ayat ini diturunkan,

Nabi memberi penyampaian makna jawaban ilahi ini dengan mengutarakan pada

para interogator serta kepada keseluruhan umat Islam: “Lakukanlah segala

sesuatu (yang selama ini dibenarkan) kecuali hubungan seks.” (HR. Muslim)

Haid merupakan gangguan, artinya yaitu menyebakan gangguan psikis dan

fisik baik bagi perempuan maupun laki-laki. Secara fisik menyebabkan keresahan

pada tubuh wanita dengan mengalirnya darah segar. Rasa sakit sering kali

membuat rasa nyeri diperutnya karena kontraksi rahim. Di sisi lain, pada saat

datang bulan hasrat seksual menurun, emosi sering lepas kendali. Meski menurut

psikisnya darah itu akan selalu keluar, hal itu akan menganggu kenyamanan

hubungan intim antar pasangan.19

Darah yang baunya tidak sedap serta tidak menyenangkan apabila dilihat

adalah hal yang mengganggu bagi laki-laki. Selain emosi perempuan yang tidak

stabil juga sering mengganggu ketenangan suami, atau orang terdekatnya. Bahkan

sel telur, dengan datangnya menstruasi keluar serta tidak diganti hingga beberapa

waktu sesudah wanita itu suci, maka terjadinya pembuahan adalah salah satunya

tujuan hubungan seks yang tidak mungkin terjadi selama masa haid. Maka dari

itu, pelarangan berhubungan seks ialah ketika seorang perempuan mengalami haid

atau tempat haid itu keluar. Bahwa ini berarti ia dapat mendekati atau bercumbu

pada bagian atas, bukanlah bagian bawah, atau bukan di tempat haid dikeluarkan,

yaitu pada tempat gangguan itu berada.

19
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol 1, hlm 583.

44
Disini kata mahidh digaris bawahi lagi, meskipun sebagian orang mungkin

berpikir bahwa cukup menyebutnya dengan istilah ini. Misalkan, “hendaklah

kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu itu”, atau pada “tempat itu”. Namun

jika demikian, banyak kemungkinan yang mengasumsikan bahwa melarang

melakukan hubungan seks tiap perempuan terjadi gangguan apapun. Sebenarnya

bukan itu yang dimaksudkan, dikarenakan terdapat masalah lainnya bagi istri yang

tidak secara hukum mengarah pada pelarangan ini. Sebutan kata mahidh

merupakan sebuah penggambaran bahwa keluarnya darah dari vagina perempuan,

misalkan istihadha, tidak senantiasa mengakibatkan gangguan yang serupa seperti

yang terjadi sewaktu haid, maka dari itu, ketika seorang perempuan terjadi

istihadha dia berkewajiban untuk sholat, tidak sama ketika mereka sedang haid.20

Kapan dapat melakukan hubungan seks itu? kapan saja, namun ada

persyaratan yang harus dipenuhi yaitu janganlah kamu dekati mereka sebelum

mereka suci. Redaksinya, jangan dekati, bukan jangan lakukan, dikarenakan

hasrat seksual seringkali susah untuk ditahan. Akan tetapi, yang dimaksudkan

disini ialah mendekati tempat dimana bisa terjadinya berhubungan seks yang

berbuah. Terdapat dua macam yang dikenalkan didalam ayat ini, yathhurna serta

yatathahharna, yang pertama berarti suci, yakni berhenti haidnya, yang kedua

berarti amat suci, yakni mandi setelah haidnya berhenti. Tentu saja yang kedua

lebih ketat dari yang pertama, dan agaknya ini lebih baik dan memang lebih suci.

Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya; “Sesungguhnya Allah menyukai

orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yng bersungguh-sungguh

20
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm 479.

45
menyucikan diri.” Bertaubat ialah tubuh bersuci dari kotoran batin, sementara

tubuh bersuci dari kotoran lahir ialah berwudu atau mandi. Oleh karena itu,

bersuci baik dari rohani dan jasmani merupakan gabungan dari akhiran ayat ini,

dan juga mengisyaratkan bahwasanya seks hanya bisa dibenarkan apabila istri

sudah selesai masa haidnya serta istri sudah mandi.21

Dalam tafsir Kementrian Agama, ayat ini menjelaskan mengenai haid serta

sikap menerima terhadap perempuan yang sedang mengalami haid. Pendarahan

haid merupakan fenomena lemahnya pembuahan sel telur yang tidak terjadi keluar

dari rahim perempuan setiap bulannya, paling cepatnya sehari semalam lamanya,

terkadang 6 atau 7 hari, serta maksimal 15 hari. Beragam sikap individu dahulu

mengenai perempuan yang sedang mengalami haid. Memilki sikap itu merupakan

sifat orang Yahudi , menolak bersentuhan dengan perempuan haid dikarenakan

dianggap najis kulitnya, menolak bersama-sama tinggal serumah, menolak makan

minum bersama, serta menolak bergaul dengan istri yang haid.

Umat Nasrani memiliki sikap yang berbeda, mereka sering bergaul dengan

perempuan yang sedang haid, tidak terdapat pembeda antara perempuan

menstruasi dan tidak menstruasi. Mereka secara bebas menggaulinya serta

melakukan apa pun yang mereka inginkan. Orang-orang Arab zaman pra-Islam

memiliki sikap yang sama dengan orang-orang Yahudi. Islam memberi larangan

seorang suami berhubungan badan dengan istri yang sedang masa haid. Para ahli

medis sudah banyak menjelaskan mengenai risiko berhubungan badan bersama

dengan perempuan yang sedang haid. Bagian akhir dari ayat itu menjelaskan

21
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, hlm 480.

46
bahwa Allah menyukai menyukai orang-orang yang bersedia bertaubat dari

kekeliruannya serta senantiasa memelihara kesuciannya.22

Perempuan dewasa yang mengalami masa haid terjadi dimana tubuh

mengeluarkan indung telur yang tidak dibuahi, dikarenakan tidak timbul proses

pembuahan, sehingga dinding rahim telah dalam kondisi siap penerimaan akan

berkontraksi. Dari kontraksi ini, sehingga yang tidak dibuahinya indung telur akan

keluar bersama dengan darah yang keluar dari pecahnya selaput lendir. Sesudah

tubuh mengeluarkan telur dan darah, maka proses pematangan indung telur akan

mengulang kembali.

Seluruh proses ini diulang secara terus menerus selama masa waktu

tertentu. Tiap bulan ovarium baru terbentuk, dimana waktu yang sama hormon

yang sama juga dikeluarkan. Jadi perempuan memiliki sejumlah waktu untuk

benar-benar siap untuk membuahinya. Jika pembuahan benar-benar timbul,

sehingga siklus haid berganti yang selalu akan mengalami perubahan. Adanya

“kekosongan” pada rahim hanya bisa dilihat dengan memeriksa anatomi rahim

yang menggunakan alat-alat yang canggih, namun nyatanya perubahan yang

hanya bisa digunakan oleh ilmu pengetahuan modern ini, sudah diutarakan dalam

al-Qur’an :

ُ‫ش ْيءٍ ِع ْندَه‬ ُ ‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُك ُّل ا ُ ْن ٰثى َو َما تَ ِغي‬
َ ‫ْض ْاَلَ ْر َحا ُم َو َما ت َْزدَادُ َۗو ُك ُّل‬ ‫َه‬
‫ِب ِم ْقدَ ٍار‬

“ Allah mengetahui apa yang dikandung setiap perempuan, apa yang


kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada
ukuran di sisi-Nya.”23

22
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirannya, hlm 330.

47
Ayat diatas membahas tentang proses masa haid. Terjemahan ayat itu

kurang bisa menunjukkan terjadinya masa haid secara baik. Namun secara

terjemahan bahas inggris diperlihatkan lebih bisa mengutarakan proses ini, yaitu:

“Allah Knows what every female bears and every shrinking of the womb

and every swelling. Everything has its measure with Him.”

Awal mula masa menstruasi lapisan mucus (lendir) yang memberi lapisan

pada dinding rahim (lapisan endometrium) dengan tebal 0,5 mm. karena pengaruh

hormon yang indung telur kelurkan, lapisan ini akan menjadi tebal hingga 5-6

mm, lapisan tersebut yang selanjutnya saat telur tidak dibuahi maka lapisan itu

harus dibuang. Seperti halnya yang bisa diketahui dari ayat diatas, terkelupasnya

dan penebalan lapisan di dinding rahim ini diterjemahkan oleh “shrinking” dan

“swelling”.24

23
QS. Ar-Rad (13): 8.
24
Kementrian Agama RI, al-Qur’an dan Tafsirannya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 11 jilid, 2012, hlm 331.

48

Anda mungkin juga menyukai