Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mohamad Alwi Zamzami

NIM : 126407203042
PRODI : Studi Qur’an dan Hadits
Jurusan : Pariwisata Syariah
Dosen Pembimbing : Muh. Habibulloh, M.Pd.I

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


1. Carilah Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan “ Pariwisata syari’ah” , dan gunakan metode
tafsir maudhu’i untuk menafsirinya !
2. Bagaimana keterkaitan hadis dengan Al-Qur’an dari sisi praktisnya ? jelaskan !
3. Berikan gambaran periodisasi hadits sesuai dengan sejarah dan perkembangannya mulai
Zaman Rasulullah hingga Zaman kerajaan Turki Usmani !
4. Bagaimana cara takhrij hadits ? berikan contoh dan praktikkan dengan mentakhrij hadits
tentang “ Ekonomi “ !
5. Ada berapa syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang muhaddis ? sebutkan dan
jelaskan !
6. Sebutkan pembagian hadits dan jelaskan masing-masing pembagiannya !
7. Berikan contoh sanad hadits yang mutawatir !
8. Saat ini banyak yang menggunakan dasar hadits dan Al Qur’an dalam dakwah, akan tetapi
hanya penempatannya yang kadang kurang tepat. Sehingga menjadi kontroversial dalam
da’wahnya. Bagaimana menurut anda dengan hal ini, berikan dasar anda untuk menguatkan
argumentasi anda !
9. Berikan contoh permasalahan yang ada di sekitar anda berkaitan dengan “ Ekonomi “,
berikan dalil untuk menjawabnya !
10. Buatlah Artikel Tentang Tema “ Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Melalui Studi
Pariwisata Syari’ah “ !

“JAWAB”
1. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan “ Pariwisata syari’ah” atau perjalanan, dan gunakan
metode tafsir maudhu’i untuk menafsirinya yaitu
➢ QS. Al-Baqarah 2: Ayat 184
َ‫ط َّوع‬َ َ‫طعَا ُم مِ ْس ِكيْن ۗ فَ َم ْن ت‬ َ ‫ع ٰلى َسفَر فَ ِعدَّة ِم ْن اَيَّا م اُخ ََر ۗ َو‬
َ ‫علَى الَّ ِذيْنَ يُطِ ْيقُ ْونَه فِدْيَة‬ َ ‫اَيَّا ًما َّم ْعد ُْو ٰدت ۗ فَ َم ْن كَا نَ مِ ْنكُ ْم َّم ِر ْيضًا اَ ْو‬
َ َ ُ ْ ُ ْ ُ َّ
َ‫ص ْو ُم ْوا َخيْر لـک ْم اِن كنت ْم ت ْعل ُم ْون‬ َ ْ َ َّ َ
ُ ‫َخي ًْرا ف ُه َو َخيْر له ۗ َوا ن ت‬
“(yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan
(lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada
hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu
memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”
➢ QS. Al-Baqarah 2: Ayat 185
َ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن کَان‬ ُ ‫ِي ا ُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰا نُ هُدًى لِلنَّا ِس َو بَيِ ٰنت مِنَ ْال ُه ٰدى َوا ْلفُرْ قَا ِن ۚ فَ َم ْن َش ِهدَ مِ ْنكُ ُم ال َّش ْه َر ف َْليَـ‬
ْ ‫ضا نَ الَّذ‬َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
‫على َما‬ ٰ َ ‫ّللا‬ ُ ْ ُ ْ ُ ْ ْ
َ ٰ ‫ّللا بِکُ ُم اليُس َْر َو َل ي ُِر ْيدُ بِکُ ُم العُس َْر ۖ َو ِلتکمِ لوا ال ِعدَّةَ َو ِلتکَبِ ُروا‬ ُ
ُ ٰ ُ‫على َسفَر فَ ِعدَّة م ِْن اَيَّا م اخ ََر ۗ ي ُِر ْيد‬ ٰ َ ‫َم ِر ْيضًا اَ ْو‬
َ‫َه ٰدٮكُ ْم َولَ َعلَّکُ ْم تَ ْشكُ ُر ْون‬
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka
berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib
menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah
menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, agar kamu bersyukur.”
➢ QS. An-Nisa’ 4: Ayat 46
‫ط ْعنًا‬َ ‫غي َْر ُم ْس َمع َّو َرا ِعنَا لَـيًّا بِا َ ْلسِ نَتِ ِه ْم َو‬ َ ‫ص ْينَا َوا ْس َم ْع‬َ ‫ع‬ َ ‫ضعِه َو يَقُ ْولُ ْونَ َسمِ ْعنَا َو‬ َ ‫مِنَ الَّ ِذيْنَ هَا د ُْوا يُ َح ِرفُ ْونَ ْالـ َكل َِم‬
ِ ‫ع ْن َّم َوا‬
‫ّللا ِبكُ ْف ِر ِه ْم ف ََل‬ُ ٰ ‫ط ْعنَا َوا ْس َم ْع َوا ْنظُرْ نَا لَـ َكا نَ َخي ًْرا لَّ ُه ْم َواَ ْق َو َم ۙ َو ٰلـك ِْن لَّ َعنَ ُه ُم‬
َ َ‫الدي ِْن ۗ َولَ ْو اَنَّ ُه ْم قَا لُ ْوا َسمِ ْعنَا َوا‬
ِ ‫ي‬ ْ ‫ِف‬
‫يُؤْ مِ ن ُْونَ ا َِّل قَ ِلي ًْل‬
“(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan
mereka berkata, Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka
mengatakan pula), Dengarlah, sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa
pun. Dan (mereka mengatakan), Ra‘ina, dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela
agama. Sekiranya mereka mengatakan, Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan
perhatikanlah kami, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat
mereka karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.”
• Dalam beberapa surat dan ayat di atas terdapat kata “Al-Safar” : (Perjalanan),
Dijelaskan tentang keadaan orang yang sedang dalam musafir atau perjalanan diberikan
kemudahan dan keringanan dalam ibadah, seperti menjama’ dan mengqasar Shalat
begitu juga di bolehkan berbuka bagi yang berpuasa.

2. Hadits menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Hadits sebagai
pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan. Penetapan Hadits sebagai sumber kedua
ditunjukkan oleh tiga hal, yaitu Al Qur’an sendiri, kesepakatan (ijma`) ulama, dan logika akal
sehat (ma`qul). Al Qur’an menunjuk nabi sebagai orang yang harus menjelaskan kepada
manusia apa yang diturunkan Allah, karena itu apa yang disampaikan Nabi harus diikuti,
bahkan perilaku Nabi sebagai rasul harus diteladani kaum muslimin sejak masa sahabat sampai
hari ini telah bersepakat untuk menetapkan hukum berdasarkan sunnah Nabi, terutama yang
berkaitan dengan petunjuk operasional. Keberlakuan hadis sebagai sumber hukum diperkuat
pula dengan kenyataan bahwa Al-Qur’an, hanya memberikan garis- garis besar dan petunjuk
umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam
kehidupan manusia. Karena itu, keabsahan hadis sebagai sumber kedua secara logika dapat
diterima. Al-Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber hukum syariat Islam yang tetap, Al-
Qur’an dan hadis merupakan rujukan yang pasti dan tetap bagi segala macam perselisihan yang
timbul di kalangan umat Islam.

3. Tradisi penulisan hadis telah terjadi dari masa Nabi. Para sahabat menerima hadis dari Nabi
kemudian mencatat apa yang telah dikatakan oleh Nabi. Namun jumlah sahabat yang bisa
menulis masih sangat sedikit, sehingga materi hadis yang tercatat pun terbatas. Selain itu juga
perhatian para sahabat yang masih bertumpu pada pemeliharaan al-Qur’an, menjadikan catatan
hadis hanya tersebar pada sahifah sahabat. Cara periwayat dalam memperoleh dan
menyampaikan hadis mengalami perbedaan antara masa Nabi dengan masa Khulafa’ al-
Rasyidin. Begitu juga periwayatan hadis pada masa sahabat tidak sama dengan periwayatan
hadis pada masa sesudahnya. Periwayatan hadis pada masa Nabi lebih terbebas karena
ketiadaan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Karena pada masa Nabi tidak ada bukti yang pasti
tentang telah terjadinya pemalsuan hadis, dan juga masa Nabi lebih mudah dalam melakukan
pemeriksaan sekiranya ada hadis yang diragukan keshahihannya. Pada masa Khulafa’ al-
rasyidin terjadi penyederhanaan periwayatan hadis, dimana periwayat yang ingin
meriwayatkan hadis harus melakukan sumpah ataupun menghadirkan saksi jika hadis yang
ditulis adalah benar dari Nabi. Sedangkan untuk masa Tabi’in dan Tabi’i al-Tabi’in telah terjadi
penghimpunan hadis, meskipun masih ada percampuran antara hadis Nabi, perkataan sahabat
dan fatwa Tabi’in. Barulah ketika Khalifah Umar ibn Abdul Aziz menjadi khalifah, hadis mulai
mengalami pengkodifikasian.

4. Cara Takhrij Hadist:


Mengetahui lafaz awal matan, Mengetahui salah satu lafadz dari matan, Konsultasi ke kamus
Hadits, Menulis Hadits yang ditemukan beserta sanadnya, Melakukan i’tibar, Menyusun skema
sanad, Meneliti sejarah perawi, Analisa kualitas dan kuantitas sanad, Menyimpulkan hasil
takhrij dan penelitian.
➢ Contoh dan praktikkan dengan mentakhrij hadits tentang “ Ekonomi “
Menurut Rasulullah SAW, setidaknya ada dua jenis pekerjaan yang tergolong ke dalam
pekerjaan terbaik yang bisa dilakukan oleh umat manusia dalam memenuhi kebutuhan
ekonominya. Hal ini tertuang sesuai dengan hadits berikut: Dari Rifa'ah bin Rafi' RA,
sesungguhnya Nabi SAW ditanya : "apa pekerjaan paling utama dan paling baik?". Rasul
menjawab , "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya dan setiap jual-beli yang baik." (HR
al-Bazaar dan dibenarkan al-Hakim).
Hadits ini shahih dengan banyaknya jalur periwayatannya. Ibnu Hajar al-'Asqalani
rahimahullah berkata:"Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan disahihkan oleh al-Hakim", beliau
berkata di dalam kitab beliau at-Talkhish:"Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ath-Thabrani, dan
di dalam bab ini ada hadits juga dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu 'Umar radhiyallahu'anhum. Hal
itu disebutkan oleh Abi Hatim rahimahullah. Ath-Thabrani mengeluarkan (meriwayatkan) di
dalam kitab al-Ausath hadits dari Ibnu 'Umar radhiyallahu'anhuma, dan para perawinya La
Ba'sa (tidak ada masalah).

5. Setidaknya terdapat sekurangnya 3 syarat untuk menjadi seorang muhaddis menurut Imam
Ibnu Hajr al Asyqolani Asy Syafi‟ie, diantaranya:
➢ Masyhur dalam menuntut ilmu hadits dan mengambil riwayat dari mulut para ulama,
bukan dari kitab-kitab hadits saja. Artinya harus memahami hadis secara langsung
melalui para perawinya tapi tidak sekedar menyimak saja melainkan juga memiliki ilmu
mengenai jarh dan ta‟dil para perawinya, dan tidak hanya sebatas meriwayatkan.
➢ Mengetahui dengan jelas Thabaqat generasi periwayat dan kedudukan mereka. Artinya
memahami kumpulan biografi para tokoh perawi dalam lapisan generasinya.
➢ Mengetahui Jarah dan ta`dil dari setiap periwayat, dan mengenal mana hadits yang
shahih atau yang Dhaif, sehingga apa yang dia ketahui lebih banyak dari pada yang
tidak diketahuinya, juga menghapal banyak matan haditsnya.

6. Macam-macam Pembagian:
A. Pembagian Hadis berdasarkan Jumlah Periwayat:
Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang menjadi sumber
berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi dua macam, yakni:
➢ Hadits Mutawatir
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan atau berturut-turut
antara satu dengan yang lain. Sedangkan menurut istilah ialah Suatu hasil hadis tanggapan
pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut kebiasaan mustahil
mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.
Pembagian Hadits Mutawatir: Hadits Mutawatir Lafzi Hadits yang lafad-lafad para perawi itu
sama, baik hukum maupun mananya, Hadits Mutawatir Ma’nawy Hadis yang berlainan bunyi
lafaz dan maknanya, tetapi dapat diambil dari kesimpulannya atau satu makna yang umum,
Hadits Mutawatir Amaly Sesuatu yang mudah dapat diketahui bahwa hal itu berasal dari agama
dan telah mutawatir di antara kaum muslimin bahwa Nabi melakukannya atau memerintahkan
untuk melakukannya atau serupa dengan itu.
➢ Hadis Ahad
Menurut Istilah ahli hadis, pengertian hadis ahad ialah hadits yang tidak berkumpul padanya
syarat-syarat mutawatir.
Pembagian Hadits Ahad: • Hadits Masyhur hadits yang di riwayatkan oleh tiga orang atau
lebih, serta belum mencapai derajat Mutawatir, Hadits ‘Azis Hadits yang diriwayatkan oleh
dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian
setelah itu, orang-orang pada meriwayatkannya, Hadits gharib Hadits yang dalam sanadnya
terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, di mana saja penyendirian dalam
sanad itu terjadi.
B. Dari Segi Kualitas Sanad dan Matannya
Para ulama membagi hadis ahad dalam tiga tingkatan, yaitu hadits sahih, hadits hasan, dan
hadis daif. Pada umumnya para ulama tidak mengemukakan, jumlah rawi, keadaan rawi, dan
keadaan matan dalam menentukan pembagian hadis-hadis tersebut menjadi hadis sahih, hasan,
dan daif.
a. Hadits Sahih
Hadits Sahih adalah hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatan,
sanadnya bersambung-sambung, tidak berillat dan tidak janggal.
Hadits shahih terbagi kepada dua bagian:
➢ Shahih li-dzatihi
Hadits yang sanadnya bersambung-sambung, diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna
hafalannya dari orang yang sekualitas dengannya hingga akhir sanad, tidak janggal dan tidak
mengandung cacat yang parah.
➢ Shahih li-ghairih
Hadits yang keadaan rawi-rawinya kurang hafidh dan dhabith tetapi mereka masih terkenal
orang yang jujur, hingga karenanya berderajat hasan, lalu didapati padanya dari jalan lain yang
serupa atau lebih kuat, hal-hal yang dapat menutupi kekurangan yang menimpanya itu.
b. Hadis Hasan
Hadits Hasan adalah hadits yang dinukilkan oleh orang yang yang adil yang kurang sedikit
kedhobitannya, bersambung-sambung sanadnya sampai kepada nabi SAW. Dan tidak
mempunyai ‘Illat serta syadz.
Menutut Ibnu Shalah, hadits hasan itu dapat dibagi menjadi dua:
➢ Hasan li-dzatihi
Berita Hadits yang terkenal para perawinya tentang kejujuran dan amanahnya tetapi hafalan
dan keteguhan hafalannya tidak mencapai derajat para perawi hadits shahih.
➢ Hasan li-ghairih
Hadits yang sanadnya tidak sepi dari seorang yang tidak jelas perilakunya atau kurang baik
hafalannya dan lain-lainnya.
c. Hadis Daif
Hadis daif adalah hadis yang tidak menghimpun sifat-sifat hadis sahih, dan juga tidak
menghimpun sifat-sifat hadis hasan
C. Dari Segi Kedudukan Dalam Hujjah
Hadis ahad ahad ditinjau dari segi dapat diterima atau tidaknya terbagi menjadi 2 (dua) macam
yaitu hadis maqbul dan hadis mardud.
a. Hadis Maqbul
Maqbul menurut bahasa berarti yang diambil, yang diterima, yang dibenarkan. Sedangkan
menurut urf Muhaditsin hadis Maqbul ialah Hadis yang menunjuki suatu keterangan bahwa
Nabi Muhammad SAW menyabdakannya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa hadis maqbul ini wajib diterima. Sedangkan yang temasuk
dalam kategori hadis maqbul adalah:
➢ Hadis sahih, baik yang lizatihi maupun yang ligairihi
➢ Hadis hasan baik yang lizatihi maupun yang ligairihi.
b. Hadis Mardud
Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak; yang tidak diterima. Sedangkan menurut urf
Muhaddisin, hadis mardud ialah Hadis yang tidak menunjuki keterangan yang kuat akan
adanya dan tidak menunjuki keterangan yang kuat atas ketidakadaannya, tetapi adanya dengan
ketidakadaannya bersamaan. Jadi, hadis mardud adalah semua hadis yang telah dihukumi daif.
D. Dari Segi Tempat penyandarannya
Ditinjau dari segi kepada siapa berita itu disandarkan, apakah disandarkan pada Allah, Nabi
SAW., sahabat ataukah disandarkan kepada yang lainnya, maka hadits itu dapat dibagi
menjadi:
a. Hadis Qudsi
Yang disebut hadits Qudts –Qudsy atau hadits- Rabbany atau hawadits-lahi, ialah sesuatu yang
dikabarkan Allah Ta’ala kepada Nabi-Nya dengan melalui ilham , yang kemudian Nabi
menyampaikan makna dari ilham tersebut dengan ungkapan kata beliau.
b. Hadits Marfu’
Hadits Marfu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi SAW., baik berupa perkataan,
perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu terputus.
c. Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan atau semacam itu, baik sanadnya itu bersambung ataupun sanadnya itu terputus.
d. Hadits Maqtu’
Hadits Maqtu’ adalah yang disandarkan kepada tabi’in dan tabi’ut tabi’i serta orang yang
sesudahnya, baik berupa perkataan, perbuatan atau lainnya.

7. Contoh hadis Mutawatir:


a) Mutawatir Lafdhi yaitu hadis yang diriwayatkan oleh banyak orang yang susunan redaksi
dan maknanya seragam antar periwayat yang satu dengan yang lainnya. Contoh hadis lafdhi:

ِ َّ‫ي فـَ ْليَتَبَ َّوأْ َم ْقعَدَهُ مِنَ الن‬


.‫رواه البخارى‬. ‫ار‬ َّ َ‫عل‬ َ َ‫ َم ْن َكذ‬: ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ب‬ َ ‫)قـَا َل َرس ُْو ُل هللا‬
Rasulullah bersabda : “Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, hendaklah dia
menduduki tempat duduk di neraka”. (HR. Bukhari).
Ada tiga pendapat tentang periwayat hadis tersebut, yaitu: menurut Alwiy al-Maliki
diriwayatkan oleh 62 orang sahabat [9], menurut Al-Bazzar, diriwayatkan oleh 40 orang
sahabat. Dan Al-Nawawi menyatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat.
b) Mutawatir ma’nawi yaitu hadis yang lafadh dan maknanya berlainan antara riwayat satu dan
riwayat lainnya, tetapi terdapat persesuaian makna secara umum (kulli). Contoh hadits
ma’nawi:
َ ‫ض اِب‬
‫رواه‬. (‫طي ِه‬ َ ‫كَانَ النَّ ِبي صل هللا عليه وسلم لَيَرف ُع يدي ِه في شيء من دعائ ِه ال في الءِ ستقاَءِ وانَّه يرفع حتَّى‬
ُ ‫يرى بيا‬
‫)البخاري‬
Nabi SAW, tidak mengangkat kedua tangannya dalam do’a-do’a beliau, kecuali dalam sholat
istisqo’, dan beliau mengangkat tangannya hingga tampak putih-putih kedua ketiaknya. (HR.
Bukhari).
c) Mutawatir ‘Amali yaitu hadis yang menyangkut perbuatan Rasulullah yang disaksikan dan
ditiru tanpa perbedaan oleh banyak orang, kemudian juga dicontoh dan diperbuat tanpa
perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi berikutnya, yang dinyatakan dalam
kaidah ilmu hadis:
ُ‫طبِق‬َ ‫عي َْر ذَلِكَ َوه َُوالذِي يَ ْن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَعَلَهُ أَ ْوأَ َم َربِ ِه أَ ْو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َّ ِ‫الدي ِْن بِالض َُّر ْو َرةِ َوت ََوات ََر بَيْنَ ْال ُم ْسلِمِ يْنَ أَنَّ النَّب‬
َ ‫ي‬ ِ َ‫َماعُل َِم مِن‬
‫صحِ ْيحًا‬ َ ‫ا‬ ً ‫ق‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ْ
‫ن‬ ِ
َ ِ‫َ ِ ط‬‫ا‬ ‫اع‬ ‫م‬ ‫ل‬
ْ‫ِج‬ ‫ا‬ ‫ْف‬ ‫ي‬ ‫ر‬
ُ ِْ ِ َ‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫ه‬ ‫ي‬
ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan telah mutawatir dikalangan
umat islam bahwa Nabi Saw. mengajarkannya atau menyuruhnya atau selain dari itu. Dari hal
itu dapat dikatakan soal yang telah disepakati”.
Contoh hadits mutawatir a’mali adalah berita-berita yang menerangkan waktu dan rakaat
shalat.

8. Al-Qur’an semenjak pertama kali diturunkan, sekarang dan di masa yang mendatang, selalu
menjadi sumber rujukan dan inspirasi dakwah karena Al-Qur’an adalah pedoman setiap
seorang muslim, pernyataan itu diperkuat beberapa bukti dan argumentasi, baik secara normatif
atau secara empirik, sebagai berikut:
➢ Keberadaan al-qur’an sebagai wahyu atau firman Allah (kallamullah) mempunyai
identitas mutlak dan universal sehingga nilai-nilai kelakuannya tidak terbatas dimensi
waktu (dulu, sekarang, dan yang akan datang ) dan dimensi ruang dan tempat (di sana
di sini dan di situ) hal ini di kenal dengan proposisi yang menyebutkan.
➢ Kandungannya banyak memuat pesan moral tentang dakwah, yakni upaya seruan,
ajakan, bimbingan, dan arahan menuju ashshirath al mustaqim (din al Islam.
➢ Al-qur’an secara khusus banyak memuat pesan moral tentang dakwah, yakni upaya
seruan, ajakan, bimbingan, dan arahan menuju ash shirath al mustaqim (din al –islam).
➢ Al-qur’an secara khusus banyak memuat dan memperkenalkan istilah-istilah dakwah.
➢ Secara eksplisit, term dakwah dalam al-qur’an ada yang diungkapkan dalam perintah
(amr).
➢ Telah terbukti dalam sejarah, alquran mampu memotivasi dan ispirasi perubahan
sebuah peradaban manusia dari kondisi jahiliyah (zulumat) menuju kehidupan keterang
benderangan (an-nur). Yuhriju hum min ash zhulumat ila nur.
➢ Al-qur’an melahirkan sebuah ajaran, pranata sosial, kebudayaan, dan peradaban baru.
➢ AL-Quran sebagai pedoman dan petunjuk berdasar pada
QS. Al-Baqarah 2: Ayat 2
َ ‫ ۙ ٰذلِكَ ْال ِك ٰتبُ َل َري‬
َ‫ْب  ۛ فِ ْي ِه  ۛ هُدًى ل ِْل ُمتَّ ِقيْن‬
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
QS. Fussilat 41: Ayat 44
َ‫ع َربِي ۗ ُقلْ ه َُو ِللَّ ِذيْنَ ٰا َمن ُْوا هُدًى َوشِ فَآء ۗ َو الَّ ِذيْنَ َل يُؤْ مِ ن ُْون‬ َ ‫ ْع َجمِي َّو‬٣َ‫صلَتْ ٰا ٰيتُه ۗ َءا‬
ِ ُ‫َولَ ْو َج َع ْل ٰنهُ قُرْ ٰا نًا اَ ْع َجمِ يًّا لَّقَا لُ ْوا لَ ْو َل ف‬
ْ َ‫ولئِكَ يُنَا د َْون‬
‫مِن َّمكَا ن بَ ِعيْد‬ ٓ ٰ ُ ‫ع ًمى ۗ ا‬ َ ‫ي ٰاذَا نِ ِه ْم َو ْقر َّوه َُو‬
َ ‫علَ ْي ِه ْم‬ ْ ِ‫ف‬
“Dan sekiranya Al-Qur’an Kami jadikan sebagai bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab
niscaya mereka mengatakan, Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah patut (Al-
Qur’an) dalam bahasa selain bahasa Arab sedang (Rasul), orang Arab? Katakanlah, Al-Qur’an
adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan, dan (Al-Qur’an) itu merupakan kegelapan bagi
mereka. Mereka itu (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.”

9. Contoh permasalahan yang ada di sekitar tentang ekonomi yaitu:


Menurunnya pendapatan UMKM akibat Covid-19, dan ada beberapa juga para pegawai yang
di PHK. Krisis ekonomi akibat pandemi covid-19 yang melanda kita saat ini adalah suatu
malapetaka yang sengaja diundang kehadirannya karena perbuatan kita sendiri agar kita sadar
dan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Hal ini seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-
Rum: 40, dan Q.S. As-Syura: 30
➢ QS. Asy-Syura 42: Ayat 30
َ ‫ص ْي َبة فَ ِب َما َك َس َبتْ اَ ْي ِد ْيكُ ْم َو َي ْعفُ ْوا‬
‫ع ْن َك ِثيْر‬ ِ ‫صا َبكُ ْم م ِْن م‬
َ َ‫ ۗ َو َما ا‬
“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).”
➢ QS. Ar-Rum 30: Ayat 40
َ ‫سبْحٰ نَه َوتَع ٰٰلى‬
‫ع َّما‬ ْ ‫مِن ٰذ ِلكُ ْم م ِْن َش‬
ُ ۗ ‫يء‬ ْ ‫مِن ش َُر َكآئِكُ ْم َّم ْن يَّ ْف َع ُل‬ ْ ‫ّللا الَّذ‬
ْ ْ‫ِي َخلَقَكُ ْم ث ُ َّم َرزَ قَكُ ْم ث ُ َّم يُمِ ْيتُكُ ْم ث ُ َّم يُحْ ِي ْيكُ ْم ۗ هَل‬ ُٰ َ
‫ييُ ْش ِركُ ْون‬
“Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian
menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu
yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka persekutukan.”
10. Artikel Tentang Tema “Menumbuhkan Ekonomi Masyarakat Melalui Studi Pariwisata
Syari’ah”

PERAN PARIWISATA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI


MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

MOHAMAD ALWI ZAMZAMI


IAIN Tulungagung
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis peran Pariwisata terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam perspektif ekonomi Islam. Alat analisis yang
digunakan adalah pendekatan deskriptif. Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan aspek
penting dalam pengembangan pariwisata. Hal ini dikarenakan pengembangan pariwisata
banyak memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan pengembangan
potensi pariwisata terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat yang melibatkan masyarakat
langsung dalam pengembangan objek wisata dapat membuat masyarakat mempunyai
kesempatan kerja yang bervariasi, lebih produktif dan mandiri dalam meningkatkan standar
perekonomiannya dan juga dapat meningkatkan perekonomian. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai
bentuk–bentuk kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan
pariwisata yang berdampak pada nilai sosial budaya maupun peningkatan kesejahteraan
ekonomi masyarakat sekitar. Potensi pengembangan pariwisata terhadap pemberdayaan
ekonomi masyarakat pada pariwisata, jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam, maka
pariwisata dapat memenuhi kualifikasi usaha pariwisata yakni masyarakat telah dapat
memenuhi kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas dalam kerangka
syariah.
Kata Kunci: Pariwisata, Pemberdayaan Ekonomi, Ekonomi Islam

Pendahuluan
Indonesia memiliki anugerah sebagai negara dengan potensi alam yang memikat. Karakter
budaya masyarakat dari Sabang sampai Merauke juga menjadi daya tarik yang memukau bagi
pelancong dari negara-negara lain. Faktor ini yang kerap menjadi daya jual pariwisata
Indonesia dimata dunia. Sadar akan potensi ini, pemerintah pun memberikan perhatian yang
besar. Presiden Joko Widodo telah menetapkan pariwisata sebagai leading sector
perekonomian bangsa. Ini berarti pemerintah dan seluruh elemen masyarakat wajib bekerja
sama. Sektor pariwisata di 2019 ditargetkan menyumbang 20 miliar dolar AS dari 20 juta
kunjungan wisatawan manca negara, sehingga dapat diandalkan menjadi penyumbang bagi
Neraca transaksi berjalan. 1 Industri pariwisata yang berkembang baik akan membuka

1Gerai Info, Mendulang Devisa Melalui Pariwisata, (Jakarta: Departemen Komunikasi Bank Indonesia, 2018), h.
3-4.
kesempatan terciptanya peluang usaha, kesempatan berwiraswasta, serta terbukanya lapangan
kerja yang cukup luas bagi masyarakat setempat, bahkan masyarakat dari luar daerah.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah bersama Kementerian Pariwisata dan ekonomi kreatif
terus berupaya merumuskan kebijakan-kebijakan sebagai stimulus pariwisata guna mendorong
Pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kepedulian dan komitmen, serta peran pemerintah dalam
upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dibidang kepariwisataan telah diatur dan tertuang
dalam UU No.10 Tahun 2009 pengganti UU No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang
menyebutkan bahwa dampak yang diakibatkan dari pengembangan kepariwisataan berupa
peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran,
serta pelestarian lingkungan. 2

Peran Pariwisata Terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam Perspektif


Ekonomi Islam
Defenisi pariwisata yang dipandang dari dimensi industri atau bisnis memfokuskan pada
keterkaitan antara barang dan jasa untuk memfasilitasi perjalanan wisata. Pariwisata juga
dianggap sebagai kumpulan usaha yang menyediakan barang dan jasa untuk memfasilitasi
kegiatan bisnis, bersenang-senang dan memanfaatkan waktu luang yang dilakukan jauh dari
lingkungan tempat tinggalnya. 3
Menurut Ekonomi Islam, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat telah diterapkan oleh
Rasulullah SAW. Beliau memberikan contoh terkait prinsip keadilan, persamaan dan
partisipasi di tengah-tengah masyarakat. Sikap toleran yang hakiki tadi sudah diterapkan sejak
pemerintahan Rasulullah SAW, sehingga mempunyai prinsip untuk selalu menghargai etos
kerja, saling tolong-menolong (ta’awun) bagi semua warga negara untuk melaksanakan ajaran-
ajaran agama. Degan adanya persamaan beserta kesempatan dalam berusaha maka tidak ada
lagi kesenjangan ekonomi dan sosial antara yang satu dengan yang lainnya.4
Islam sebagai agama satu-satunya yang diridhai Allah memandang pemberdayaan ekonomi
masyarakat adalah sebagai salah satu cara agar manusia tersebut dapat terhindar dari
kejahiliyahan dan dapat secara mandiri berusaha untuk mengubah nasib kehidupannya seperti
yang terdapat dalam firman Allah dalam surah Al-Anfal (8): 53 yang berbunyi:

َ ٰ َّ‫ع ٰلى قَ ْوم َحتٰى يُغ َِي ُر ْوا َما ِبا َ ْنفُسِ ِه ْم ۙ َواَ ن‬
‫ّللا َسمِ يْع ع َع ِليْم‬ َ ٰ َّ‫ٰذلِكَ ِبا َ ن‬
َ ‫ّللا لَ ْم َيكُ ُمغ َِي ًرا نِـ ْع َمةً اَ ْن َع َم َها‬
“Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah
diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka
sendiri. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,”
Daerah kawasan Pulau Indonesia banyak memiliki objek wisata yang mampu menarik minat
para wisatawan dengan hamparan indah pulau-pulau eksotik yang memiliki ragam potensi dan
keindahannya. Dengan adanya pengembangan pariwisata sangat berdampak positif, baik pada
masyarakat yang dapat terberdayakan dan juga dapat menumbuhkan perekonomian daerah.
2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab II, Pasal 4.
3 I Gusti Bagus Rai Utama, Pengantar Industri Pariwisata, (Yogyakarta: Deepublish
2014), h. 17
4 Adib Susilo, “Model Pemberdayaan Masyarakat Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1, No. 2,

(Gontor: Agustus, 2016), h. 201.


Pemerintah daerah terus mengembangkan potensi alam dan potensi masyarakat dengan
berbagai program pemberdayaan, agar masyarakat dapat terus berkembang dan perekonomian
daerah pun terus meningkat. Dengan adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
pengembangan pariwisata sangat berdampak pada ekonomi masyarakat setempat.
Dengan adanya dorongan pemerintah seperti sosialisi dan pelatihan, masyarakat mulai sadar
dan ikut terlibat dalam pengembangan pariwisata daerah. Keterlibatan masyarakat dalam
mengelola daerah wisata telah banyak memberikan pengaruh bagi masyarakat. Masyarakat
dapat memiliki berbagai pekerjaan dibidang pariwisata dan bisa membuka wisata kuliner,
membuka kios oleh-oleh, jualan pernak pernik atau aksesoris di daerah wisata, dll. Jadi dapat
terlihat bahwa salah satu dampak adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu
penghasilan atau pendapatan yang meningkat.
Tujuan pembangunan kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat dapat terwujud
apabila pembangunan tersebut bukan hanya pembangunan ekonomik semata, tetapi
pembangunan yang bersifat sosial dan budaya. Diharapkan kepariwisataan yang berkembang
tidak saja memperkuat ketahanan sosial budaya masyarakat setempat namun lebih luas lagi
akan memperkuat ketahanan sosial, budaya dan negara. 5 Pengembangan pariwisata juga
berdampak pada ketahanan sosial budaya yang tinggi yang dimiliki masyarakat sekitar. Dengan
adanya sosialisasi dan pelatihan yang diadakan pemerintah, menjadikan masyarakat sama-
sama memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan keamanan lingkungan
sekitar sebagai daerah wisata, adanya kerja bakti atau gotong royong serta menumbuhkan
Silaturahmi pada masyarakat.

PENUTUP
KESIMPULAN
Indonesia memiliki anugerah sebagai negara dengan potensi alam yang memikat. Karakter
budaya masyarakat dari Sabang sampai Merauke juga menjadi daya tarik yang memukau bagi
pelancong dari negara-negara lain. Dengan adanya pengembangan pariwisata sangat
berdampak positif, baik pada masyarakat yang dapat terberdayakan dan juga dapat
menumbuhkan perekonomian daerah.
Menurut Ekonomi Islam, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat telah diterapkan oleh
Rasulullah SAW. Beliau memberikan contoh terkait prinsip keadilan, persamaan dan
partisipasi di tengah-tengah masyarakat.
Dengan adanya dorongan pemerintah seperti sosialisi dan pelatihan, masyarakat mulai sadar
dan ikut terlibat dalam pengembangan pariwisata daerah. Keterlibatan masyarakat dalam
mengelola daerah wisata telah banyak memberikan pengaruh bagi masyarakat. Masyarakat
dapat memiliki berbagai pekerjaan dibidang pariwisata dan bisa membuka wisata kuliner,
membuka kios oleh-oleh, jualan pernak pernik atau aksesoris di daerah wisata, dll. Jadi dapat

5Anak Agung Istri Andriyani, et. Al., “Pemberdayaan Masyrakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan
Implikasinyav terhadap Ketahanan Sosial dan Budaya”, Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No. 1, (Yogyakarta:
2017), h.3.
terlihat bahwa salah satu dampak adanya pemberdayaan ekonomi masyarakat yaitu
penghasilan atau pendapatan yang meningkat.
Tujuan pembangunan kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat dapat terwujud
apabila pembangunan tersebut bukan hanya pembangunan ekonomi semata, tetapi
pembangunan yang bersifat sosial dan budaya.
SARAN
Pemerintah diharapkan dapat terus mengembangkan ide atau gagasan untuk pengembangan
objek wisata serta dapat terus mensosialisasikan dan mengajak masyarakat setempat untuk
sadar wisata dan dapat ikut serta dalam pengembangan pengelolaan wisata yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daerah.

DAFTAR PUSTAKA
Al Hasan, Fahadil Amin. “Penyelenggara Pariwisata Halal di Indonesia”, Jurnal Ilmu Syariah
dan Hukum, Vol. 2, No. 1, Surakarta: 2017
Arif, Muhammad. Filsafat Ekonomi Islam, Medan: FEBI UIN-SU Press, 2018
Darto. “Pemberdayaan Masyarakat dalam Upaya Pengembangan Desa Wisata”, Majalah
Ilmiah UNIKOM, Vol. 15, No. 1, Jawa Barat: Universitas Padjadjaran
Andriyani, Anak Agung Istri et. Al. “Pemberdayaan Masyrakat Melalui Pengembangan Desa
Wisata dan Implikasinyav terhadap Ketahanan Sosial dan Budaya”, Jurnal Ketahanan
Nasional, Vol. 23, No. 1, Yogyakarta: 2017
Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: PT. Kumudasmoro Grafindo
Semarang, 1994
Simanjuntak, Bungaran Antonius et. Al. Sejarah Pariwisata Menuju Perkembangan
Pariwisata Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017
Susilo, Adib. “Model Pemberdayaan Masyarakat Perspektif Islam”, Jurnal Ekonomi Syariah,
Vol. 1, No. 2, Gontor: Agustus, 2016
BIODATA

Nama : Mohamad Alwi Zamzami


NIM : 126407203042
Alamat : RT/RW: 04/01, Dan. Sumurwarak, Ds. Purworejo, Kec. Ngunut, Kab.
Tulungagung

Anda mungkin juga menyukai