Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HADIS SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM


Diajukan untuk tugas mata kuliah studi hadis

Dosen pengampu: Prof. Dr. H. Idri, M.Ag.

Disusun oleh:
Bagus Anaqi Adhwa (05040422065)

Achmad Rizal Romdoni (05040422053)

Ghifary Rexianda Davisto (05040422080)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mendapat kemudahan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benerang yakni addinu islam wal iman.

Tidak lupa pula kami ucapkan kepada bapak Prof. Dr. H. Idri. M.Ag
sebagai dosen pengampu studi hadis yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Terima kasih pula kepada rekan kami yang
telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Kami sadar bahwa dalam
proses penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan sangat
jauh dari kata sempurna karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Makalah ini kami buat berdasarkan hasil bacaan dari buku hingga
jurnal yang disesuaikan menurut para pembaca yakni mahasiswa/i.

Jika ada kesalahan baik dari segi penulisan ataupun penyusunan kata dari
kami, mohon untuk kritik dan saran karna dengan kritik dan saran kami bisa
belajar agar bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Semoga ini dapat
memberikan kontribusi dalam perkembangan studi islam khususnya di ruang
lingkup Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Surabaya, 20 september 2022

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an dan hadis tidak dapat dipisahkan, keduanya saling membutuhkan


sehingga dapat dijadikan pedoman oleh umat islam. Karena itu, baik al quran
maupun hadis Nabi dapat dan harus dijadikan hujjah. Khusus kehujjahan hadis
Nabi dapat dilihat melalui dalil akli maupun dalil nakli, yaitu dalil al quran, hadis
nabi, ijma’ ulama, dan argumentasi rasional. Banyak ayat al quran yang tidak
dapat dipahami kecuali setelah mengkaji hadis-hadis nabi, maka hadis-hadis nabi
berfungsi sebagai penjelasan dan penafsiran ayat-ayat al Quran.

Seluruh umat islam telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber
ajaran islam. Keharusan mengikuti hadis bagi umat islam (baik berupa perintah
maupun larangannya) sama halnya dengan kewajiban mengikuti al-quran, hal ini
karena hadis merupakan mubayyin (penjelasan) terhadap al-quran, yang
karenanya siapa pun tidak akan bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan
menguasai hadis.Begitu pula halnya menggunakan hadis tanpa Al-Qur’an.Karena
Al-Qur’an merupakan dasar hokum pertama,yang didalamnya berisi garis besar
syariat. Dengan demikian ,antara hadis dengan Al-Qur’an memiliki kaitan sangat
erat ,untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau
berjalan sendiri-sendiri.

A. Rumusan Masalah
1. Dalil atau argumentasi kehujjahan hadis?
2. Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an?
B. Tujuan
1. Mampu memahami Dalil atau argumentasi kehujjahan hadis
2. Mampu memahami fungsi hadis terhadap Al-Qur’an
C. Manfaat

3
Bagi Penulis:
Makalah ini dapat berguna untuk pengembangan kemampuan penulisan
karya tulis ilmiah
Bagi Pembaca:
Menjadi sarana pembelajaran untuk memahami studi hadis lebih luas lagi

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dalil Atau Argumentasi Kehujjahan Hadis
Dalil kehujjahan Hadis adalah keberadaan Hadis itu sendiri sebagai sumber
pokok ajaran dalam agama islam. Hadis merupakan pedoman kedua bagi seluruh
umat islam setelah al-quran. Jika kita diwajibkan untuk iman kepada al quran maka
secara otomatis kita juga wajib untuk mengimani hadis. Sebab, kedudukan al hadis
sebagai bagian dari ajaran islam merupakan bayan atau penjelasan ayat-ayat al-quran
yang masih bersifat mujmal atau global.
Ayat-ayat al-quran sendiri telah cukup menjadi alasan yang pasti tentang
kebenaran al-hadis sebagai sumber ajaran islam. Untuk itu, berikut beberapa dalil
yang bisa kita jadikan sebagai pegangan atau dasaran dalam islam.
Banyak sekali dalil-dalil dari al-quran tentang keharusan mengimami semua
yang bersumber dari nabi Muhammad saw. Di antaranya sebagai berikut.

1. Al-quran
Dalam surah ali Imran ayat 179 allah swt berfirman:

ۗ ِ ‫ث ِم َن الط ه ي ِ ب‬ َ ‫ح ت ه ٰى ي َ ِم يزَ ال ْ َخ ب ِ ي‬
َ ِ‫َم ا ك َ ا َن َّللاه ُ ل ِ ي َ ذ َ َر ال ْ ُم ْؤ ِم ن ِ ي َن ع َ ل َ ٰى َم ا أ َن ْ ت ُ ْم ع َ ل َ ي ْ ه‬
‫َو َم ا ك َ ا َن َّللاه ُ ل ِ ي ُطْ ل ِ ع َ ك ُ ْم ع َ ل َ ى ال ْ غ َ ي ْ ب ِ َو لٰ َ ِك هن َّللاه َ ي َ ْج ت َب ِ ي ِم ْن ُر س ُ ل ِ هِ َم ْن ي َ ش َا ءُ ۖ ف َ آ ِم ن ُ وا‬
ِ َ ‫ب ِ اَّلله ِ َو ُر س ُ ل ِ هِ ۚ َو إ ِ ْن ت ُ ْؤ ِم ن ُ وا َو ت َت هق ُ وا ف َ ل َ ك ُ ْم أ َ ْج ٌر ع‬
ٌ‫ظ ي م‬

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam


keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari
yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu
hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara
rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika
kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.”

5
Juga dalam ayat berikut:

َّ ‫س ْو ِل َو ِلذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْال َي ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َواب ِْن ال‬
َ‫س ِبي ِۙ ِْل َك ْي ََل َيكُ ْون‬ َّ ‫س ْول ِٖه م ِْن ا َ ْه ِل ْالقُ ٰرى َف ِلله ِه َول‬
ُ ‫ِلر‬ ُ ‫ع ٰلى َر‬ ‫َما ٓ اَفَ ۤا َء ه‬
َ ُ‫ّٰللا‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫ع ْنهُ فَا ْنت َ ُه ْو ۚا َوات َّقُوا ه‬
َ ‫ّٰللا ْۗا َِّن ه‬
َ ‫ّٰللا‬ َّ ‫د ُْولَةً ۢ بَيْنَ ْاَلَ ْغنِ َي ۤاءِ مِ ْنكُ ْۗ ْم َو َما ٓ ٰا ٰتىكُ ُم‬
َ ‫الرسُ ْو ُل فَ ُخذُ ْوهُ َو َما نَهٰ ىكُ ْم‬

“ Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat
(Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam
perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah sangat keras hukuman-Nya.”

Selain ayat-ayat di atas, masih banyak lagi ayat-ayat sejenis yang menjelaskan
soal ketaatan kepada Allah dan Rasul nya ini. Seperti halnya pada surat al-Maidah:92
dan al-Nur: 54 dan lainnya.

Ungkapan pada ayat-ayat di atas menunjukan betapa pentingnya kedudukan


hadis sebagai sumber ajar’ islam yang dimanifestasikan dalam aqwal (ucapan), af’al
(perilaku) dan ketetapan (taqrir) Rasulullah.

2. Dalil Hadis Rasulullah


Selain berdasarkan ayat-ayat al-quran diatas, kedudukan hadis juga
dapat dilihat melalui hadis-hadis Rasul sendiri. Banyak hadis yang
menggambarkan hal ini dan menunjukan perlunya ketaatan kepada
perintahnya dalam salah satu pesannya, berkenan dengan keharusan
menjadikan hadis sebagai pedoman hidup di samping al-quran. Rasullah
bersabda:

َ ‫ت ََر ْكتُ فِ ْيكُ ْم‬


ُ ‫ش ْيئَي ِْن لَ ْن ت َِض ُّل بِ ْعدَهُ َما ِكت‬
، ‫ِاب هللاِ َوسُنهت ِْي‬

6
“Aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan
tersesat setelah kalian bepergian teguh pada keduanya, Kitabullah dan
Sunnahku.” [HR. At-Thabrani].

Hadis di atas dengan tegas menyatakan bahwa al-quran dan sunnah


Nabi merupakan pedoman hidup yang dapat menuntun manusia menjalani
kehidupan yang lurus dan benar, bukan jalan yang salah dan sesat. Keduannya
merupakan peninggalan Rasullah yang diperuntukan bagi umat islam agar
mempedomaninya.

B. Fungsi Hadis Terhadap Al-Quran


Berdasarkan kedudukannya, al-quran dan hadis merupakan pedoman hidup
dan sumber ajaran islam. Antara satu dengan yang lainnya jelas tidak dapat
dipisahkan. Al-Quran sebagai sumber ajaran dan sumber hukum memuat ajaran-
ajaran yang bersifat umum dan global, yang perlu dijelaskan lebih lanjut dan
terperinci. Di sinilah hadis menduduki dan menempati fungsinya ia menjadi
penjelas (mubayyin) isi kandungan al-quran tersebut.

Fungsi hadis sebagai penjelas terhadap al-quran itu bermacam-macam. Malik


ibn Anas menyebutkan lima macam fungsi, yaitu bayan al-taqrir, bayan al-tafsir,
bayan al-tafsil, bayan al-bast, bayan al-tashri’. Dan bayan al-nasakh. Dalam kitab
al-Risalah, al-Syafi’I menambahkan dengan bayan al-isharah. Ahmad ibn Hanbal
menyebutkan empat fungsi, yaitu bayan al-ta’kid, bayan al-tafsir, bayan al-
tashri’,dan bayan al-takhsis.

1. Bayan al-Taqrir
Bayan al-taqrir disebut juga dengan bayan al-ta’kid dan bayan al-isbat.
Yang dimaksud dengan bayan ini ialah menetapkan dan memperkuat apa
yang telah diterangkan di dalam al-quran. Fungsi dalam hal ini hanya
memperkokoh isi kandungan al-quran.

7
2. Bayan al-tafsir
Yang dimaksud dengan bayan al-tafsir adalah penjelasan hadis terhadap
ayat-ayat yang memerlukan perincian atau penjelasan lebih lanjut. Seperti
pada ayat-ayat yang mujmal, mutlaq, dan am, maka fungsi hadis dalam hal
ini adalah memberikan perincian (tafsil) dan penafsiran terhadap ayat-ayat
al-quran yang masih mujmal, dan memberikan takhsis ayat yang masih
umum.
a. Memperinci Ayat-Ayat Yang Mujmal
Ayat yang mujmal artinya ayat yang ringkas atau singkat. Dari
ungkapan yang singkat ini terkandung banyak makna yang perlu
dijelaskan. Hal ini karena belum jelas makna mana yang
dimaksudnya, kecuali setelah adanya penjelasan atau perincian.
Dengan kata lain, ungkapannya masih bersifat global yang
memerlukan mubayyin.
b. Membatasi Ayat-Ayat Yang Mutlaq
kata mutlaq adalah kata yang menunjuk pada hakikat kata itu
sendiri apa adanya, dengan tanpa memandang kepada jumlah
maupun sifatnya. Membatasi ayat yang mutlaq artinya membatasi
ayat-ayat yang mutlaq dengan sifat, keadaan, atau syarat-syarat
tertentu.
c. Bayan Al-Tashri
Kata al-tashri’ artinya pembuatan, mewujudakan, atau menetapkan
aturan atau hukum. Maka yang dimaksud dengan bayan al-tashri’
adalah penjelasan hadis yang berupa mewujudkan, mengadakan
atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan syara ysng tidak
didapati nashnya dalam al-quran.

8
d. Bayan Al-Nasakh
Kata al-nasakh secara bahasa, bermacam-macam arti.bisa berarti
al-ibtal (membatalkan), atau al-izalah (menghilangkan). Atau al-
tahwil (memindahkan), atau al-taghyir (mengubah), bayan nasakh
adalah penjelasan hadis yang menghapus ketentuan hukum yang
terdapat pada al-quran. Hadis yang datang setelah al-quran
menghapus ketentuan-ketentuan al-quran.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Argumentasi kehujjahan hadis ialah fungsi hadis dalam hubungannya dengan


al-quran sebagai sumber utama ajaran islam, yang memberikan sosuli terbaik untuk
mengakhiri segala perselisihan dan pertikaian serta mengantarkan umat manusia
kepada kehidupan yang tertera yang tentunya bisa memberikan ketentraman dan
kenyamanan serta kesejahteraan. Tentu saja, tujuan ini hanya bisa terealisasi di bawah
naungan dan bimbingan para nabi yang maksum (suci dari dosa dan kesalahan), dan
konsekuensi logisnya, ketika mereka memiliki kondisi mulia ini (keterjagaan dari
segala bentuk dosa dan kesalahan). Tentunya tingkah dan ucapannya memiliki nilai
sebagai hujjah dan patut dijadikan pengangan.

Fungsi hadis terhadap al-quran ialah sebagai dasar landasan yang menjelaskan
tentang hukum-hukum dalam al-quran yang masih bersifat global dan hadis
merupakan penjelas tentang sesuatu yang masih perlu penafsiran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Yuslim, Nawir, 2001, “Ulum Hadis”. (Jakarta:PT Mutiara Sumber WIdya).


Zuhri, Ahmad dkk. 2014. “Ulumul Hadis”. (Medan: Manhaji dan Fakultas Sysriah
IAIN Sumatera Utara).
Mohammad Ghufron, Rahmahwati.”Ulumul Hadis: Praktis dan Mudah”. (Jombang:
Teras, 2013).
Fatchurrahman, ikhtisar Mustahabul Hadis. Bandung: al-Ma’arif,
1987
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela, Pengingkaran dan
Pemalsuannya. Jakarta: Gema Insani Press, 1995
Mukhtar Yahya dan Fatchrurrahman, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh
Islam. Bandung: al-Ma’arif, 1986

11
12

Anda mungkin juga menyukai