Anda di halaman 1dari 6

Persamaan dan Perbedaan Makna Sunnah Menurut Ulama Hadis dan Para Orientalis

Nisya Khamelia (05020422046)

Widyaning Ayu Lukita Putri (05020422052)

Emiriyah Yusnia Izzah (05040422074)

Program Studi Hukum Tata Negara

Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Abstrak

Artikel ini menjelaskan bagaimana persamaan dan perbedaan makna sunnah menurut ulama
hadis dan para orientalis. Hal tersebut menjadi menarik karena selama ini mayoritas orang
mungkin hanya mengetahui makna sunnah dari pendapat ulama hadis (muhadditsin), ulama
ushul fikih atau ulama fikih. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui makna sunnah menurut
ulama hadis dan makna sunnah menurut orientalis. Orientalisme adalah istilah dari gerakan
yang fokusnya melakukan penelitian dan kajian tentang bahasa, sosial, agama, budaya,
peradaban, dan lain-lain dari timur (oriental). Tidak dipungkiri bahwa kajian orientalis juga
memiliki banyak manfaat dan kontribusi bagi ilmu pengetahuan di dunia kontemporer.
Sunnah sebagai sumber hukum Islam kedua tidak lepas dari kajian orientalis. Kajian mereka
dalam beberapa hal adalah menempatkan Islam dalam keraguan dan selalu berusaha mencari
kelemahan sunnah.

Kata kunci: Sunnah, Ulama hadis, Orientalis.

Pendahuluan

Dalam tradisi keilmuan, khususnya jika dilihat dari aspek kawasan terbagi menjadi
dua, yaitu Barat dan Timur. Dunia Barat diwakili oleh negara-negara Barat seperti Belanda,
Inggris, Perancis, Spanyol, Amerika, dan sebagainya. Sebagian dari mereka mempunyai
konsentrasi terhadap dunia Timur dan dikenal sebagai kaum orientalis. Kaum orientalis ini
mengkaji dunia Timur (termasuk Islam) berdasarkan sudut pandang Barat. Para orientalis
umumnya fokus terhadap berbagai kerja intelektual diantaranya, mengedit buku-buku
warisan Islam dan menerbitkannya, mempelajari bahasa-bahasa daerah di berbagai negeri
timur, mempelajari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan kejiwaan yang mempengaruhi
perilaku suatu bangsa, dan mempelajari berbagai sekte serta aliran kepercayaan.1

Disadari atau tidak, orientalisme memiliki bias yang cukup besar dalam khazanah
keislaman. Mahmood Hamdi Zaqzuq mengatakan bahwa orientalisme memiliki pengaruh
yang kuat dalam pemikiran Islam kontemporer, baik positif maupun negatif. Tidak dapat
dipungkiri pula bahwa umat Islam sendiri dalam menyikapi orientalisme juga berbeda-beda.
Di satu pihak ada yang menerima dan ada juga yang menolak. Penolakan kaum muslimin
terhadap usaha para orientalis disebabkan karena mereka tidak menggambarkan sikap netral
dan objektif terhadap Islam.2

Oleh karena itu, bentuk kritik dari orientalis dan bantahan oleh para ulama ini menjadi
sangat menarik untuk dibahas lebih mendalam. Umat muslim perlu untuk mengetahui
permasalahan ini agar kepercayaannya terhadap sunnah tidak mudah goyah dari berbagai
bentuk kritik oleh pihak mana pun. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan pertikaian
antara sesama umat muslim ataupun dengan yang nonmuslim.

Makna sunnah menurut ulama hadis

Pengertian sunnah menurut ulama hadis adalah

‫ص َف ٍت خ َْل ِقيَّ ٍت ا َ ْو‬ِ ‫سلَّ َن ِه ْن قَ ْو ٍل ا َ ْو فِ ْع ٍل ا َ ْو ت َ ْق ِري ٍْر اَ ْو‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ّ ‫صلَّى‬
َ ‫ّللا‬ َ ِ‫ي‬ َ ‫ُك َّل َها اَثِ َر‬
ّ ‫ع ِن النَّ ِب‬
.‫اء ا َ ْم َب ْعدَهَا‬
ِ ‫َار ِح َر‬ ِ ‫س َواء ا َ َكانَ ذَا ِل َك قَ ْب َل اْل ِب ْعث َ ِت َكت َ َحنُّثِ ِه فِى غ‬ َ ٍ‫ُخلُ ِقيَّ ٍت ا َ ْو ِسي َْرة‬
Segala yang bersumber dari Nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya, baik sebelum diangkat
menjadi Rasul, maupun sesudahnya.3

Dari pengertian tersebut kata sunnah berarti sama dengan kata hadis dalam pengertian
terbatas atau sempit, sebagaimana dikemukakan oleh sebagian ulama hadis di atas. Para
ulama yang mendefinisikan sunnah sebagaimana disebutkan di atas memandang diri
Rasulullah saw. sebagai uswah hasanah atau qudwah (contoh atau teladan) yang paling
sempurna, bukan sebagai sumber hukum. Oleh karena itu, mereka menerima dan
meriwayatkannya secara utuh segala berita yang diterima tentang diri Rasulullah tanpa

1
Idri, perspektif orientalis tentang hadis nabi: telaah kritis dan implikasinya terhadap eksistensi dan
kehujjahannya. 200.
2
Abdul Kholik, sunnah dalam perspektif orientalis. Nur El-Islam, Volume 2 Nomor 2, 195.
3
Idri dkk, studi hadis. Surabaya: UIN Sunan Amel Press, 26.
membedakan apakah yang diberitakan tersebut isinya berkaitan dengan penetapan hukum
syara’ atau tidak.4 Begitu pula mereka juga tidak melakukan pemilahan untuk keperluan
tersebut, apakah ucapan atau perbuatannya itu dilakukan sebelum diutus menjadi rasul atau
sesudahnya. Dalam pandangan mereka, apa saja tentang diri Rasulullah sebelum maupun
sesudah diangkat menjadi rasul adalah sama saja.5

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sesungguhnya wilayah cakupan hadis atau
sunnah meliputi empat hal di dalamnya yaitu: perkataan (qaul), perbuaatan (fi’il), pernyataan
(taqrir) dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw. yang lain (himmah),
yang semuanya hanya disandarkan kepada beliau saja, tidak termasuk di dalamnya hal-hal
yang disandarkan kepada para sahabat dan tidak pula yang disandarkan kepda generasi
sesudahnya (tabi’in).6 Muhadditsin menggolongkan segala sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah saw. sebagai sunnah, baik yang memiliki konsekuensi hukum ataupun tidak.
Sehingga pemaknaan sunnah menurut muhadditsin lebih luas jangkauannya.7

Makna Sunnah Menurut Para Orientalis

Sebenarnya para orientalis telah banyak merusak sunnah, dari apa yang mereka
temukan dalam buku berbagai ilmu tentang riwayat-riwayat yang tidak benar dan
perselisihan-perselisihan dalam Hadis. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha menanam
keraguan dalam validitas sumber sunnah, Kebatilan-kebatilan tersebut telah banyak didengar
oleh kalangan umat Islam yang lemah, yang akhirnya diikuti dalam bentuk riset (tulisan)
mereka.8 Namun tidak semua pandangan para orientalis tersebut menyimpang, ada pula yang
memang sesuai dengan fakta sehingga perlu dilakukan kajian ulang terhadap sunnah tersebut.

Dari berbagai aspek yang diragukan oleh para orientalis tersebut, berikut ini tokoh-
tokoh orientalis yang meragukan keotentikan hadis Nabi:9

1. Ignaz Goldziher

Menurut Ignaz Goldziher sunnah merupakan produk yang muncul karena


berbagai konflik yang terjadi saat kejayaan Islam yang penulisannya pun dipengaruhi

4
Ibid, 28.
5
Ibid, 28.
6
BAB V AS-SUNNAH: SUMBER POKOK KEDUA AJARAN ISLAM, Repository IAIN Kediri, 172-173.
7
Umma Farida, Diskursus Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam: Perspektif Ushuliyyin dan Muhadditsin. Jurnal
pemikiran hukum dan hukum Islam, Vol. 6, No, 1, 238.
8
Ibid, 198.
9
Zaimah, ORIENTALIS VERSUS ULAMA: Studi Kritik terhadap Hadis Nabi. Rusydiah: Jurnal Pemikiran Islam, Vol.
2, No. 1, 7-8.
oleh aliran-aliran sesuai dengan kelompok masing-masing. Sunnah dipandang bukan
produk sejarah awal munculnya Islam, yaitu zaman nabi Muhammad. Hal tersebut
menunjukkan Ignaz beranggapan bahwa sunnah adalah buatan manusia beberapa abad
setelah wafatnya Nabi Muhammad yang mengindikasikan bahwa hadis bukan berasal
atau asli dari Nabi Muhammad.

2. Joseph Schacht
Schacht sebenarnya lebih menyoroti bagian sanad hadis yang berpendapat
bahwa bagian terbesar dari sanad hadis adalah palsu. Menurutnya, semua orang yang
mengetahui bahwa sanad pada mulanya muncul dalam bentuk yang sangat sederhana,
kemudian mencapai tingkat kesempurnaannya pada paruh kedua abad tiga hijriah. Dia
menyatakan bahwa sanad merupakan hasil rekayasa para ulama’ abad kedua hijriah
dalam menyandarkan sebuah hadis kepada tokoh-tokoh terdahulu hingga akhirnya
sampai kepada Nabi untuk mencari legitimasi yang kuat terhadap hadis tersebut.

Perbedaan dan Persamaan Makna Hadis Menurut Para Ulama Hadis dan Para
Orientalis

1. Perbedaan Makna Hadis Menurut Para Ulama Hadis dan Para Orientalis
Menurut para muhadditsin sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi
saw. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan
hidupnya, baik sebelum diangkat menjadi Rasul, maupun sesudahnya.
Berbeda dengan pendapat orientalis seperti Ignaz Goldziher yang mengatakan
bahwa sunnah merupakan produk yang muncul karena berbagai konflik yang terjadi
saat kejayaan Islam yang penulisannya dipengaruhi oleh aliran-aliran sesuai dengan
kelompok masing-masing. Sunnah menurut pandangannya bukan asli dari Nabi
Muhammad.
2. Persamaan Makna Hadis Menurut Para Ulama Hadis dan Para Orientalis.
Berkaitan dengan otentisitas hadis, sebagian orientalis berpendapat bahwa
hadis pada masa-masa awal perkembangannya pada umumnya memang tidak tercatat
sebagaimana al-Qur’an. Karena tradisi yang berkembang pada waktu itu terutama
pada masa Nabi saw. dan sahabat adalah tradisi oral (lisan), bukan tradisi tulis. Hal itu
tentu mengindikasikan adanya kemungkinan banyak hadis yang otentisitasnya perlu
dipertanyakan, atau bahkan diragukan sama sekali. Namun sebagian orientalis sendiri
seperti Fuad Seizgin, berpendapat lain dan mengatakan bahwa di samping tradisi oral
(lisan), sebenarnya juga telah ada tradisi tulis-menulis pada zaman Nabi Muhammad
saw. kendati pun mereka memang dikenal sangat kuat hafalannya.10
Sejalan dengan pandangan Fuad Seizgin di atas, sebagian sahabat selain
menghafal hadis, mereka juga menulisnya, terutama bagi mereka yang dinilai cermat
dalam mencatat sehingga tidak bercampur antara catatan al-Qur’an dengan yang
bukan al-Qur’an. 11

Penutup

Pada dasarnya makna sunnah sendiri adalah segala yang bersumber dari Nabi saw.
Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabiat, budi pekerti, maupun perjalanan hidupnya,
baik sebelum diangkat menjadi Rasul, maupun sesudahnya. Akan tetapi para orientalis
meragukan makna tersebut. Sikap dan pandangan orientalis yang meragukan kebenaran
sunnah tersebut dapat berdampak negatif baik bagi ajaran Islam, umat Islam, maupun non
muslim. Dampak-dampak tersebut antara lain:

1. Adanya kesan negatif tentang Islam dan khususnya hadis di mata orang-orang Barat
yang membaca dan bahkan terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para orientalis itu.
Hal ini dapat menyebabkan salah pengertian (misunderstanding) dan salah persepsi
(misperception) mereka terhadap Islam dan kaum muslimin.
2. Para pemerhati Islam dan juga umat Islam tidak mendapatkan informasi yang objektif
dan ilmiah tentang sunnah sebagaimana menjadi tradisi dikalangan Barat dalam
mengkaji sesuatu sehingga mereka dibodohi secara akademik.
3. Metodologi kritik hadis yang dikemukakan oleh para orientalis dan menjadi alternatif
bagi pengkajian hadis, tidak hanya bertentangan dengan metodologi kritik hadis yang
mentradisi di kalangan umat Islam, tetapi juga merobohkan teori-teori ilmu hadis
yang dikenal dengan Mustalah al-Hadits.
4. Pendapat para orientalis tersebut dapat dijadikan dasar argumentasi oleh orang-orang
yang tidak mengakui hadis (kelompok inkar sunnah) di kalangan umat Islam,
meskipun minoritas.
5. Tidak hanya hadis yang terbantahkan kebenarannya, ayat-ayat al-Qur’an yang
mendukung dan membuktikan kebenaran hadis Nabi juga ikut terbantah. Ini berarti
bahwa meragukan kebenaran hadis nabi sama saja dengan meragukan kebenaran
sebagian ayat-ayat al-Qur’an.
10
Ibid, 176.
11
Ibid, 176-177.
6. Jika pendapat para orientalis tersebut dibenarkan dan diikuti oleh umat Islam, maka
mereka akan meninggalkan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-
Qur’an dan keberagamaan mereka akan keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Daftar Pustaka

Idri, perspektif orientalis tentang hadis nabi: telaah kritis dan implikasinya terhadap eksistensi
dan kehujjahannya.

Kholik, Abdul. Sunnah dalam Perspektif Orientalis. Nur El-Islam, Volume 2, Nomor 2,
2015.

Idri dkk, Studi Hadis. Surabaya: UIN Sunan Amel Press, 2021.

Repository IAIN Kediri, BAB V AS-SUNNAH: Sumber Pokok Kedua Ajaran Islam, diakses
pada 1 November 2022.

Farida, Umma. Diskursus Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam: Perspektif Ushuliyyin dan
Muhadditsin. Jurnal pemikiran hukum dan hukum Islam. Vol. 6, No. 1, 2015.

Zaimah, ORIENTALIS VERSUS ULAMA: Studi Kritik terhadap Hadis Nabi. Rusydiah:
Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 2, No. 1, 2021.

Anda mungkin juga menyukai