Anda di halaman 1dari 22

1

MAKALAH
STUDI AGAMA
(SUMBER AJARAN ISLAM)

DOSEN PEMBIMBING : Ermalinda S.Th.I M,Hum

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 1

Herli Juli Zariston (201419030)

Evi Zizalin(201419062)

JURUSAN: S1 Pendidikan Agama Islam (NR)

PROGRAM STUDI S.1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAHMANIYAH

STAIR SEKAYU

2022/2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya yang telah melimpah pada kita sehingga kita dapat
menjalani aktivitas sehari-hari dengan lancar dan penuh berkah.

Melalui kesempatan ini, dengan rendah hati dan penuh harap, saya
menyampaikan sebuah makalah dengan topik "Studi Agama". Mata kuliah Studi
Agama memiliki tujuan untuk memperkenalkan mahasiswa pada pemahaman
dasar tentang ajaran-ajaran agama serta memberikan pemahaman yang lebih
dalam mengenai nilai-nilai keagamaan yang penting bagi kehidupan sehari-hari.

Dalam makalah ini, saya akan membahas beberapa aspek penting


mengenai Studi Agama, termasuk sejarah dan perkembangan agama, konsep dasar
agama, peran agama dalam kehidupan sosial, serta tantangan dan peluang yang
dihadapi dalam menjaga keberlangsungan ajaran agama.

Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam


mengenai Studi Agama dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
ii

DAFTAR ISI

Kata Pengatar.........................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
A. Macam-macam Sumber Ajaran Islam.......................................................5
B. Al-Quran Sebagai sumber utama ajaran Islam5
C. Hadist sebagai sumber Hukum Islam........................................................11
D. Ijtihad sebagai sumber Ajaran Islam setelah Al-Quran dan Hadist..........15

BAB III PENUTUP...............................................................................................18


A. Kesimpulan ...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia dengan
kecepatan yang menakjubkan, yang sangat menarik dan perlu diketahui
bahwa Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah suatu
agama yang sekaligus menjadi pandangan atau pedoman hidup. Banyak
sumber sumber ajaran Islam yang digunakan mulai zaman muncul pertama
kalinya Islam pada masa rasulullah sampai pada zaman modem sekarang ini.
Sumber sumber yang berasal dari agama Islam merupakan sumber ajaran
yang sudah dibuktikan kebenarannya yaitu bertujuan untuk kemaslahatan
umat manusia, sumber sumber ajaran Islam merupakan sumber ajaran yang
sangat luas dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti bidang akhidah,
sosial, ekonomi, sains, teknologi dan sebagainya.

Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu


pengetahuan, terutama yang bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al
Our'an, Sunah, Ijma”, Oiyas dan juga ijtihad. Begitu sempuma dan
lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam. Namun permasalahan disini adalah
banyak umat Islam yang belum mengetahui betapa luas dan lengkapnya
sumber-sumber ajaran Islam guna mendukung umat Islam untuk maju dalam
bidang pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Macam Macam sumber ajaran islam ?
2. Bagaimana Al Ouran sebagai sumber ajaran Islam?
3. Bagaimana Hadits sebagai sumber hukum kedua ajaran Islam?
4. Bagaimana Ijtihad sebagai sumber hukum ajaran Islam setelah Al Our'an
dan Hadits?

BAB II
2

PEMBAHASAN
A. Macam macam sumber ajaran Islam
Sumber adalah tempat pengambilan, rujukan atau acuan dalam
penyelenggaraan ajaran Islam, karena itulah sumber memiliki peranan yang
sangat penting bagi pelaksanaan ajaran Islam. Dari sumber inilah umat Islam
dapat memiliki pedoman pedoman tertentu untuk melaksanakan proses ajaran
Islam, tanpa adanya suatu sumber maka umat Islam akan terombang-ambing
dalam menghadapi ideologi dan bisa jadi akan berahir pada kesesatan atau
kenistaan.1
Dalam pembahasan disini akan diuraikan macam macam sumber ajaran Islam
yang diantaranya meliputi:
1. Al-Ouran
2. Sunah
3. Ijtihad

B. Al- Our'an sebagai sumber utama ajaran Islam


1. Pengertian Al-Our'an
Secara etimologi Al-Our'an berasal dari kata “qara'a, yaqra'u,
gira'atan, gur'anan” yang berarti mengumpulkan dan menghimpun huruf
huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian lain secara teratur.2 Ada
juga sumber lain mengatakan bahwa Al-Our'an secara harfiah berarti
“bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yng sungguh
tepat, karena tiada satu bacaanpun sejak anusia mengenl baca tulis yang
dapat menandingi Al Our'an al-Karim, secara terminologi Al Our'an
adalah kitab suci yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang diampaikan lewat malaikat jibril, yang dikomunikasikan

1
Nur Uhbiyati,Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang :Pustaka Rizki Putra,2013,
halaman 25

2
Muhaimin,Dkk. Studi Islam dalam ragam dimensi dan pendekatan,Jakarta :Kencana,2012,
halaman 81
3

dengn bahasa arab, harus dipercayai tanpa syarat dan menjadi pedoman
bagi para pengikutnya yaitu umat Islam diseluruh dunia.3
Pengertian Al Our'an dari segi terminologinya dapat dipahami dari
pandangan beberapa ulama, bahwa:
a. Muhammad Salim Muhsin dalam bukunya “Tarikh Al Our'an al
Karim” menyatakan bahwa Al Our'an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam
mushaf mushf dan dinukilkan/ diriwayatkan kepada kita dengan
jalan mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai
penentang (bagi yang tidak percaya) ataupun surat terpendek.
b. Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Al-Our'an sebagai firman
Allah SWT yang diturunkan melalui Roh al-Amin (Jibril) kepada
nabi Muhammad SAW. Dengan bahasa arab, isinya dijamin
kebenarannya, dan sebagai hujah kerasulannya, undang undang bagi
seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang
ibadah dalam membacanya, yang terhimpun dalam mushaf yang
dimulai dari surat al Fatihah dan diakhiri surat an Nas, yang
diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir.
c. Muhammad abduh mendefinisikan Al Our'an sbagai kalam mulia
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi yang paling smpurna
(Muhammad SAW) ajarannya mencakup keseluruhan ilmu
pengetahuan, ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak
dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci daan berakal cerdas.

2. Asbabun nuzul Al Our'an


a. Pengertian Asbabun Nuzul
Ungkapan asbabun nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata
asbab dan nuzul. Secara etimologi, asbabun nuzul adalah sebab-
sebab yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu. Namun kata

3
Didik Ahmad Supadi dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam,Semarang :Rajawali Pers, 2011
halaman 169
4

asbabun nuzul hanya dipergunakan khusus untuk Al Gur'an. Para


ulama berpendapat bahwa ketika memaknai kata nuzul, inzal, dan
tanzil yang terdapat pada ayat Al-Our'an, ada yang memaknai idhar
yaitu melahirkan Al Our'an. Ada juga yang memanai bahwa Allah
SWT mengajarkannya kepada malaikat jibril baik megenai
bacaannya maupun pemahamannya lalu jibril menyampaikannya
kepada nabi Muhammad SAW yang ada di bumi.
Menurut az zargani asbabun nuzul adalah khusus atau sesuatu
yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya Al Our'an
sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.4
b. Urgensi Asbabun Nuzul
Mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahan yang
terakumulasi dalam riwayat riwayat asbabun nuzul merupakan suatu
hal yang signifikan untuk memahami pesan pesan Al Our'an. Bahkan
al wahidi menyatakan ketidakmungkinan untuk menginterpretasikan
Al-Our'an tanpa mempertimbangkan aspek kisah dan asbabun nuzul.
Dalam uraian yang lebih rinci, Az Zargani mengemukakan
urgensi asbabun nuzul dalam memahami Al Our'an sebagai berikut:
1) Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi
ketidakpastian dalam menangkap pesan pesan ayat Al Our'an.
2) Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian
umum.
3) Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Our'an,
bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan
adalah sebab yang bersifat khusus dan bukan lafazh yang
bersifat umum.
4) Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al Our'an
turun.
5) Memudahkan untuk menghafaikan dan memahami ayat serta
untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang

4
Muhammad Abd Az-‘azhim az-zarqani, Manhil Al-‘Irfan, Dar al-fikr, Bairut, t.t, jilid I hlm 106
5

mendengarnya Taufig Adnan Anal dan Syamsul Rizal


panggabean menyatakan bahwa pemahaman terhadap konteks
kesejarahn pra-qur'an dan pada masa Al Our'an menjanjikan
beberapa manfaat praktis, yaitu
a) Pemahaman itu memudahkan kita mengidentifikasi gejala
gejala moral dan sosial pada masyarakat Arab saat itu, sikap
Al Our'an terhadapnya,dan cara Al-Qur'an memodifikasi
atau mentransformasi gejala itu hingga sejalan dengan
pandangan dunia Al Our'an.
b) Kesemuanya ini dapat dijadikan pedoman bagi umat Islam
dalam mengidentifikasi dan menangani problem problem
yang mereka hadapi.
c) Pemahaman tentang konteks kesejarahan pra-gur'an dan
masa gur'an dapat menghindarkan kita dari praktik praktik
pemaksaan prakonsep dalam penafsiran.

3. Macam-macam Asbabun Nuzul


a. Dilihat dari segi sudut pandang redaksi redaksi yang dipergunakan
dalam riwayat asbabun nuzul. Ada dua jenis redaksi yang
dipergunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbabun
nuzul yaitu:
1) Sharih (visionable/jelas). Artinya riwayat yang sudah jelas
menunjukkan asbabun nuzul dan tidak mungkin pula
menunjukkan yang lainnya. Contoh riwayat asbabun nuzul yang
menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang
diawakan oleh Jabir bahwa orang-orang yahudi berkata, “apabila
suami mendatangi “gubul” istrinya dari belakang, anaknya yang
lahir akan juling”. Maka turunlah ayat Artinya: “istri istrimu
adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam maka
datangilah tanah bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu
hendaki.” (O.S Al Bagarah : 223)
6

2) Muhtamilah (kemungkinan). Artinya riwayat yang belum jelas


menunjukkan asbabun nuzul dan masih memungkinkan pula
menunjukkan arti lain.
b. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya asbabun nuzul untuk satu
ayat atau berbilangnya ayat untuk asbabun nuzul.
1) Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat
Pada kenyataannya tidak setiap ayat memiliki riwayat
asbabun nuzul dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki
beberapa versi riwayat asbabun nuzul. Bentuk variasi itu
terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam
kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabu nuzul dalam
satu ayat dari sisi redaksi, para ulama” mengemukakan cara-cara
berikut.
a) Tidak mempermasalahkannya
b) Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan
sharih
c) Melakukan studi selektif (tarjih)
d) Variasi ayat untuk satu sebab Terkadang suatu kejadian
menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih.
4. Tahapan turunnya Al Our'an
Turunnya Al Our'an merupakan peristiwa besar yang sekaligus
menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. Turunnya Al
Our'an yang pertama kali pada malam lailatul gadar merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat
malaikat akan kemuliaan nabi Muhammad SAW dan umatnya dengan
risalah baru agar menjadi umat paling baik yang dikeluarkan bagi
manusia. Allah menurunkan kepada manusia melalui 3 tahap yaitu:
a. Al Our'an diturunkan Allah dari Lauhul Mahfudz Al argani tidak
menyinggung lebih jauh tentang kapan penurunan Al Our'an di
Lauhul Mahfudz ini. Beliau hanya menyatakan tidak ada yang tahu
7

persis kapan Al Our'an diturunkan di Lauhul Mahfudz kecuali Allah


sendiri.
b. Dari Lauhul Mahfudz ke Baitul “Izza Yaitu langit yang pertama
yang tampak ketika dilihat di dunia ini namun tidak diketahui letak
persisnya. Adapun jumlahnya adalah semuanya pada waktu Lailatul
Gadr. Namun tanggalnya tidak diketahui, dan pada bulan Ramadhan.
Al-Ourtubi telah menukil dari Mugtil bin Hayyan riwayat tentang
kesepakatan bahwa turunnya Al-Our'an sekaligus dari Lauhul
Mahfudz ke Baitul “Izza di langit di dunia. Sebetulnya tidak hanya
Al-Our'an saja yang diturunkan pada bulan Ramadhan, tetapi ada
juga
1) Taurat :6 Ramadhan
2) Suhuf Ibrahim :1 Ramadhan
3) Injil : 13 Ramadhan
4) Zabur :12 Ramadhan
c. Dari Baitul “Izza ke Rasulullah Tahapan ketiga atau yang terakhir
adalah Al-Our'an dituRamadha dari Baitul “Izza kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril. Penurunannya
tidak secara langsung sekaligus, namun diangsur angsur selama dua
puluh tiga tahun berdasarkan kebutuhan,peristiwa atau bahkan
melalui permintaan malaikat jibril. Adapun kitab kitab lain seperti
tauraut, zabur dan injil diturunkan oleh Allah SWT dengan cara
sekaligus tidak secara berangsur-angsur.” 5
5. Isi danpesan pesan Al Our'an
Al-Qur'an diturunkan kepada nabi Muhammad kurang lebih selama
23 tahun, dalam dua fase yaitu 13 tahun pada fase sebelum beliau hijrah
ke Madinah (Makiyah) dan 10 tahun pada fase sesudah hijrah ke
Madinah (Madaniyah). Isi Al-9ur'an terdiri dari 114 surat, 6236 ayat,
74437 kalimat, dan 325345 huruf. Proporsi masing-masing fase tersebuut

5
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an. Jakarta : Rajawali, 2013 halaman 23
8

adalah 86 surat untuk ayat ayat Makiyah dan 28 surat untuk ayat ayat
Madaniyah.
Dari keseluruhan isi Al Our'an itu, pada dasarnya mengandung
pesan-pesa sebagai berikut: masalah tauhid, termasuk didalamnya
masalah kepercayaaan pada yang gaib, masalah ibadah, yaitu egiatan-
kegiatan dan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan dan menghidupkan
didalam hati dan jiwa, masalah janji dan ancaman yaitu janji dengan
balasan baik bagi mereka yang berbuat baik dan sebaliknya ancaman
siksa bagi mereka yang berbuat jahat, jalan menuju kebahagiaan dunia
akhirat, berupa ketentuan-ketentuan yang hendaknya dipenuhi untuk
mencapai keridhaan Allah SWT, riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-
orang terdahulu baik sejarah bangsa-bangsa, tokoh-tokoh maupun Nabi
dan Rosul.

Al Ouran sebagai kitab suci umat Islam merupakan kumpulan


firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang
mengandung petunjuk petunjuk bagi umat manusia. Menurut Dr. M.
Ouraish Shihab dalam “wawasan Al-Our'an menyebutkan delapan tujuan
diturunkannya Al-Our'an:
a. Untuk menbersihkan dan menyucikan jiwa dari segala bentuk syirik
serta mementapkan keyakinan tentang keesaan yang sempurna bagi
tuhan semesta alam.
b. Untuk mengajarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni bahwa
umat manusia merupakan umat yang seharusnya dapat bekerja sama
dalam pengapdian kepada Allah dan pelaksanaan tugas kekhalifahan.
c. Untuk menciptakan perstuan dan kesatuan.
d. Untuk mengajak manusia berfikir dan bekerja sama dalam bidang
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
e. Untuk membasmi kemiskinan material dan spiritual, kebodohan,
penyakit dan penderitaan hidup,serta pemerasan manusia atas manusia
dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan juga agama.
9

f. Untuk memadukan kebenaran dan keadilan dengan rahmat dan kasih


sayang.
g. Untuk memberikan jalan tengah antara falsafah monopoli kapitalisme
dengan falsafah kolektif komunisme, menciptakan ummatan wasathan
yang menyeru kepada kebukan dan mencegah kemungkaran.
h. Untuk menekankan peranan ilmu dan teknologi, guna menciptakan
suatu peradaban yang sejalan dengan jati diri manusia dengan
panduan dan panduan Nur Ilahi.
Berikut adalah fungsi al-Quran menurut nama-namanya:
a. Al-huda (petunjuk). Dalam al-guran terdapat 3 kategori tentang posisi
al guran sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara
umum. Kedua, al-guran adalah petunjuk bagi orang orang yang
bertagwa. Ketiga, petunjuk bagi orang-orang beriman.
b. Al furgan (pemisah). Dalam al-guran dikatakan bahwa ia adalah
ugeran untuk membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak
dan batil.
c. Asy-syifa (obat). Al-guran dikatakan berfungsi sebagai obat bagi
penyakit-penyakit dalam dada. Yang dimaksud penyakit dalam dada
adalah penyakit penyakit psikologis.
d. Al mauizhah (nasihat). Al-Qur’an berfungsi sebagai nasihat orang
orang yang bertakwa.

C. Hadits sebagai sumber hukum Islam


Umat Islam telah sepakat bahwa hadits merupakan sumber hukum
kedua setelah Al Our'an. Dan tidak boleh seorang muslim hanya
mencukupkan diri dengan salah satu dari kedua sumber Islam tersebut. Al
Our'an dan hadits merupakan dua sumber hukum Islam yang tetap. Umat
Islam tidak mungkin dapat memahami tentang syari'at Islam dengan benar
sesuai dengan tanpa Al Our'an dan Hadits. Banyak dari ayat Al Our'an yang
menerangkan bahwa hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al Our'an
yang wajib diikuti. Baik itu dalam hal perintah ataupun larangan. Al Syatibiy
10

dalam kaitan ini mengajukan tiga argumen. Pertama, sunnah merupakan


penjabaran dari Al Our'an. Secara rasional, sunnah sebagai penjabaran
(bayan) harus menempati posisi lebih rendah dari yang dijabarkan
(mubayyan) yakni Al Our'an. Apabila Al Gur'an sebagai mubayyan tidak ada,
maka hadits sebagai bayyan tidak diperlukan. Akan tetapi jika tidak ada
bayyan, maka mubayyan tidak hilang. Kedua, Al Our'an bersifat gat'iy al
subut, sedangkan sunnah bersifat zanniy al-subut. Ketiga, secara tekstual
terdapat beberapa riwayat yang menunjukkan kedudukan sunnah setelah Al
Our'an seprti hadits yang sangat populer mengenai pengutusan Mu'az Ibn
Jabal menjadi hakim di Yaman. Semuanya menunjuka subordinasi sunnah
sebagai dalil terhadap Al Our'an.6
Berikut uraian sedikit tentang kedudukan hadits sebagai sumber hukum
Islam:
1. Dalil Al-Qur'an
Banyak dari ayat Al Our'an yangmenerangkan tentang kewajiban
untuk dapat mempercayai dan menerima apa saja yang telah disampaikan
oleh Rasul kepada umat beliau untuk dijadikan sebuah pedoman hidup.
Selain Allah SWT memerintahkan agar umatnya percaya kepada
Rasul juga dapat menaati semua perintah atau peraturan yang telah
ditetapkan atau dibawa olch beliau. Taat kepada Rasul sama denga taat
kepada Allah. Sebagaimana firman Allah OS. Al “Imran:32 yang
berbunyi:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
‫َ قُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ ۚ َل فَا ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَا ِ َّن هّٰللا َ اَل ي ُِحبُّ ْال ٰكفِ ِريْن‬
"Katakanlah (Muhammad), “Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu
berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang
kafir.”"QS. Ali 'Imran[3]:32
Dari banyaknya ayat Al-Qur'an ini membuktikan bahwa dimana
setiap ada perintah taat kepada Allah, pasti ada perintah taat kepada
Rasul. Demikian pula mengenai ancaman. Ini menunjukkan betapa

6
Musahadi Ham,Evolusi Konsep Sunnah, Semarang : CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI, 2000, hlm 80
11

pentingnya kedudukan dalam penetapan untuk taat kepada semua yang


diperintah Rasulullah SAW.
2. Dalil al-hadits
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW. Berkenaan dengan
keharusan menjadikan hadits sebagai pedoman hidup, disamping Al-
Our,an sebagai pedoman utamanya.
Masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan tentang
pedoman hidup maupun penetapan hukum. Hadits-hadits tersebut
menunjukkan terhadap kita bahwa berpegang teguh kepada hadits
sebagai pedoman hidup iitu wajib, sebagaimana wajib pada Al-Qur'an.
3. Kesepakatan ulama (ijma”)
Banyak peristiwa yang menunjukan adanya kesepakatan
menggunakan hadits sebagai sumber hukum Islam, antara lain:
a. Ketika abu bakar di baiat menjadi kholifah, ia pernahberkata “saya
tidak meninggalkan sedikitpun sesuatu yang diamalkan/dilaksanakan
oleh Rasulullah, sesungguhnya saya takut tersesat bila meninggalkan
perintahnya”.
b. Saat umar berada di hajar aswad ia berkata: “saya tahu bahwa
engkau adalah batu. Seandainya saya tidak melihat Rasulullah
menciummu, saya tidak akan menciummu”.
c. Diceritakan dari Sa'i bin Musayyab bahwa "usman bin “affan
berkata: "saya duduk sebagaimana duduknya Rasulullah, saya makan
sebagaimana makannya Rasulullah dan saya sholat sebagaimana
Sholatnya Rasulullah' Untuk mengukuhkan validitas sunnah sebagai
otoritatif hukum Islam.7
Al syafi'i mengajukan analisis terhadap kata al-hikmah dalam Al
Qur'an. Dalam banyak Al-Our'an, kata tersebut selalu bergandengan
dengan kata al-kitab (Al-Qur’an).8

7
Drs Munzier Suparta, Ilmu Hadist, Jakarta :PT.Raja Grafindo Persada, 2002, hlm 56
8
Mushadi Ham, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang :CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI, 2000 hlm 82
12

Namun al-syafi'i menyimpulkan bahwa yang dimaksud al-kitab


adalah Al-Qur'an, sedangkan yang dimaksud al-hikmah adalah sunnah
atau al-hadits. Dalam sejarah tercatat, ada sekelompok kecil umat Islam
yang menolak adanya sunnah atau hadits sebagai salah satu sumber
hukum Islam. Dikenal sebagai inkar al-sunnah dan munkir al-sunnah.
Adanya kelompok tersebut diketahui melalui tulisan al-syafi'i yang
dikelompokkan dalam tiga golongan:
a. Golongan yang menolak sunnah secara keseluruhan
b. Golongan yang menolak sunnah kecuali jika sunnah itu memiliki
kesamaan denga petunjuk Al-Our'an
c. Golongan yang menolak sunnah yang berstatus ahad”.9
Hadits atau sunnah sebagai sumber hukum Islam tidak hanya
untuk kaitannya dalam hal iadah, akan tetapi juga dalam masalah
masyarakat sosial. Eksistensi sunnah atau hadits dapat sumber hukum
Islam dapat dilihat dari beberapa argumen Al-Qur'an, ijma” maupun
argumen rasional.
Bahwa kandungan sunnah yang bersumber dari Nabi tidak bayak
jumlahnya dan tidak dimaksudkan bersifat spesifik secara mutlak,
bahwa konsep sunnah setelah Nabi wafat tidak hanya mencakup sunnah
Nabi tetapi juga penafsiran-penafsiran terhadap sunnah Nabi tersebut,
bahwa sunnah dalam pengertian terakhir ini sama luasnya dengan ijma'
yang pada dasarnya merupakan sebuah proses yang semakin meluas
secara terus-menerus, dan yang terkhir sekali bahwa setelah gerakan
pemurnian hadits besar-besaran, hubungan organis diantara sunnah,
ijtihad dan ijjma' menjadi rusak.
Ketika timbul gerakan hadits pada paruh kedua abad hijriyah
sunnah diekspresikan sebagai hadits, sehingga pada tahap berikutnya
hadits identik dengan sunnah. Namun jalaluddin Rahmat membantah
bahwa yang pertama kali beredar dikalangan umat Islam untuk
menunjuk pada Nabi adalah hadits bukanlah sunnah.

9
Mushadi Ham, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang :CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI, 2000 hlm 84
13

Kondisi kemudian berubah setelah dua khalifah mengadakan


gerakan “penghilangan” hadits yang kemudian melahirkan
keenggangan para sahabat menuliskan hadits. Ini mengakibatkan
hilangnya sebagian besar hadits dan adanya kesempatan untuk pealsuan
hadits yang mengakibatkan merebaknya periwayatan dalam makna
(riwayat bi al ma'na). Dan karena orang hanya menerima hadits lewat
lisan, maka ketika menyampaikannyapun hanya menyampaikan
maknanya, sehingga dalam periwayatan hadits dapat berubah-ubah.
Mengingat makna redaksi hadits itu berkembang sesuai orang yang
meriwayatkannya. Dan inilah yang menimbulkan banyaknya perbedaan
pendapat dalam penafsiran hadits. Kemudian memunculkan ra'y atau
oleh Rahman diidentifikasi sebagai sunnah. yangmana orang lebih
cenderung mencari petunjuk pada ra'y karena hilangnya sejumlah hadits
akibat perbedaan pendapat.

D. Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Our'an dan Hadits


1. Pengertian Ijtihad
ljtihad memiliki arti kesungguhan, yaitu mengerjakan sesuatu
dengan segala kesungguhan. Ijtihad dari sudut istilah berarti menggunakan
seluruh potensi nalar secara maksimal dan optimal untuk meng istinbath
suatu hukum agama yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
ulama yang memenuhi persyaratan tertentu, pada waktu tertentu untuk
merumuskan kepastian hukum mengenai suatu perkara yang tidak ada
status hukumnya dalam Al Our'an dan sunnah dengan tetap berpedoman
pada dua sumber utama.
Dengan demikian, ijtihad bukan berarti penalaran bebas dalam
menggali hukum satu peristiwa yang dilakukan oleh mujtahid, melainkan
tetap berdasar pada Al-Qur'an dan sunnah. Walaupun ijtihad
diperbolehkan untuk dilakukan oleh mujtahid (orang yang berijtihad) yang
memenuhi syarat, namun tidak berarti bahwa ijtihad dapat dilakukan
14

dalam semua bidang. Ijtihad memiliki ruang lingkup tertentu. Syaikh


Muhammad Salut, misalnya membagi lingkup ijtihad ke dalam dua bagian:
a. Permasalahan yang tidak ada atau tidak jelas ketentuan hukumnya
dalam Al-Qur'an atau hadist Nabi.
b. Ayat ayat Al-Qur'an tertentu dan hadis tertentu tidak begitu jelas
maksudnya yang mungkin disebabkan oleh makna yang dikandung
lebih dari satu sehingga perlu ditentukan dengan jalan ijtihad untuk
mengetahui makna makna yang sesungguhnya yang dimaksud.10
2. Macam-macam ljtihad
a. Ijmak.
Ijmak berarti menghimpun, mengumpulkan, atau bersatu dalam
pendapat, dengan kata lain ijmak merupakan consensus yang terjadi di
kalangan para mujtahid terhadap suatu masalah sepeninggal
Rasulullah SAW. Ahli ushul fikih mengemukakan bahwa ijmak
adalah kesepatan para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa
sepeninggal Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syariat mengenai
suatu peristiwa. Apabila terjadi suatu peristiwa yang memerlukan
ketentuan hukum yang tidak ditemukan dalam kedua sumber
sebelumnya (Al-Quran dan sunnah) maka para mujtahid
mengemukakan pendapatnya tentang hukum suatu peristiwa dan jika
disetujui atau disepakati oleh para mujtahid lain, kesepakatan itulah
yang disebut ijmak.
Ijmak merupakan salah satu sumber hukum Islam yang memiliki
posisi kuat dalm menetapkan hukum dari suatu peristiwa. Bahkan
telah diakui luas sebagai sumber hukum yang menempati posisi ketiga
dalam hukum Islam. Sejumlah ayat dan hadits nabi menjadi
pembenaran teologis kekuatan ijmak sebagai sumber hukum dalam
Islam. Pemberian warisan kepada nenek laki-laki (jadd) ketika ia
berkumpul dengan laki-laki orang yang meninggal
b. Qiyas

10
Rois Mahfud, Sumber Ajaran Islam, Palangka Raya :Erlangga,2011, halaman 117-118
15

Secara harfiah berarti analogi atau mengumpamakan. Adapun


menurut pengertian para ahli fikih, giyas adalah menetapkan hukum
tentang sesuatu yang belum ada nash atau dalilnya yang tegas, dengan
sesuatu hukum yang sudah ada nash atau dalilnya yang didasarkan
atas persamaan illat antara keduanya. Misalnya, menetapkan
haramnya minuman bir yang tidak ada dalilnya dalam Al-Qur'an
dengan khamar yang ada hukumnya di dalam Al-Quran. Menyamakan
atau menganalogikan bir dengan khamar ini didasarkan pada adanya
persamaan illat antara keduanya, yaitu memabukkan.
c. Al-mashlahat al-mursalah
Secara harfiah berarti sesuatu yang membawa kebaikan bagi
orang banyak. Adapun menurut para ahli hukum Islam, Al-mashlahat
al-mursalah adalah sesuatu yang didalamnya mengandung kebaikan
bagi masyarakat, sehingga walaupun pada masa lalu hal tersebut tidak
diberlakukan, namun dalam keadaan masyarakat yang sudah makin
berkembang, keadaan tersebut dianggap perlu dilakukan. Misalnya,
pembukuan Al-guran dalam bentuk mushaf seperti yang ada sekarang
perlu dilakukan, mengingat jumlah para penghafal Al-Quran makin
sedikit karena meninggal dunia, serta pertentangan dalam membaca
Al-Quran sering terjadi.
d. “Urf
Secara harfiah berarti sesuatu yang berlaku atau yang sudah
dibiasakan. Adapun menurut para ahli hukum Islam, “urf adalah
sesuatu yang berlaku dimasyarakat atau tradisi yang mengandung nilai
nilai kebaikan bagi masyarakat. Contonya kebiasaan merayakan hari
raya yang pada zaman sebelum Islam, namun dinilai mengandung
kebaikan, maka tetap dilanjutkan.
e. Istihsan
Secara harfiah berarti memandang sesuatu sebagai yang baik.
Menurut Islam, istihsan artinya segala sesuatu yang dipandang
manusia pada umumnya sebagai hal yang baik, dan tidak bertentangan
16

dengan al Ouran dan sunnah. Penggunaan istihsan ini antara lain


didasarkan pada sabda Rasulullah SAW : Artrinya : “segala sesuatu
yang dinilai oleh kaum muslimin sebagai sesuatu yang baik, maka
yang demikian itu disisi Allah dipandang sebagai hal yang baik.”
f. Qulal shahabat
Secara harfiah berarti ucapan sahabat. Dalam pengertian umum,
Gaul al shahabat adalah pendapat, pandangan, pikiran, dan perbuatan
para sahabat yang sejalan denganAl Ouran dan sunnah. Penggunaan
Oaul al shahabat sebagai dasar hukum, mengingat para sahabat selain
sebagai orang yang dekat, bergaul dan ikut berjuang dengan
Rasulullah SAW, juga memang memiliki pemikiran, gagasan, dan
karya karya yang layak untuk dijadikan bahan renungan dan
pertimbangan dalam mengembangkan ajaran Islam pada masa
selanjutnya.
g. Syar'un man gablana
Secara harfiah berarti agama sebelum kita. Dalam pengertian
yang lazim, Syar'un man gablana adlah ajaran yang terdapat didalam
agama yang diturunkan Tuhan sebelum Islam yang terdapat di dalam
kitab Zabur, Taurat, Injil yang masih asli yang tidak bertentangan dan
masih sesuai dengan kebutuhan zaman. Di dalam kitab Taurat yang
ditinggalkan Nabi Musa misalnya terdapat ajaran mengesakan Tuhan,
larangan menyekutukan-Nya, memuliakan kedua orang tua, memiliki
kepedulian terhadap kerabat, orang miskin, ibnu sabil, bersikap boros,
membunuh anak, berbuat zina, memakan harta anak yatim,
mengurangi timbangan, menjadi saksi palsu, dan larangan bersikap
sombong. Ajaran yang dibawa Nabi Musa ini terus dilanjutkan oleh
Nabi Muhammad SAW, sebagaimana terdapat dalam OS. Bani Israil
(17) ayat 23 sampai dengan ayat 37. Ajaran yang pernah berlaku pada
zaman Nabi Musa itu, masih tetap diberlakukan dimasa sekarang,
17

karena masih dianggap cocok dan dibutuhkan untuk zaman sekarang


dan yang akan datang.11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran
islam ada tiga macam, yaitu Al-qur'an, hadits dan ijtihad. Al-qur'n sebagai
sumber hukum Islam yang pertama yaitu Al-qur'an berisi tentang semua
kehidupan yang ada di alam, perintah, akidah dan kepercayaan, akhlak yang
murni, mengenai syari'at dan hukum dan sebagai petunjuk umat Islam.

11
Abuddin Nata, Studi Islam Konperehensif, Jakarta :Kencana, 2011, halaman 43-45
18

Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-
gur'an mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah
disampaikan oleh Rasul untu dijadikan sebagai pedoman hudup. Selain itu
dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu
wajib, bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan
menjadikan hadist sebagai pedoman hidup setelah Al-gur'an sebagai sumber
yang pertama. Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad,
setiap peristiwa baru akan didapatkan ketentuan hukumnya Dari pemaparan
makalah kami tersebut kita tahu bahwa sumber ajaran islam sangat penting
sebagai pedoman hidup, untuk itu hendaknya apabila kita melenceng dari
salah satu sumber ajaran tersebut, maka akan menjadikan hal yang fatal.

DAFTAR PUSTAKA

“Abd Az-'azhim, Az-Zarkani Muhammad. Manhil al-'irfan, Dar al-Fikr, Bairut, t.t,
jilid I hlm 106.

Amin, Muhammad Suma. Ulumul Our 'an. Jakarta: Rajawali, 2013

Didik ahmad supadi dan sarjuni, Pengantar studi Islam, Semarang: Rajawali Pers,
2011

Mahfud, Rois. Al-Islam PendidikanAgama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga,


2011
19

Muhaimin, dkk. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta:
kencana, 2012

Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang: CV. Aneka Ilmu, anggota
IKAPI, 2000

Nata, Abuddin. Studi Islam komperehensif, Jakarta: Kencana 2011

Suparta, Munzier. Ilmu Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002

Uhbiyati, Nur. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki


Putra, 2013

Anda mungkin juga menyukai