Anda di halaman 1dari 15

RUANG LINGKUP ALQUR’AN HADITS DAN PEMBELAJARANNYA

Agung Kurniawan
Institut Agama Islam Metro Lampung
Email: agungkurniawan20001107@gmail.com

Abstrak
Perkembangan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran, tidak tertutup kemungkinan
bahwa media harus disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Karena dukungan
media yang tepat, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik pula. Oleh karena itu, sebuah
media pembelajaran akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap dan
tepat sasaran, serta mempengaruhi hasil akhir dari proses pembelajaran tersebut. Bidang
pendidikan sangat berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan baik anak-anak,
orang dewasa dan orang tua. Pengenalan alqur’an hadist serta pembelajaranya sangat penting
dalam memupuk khazanah pengetahuan kita. Ruang lingkup dalam pengenalan alquran hadist
harus terus digalakkan agar terciptanya keseimbangan di antara bidang pedidikan agama Islam
maupun pesatnya perkembangan modernitas, jika keduanya tidak seimbang maka akan
mengakibatkan ketimpangan
Pada zaman Nabi SAW sudah dikenal kegiatan belajar mengajar, sehingga kalau dilihat
kembali pada zaman Nabi SAW, sebenarnya media pembelajaran itu sendiri sudah ada dan sudah
diaplikasikan oleh Rasulullah SAW. Beliau dalam mengajarkan ilmu pengetahuan kepada
sahabat-sahabatnya tidak lepas dari adanya media sebagai sarana penyampaian materi ajaran
agama Islam.
Kata kunci: Al-qur’an, hadist dan pembelajarannya.

Abstract
The development of science in the learning process, it is possible that the media must be adapted
to the developments and demands of the times. Due to the support of the right media, learning
objectives can be achieved well as well. Therefore, a learning media will affect whether or not
an information is complete and on target, and affects the final result of the learning process. The
field of education plays an important role in the development of knowledge for both children,
adults and parents. The introduction of the Qur'an and hadith and its learning are very
important in cultivating our treasures of knowledge. The scope of the introduction of the Qur'an
and Hadith must continue to be encouraged in order to create a balance between the field of
Islamic education and the rapid development of modernity, if the two are not balanced it will
result in inequality.
At the time of the Prophet SAW, teaching and learning activities were already known, so if you
look back at the time of the Prophet SAW, actually the learning media itself already exists and
has been applied by the Prophet Muhammad. He in teaching science to his friends can not be
separated from the media as a means of delivering material Islamic teachings.
Keywords: Al-qur'an, hadith and learning
A. Pendahuluan
Islam memerintahkan penganutnya untuk melakukan proses belajar yang kontinyu
sampai akhir hidupnya. Salah satu metode belajar yang dikenal dalam Islam dan keilmuan
adalah dengan cara membaca. Metode membaca merupakan salah satu metode atau teknik
mendasar dalam proses belajar individu, sejak awal perkembangan Islam, maupun awal
perkembangan Islam. Pada awal masa kerasulan Muhammad saw., perilaku membaca
merupakan indikator kelemahan daya ingat manusia. Pemahaman masyarakat sebelum
kerasulan Nabi saw., kemampuan membaca merupakan indikator daya ingat seseorang yang
lemah.
Dengan kehadiran Nabi saw., secara perlahan, pemahaman itu diubah dan bergeser
dengan berbagai landasan hukum berupa ayat Quran dan Hadist Nabi saw. yang
memerintahkan agar meningkatkan kemampuan membaca. Salah satu landasan hukum Islam
yang memerintahkan umat Islam untuk belajar, justru sejak pertama sekali ayat pertama
turun kepada Nabi Muhammad saw. Menurut Qardhawi dalam buku alQuran Berbicara
tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan (1998), alQuran dalam surah al-Alaq ayat 1-5 berikut ini
merupakan perintah tegas yang diulangi Allah swt. sebanyak dua kali kepada seluruh umat
Muhammad saw.“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya”.1
Selain itu, ayat pertama di atas memuat proses penciptaan awal manusia yang diciptakan
dari segumpal darah. Ilmuwan muslim yang mempelajari proses penciptaan dan tumbuh
kembang manusia seharusnya melakukan kajian menyeluruh tentang tahapan perkembangan
manusia sejak masa awal proses penciptaan sampai fasse atau tahapan perkembangan usia
lanjut. Bahril Hidayat Lubis dalam buku Dialektika Psikologi dan Pandangan Islam (2002)
pernah membahas tahapan perkembangan manusia sejak sebelum masa kelahiran, yaitu
sejak masa kandungan (usia kandungan 4 bulan-kelahiran). Selanjutnya, Bahril Hidayat
Lubis (2002) memaparkan argumennya bahwa tahapan perkembangan di atas berdasarkan
penelitian berikut ini. Sebuah percobaan yang relevan membuktikan bahwa kehidupan telah
dimulai pada masa kandungan. Sebuah bel yang dipasang pada sebuah kayu dan
ditempelkan pada perut ibu sehingga dengan begitu getaran dapat langsung dipindahkan
pada fetus/rahim menunjukkan bahwa anak yang belum dilahirkan tadi bereaksi dengan
detik nadi yang bertambah cepat. Tetapi, setelah rangsang bel tersebut diberikan berulang-
ulang, maka bayi tidak mengadakan reaksi apa-apa lagi. Hal itu menyimpulkan bahwa anak
dalam kandungan telah menyesuaikan diri dengan suara-suara dari luar.2

1
Siti Nur Azizah, “Media Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Hadits,” Jurnal Literasiologi 6,
No. 1 (July 1, 2021), Https://Doi.Org/10.47783/Literasiologi.V6i1.242.
2
Bahril Hidayat, “Pembelajaran Alquran Pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi Agama Dan Neurosains,”
Aciece 2 (2017): 59–70, Http://Conference.Uin-Suka.Ac.Id/Index.Php/Aciece/Article/View/59.
B. Pembelajaran Al quran dan Hadits
1. Pengertian Al-qur’an.
Alqur’anul karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan diturunkan oleh Allah
kepada Rosulullah Muhammad sallallahu ngalaihi wassalam untuk mendidik manusia
yang terkenal dahulu dengan kejahilannya menuju manusia yang tercerahkan. Al qur’an
pada masa Nabi belum terbukukuan dengan rapi maka ketika ada sahabat Nabi
Muhammad sallallahu ngalaihi wassalam yang bingung ia langsung menanyakan
kebingungannya kepada Nabi Muhammad sallallahu ngalaihi wassalam . 3
Dalam pengertian lain al-qur’an adalah sumber utama manusia dalam kehidupan
sehari-hari’ yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad sallallahu
ngalaihi wassalam. Sumber ini mesti dipegang teguh oleh setiap umat muslim. Dalam al-
qur’an terdapat nilai-nilai dan hukum-hukum yang digunakan sebagai pedoman dakam
kehidupan sehari-hari. Di dalam al-qur’an juga terdapat beberapa ajaran yang nantinya
dapat menyeimbangkan pola kehidupan yang semakin hari semakin moderat. Kehidupan
yang semakin moderat ini menimbulkan banyak dampak dalam bidang pendidikan
termasuk budaya yang bersifat sekuler, matrealis, hedonis, positivis, dan empiris. Maka
dari itu ajaran al-qur’an menjadi sumber rujukan utama dalam menghadapi dampak-
dampak pada masa yang moderat ini.4
Dari segi pengertian bahasa, ulama berbeda pendapat tentang asal kata al-Qur’an
diantaranya adalah:
a) Al-imam al-Syafi’I (150-204 H), salah seorang Imam madzhab yang terkenal,
mengatakan bahwa kata Alquran ditulis dan dibaca tampa hamzah, serta tidak
terambil dari pecahan fi’il(bukan ism musytaq) ia adalah nama yang khusus dipakai
untuk kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Seperti halnya
dengan nama injil dan taurat, yang masing-masing diberikan kepada nabi Isa dan
Musa.
b) Dr. Subhi al-Shalih dalam bukunya mabahits fi ulum Alquran mengemukakan bahwa
pendapat yang kuat adalah yang mengtakan bahwa kata Alquran itu adalah bentuk
masdar dan muradif dengan kata qir’ah yang berarti membaca. Hal ini diperkuat oleh
pendapat lain, yang mengemukakan bahwa kata Alquran secara harf berasal dari akar
kata qara’a yang berarti bacaan atau himpunan, karena ia merupakan kitab suci yang
wajib dibaca dan dipelajari, serta merupakan himpunan dari ajaran-ajaran wahyu
yang terbaik.5

2. Pengertian Hadist
Secara garis besar pengertian hadist dapat dilihat dari dua kacamata pendekatan
yaitu, dilihat dari segi pendekatan bahasa (linguistic) dan pendekatan istilah
(terminologis). Dilihat dari segi kebahasaan, hadist berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata badatsa, yahdutsu, badtsan, baditsan, dengan pengertian yang berbeda-beda. Kata
tersebut misalnya al-jadid sesuatu yang baru, sebagai lawan dari al-qadim yang artinya
adalah sesuatu yang sudah kuno atau sudah sangat tertinggal atau juga bias disebut klasik.

3
Manna’ Khalil Al-Qattam, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, 18th Ed. (Bogor: Litera Antarnusa, 2017).
4
Ahmad Zumaro, Hadist Tarbawi (Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013).
5
Muh Ilham, “Alqur’an Sebagai Sumber Epistemologi,” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin Dan
Filsafat 14, No. 1 (August 15, 2018): 113–30.
Penggunaan kata al-hadits dalam arti demikian dapat kita temui pada ungkapan
hadist al-bina’ dengan arti jaded al-bina’ artinya bangunan baru.
Sedangkan dilihat dari istilah, pengertian hadist diartikan secara berbeda-beda. Hal
tersebut disebabkan karena perbedaan cara pandang dalam melihat suatu masalah. Para
ulama hadist berpendapat bahwa hadits merupakan ucapan, perbuatan dan keadaan Nabi
Muhammad sallallahu ngalaihi wassalam sementara ulama hadist lainya seperti Al-
Thiby berpendapat bahwa hadist bukan hanya sekedar ucapan, perbuatan dan ketetapan
Rosul Muhammad sallallahu ngalaihi wassalam, akan tetapi perkataan, perbuatan dan
ketetapan para sahabat dan tabi’in.6
Sedangkan menurut ahli ushul fikh, hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan
penetapan yang disandarkan kepada Rosulullah Muhammad sallallahu ngalaihi
wassalam setelah kenabian. adapun pada saat sebelum ada Nabi tidak dapat disebut
dengan hadist, karena yang disebut dengan hadist adalah apa yang telah menjadi
konsekuensinya. Dan tidak dapat terjadi atau dilakukan kecuali dengan apa yang terjadi
setelah kenabian. syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Buku-buku yang didalamnya
berisi tentang khabar Rosulullah sallallahu ngalaihi wassalam, antara lain adalah Tafsir,
Sirah, dan Maghazi (peperangan Nabi-Edt). Dan Hadist. Buku-buku hadist berisi tentang
hal-hak sesudah adanya kenabian, meskipun berita tersebut terjadi sebelum masa
kenabian. hal tersebut tidak dapat disebutkan untuk dijadikan landasan amal dan syariat.7
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara alqur’an dan hadist memiliki
kesinambungan keduanya merupakan dasar hukum yang paling utama umat Islam. Maka
perlunya kita mempelajari dasar hukum tersebut sebagai pegangan pada kehidupan kita.
Alquran dan hadis merupakan dasar utama ajaran Islam karena dari kedua dasar tersebut
dapat dikembangkan berbagai disiplin studi Islam, Tafsir, hadis, Fiqih, Ilmu Kalam,
Akhlak, dan lain sebagainya.8

3. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran ialah proses dua arah, di mana mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Seorang
guru membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Istilah pembelajaran lebih popular
dan lebih tepat ketimbang proses belajar mengajar yang tekanannya pada motivasi
peserta didik untuk aktif agar mereka dapat menemukan sendiri cara belajar yang tepat
baginya (learn how to learn).
Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk
interaksi berkelanjutan atau secara bertahap antara pengembangan dan pengalaman
hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi
peserta didik dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai.
Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua
6
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, 20th Ed. (Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada, 2013).
7
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadist, 9th Ed. (Maktabah Wahbah, 2015).
8
Defit Roly, “Pembelajaran Al-Qur’an Hadist Di Man Pagar Alam,” Al-Bahtsu 2, No. 1 (2017): 9.
arah dari pendidik dan peserta didik, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah
menuju kepada target yang telah ditetapkan.9 Sedangkan pada pengertian yang lebih
dalam yang berkaitan dengan focus bahasan kita yaitu tentang pembelajaran alquran
hadis. Pembelajaran alquran hadis merupakan sebuah pengetahuan yang mendalam yang
berkaitan dengan al-qur’an dan hadist maka mempelajarinya merupakan suatu yang
sangat penting, oleh sebab itu seorang pendidik diharapkan untuk memanfaatkan
perananya dalam memotivasi belajar peserta didik dengan menggunakan pendekatan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dalam proses pembelajaran. Seorang
pendidik harus mampu memberikan stimulus dalam memantik kemampuan anak agar
menyenangi mata pelajaran al-qur’an hadist karena tidak dapat dipungkiri bahwa al-
qur’an hadist merupakan pelajaran yang kurang diminati. 10Dalam hal ini pelajaran al-
qur’an hadist perlu adanya suatu strategi agar tercitanya suasa belajar yang lebih
tersistematis dan kondusif.
4. Ruang lingkup al-qur’an hadist
Dalam Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an-Hadits di Madrasah Ibtidaiyah
meliput:i pertama, pengetahuan dasar membaca dan menulis al-Qur'an yang benar sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid, kedua, hafalan surat-surat pendek dalam al-Qur'an dan
pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya
melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari, ketiga pemahaman
dan pengamalan melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai hadits-hadits yang
berkaitan dengan kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi,
takwa, menyayangi anak yatim, salat berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.
(Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor ..tahun 2013 Tentang Kurikulum
2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di madrasah, hlm. 38).
Kemudian tema hadits di jenjang kelas I dan II menghendaki Kompetensi Dasar
(KD). Hadits kebersihan; menerjemahkan secara sederhana, memahami isi kandungan
dan menghafalkan hadits tentang kebersihan, serta terbiasa berperilaku bersih dalam
kehidupan sehari-hari. Hadits tentang keutamaan belajar al-Qur’an; menerjemahkan
secara sederhana, memahami isi kandungan dan menghafalkan hadits tentang keutamaan
belajar al-Qur’an, serta memiliki perilaku senang mempelajari al-Qur'an Hadits. Untuk
hadits tentang hormat kepada orang tua, kompetensi dasarnya sebagaimana dua hadits
sebelumnya, serta terbiasa berperilaku hormat kepada orang tua sebagai implementasi
dari pemahaman hadits.
Maka secara substansial materi alqur’an hadist pada sekolah awal atau jenjang
madrasah ibtidaiyah juga memiliki tujuan yaitu mengenalkan materi yang berkaitan
dengan hadist yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan mengenalkan bacaan-bacaan
alqur,an guna menghadapi masa yang semakin canggih dan modern ini. Pengenalan pada
masa yang semakin canggih dan pesat ini agar memiliki kolaborasi, artinya zaman yang
modern tidak menggerus nilai-nilai keislaman.11

9
Abdul Kadir, “Konsep Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah,” Dinamika Ilmu 13, No. 1 (2013): 22.
10
Sabhamis Sabhamis And Asmaul Husna, “Pendekatan Rasional Dalam Pembelajaran Alquran Hadis,”
Murabby: Jurnal Pendidikan Islam 1, No. 2 (September 16, 2018): 168–75.
11
Salmah Fa’atin, “Pembelajan Qur’an Hadist Di Madrasah Ibtidaiyah Dengan Pendekatan Integratif
Multidisipliner,” Elementary 5, No. 2 (2017): 20.
Sedangkan Ruang lingkup mata pelajaran Al-Qur'an-Hadis di Madrasah Tsanawiyah
meliputi: membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid;
menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat, dan
hadis dalam memperkaya khazanah intelektual; menerapkan isi kandungan ayat/hadis
yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. (KMA, 2014).
Ruang lingkup al-qur’an hadist dijenjang madrasah Tsanawiyah ini berkaitan dengan
ruang lingkup dalam jenjang MI.
Ada sedikit perbedaan berkaitan dengan cara penerapan ruang lingkup mata
pelajaran al-qur’an hadist pada tingkat Tsanawiyah yaitu dari segi penerapan yang
darinya harus memiliki penerapan unsur tadjwid serta dapat menerjemahkan makna di
bacaan al-qur’an hadist. Hal tersebut karena jenjang yang sudah naik dalam level yang
lebih tinggi daripada madrasah Ibtidaiyah. Jika MI hanya menerapkan kaidah yang benar
dalam tadjwid dan tidak menafsirkan mana al-qur’an namun Madrasah Tsanawiyah harus
sudah menerapkan dengan benar ilmu tadjwid dan bisa menafsirkan al-qur’an jika
mengikuti struktur.12
Pembelajaran Al Qur’an Hadis di Madrasah Aliyah bertujuan memberikan bekal
kepada peserta didik untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits nabi sebagai
sumber utama ajaran Agama Islam. Sementara Ruang Lingkup materi Al Qur’an Hadis
pada Madrasah Aliyah mencakup (KMA, 2019:13).
a) Masalah dasar-dasar ilmu al-Qur'an meliputi:
1) Al- Qur'an dan wahyu menurut para ulama,
2) Sejarah penurunan dan penulisan Al-Qur'an
3) Bukti-bukti keautentikan Al-Qur'an,
4) Kemukjizatan Al-Qur'an
5) Pokok-pokok isi Al-Qur'an
6) Serta Struktur ayat dan surat dalam Al-Qur'an.
b) Dasar-dasar ilmu al-hadits meliputi:
1) Perihal hadis
2) Sunah
3) Khabar dan atsar (macam-macam sunnah)
4) Perkembangan hadis
5) Unsur-unsur hadis
6) Fungsi hadis terhadap al-qur'an
7) Pembagian hadis dari segi kuantitas dan pembagian hadis dari segi kualitasnya
8) Biografi tokoh-tokoh hadis dan kitabnya.
c) Kemudian tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur'an dan Hadis, yaitu
(KMA, 2019:13):
1) Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi
2) Demokrasi dan musyawarah mufakat
3) Keikhlasan dalam beribadah
4) Nikmat Allah dan cara mensyukurinya
5) Perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup
6) Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa
12
Sri Jumini And Wahyudi Wahyudi, “Konsep Vektor Dan Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Di Dalamnya
(Telaah Buku: ‘Analisis Vektor’ Kajian Teori Pendekatan Al-Qur’an Karya Ari Kusumastuti),” Jurnal Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Unsiq 2, No. 1 (January 2, 2015): 1–10,
Https://Doi.Org/10.32699/Ppkm.V2i1.303.
7) Berkompetisi dalam kebaikan
8) Amar ma’ruf nahi munkar
9) Ujian dan cobaan manusia
10) Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
11) Berlaku adil dan jujur
12) Toleransi dan etika pergaulan
13) Etos kerja
14) Makanan yang halal dan baik
15) Ilmu pengetahuan dan teknologi.13
Tema-tema ini yang kemudian menjadi bahan dalam pengimplementasian al-qur’an
dan hadist. Dalam berbagai tinjauan tema ini selanjutnya akan dimasukkan unsur-unsur
al-qur’an hadist agar kesan dari al-qur’an hadist tidak kaku, karena dari beberapa tema ini
nantinya dikemas secara humanis.14 Dari beberapa tinjauan ruang lingkup al-qur’an hadist
yang penulis bahas dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Yang
Terakhir Madrasah Aliyah kita bisa sama-sama melihat dengan seksama bahwa dalam
taraf ini memiliki suatu kebertingkatan yang berbeda-beda. Sampai disini kita bisa
memahami pendidikan memiliki kebertingkatan dari dasar sebagai landasan sampai
menuju titik proses menuju akhir, karena akhir dari pendidikan adalah kematian.
Setidaknya dasar itulah yang menjadi pijakan untuk melangkah.

C. Kajian Konseptual Strategi Pembelajaran Dalam Pembelajaran Al Quran dan Al


Hadits
Karakteristik model memperlihatkan hubungan antarkonsep yang satu dengan yang lain,
konsep-konsep itu tidak memperlihatkan urutan secara bertahap. Model ini bersifat
konstruktivistik, artinya urutan bersifat terbuka, berulang dan fleksibel. Kedua model
prosedural, yaitu deskriptif yang menggambarkan alur atau langkah-langkah prosedural yang
harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Karakteristik yang menonjol pada
model ini berupa urutan langkah-langkah, yang diikuti secara bertahap dari langkah awal
hingga langkah akhir. Ketiga model sistematis, model ini menggambarkan sesuatu dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang utuh, menyeluruh,
terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. 15

D. Strategi Pembelajaran Al Quran dan Al Hadits


Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran, strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya
13
Ilham, “Alqur’an Sebagai Sumber Epistemologi.”
14
Tatik Fitriyani And Iman Saifullah, “Analisis Kurikulum Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis Madrasah Aliyah,”
Jurnal Pendidikan Universitas Garut 14, No. 02 (2020): 17.
15
Abas Asyafah, “Menimbang Model Pembelajaran (Kajian Teoretis-Kritis Atas Model Pembelajaran Dalam
Pendidikan Islam),” Tarbawy : Indonesian Journal Of Islamic Education 6, No. 1 (May 5, 2019): 19–32,
pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentukan strategi perlu merumuskan tujuan
yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam
implementasi suatu strategi.1 Strategi dalam konteks pembelajaran berkaitan dengan
pendekatan dalam penyampaian materi pada lingkungan pembelajaran. strategi pembelajaran
juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru
secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, lingkungan
sekitar dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran terdiri dari
metode, teknik, dan prosedur yang akan menjamin bahwa peserta didik akan betul-betul
mencapai tujuan pembelajaran.16
Pembelajaran Alquran Hadis sebagai landasan yang integral dari pendidikan agama,
memang bukan satu-satunya yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian
peserta didik. Tetapi secara substansial mata pelajaran Alquran Hadis memiliki konstribusi
dalam membekali peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan kegaamaan dan
akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Alquran Hadis merupakan dua landasan
hukum dalam Islam. Dalam pembelajaran alqur’an perlunya berbagai macam strategi agar
dapat menentukan sejauh mana keefektifan pendidik dalam mendidik peserta didik. Maka dari
itu berikut adalah macam-macam strategi pembelajaran dalam pelajaran al-qur’an hadist.
1. Strategi Pembelajaran Langsung.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan
oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
tahapdemi tahap, peembelajaran langsung biasanya bersifat edukatif.
Menurut Kardi Danur sebagaimana yang dikutip oleh Trianto dinyatakan bahwa langkah-
langkah strategi pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
a) Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa Tujuan langkah awal ini untuk menarik
dan memusatkan perhatian siswa serta memotivasi mereka untuk berperan serta
dalam pelajaran tersebut.
b) Persentasi dan demonstrasi Bahasa kedua pembelajaran langsung adalah melakukan
demonstrasi pengetahuan dan keterampilan titik kunci untuk berhasil ialah
mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkahlangkah
Demonstrasi yang efektif.
c) Memberikan latihan terbimbing Salah satu tahap terpenting dalam pengajaran
langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan pelatihan terbimbing.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi,
membuat belajar berlangsung dengan lancar dan memungkinkan siswa menerapkan
konsep atau keterampilan pada situasi yang baru.
d) Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Tahap ini disebut juga dengan
tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada
siswa dan guru memberikan respon terhadap jawaban siswa. Kegiatan ini ini
merupakan aspek penting dalam pengajaran langsung Karena tanpa mengetahui
hasilnya latihan tidak banyak manfaatnya bagi siswa. Guru dapat menggunakan
berbagai cara untuk memberikan umpan balik.
e) Memberikan kesempatan latihan Mandiri. Pada tahap ini guru memberikan tugas
kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara

16
Siti Lailatul Maknunah, Anwar Sa’dullah, And Indhra Musthofa, “Strategi Guru Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an Hadis Di Ma Annur Bululawang Malang” 6 (2021): 9.
mandiri titik kegiatan ini dilakukan oleh siswa secara pribadi yang dilakukan di
rumah atau di luar jam pelajaran.

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung.


Strategi pembelajran tidak langsung sering disebut inkuiri, edukatif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi
pembelajaran, pembelajaran tidak langsung umumnya berpusat pada peserta didik,
meskipun dua strategi tersebut sering melengkapi. Peran guru bergeser dari seorang
penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk terlibat. Adapun kelebihan strategi ini antara lain yaitu:
a) Mendorong ketertarikan dan keinginan tahuan peserta didik
b) Menciptakan alternative dan menyelesaikan masalah.
c) Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan
keterampilan yang lain.
d) Pemahaman yang lebih baik
e) Mengekspresikan pemahaman.17

3. Strategi Pembelajaran Interaktif


Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik,
diskusi dan sharing memberikan kesempatan peserta didik untuk berdiskusi terhadap
gagasan, pengalaman, pendekatan, dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk
membangun cara alternative untuk berfifkir dan merasakan. Strategi ini antara lain peserta
didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan
kemampuan dan kemampuan, mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen
yang rasional, strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau
kelompok-kelompok dan metode-metode Interactive. Kekurangan dari strategi ini sangat
tergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika
kelompok belajar.

4. Strategi Pembelajaran Empirik


Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta
didik dan berbasis aktivitas. Reflex pribadi tentang pengalaman dan formulasi
perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam
pembelajaran empirik yang efektif. Adapun kelebihan strategi empirik dalam proses
pembelajaran Alquran Hadis antara lain yaitu:
a) Meningkatkan partisipasi peserta didik
b) Meningkatkan sifat kritis peserta didik
c) Meningkatkan analisis peserta didik dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang
lain.
Sementara itu kekurangan strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada
hasil peserta didik, biaya yang mahal dan memerlukan waktu yang panjang.

17
Zulkipli Nasution, “Strategi Pembelajaran Quran Hadis Dalam Memaksimalkan Proses Pembelajaran Alquran
Hadis,” No. 2 (2020): 12.
5. Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Kelebihan dari srategi
ini ialah membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab, sedangkan
kekurangan strategi ini ialah apabila peserta didik belum dewasa, maka sulit
menggunakan pembelajaran mandiri. Pembelajaran Mandiri dimaksudkan untuk
mengatasi kelemahan pembelajaran klasikal terutama dengan maksud memberi
kesempatan kepada anak untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Sehubungan dengan strategi pembelajaran mandiri ini Islam juga menganjurkan bagi anak
didik untuk bisa memiliki kemajuan secara mandiri untuk belajar. Adapun langkah-
langkah dari strategi pembelajaran Mandiri adalah sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b) Guru memberikan kegiatan kepada anak untuk mempelajari tema atau materi belajar
dari media interaktif yang disediakan guru
c) Anak mempelajari materi atau kegiatan pembelajaran yang belum dimengerti dengan
cara mengecek pemahaman anak melalui instrumen yang disediakan guru d. Guru
melakukan evaluasi pembelajaran.
Kelebihan dari strategi pembelajaran ini adalah membantu anak didik yang
mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu, adapun beberapa kelebihan strategi
pembelajaran mandiri yakni sebagai berikut:
1) Menumbuhkan keterampilan belajar mandiri pada anak
2) Memungkinkan anak belajar dengan kecepatan belajarnya
3) Memberi kesempatan pada anak untuk mempelajari kemampuan awal yang
dibutuhkan

6. Strategi Paper Lesson


Menurut Djamarah, peer lesson sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi anak
didik secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini memberi kesempatan kepada
setiap anak didik untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya. Dengan strategi ini
anak didik yang selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam pembelajaran secara
aktif7 Menurut Arikunto, peer lesson (tutor sebaya) adalah seseorang atau beberapa siswa
yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap
kawan sekelas untuk melaksanakan program perbaikan.
Menurut Djamarah, ada beberapa langkah penerapan strategi peer lesson, di antaranya
yaitu:
1) Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik. Minta mereka untuk
menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas
(misalnya tugas membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam
kelas.
2) Kumpulkan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak didik.
Pastikan,tidak ada anak didik yang menerima soal yang ditulis sendiri. Minta mereka
untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam kertas tersebut, kemudian memikirkan
jawabannya
3) Minta anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan
jawabannya.
4) Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lainnya untuk menambahkan.
5) Lanjutkan dengan sukarelawan selanjutnya.
6) Kumpulkan kertas tersebut, siapkan panelis yang akan menjawab pertanyaan tersebut,
bacakan setiap kertas dan diskusikan, gantilah panelis secara bergantian.
7) Minta anak didik untuk menuliskan dalam kertas tersebut pendapat dan hasil pengamatan
mereka tentang materi pelajaran yang diberikan.
8) Kita bisa saling berbagi pengetahuan, itulah guru sesungguhnya.18

Selanjutnya strategi ini dapat digunakan untuk mengajar dalam setiap rutinas
disekolah maupun diluar sekolah, karena beberapa strategi ini sifatnya bukan hanya untuk
formal namun juga dapat digunakan dalam TPA maupun ditempat non formal lainya dan
ini juga tidak terbatas pada materi al-qur’an hadist.

E. Prosedur pelaksaan strategi Pembelajaran Al Quran dan Al Hadits


Dalam prosedur pembelajaran memiliki tiga peranan, yaitu peran sebagai penarik
perhatian (intentional role), peran komunikasi (communication role), dan peran
ingatan/penyimpanan (retention role) (Umi Rosyidah dkk., 2008; 96). Media pembelajaran
merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat
menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan dalam setiap mata pelajaran.
Dalam penerapan pembelajaran di sekolah , guru dapat menciptakan suasana belajar yang
menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan
variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan
berorientasi pada prestasi belajar. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, guru perlu
dilandasi langkah-langkah dengan sumber ajaran agama, sesuai firman Allah SWT dalam
Surah An-Nahl ayat 44, Artinya: “Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan”. Demikian pula dalam masalah penerapan media pembelajaran, pendidik
harus memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan anak didik, karena faktor Ittihad inilah
yang justru menjadi sasaran media pembelajaran. Tanpa memperhatikan serta memahami
perkembangan jiwa anak atau tingkat daya pikir anak didik, guru akan sulit diharapkan untuk
dapat mencapai sukses. 19
kebenaran atau sebagai penyeru kepada kebathilan, maka dibantah dengan cara yang
baik; yakni cara yang dapat membuat orang tersebut mau mengikuti secara akal maupun dalil.
Termasuk di antaranya menggunakan dalil yang diyakininya, karena hal itu lebih dapat
mencapai kepada maksud, dan jangan sampai perdebatan mengarah kepada pertengkaran dan
caci-maki yang dapat menghilangkan tujuan serta tidak menghasilkan faedah darinya, bahkan
tujuannya adalah untuk menunjukkan manusia kepada kebenaran, bukan untuk mengalahkan
atau semisalnya. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah ‘Azza wa Jalla menjadikan
18
Ahmad Aziz Fanani, “Strategi Peer Lesson Dalam Mata Pembelajaran Alquran-Hadits,” Edupedia 4 (2020): 9.
19
Sayidatun Wihardina Awaliah, Moh Abdul Kholiq Hasan, And Ari Anshori, “Pengaruh Hafalan Al-Qur’an
Dan Intensitas Sholat Tahajud Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Qur’an-Hadis,” Profetika: Jurnal Studi
Islam 18, No. 1 (June 7, 2017): 48–54,.
tingkatan (dalam) berdakwah sesuai tingkatan manusia; bagi orang yang menyambut,
menerima dan cerdas, di mana dia tidak melawan yang hak (benar) dan menolaknya, maka
didakwahi dengan cara hikmah.
Dalam hadits Nabi SAW pernah diceritakan sebagai pembelajaran bahwa Nabi SAW
menggunakan dua kerikil itu sebagai media pembelajaran, untuk memberikan tanda
peringatan bagi umat manusia bahwa kehidupan tidak hanya sekali saja, tetapi masih ada
kehidupan lain setelah kehidupan di dunia ini, sehingga peran media dalam pembelajaran
adalah membantu pemahaman untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari penjelasan mengenai
isi kandungan hadits-hadits di atas, dikisahkan tentang Rasulullah SAW menggunakan
gambar, jari tangan dan kerikil sebagai penjelas dalam menyampaikan ajarannya kepada para
sahabat-sahabatnya. Hal ini berarti Rasulullah SAW menggunakan saranasarana tersebut
untuk memberi gambaran perumpamaan dan mempermudah dalam menyampaikan isi materi
yang diajarkannya. Jika kita korelasikan dengan dunia pendidikan, hadits-hadits tersebut
berkaitan dengan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yakni media pembelajaran.
Dari uraian di atas, dijelaskan bahwa media visual telah digunakan pada pelaksanaan
pembelajaran dalam Islam.20
Selanjutnya pada era modern sekarang media visual ini dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Media yang tidak diproyeksikan
a) Bahan bacaan atau bahan cetakan
melalui bahan ini siswa akan memperoleh pengalaman melalui membaca, belajar
melalui symbol simbol dan pengertian-pengertian dengan mempergunakan indra
penglihatan. Media ini termasuk tingkat belajar konseptual, maka bahanbahan itu
harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan penguasaan bahasa siswa. Menurut
jenisnya antara lain, Al Qur’an dan Al Hadits, Buku teks pelajaran agama baik untuk
siswa dan guru, Buku bacaan pelengkap, buku teks sebagai bahan bacaan untuk
memperluas dan memperdalam bacaan agama. Dan bahan bacaan bersifat umum:
koran, majalah, dan lain-lain.
b) Media realita adalah benda nyata.
Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat
langsung ke obyek. Kelebihan dari media realita ini adalah dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa. Misalnya untuk mempelajari keanekaragaman
makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
c) Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi
atau pengganti dari benda yang sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi
kendala tertentu sebagai pengganti realita.
d) Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol
visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik perhatian, memperjelas sajian
pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika
20
Lutvia S. Siden, “Pengorganisasian Pendidikan Dalam Perspektif Al Quran Dan Hadits,” Jurnal Al Himayah 4,
No. 2 (October 1, 2020).
hanya dilakukan melalui penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah: gambar,
sketsa, diagram/skema, bagan/chart, grafik.
e) Papan tulis; alat ini merupakan alat klasik yang tak pernah dilupakan orang dalam
proses belajar mengajar. Peranan papan tulis dan papan lainnya masih tetap
digunakan guru, sebab merupakan alat yang praktis dan ekonomis (Nana Sudjana,
2009; 102). 21

2. Media Proyeksi
a) Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak
ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus
membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak
(Overhead transparency/OHT) dan perangkat keras (Overhead projector/OHP).
b) Film bingkai/slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan
diberi bingkai 2 x 2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah
satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan transparansi OHP, hanya
kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah biaya
produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan
dibutuhkan proyektor slide.
c) LCD (Liquid Crystal Display) adalah seperangkat alat sebagai teknik untuk
menyajikan data dalam bentuk huruf-huruf kristal yang tidak tembus cahaya apabila
ada dalam medan listrik tertentu. Alat ini lebih lengkap dari OHP dalam
memproyeksikan informasi langsung melalui komputer. LCD mengubah tampilan
komputer dari gambar elektronik menjadi layar proyeksi.
Yang menarik dari penggunaan LCD ini adalah kemampuan menghasilkan
kualitas gambar sama seperti penggunaan OHT biasa. Teknologi LCD juga dapat
menampilkan gambar (pictures), warna (colors) dan gerakan (animated). Dengan
LCD pesan dirancang dalam komputer dan hasilnya diproyeksikan ke layar, tindakan
menunjuk dilakukan dengan “mouse" pada komputer. Penggunaan LCD menuntut
adanya rancangan program yang dikembangkan secara professional sehingga
efektivitas penggunaan dapat tercapai dengan baik (M. Ramli, 2002; 101).22

F. Pengaruh penggunaan strategi Pembelajaran Al Quran dan Al Hadits

21
Muhammad Zulkiram, Afdhol Dzikri Dan Oktavianto Gustin, “Game 3d Pengenalan Hadits Dengan
Menggunakan Teknik Pembelajaran Umali,” Journal Of Digital Education, Communication And Arts 4, No. 1
(2021): 6.
22
Muhammad Irfanudin Kurniawan, “Metode Pengajaran Hadits Yntuk Tingkat Dasar (Paud/Tk/Tpa/Mi/Sd),”
Annual Corference On Islam Education And Social Sains (Aciedss 2019) 1, No. 2 (2019): 276.
Strategi ini menantang peserta didik untuk mengingat kembali setiap topik pada unit pelajaran
yang dipelajari. Salah satu metode untuk mendukung peninjauan kembali yaitu dengan
metode pembelajaran Topical Review.
Di dalam Pendidikan Islam, alat atau media itu jelas diperlukan. Sebab alat atau media
pengajaran itu mempunyai peranan yang besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan. Abu Bakar Muhammad berpendapat, bahwa kegunaan alat atau
media itu antara lain ialah:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar)
dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan
suatu pelajaran.
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera, melatihnya,
memperhalus perasaan dan cepat belajar (Ramayulis, 2002; 212). 23

G. Simpulan
Dari materi yang telah di sampaikan oleh penulis, maka dari itu penulis akan
menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap
orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja.
Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Interaksi yang terjadi selama proses belajar
tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas
perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran (buku, modul, majalah, papan tulis,
rekaman video atau audio, dll) dan berbagai sumber belajar dan fasilitas (proyektor overhead,
radio, televisi, komputer, perpustakaan, dan lain-lain).

H. Referensi
Al-Qaththan, Syaikh Manna. Pengantar Studi Ilmu Hadist. 9th Ed. Maktabah Wahbah, 2015.
Asyafah, Abas. “Menimbang Model Pembelajaran (Kajian Teoretis-Kritis Atas Model
Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam).” TARBAWY : Indonesian Journal Of Islamic
Education 6, No. 1 (May 5, 2019): 19–32. Https://Doi.Org/10.17509/T.V6i1.20569.
Awaliah, Sayidatun Wihardina, Moh Abdul Kholiq Hasan, And Ari Anshori. “Pengaruh
Hafalan Al-Qur’an Dan Intensitas Sholat Tahajud Terhadap Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Qur’an-Hadis.” Profetika: Jurnal Studi Islam 18, No. 1 (June 7, 2017): 48–54.
Https://Doi.Org/10.23917/Profetika.V18i1.6339.
Fa’atin, Salmah. “Pembelajan Qur’an Hadist Di Madrasah Ibtidaiyah Dengan Pendekatan
Integratif Multidisipliner.” Elementary 5, No. 2 (2017): 20.

23
Andi Anirah, “Optimalisasi Metodologi Pembelajaran Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Minat Baca Anak
Santri (Studi Kasus Tk/Tpa Agung Darussalam Palu),” Istiqra, Jurnal Penelitian Ilmiah 3, No. 1 (2015): 3.
Fanani, Ahmad Aziz. “Strategi Peer Lesson Dalam Mata Pembelajaran Alquran-Hadits.”
Edupedia 4 (2020): 9.
Fitriyani, Tatik, And Iman Saifullah. “Analisis Kurikulum Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadis
Madrasah Aliyah.” Jurnal Pendidikan Universitas Garut 14, No. 02 (2020): 17.
Hidayat, Bahril. “Pembelajaran Alquran Pada Anak Usia Dini Menurut Psikologi Agama Dan
Neurosains.” ACIECE 2 (2017): 59–70. Http://Conference.Uin-
Suka.Ac.Id/Index.Php/Aciece/Article/View/59.
Ilham, Muh. “Alqur’an Sebagai Sumber Epistemologi.” Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu
Ushuluddin Dan Filsafat 14, No. 1 (August 15, 2018): 113–30.
Jumini, Sri, And Wahyudi Wahyudi. “Konsep Vektor Dan Nilai-Nilai Pendidikan Spiritual Di
Dalamnya (Telaah Buku: ‘Analisis Vektor’ Kajian Teori Pendekatan Al-Qur’an Karya
Ari Kusumastuti).” Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ 2,
No. 1 (January 2, 2015): 1–10. Https://Doi.Org/10.32699/Ppkm.V2i1.303.
Kadir, Abdul. “Konsep Pembelajaran Kontekstual Di Sekolah.” Dinamika Ilmu 13, No. 1
(2013): 22.
Maknunah, Siti Lailatul, Anwar Sa’dullah, And Indhra Musthofa. “Strategi Guru Dalam
Pembelajaran Al-Qur’an Hadis Di Ma Annur Bululawang Malang” 6 (2021): 9.
Manna’ Khalil Al-Qattam. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. 18th Ed. Bogor: Litera Antarnusa, 2017.
Nasution, Zulkipli. “Strategi Pembelajaran Quran Hadis Dalam Memaksimalkan Proses
Pembelajaran Alquran Hadis,” No. 2 (2020): 12.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. 20th Ed. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013.
Nur Azizah, Siti. “Media Pembelajaran Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Al-Hadits.” Jurnal
Literasiologi 6, No. 1 (July 1, 2021). Https://Doi.Org/10.47783/Literasiologi.V6i1.242.
Roly, Defit. “Pembelajaran Al-Qur’an Hadist Di MAN Pagar Alam.” Al-Bahtsu 2, No. 1
(2017): 9.
Sabhamis, Sabhamis, And Asmaul Husna. “Pendekatan Rasional Dalam Pembelajaran
Alquran Hadis.” Murabby: Jurnal Pendidikan Islam 1, No. 2 (September 16, 2018): 168–
75.
Siden, Lutvia S. “Pengorganisasian Pendidikan Dalam Perspektif Al Quran Dan Hadits.”
Jurnal Al Himayah 4, No. 2 (October 1, 2020): 325–37.
Http://Www.Journal.Iaingorontalo.Ac.Id/Index.Php/Ah/Article/View/2127.
Zumaro, Ahmad. Hadist Tarbawi. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja, 2013.

Anda mungkin juga menyukai