Anda di halaman 1dari 28

Ilmu Pendidikan Islam

LOADING . . . . . .
Oleh: Dr. Eko Suncaka, M.M.
Dosen Tetap Universitas Islam An Nur Lampung
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Apa
Yang dimaksud
dengan

Ilmu Pendidikan Islam?


Apa itu
ilmu?
PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN KEGUNAAN
ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Konsep Pendidikan Dalam Islam


Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan
menggunakan istilah Al-Tarbiyah, Al-Ta’dib, dan Al-Ta’lim, kata at-Tarbiyah.
Bentuk Masdar dari fi’il madhi robba,

‫َو ٱْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح ٱلُّذ ِّل ِم َن ٱلَّرْح َم ِة َو ُقل َّر ِّب ٱْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياِنى َصِغ يًر ا‬

Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih


sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.
(Q.S.Al-Isra’:24)
Ta’lim
Tarbiyah
Ta’dib
Dalam bentuk mudhari-nya

‫َقاَل َأَلْم ُنَر ِّبَك ِفيَنا َو ِليًد ا َو َلِبْثَت ِفيَنا ِم ْن ُع ُم ِر َك ِس ن‬

Dia (Fir‘aun) menjawab, “Bukankah kami telah mengasuhmu dalam


ling-kungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan
engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. (Q.S.
Asy- Syu’ara’: 18)

Al-Tarbiyah mempunyai arti mengasuh, menanggung, memberi


makan, memelihara, membuat, membesarkan, dan menjinakkan,
hanya saja konteks makna at-tarbiyah dalam surat al-Isra’ lebih luas,
mencakup aspek jasmani dan rohani, sedangkan dalam surat Asy-
Syu’ara’ ayat 18 hanya menyagkut aspek jasmani.
Didalam surat Ali Imron 79 dan 146 di sebutkan
istilah rabbaniyyin dan ribbiyyun.

‫َما َك اَن ِلَبَش ٍر َأ ن ُيْؤ ِتَيُه ٱُهَّلل ٱْل ِكَٰت َب َو ٱْل ُح ْك َم َو ٱلُّن ُبَّو َة ُث َّم َيُق وَل ِللَّناِس ُك وُن ۟او ِعَباًد ا ِّل ى ِم ن ُد وِن‬
‫ٱِهَّلل َو َٰل ِكن ُك وُن ۟او َر َّٰب ِنِّيۦَن ِبَما ُك نُتْم ُتَع ِّل ُموَن ٱْل ِكَٰت َب َو ِبَما ُك نُتْم َتْد ُرُسوَن‬

Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah,
serta hik-mah dan kenabian, kemudian dia ber-kata kepada
manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah
Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi
Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu
mempelajarinya (Q.S. Ali Imran; 79)
‫َو َك َأ ِّين ِّمن َّنِبٍّى َٰق َتَل َمَع ۥُه ِرِّبُّيوَن َك ِثيٌر َفَما َو َهُنو۟ا ِلَمٓا َأ َص اَبُهْم ِفى َسِبيِل ٱِهَّلل‬
‫َو َما َض ُع ُفو۟ا َو َما ٱْس َتَك اُنو۟ا ۗ َو ٱُهَّلل ُيِح ُّب ٱلَّٰص ِبِريَن‬

Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah


besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi)
lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak
patah semangat dan tidak (pula) me-nyerah (kepada musuh).
Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar. (Q.S. Ali ‘Imran;
146)
Istilah lainya adalah ta’lim berasal dari kata “allam” yang berarti
proses trasmisi ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan. Pengertian itu, berdasarkan
firman Allah SWT.

‫َل ْل َٰٓل‬
‫َو َع َّلَم َء اَد َم ٱَأْلْس َم ٓاَء ُك َّلَها ُثَّم َع َرَض ُهْم َع ى ٱ َم ِئَك ِة اَل ِبُٔـوِنى ِب ْس َم ٓاِء‬
‫َأ‬ ‫ۢن‬‫َأ‬ ‫َفَق‬
‫ي‬
‫ْم ِدِق َن‬‫َٰص‬ ‫ُت‬‫ن‬ ‫ُك‬ ‫ن‬ ‫ٓاَل‬ ‫ُؤ‬‫َٰٓه‬
‫ِء ِإ‬
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, se-raya
berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah; 31)
Muhammad Naquib Al-attas mengartikan kata ta’lim sebagai
proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar.
Menurutnya, jika istilah ta’lim disamakan dengan istilah
tarbiyah, ta’lim mempunyai makna pengenalan tempat segala
sesuatu sehingga maknanya menjadi universal ketimbang istilah
tarbiyah sebab tarbiyah tidak meliputi segi pengetahuan dan
hanya mengacu pada kondisi ekternal.
Adapun istilah ta’dib pada masa klasik, orang hanya mengenal
kata ta'dib untuk menunjuk kepada arti pendidikan. seperti
tersebut dalam hadits Nabi:

‫أدبني ربي فأحسن تأديبي‬

(Allah sendiri yang mendidikku dan memberikan pendidikan yang terbaik


bagiku).

Pengertian semacam ini terus terpakai sepanjang masa kejayaan Islam.


Sehingga semua ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh akal manusia
disebut adab, baik yang berhubungan dengan Islam seperti Fiqih, Tafsir,
Tauhid maupun yang tidak berhubungan langsung seperti Fisika, Filsafat,
Kedokteran, Astronomi, Famiasi, dan Bahasa. Semua buku yang memuat
ilmu tersebut dinamai kutubul adab. Dari sana kita mengenal al-Adab al-
Kabir dan al- Adab al-Shagir yang ditulis oleh Ibn al-Muqaffa (w. 760 M).
Seorang ahli pendidik di masa itu disebut muaddib.
A. Pengertian Pendidikan
Ilmu Pendidikan

Isla
m ketiga
Dari konsep diatas, dapat didefinisikan bahwa Ilmu
Pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As Sunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan
dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan
menerapkan metode dan pendekatan yang islami dan bertujuan
membentuk peserta didik yang beriman dan bertqwa kepada Allah.
SWT.
B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam

1. Pendidik
2. Peserta Didik
3. Metode Pendidikan Islam
4. Evaluasi Pendidikan
5. Alat-alat Pendidikan
6. Lingkungan Pendidik
C. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
Kegunaan dalam konteks pendidikan adalah dampak positif yang
konkrit terhadap peserta didik dan seluruh civitas akademik,
manfaat atau sumbangan positif yang diberikan kepada manusia
dan lingkungan pendidikan

1. kegunaan teoritis, yaitu mengembangkan teori pendidikan yang


KEGUN berdasarkan pada sumber ajaran islam
2. mengompromisasikan / menyelaraskan pendekatan pendekatan
AAN pendidikan antara Islam dengan Barat dan pendidikan nasional
Indonesia
ILMU 3. mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah, beriman,
dan berbudi luhur atau bertaqwa kepada Allah SWT. serta
PENDID mengikuti suri tauladan Rasulullah SAW.

IKAN
ISLAM
D. Corak dan pendekatan ilmu pendidikan islam
1. IPI bercorak normatif-perenialis: yang
memfokuskan kajiannya pada penggalian ajaran
Alquran dan Hadis yang diyakini sebagai ajaran
yang pasti benar dan harus diamalkan karena
dianggap paling unggul dari pada konsep
pendidikan yang berasal dari sumber agama lain.
Ajaran- ajaran tersebut terseleksi dalam sejarah
yang amat panjang, sejak Nabi Adam hingga
Muhammad SAW. dengan sifatnya yang seperti
ini maka ia harus tetap diabadikan selamanya.
Misalnya: Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat
Pendidikan; Muhammad Qutb, Sistem
Pendidikan Islam, dll.
2. IPI bercorak filosofis: yang memfokuskan kajiannya pada
pemikiran filsafat Islam yang berkaitan dengan pendidikan
Islam. Dengan sifatnya yang mendalam, radikal, universal,
dan sistematis, filsafat pendidikan Islam berupaya
menjelaskan konsep-konsep yang mendasar tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan berbagai aspek
pendidikan Islam, yaitu visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan
pelajaran, guru, murid, hubungan guru-murid, proses
belajar-mengajar, manajemen, dan aspek pendidikan
lainnya. Misalnya: Muhammad al-Toumy al-Syaibani,
Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah; Majid Fakhri, Sejarah dan
Filsafat Pendidikan Islam, dll.
3. IPI bercorak historis: yang memfokuskan kajiannya pada
data-data empiris yang dapat dilacak dalam sejarah, baik
berupa karya tulis, peninggalan berupa lembaga pendidikan
dsb. Melalui kajian ini umat diajak untuk menyaksikan maju
mundurnya pendidikan Islam sepanjang sejarah, untuk
direnungkan, dianalisis, dan diambil hikmahnya dalam
upaya membangun konsep pendidikan masa kini dan akan
datang yang lebih baik. Misalnya: A. Syalabi, Tarikh al-
Tarbiyah al-Islamiyyah; Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-
Islamiyyah: Ushuluha wa Tathawwuruha; Mahmud Yunus,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, dll.
4. IPI bercorak aplikatif: yang memfokuskan kajiannya pada
upaya penerapan konsep-konsep pendidikan Islam dalam
kegiatan yang lebih konkret dan dapat diukur untuk dilihat
hasilnya. Kajian ini mengharuskan adanya uji coba konsep
melalui eksperimen di kelas dan lainnya. Upaya ini lebih
sedikit dilakukan oleh para sarjana pendidikan Muslim
dibanding dengan sarjana Barat. Misalnya: Mahmud Yunus
dalam konsepnya tentang metodologi pengajaran Bahasa
Arab. Setelah mengamati penerapannya di pesantren-2, ia
menemukan bahwa metode yang menekankan pengajaran
gramatika secara parsial amat sulit dan melelahkan, tapi
hasilnya tidak optimal. Akhirnya ia menemukan “Al-Thariqah
al-Mubasyarah”.
E. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Islam

1. Universal (menyeluruh)
Pendidikan Islam bertujuan membuka,
mengembangkan, dan mendidik segala aspek
pribadi manusia dan dayanya. Juga
mengembangkan segala segi kehidupan dalam
masyarakat, turut serta dalam menyelesaikan
masalah sosial dan memelihara sejarah dan
kebudayaan. Dengan demikian pendidikan Islam
tidak bersifat eksklusif, artinya tidak hanya
terbatas pada kehidupan masyarakat muslim saja,
tetapi harus juga ikut terlibat dalam menata
kehidupan masyarakat pada umumnya dan
menyelesaikan masalah- masalah global bersama
dengan umat agama lain.
2. Keseimbangan dan Kesederhanaan:

Prinsip ini bermakna mewujudkan keseimbangan antara


aspek-aspek pertumbuhan anak dan kebutuhan-
kebutuhan individu, baik masa kini maupun akan datang,
secara sederhana yang berafiliasi sesuai dengan semangat
dan fitrah yang sehat.

Dalam pendidikan Islam prinsip keseimbangan meliputi;


a. Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat
b. Keseimbangan antara kebutuhan jasmanai dan rohani
c. Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial
d. Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal
3. Kejelasan:

Pendidikan Islam diarahkan agar memiliki tujuan yang jelas


terhadap pengajaran. Artinya ke mana arah yang ingin dituju
dalam mendidik dan memberikan pengajaran kepada peserta
didik. Hal itu juga untuk menghilangkan terjadinya perselisihan,
persepsi, dan interpretasi.

4. Realisme dan Realisasi:


Agar pendidikan dapat disesuaikan dengan kesanggupan dan
kondisi individu sehingga dapat dilaksanakan pada setiap waktu
dan tempat secara ideal. Maka tujuan pendidikan yang baik
adalah yang sesuai dengan psikologi anak, tahap kematangan
jasmani, akal, emosi, spiritual, dan sosial. Juga sesuai dengan
tatanan masyarakat, kebudayaan, dan peradaban
5. Prinsip dinamis:
Pendidikan Islam tidak stagnan dalam tujuan,
kurikulum, dan metodenya; tetapi harus selalu
diperbaharui dan dikembangkan agar mampu
merespon segala perkembangan individu, sosial dan
masyarakat, bahkan terhadap inovasi-inovasi yang
dikembangkan bangsa lain di
F. SUMBER DAN DASAR-DASAR ILMU

1. SUMBER ILMU PENDIDIKAN ISLAM


a. Al-Qur’an Sebagai Sumber Utama
Sumber utama ilmu Pendidikan Islam adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an
sebagai Sumber dan dasar nilai serta norma dalam Islam. Oleh
karenanya, bukan ilmu Pendidkan Islam apabila sumber inspirasnya
bukan Al-Qu’an.

Al-Quran diturunkan selama ± selama 23 tahun dalam dua fase, yaitu


13 tahun sebelum beliau hijrah ke madinah (Makkiyah), dan 10 tahun
sesudah beliau hijrah ke Madinah (Madaniyah). Isi Al-Quran terdiri
atas 114 surat, ayat, kalimat, dan huruf. Proporsi masing-masing fase
86 surat untuk ayat-ayat Makkiyah, dan 28 surat untuk ayat-ayat
Madaniyah.
Pokok-pokok kandungan dan pesan-pesan Al-Quran

1. Kepercayaan yang berkaitan dengan pendidikan, ke Imanan,


seperti percaya kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab,
(I’tiqadiyyah) Hari Kiamat, dan Takdir, yang bertujuan untuk
menata kepercayaan individu.

2. Etika yang berkaitan dengan pendidikan etika, yang


bertujuan untuk membersihkan diri dari sesuatu
(Khuluqiyyah) rendah dan menghiasi dengan perilaku terpuji.

3. Perbuatan berkaitan dengan pendidikan


dan ucapan tingkah laku sehari-hari Ibadah
(Amaliyah) dan muamalah
As-Sunnah Sebagai Sumber Kedua

1. Sebagai sumber kedua dari ilmu pendidikan Islam, As-


Sunnah mengajarkan bebrapa unsur penting dalam dunia
pendidikan ;
2. As-Sunnah sebagai sistem komonikasi objektif yang
mengalahkan sistem sejarah mana pun dalam komonikasi
massa,
3. sebagai sumber berita yang kebenarannya ditunjang oleh
riwayat yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai berita
yang maknanya dapat ditafsirkan dan menafsirkan al-Quran
As-Sunnah Sebagai Sumber Kedua

4. sebagai perwujudan dan eksistensi Nabi Muhammah SAW.


dan para sahabat yang menjadi pelaku dan saksi sejarah
5. Sebagai bentuk kehati-hatian yang luar biasa dalam
menyampaikan berita
6. sebagai eksistensi perilaku Nabi Muhammad. yang bukan
hanya bersejarah, tetapi menetapkan pola perilaku bagi
ummat Islam dan
7. sebagai tempat menemukan kejelasan berbagai makna
firman Allah SWT. yang tertuang dalam Al-Quran.
Ijtihad sebagai sumber ketiga IPI

Ijtihad sebagai sumber ilmu pendidikan islam, dapat


diartikan bahwa manusia yang bermaksud
mengembangkan ilmu pendidikan islam, ia dituntut
untuk menggali kandungan ayat-ayat al-quran dan as-
sunnah.

Anda mungkin juga menyukai