LOADING . . . . . .
Oleh: Dr. Eko Suncaka, M.M.
Dosen Tetap Universitas Islam An Nur Lampung
Program Studi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Apa
Yang dimaksud
dengan
َو ٱْخ ِفْض َلُهَم ا َج َناَح ٱلُّذ ِّل ِم َن ٱلَّرْح َم ِة َو ُقل َّر ِّب ٱْر َحْم ُهَم ا َك َم ا َر َّبَياِنى َصِغ يًر ا
َما َك اَن ِلَبَش ٍر َأ ن ُيْؤ ِتَيُه ٱُهَّلل ٱْل ِكَٰت َب َو ٱْل ُح ْك َم َو ٱلُّن ُبَّو َة ُث َّم َيُق وَل ِللَّناِس ُك وُن ۟او ِعَباًد ا ِّل ى ِم ن ُد وِن
ٱِهَّلل َو َٰل ِكن ُك وُن ۟او َر َّٰب ِنِّيۦَن ِبَما ُك نُتْم ُتَع ِّل ُموَن ٱْل ِكَٰت َب َو ِبَما ُك نُتْم َتْد ُرُسوَن
Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah,
serta hik-mah dan kenabian, kemudian dia ber-kata kepada
manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah
Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi
Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu
mempelajarinya (Q.S. Ali Imran; 79)
َو َك َأ ِّين ِّمن َّنِبٍّى َٰق َتَل َمَع ۥُه ِرِّبُّيوَن َك ِثيٌر َفَما َو َهُنو۟ا ِلَمٓا َأ َص اَبُهْم ِفى َسِبيِل ٱِهَّلل
َو َما َض ُع ُفو۟ا َو َما ٱْس َتَك اُنو۟ا ۗ َو ٱُهَّلل ُيِح ُّب ٱلَّٰص ِبِريَن
َل ْل َٰٓل
َو َع َّلَم َء اَد َم ٱَأْلْس َم ٓاَء ُك َّلَها ُثَّم َع َرَض ُهْم َع ى ٱ َم ِئَك ِة اَل ِبُٔـوِنى ِب ْس َم ٓاِء
َأ ۢنَأ َفَق
ي
ْم ِدِق َنَٰص ُتن ُك ن ٓاَل ُؤَٰٓه
ِء ِإ
Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya,
kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat, se-raya
berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini, jika
kamu yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah; 31)
Muhammad Naquib Al-attas mengartikan kata ta’lim sebagai
proses pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar.
Menurutnya, jika istilah ta’lim disamakan dengan istilah
tarbiyah, ta’lim mempunyai makna pengenalan tempat segala
sesuatu sehingga maknanya menjadi universal ketimbang istilah
tarbiyah sebab tarbiyah tidak meliputi segi pengetahuan dan
hanya mengacu pada kondisi ekternal.
Adapun istilah ta’dib pada masa klasik, orang hanya mengenal
kata ta'dib untuk menunjuk kepada arti pendidikan. seperti
tersebut dalam hadits Nabi:
Isla
m ketiga
Dari konsep diatas, dapat didefinisikan bahwa Ilmu
Pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber
dari Al-Qur’an dan As Sunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan
dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik dengan
menerapkan metode dan pendekatan yang islami dan bertujuan
membentuk peserta didik yang beriman dan bertqwa kepada Allah.
SWT.
B. Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
1. Pendidik
2. Peserta Didik
3. Metode Pendidikan Islam
4. Evaluasi Pendidikan
5. Alat-alat Pendidikan
6. Lingkungan Pendidik
C. Kegunaan Ilmu Pendidikan Islam
Kegunaan dalam konteks pendidikan adalah dampak positif yang
konkrit terhadap peserta didik dan seluruh civitas akademik,
manfaat atau sumbangan positif yang diberikan kepada manusia
dan lingkungan pendidikan
IKAN
ISLAM
D. Corak dan pendekatan ilmu pendidikan islam
1. IPI bercorak normatif-perenialis: yang
memfokuskan kajiannya pada penggalian ajaran
Alquran dan Hadis yang diyakini sebagai ajaran
yang pasti benar dan harus diamalkan karena
dianggap paling unggul dari pada konsep
pendidikan yang berasal dari sumber agama lain.
Ajaran- ajaran tersebut terseleksi dalam sejarah
yang amat panjang, sejak Nabi Adam hingga
Muhammad SAW. dengan sifatnya yang seperti
ini maka ia harus tetap diabadikan selamanya.
Misalnya: Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat
Pendidikan; Muhammad Qutb, Sistem
Pendidikan Islam, dll.
2. IPI bercorak filosofis: yang memfokuskan kajiannya pada
pemikiran filsafat Islam yang berkaitan dengan pendidikan
Islam. Dengan sifatnya yang mendalam, radikal, universal,
dan sistematis, filsafat pendidikan Islam berupaya
menjelaskan konsep-konsep yang mendasar tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan berbagai aspek
pendidikan Islam, yaitu visi, misi, tujuan, kurikulum, bahan
pelajaran, guru, murid, hubungan guru-murid, proses
belajar-mengajar, manajemen, dan aspek pendidikan
lainnya. Misalnya: Muhammad al-Toumy al-Syaibani,
Falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah; Majid Fakhri, Sejarah dan
Filsafat Pendidikan Islam, dll.
3. IPI bercorak historis: yang memfokuskan kajiannya pada
data-data empiris yang dapat dilacak dalam sejarah, baik
berupa karya tulis, peninggalan berupa lembaga pendidikan
dsb. Melalui kajian ini umat diajak untuk menyaksikan maju
mundurnya pendidikan Islam sepanjang sejarah, untuk
direnungkan, dianalisis, dan diambil hikmahnya dalam
upaya membangun konsep pendidikan masa kini dan akan
datang yang lebih baik. Misalnya: A. Syalabi, Tarikh al-
Tarbiyah al-Islamiyyah; Munir Mursi, Al-Tarbiyah al-
Islamiyyah: Ushuluha wa Tathawwuruha; Mahmud Yunus,
Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, dll.
4. IPI bercorak aplikatif: yang memfokuskan kajiannya pada
upaya penerapan konsep-konsep pendidikan Islam dalam
kegiatan yang lebih konkret dan dapat diukur untuk dilihat
hasilnya. Kajian ini mengharuskan adanya uji coba konsep
melalui eksperimen di kelas dan lainnya. Upaya ini lebih
sedikit dilakukan oleh para sarjana pendidikan Muslim
dibanding dengan sarjana Barat. Misalnya: Mahmud Yunus
dalam konsepnya tentang metodologi pengajaran Bahasa
Arab. Setelah mengamati penerapannya di pesantren-2, ia
menemukan bahwa metode yang menekankan pengajaran
gramatika secara parsial amat sulit dan melelahkan, tapi
hasilnya tidak optimal. Akhirnya ia menemukan “Al-Thariqah
al-Mubasyarah”.
E. Prinsip-Prinsip dalam Pendidikan Islam
1. Universal (menyeluruh)
Pendidikan Islam bertujuan membuka,
mengembangkan, dan mendidik segala aspek
pribadi manusia dan dayanya. Juga
mengembangkan segala segi kehidupan dalam
masyarakat, turut serta dalam menyelesaikan
masalah sosial dan memelihara sejarah dan
kebudayaan. Dengan demikian pendidikan Islam
tidak bersifat eksklusif, artinya tidak hanya
terbatas pada kehidupan masyarakat muslim saja,
tetapi harus juga ikut terlibat dalam menata
kehidupan masyarakat pada umumnya dan
menyelesaikan masalah- masalah global bersama
dengan umat agama lain.
2. Keseimbangan dan Kesederhanaan: