Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH PERBAIKAN
DASAR-DASAR PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN
Tentang
ISYARAT-ISYARAT PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Perkuliahan Pada Mata Kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan Dalam Al-Quran

Oleh:

Oleh:
Afrizal
Nim: 88315311

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Said Aqil Husin Al Munawar, M.A.
Prof. Dr. H. Rusydi AM, Lc., M.Ag.

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM


PROGRAM DOKTOR (S.3) PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1437 H/2016 M

A. Pendahuluan
Al-Quran merupakan firman Allah yang dijadikan pedoman hidup,
penerang jalan hidup, pembeda antara hak dan bathil, petuah dan nasehat,
sumber informasi bagi kaum muslim yang tidak ada keraguan di dalamnya. Di
dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) menyangkut segala
aspek kehidupan baik aspek hukum, sejarah, aqidah (keimanan), eskatalogi,
maupun isyarat tentang pendidikan dan pengetahuan yang selanjutnya dapat
dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa dan kapanpun
masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan.
Salah satu permasalah yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah
pendidikan.
Sebagai sumber informasi al-Quran sendiri telah memberi isyarat
bahwa pendidikan sangat penting, jika al-Quran dikaji lebih mendalam maka
kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan yang selanjutnya bisa
dijadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan
yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Quran yang
berkaitan dengan isyarat pendidikan, untuk mengkaji aspek pendidikan dalam
al-Quran maka makalah ini sengaja dibuat, dalam makalah ini penulis akan
memaparkan tentang istilah-istilah pendidikan yang terdapat dalam al-qur-an,
kedudukan ilmuwan serta komponen pendidikan dalam al qur-an.
B. Isyarat-Isyarat Pendidikan Dalam Al-qur-an
Al-qur-an merupakan sumber motivasi, inovasi kemasyarakatan,
budaya dan peradaban yang teratur, berkembang relevan dengan kemajuan, 1
maka ayat-ayatnya syarat dengan masalah pendidikan. Karena pendidikan
merupakan usaha yang paling strategis untuk mengangkat harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang paling mulia. 2 Penjelasan mengenai
pendidikan dalam al-qur-an memang tidak bisa ditemukan secara rinci,
karena pada dasarnya al-qur-an itu hanya menjelaskan prinsip-prinsip pokok,
ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa al-qur-an memberikan
perhatian besar terhadap pendidikan, hal ini dapat dilihat pada uraian berikut:
1. Istilah-istilah Pendidikan Dalam Al-Qur-an
Dalam al-qur-an disebutkan ada sejumlah istilah yang berkaitan
dengan pendidikan, diantaranya:
1 Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Quran Dalam Sistem Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Press, 2003), h. 21.
2Q.S. at-Tin, 95/28: 5, yang artinya, Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dengan sebaikbaik bentuk. Juga lihat Q.S. al-Isra, 17/50: 70 artinya,dan sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan .

a. Tarbiyah
Dalam al-Quran tidak ditemukan kata at-Tarbiyah, akan tetapi
Ahmad Tafsir menjelaskan bahwa kata tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu :
raba, rabiya, dan rabba.3 Kata Rab-Yarb-Tarbiyatan dengan arti namayanamu yang punya arti bertambah dan tumbuh menjadi besar. Kata Rabiya
Yarb dengan wazan khafia-yakhfa artinya naik, menjadi besar/dewasa,
tumbuh dan berkembang. Dengan demikian tarbiyah berarti usaha
menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik baik secara fisik, sosial,
maupun

spritual.

Kata

rabba-yarubbu

dengan

arti

aslahahu

(memperbaikinya), Tawalla ammarahu (mengurusi perkaranya, bertanggung


jawab atasnya), sasah (melatihnya, mengatur, memerintah), qama alaihi
(menjaga, mengamati, membantu) dan raahu (memelihara dan memimpin).4
Menurut

al-Raghib

al-Asfahaniy

(502H/1108M)

adalah

menumbuhkan/membina sesuatu secara setahap demi setahap hingga


mencapai batas sempurna.5 Selain itu, kata rabb yang merupakan akar kata
dari kata tarbiyah juga berarti sumber yang memberikan ilmu pengetahuan,
dan dapat pula berarti sesuatu yang diberikan kepada seseorang, seperti
seseorang yang menghiasi dirinya dengan ilmu.6 Selanjutnya kata rabb
dinisbahkan kepada al-rabb Louis Maluf, mengartikan al-Rabb dengan tuan,
pemilik,

memperbaiki,

perawatan,

tambah,

mengumpulkan,

dan

memperindah.7 Sedangkan al-Qurthubi (486H-576H) memberikan arti alrabb dengan pemilik, tuan, yang maha memperbaiki, yang maha pengatur,
yang maha menambah, dan yang maha menunaikan. 8 Imam Fakhruddin alRazi (544H/1210M) berpendapat bahwa al-rabb merupakan kata yang seakar
dengan al-tarbiyah yang mempunyai makna al-tanmiyah (pertumbuhan dan
3 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung, Rosda Karya., 1992), h. 5
4 Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, (Yokyakarta: Nuha Litera, 2010),
h. 21.
5 Abudin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-quran, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 90
6 Ibid,.
7 Louis Maluf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Alam, (Beirut: Dr al- Masyriq, 1984), Cet. XXVII,
h . 243-244.
8 Ab Abdillh Muhammad bin Ahmad al-Anr al-Qurthub, al-Jmi li-Ahkmi al-Qurn, Jilid
I (t.d), h,, 136-137.

perkembangan).9 Dengan demikian tarbiyah berarti usaha memelihara,


mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan peserta didik,
agar dapat survive lebih dalam kehidupannya.
Kata rabba dengan segala derivasinya disebutkan dalam alQuran sebanyak 981 kali.10 Kata tersebut selanjutnya digunakan oleh alQuran untuk berbagai makna antara lain:
1) Digunakan untuk menerangkan salah satu sifat Allah swt. yaitu rabbul
alamin yang diartikan pemelihara, pendidik, penjaga, dan penguasa
alam semesta. Seperti ayat berikut ini:
Artinya: segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S
Al-fatihah: 2).
Artinya: ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk
patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada
Tuhan semesta alam". (Q.S Al-Baqarah:131).11
2) Digunakan juga untuk menjelaskan objek sifat tuhan sebagai pemeliha
ra, pendidik, penjaga, dan penguasa alam semesta, seperti ayat berikut
ini:12
Artinya: jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan
selain Dia. hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia
adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (Q.S Attaubah:129).
Artinya: Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit
matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat
terbenamnya. (Q.S al-Rahman:17).
Berdasarkan makna-makna tersebut di atas, terlihat dengan jelas
bahwa kata rabb dalam al-Quran digunakan untuk menunjukkan obyek
yang bermacam-macam, baik fisik maupun non fisik. Dengan demikian,
pendidikan oleh Allah swt. meliputi pemeliharaan seluruh makhluk-Nya.
9 Imm Fakhruddn al-Rzi, Tafsr al-Kabr, (Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 1990), Jilid X.
Juz XX, Cet.ke-I. h. 153.
10 Muhammad Zaki Muhammad Khadr, Mujam Kalimat al-Quran al-Karim, Juz 12, 2005,
h. 3.
11 Lihat juga Q.S al-Maidah/5: 28, al-Anam/6: 45, 71, 162, dan 164, al-Araf/7: 54
12Lihat juga, QS al-Shaffat/37: 126), QS al-Naml/27: 91; al-Baqarah/2: 126, QS
Quraisy/106:3) dan QS al-Falaq/112: 1).

Berdasarkan pengertian Tarbiyah secara etimologis di atas, tiga asal


kata Tarbiyah yakni: raba, rabiya, dan raba. Kata tarbiyah memiliki makna
yang cukup luas yaitu:
1) Al-nama-yanamu, yang berarti bertambah, berkembang, dan tumbuh
menjadi besar sedikit demi sedikit.
2) Aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan
menyimpang dari nilai-nilai Islam.
3) Tawalla ammarahu yang berarti mengurusi perkara pembelajar,
bertanggung jawab atasnya dan melatihnya.
4) Raahu yang berarti memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan tabiatnaya.
5) Al-tansyiah yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya)
dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuanya
merupakan aktivitas pendidikan.13
Dari pandangan di atas, memberikan pemahaman bahwa term altarbiyah mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Baik yang mencakup aspek jasmaniah, maupun rohaniah
secara harmonis, sehingga akan terbina kemashlahatan umat manusia itu
sendiri. Syed Naquib Al-Attas (1931 M), al-tarbiyah mengandung pengertian
mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk
manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan14. Sedangkan Samsul Nizar
menjelaskan kata al-tarbiyah mengandung arti mengasuh, bertanggung
jawab, memberi makan, mengembangkan, memelihara, membesarkan,
menumbuhkan dan memproduksi baik yang mencakup kepada aspek
jasmaniah maupun rohaniah.15
Dari penjabaran muatan makna yang diisyaratkan oleh istilah alTarbiyah, berarti pendidikan yang ditawarkan haruslah berproses, terencana,
sistematis, memiliki sasaran yang ingin dicapai, ada pelaksana (pendidik),
serta memiliki teoroteori tertentu. Bila demikian, pesan yang dimuat dalam
term al-Tarbiyah cukup cocok dipakai dalam menunjuk pada pengertian

13 Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, ( Yokyakarta: Nuha Litera,


2010), h. 22.
14 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), 115
15 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001), 87.

pendidikan Islam karena telah mencakup semua domonan kognitif, afektif,


psikomotorik.
b. Talim
Kata kedua yang memiliki hubungan dengan aspek pendidikan dan
pengajaran adalah kata talm. Kata talm, adalah isim Mashdar dari kata
allama-yuallimu yang berarti mengajar, memberi tanda, mendidik,
memberitahu. Kata talm dengan berbagai derivasinya dalam Alquran
terdapat 779 kali. Dan kata yang mengandung arti pengajaran terulang
sebanyak 42 kali untuk pengertian yang pada umumnya mengajarkan, sebagai
berikut:
1) Mengajarkan kitab al-quran, hikmah, dan injil
Artinya: (ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa
putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu aku menguatkan kamu dengan Ruhul
qudus. kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu
masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah)
di waktu aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan
Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari
tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku,
kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu
menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan
(ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang
buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di
waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur
(menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka
membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orangorang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain
melainkan sihir yang nyata".(QS Al-Maidah:110).
Artinya: sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu
Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami
kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS AlBaqarah:151).

2) Memberitahukan adanya makanan yang baik dimakan dan baik yang


berasal dari hasil buruan
Artinya: mereka menanyakan kepadamu: "Apakah yang
Dihalalkan bagi mereka?". Katakanlah: "Dihalalkan
bagimu yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh
binatang buas yang telah kamu ajar dengan melatih nya
untuk berburu; kamu mengajarnya menurut apa yang
telah diajarkan Allah kepadamu[399]. Maka makanlah dari
apa yang ditangkapnya untukmu[400], dan sebutlah
nama
Allah
atas
binatang
buas
itu
(waktu
melepaskannya)[401]. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Amat cepat hisab-Nya. (QS AlMaidah: 4).
3) Untuk menyatakan pengakuan malaikat bahwa ilmu yang dimilikinya
hanya yang diajarkan oleh Allah SWT kepadanya
Artinya: mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada
yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau
ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS Albaqarah:32).
4) Menggambarkan ungkapan nabi Yusuf yang memperoleh jabatan sebagai
raja serta kemampuan untuk menakwilkan mimpi
Artinya: Ya Tuhanku, Sesungguhnya Engkau telah
menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan
telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (ya
Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah pelindungku
di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam Keadaan
Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang
saleh. (QS Yusuf : 101).
5) Untuk menggambarkan kekuatan Allah SWT dalam memberikan
pengajaran kepada Nabi berupa ajaran yang terdaat dalam kitab, alhikmah, serta segala sesuatu yang belum diketahui oleh Nabi
Artinya: Sekiranya bukan karena karunia Allah dan
rahmat-Nya kepadamu, tentulah segolongan dari mereka
berkeinginan keras untuk menyesatkanmu. tetapi mereka

tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka


tidak dapat membahayakanmu sedikitpun kepadamu. dan
(juga karena) Allah telah menurunkan kitab dan Hikmah
kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang
belum kamu ketahui. dan adalah karunia Allah sangat
besar atasmu. (QS An-nisa: 113)
6) Untuk menunjukkan suatu zikir yang pernah diajarkan Allah SWT
Artinya: jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka
Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. kemudian
apabila kamu telah aman, Maka sebutlah Allah
(shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS Al-Baqarah:
239)
7) Untuk menggambarkan pengetahuan yang dimiliki tukang sihir
Artinya: berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman
kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu
sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang
mengajarkan
sihir
kepadamu
sekalian.
Maka
Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki
kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal
balik[931], dan Sesungguhnya aku akan menyalib kamu
sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya
kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih
pedih dan lebih kekal siksanya". (QS Thaha: 71)
8) Untuk menggambarkan pengetahuan yang diberikan kepada manusia
Artinya: dan tatkala mereka masuk menurut yang
diperintahkan ayah mereka, Maka (cara yang mereka
lakukan itu) Tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari
takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada
diri Ya'qub yang telah ditetapkannya. dan Sesungguhnya
Dia mempunyai pengetahuan, karena Kami telah
mengajarkan kepadanya. akan tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui. (QS Yusuf: 68).
9) Untuk menjelaskan pengajaran yang diberikan kepada Nabi muhammad
SAW

Artinya: dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad)


dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah
pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. (QS Yasin: 69).
Artinya: yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang
sangat kuat. (QS An-Najm: 5).
Berdasarkan ayat-ayat di atas, terdapat beberapa aspek yang berkaitan
dengan istilah al-talim yaitu: pertama, aspek pelaku atau pelaksana
pengajaran dalam hal ini adalah Allah SWT, dan terkadang ada yang lainnya
seperti ahli kitab dan tukang sihir, kedua, aspek pekerjaannya yang dalam hal
ini pekerjaan melakukan pengajaran atau pemberian pengetahuan, ketiga,
aspek yang diajarkan, yaitu berupa kitab taurat, injil, al-quran, takwil mimpi,
al-hikmah, dan pengetahuan yang langsung dari tuhan (ilmu laduni), seeta
pengetahuan lainnya dalam bentuk hidayah, keempat, aspek yang dikenai
sasaran, yakni orang-orang yang diberikan pengetahuan tersebutm, dalam hal
ini, terdiri dari para nabi, dan umat manusia pada umumnya.16
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa talm
merupakan proses pembelajaran yang dilakukan seseorang guru kepada
peserta didiknya secara rutin. Proses pembalajaran tersebut memberikan
pengaruh terhadap perubahan intelektual peserta didik. Perubahan intelektual
tersebut tidak berhenti pada penguasaan materi yang telah diajarkan oleh
guru, tetapi juga mempengaruhi terhadap perilaku belajar peserta didik, dari
malas menjadi rajin, atau dari yang tidak kreatif menjadi kreatif. Berdasarkan
kesimpulan inilah, kata talm memiliki pengertian yang lebih sempit dari
tarbiyah. Karena lebih mengacu pada aspek penagajaran ilmu pengetahuan.
c. Tazkiyah
Konsep pendidikan dalam al-quran diperoleh melalui penafsiran kata
Tazkiyah. Kata tazkiyah berasal dari kata zakk-yuzakk memiliki arti yang
banyak di antaranya adalah berkembang, tumbuh, bertambah. Juga bisa
berarti menyucikan, membersihkan dan memperbaki.17 Konsep pendidikan
16 Abuddin Nata, op. Cit, h. 95
17 Abuddin Nata, ibid,. 115.

10

juga diperoleh dalam Alquran melalui penafsiran terhadap kata tazkiyah


tersebut. Yakni, berarti proses penyucian melalui bimbingan ilahi.
Kata tazkiyah yang berarti tumbuh dan berkembang berdasarkan
barakat dari Allah. Makna ini dapat digunakan dalam konteks duniawi
maupun ukhrawi. Sehingga kata zakat dalam ajaran Islam berarti sesuatu
yang dikeluarkan oleh manusia yang diambil dari hak Allah, diberikan kepada
golongan fakir miskin, baik diniati untuk mengharap barakat untuk
membersihkan jiwa, untuk melapangkan dada maupun untuk mendapatkan
keberkahan dalam melakukan kebajikan.
Kata tazkiyah terdapat dalam Alquran dengan berbagai derivasinya
terulang sebanyak 69 kali. Kata tazkiyah dengan derivasinya berasal dari kata
kerja zak, zakk dan yuzakky yang dikontekskan dengan nafs terulang
sebanyak 21 kali dan 4 kali dalam bentuk isim tafdhl yang dinisbahkan
kepada manusia.
Manusia sebenarnya diberi Allah swt. potensi untuk menyucikan
jiwanya. Artinya potensi tersebut adalah fitrah yang Allah swt. berikan
kepada setiap orang yang mau mengembangkan potensi dirinya menjadi
bersih dan jiwanya menjadi lebih suci. Allah swt. berfirman dalam Q.S. alAl, 87:14, yaitu:
Artinya:

Sesungguhnya

beruntunglah

orang

yang

membersihkan diri (dengan beriman),


Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,
Penjelasan ayat di atas, menunjukkan makna tazkiyah dikontekskan
dengan pendidikan, sehingga kata pendidikan yang diambil dari makna
tazkiyah tersebut lebih diarahkan pada tujuan penyucian jiwa. Karena dengan
jiwa yang bersih, maka akan menghasilkan amal-amal yang baik. Sebaliknya

11

apabila jiwa kotor, akan menghasilkan perbuatan yang buruk. Dari konsep
tazkiyah ini dapat dipahami bahwa dalam pendidikan terkandung proses
penumbuhan atau pengembangan diri peserta didik atau satuan sosial
sehingga ia menjadi suci dan bersih sesuai dengan fitrahnya.18
d. Tadris
Tadris memiliki makna tersisa bekas, dan tersisanya bekas
mengharuskan adanya upaya yang sungguh-sungguh oleh karena pelajaranpelajaran dijelaskan dengan cara yang tuntas.19 Diantara ayat al-qur-an kata
yang mengggunakan kata al-tadris adalah Q.S al-Anam : 105, berbunyi:
Artinya: Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami
supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan
supaya orang-orang musyrik mengatakan: "Kamu telah
mempelajari ayat-ayat itu (dari ahli Kitab)", dan supaya Kami
menjelaskan Al Quran itu kepada orang-orang yang
mengetahui.
Definisi ini memberikan makna bahwa al-tadris lebih menekan pada
proses pembelajaran, adapun subjek dari al-tdaris adalah Allah dan para nabi,
sementara objek sasaran adalah umat manusia, dan materi ajaran itu adalah
al-kitab.
e. At-Tafaquh
Kata at-tafaquh berasal dari kata tafaqqaha-yatafaqqahu-tafaqquhan
yang berarti mempelajari. Kata tafaqquh berasal dari kata faqiha atau alfiqh
yang berarti menghubungan kepada pengetahuan yang ghaib (rasional)
dengan ilmu yang tampak.20 Kata tafaqquh dalam al-quran diulang sebanyak
20 kali dengan pengertian-pengertianya sebagai berikut:
1) Digunakan untuk arti memahami seperti dalam Q.S An-Nisa: 78, Q.S alAnam : 65, Q.S Al-Araf: 179.

18 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, h. 11
19 Abudin Nata, ibid,. h. 99.
20 Ibid, h. 101.

12

Artinya: di mana saja kamu berada, kematian akan


mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng
yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah",
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka
mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)".
Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikitpun?. (Q.S An-Nisa: 78)
Artinya: Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk
mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari
bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam
golongan-golongan
(yang
saling
bertentangan)
dan
merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian
yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tandatanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahami(nya)".(Q.S al-Anam : 65).
Artinya: dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (Q.S Al-Araf:
179).
2) Digunakan untuk arti mengetahui, sebagai berikut:
Artinya: dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang
diri[493], Maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat
simpanan[493]. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tandatanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.
(Q.S Al-Anam: 98).
Artinya: mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak
berperang, dan hati mereka telah dikunci mati Maka mereka
tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad). (Q.S.
At-Taubah:87).
3) Digunakan untuk arti mengerti, sebagai berikut:

13

Artinya: Hai Nabi, Katakanlah kepada tawanan-tawanan yang


ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam
hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih
baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan
mengampuni kamu". dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Q.S Al-anfal: 70).
Artinya: dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka
memandang kepada yang lain (sambil berkata): "Adakah
seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?"
sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati
mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak
mengerti. (Q.S At-Taubah: 127).
4) Digunakan untuk arti memperdalam
Artinya: tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya. (Q.S at-Taubah: 122).
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kata alTafaqqahun mengandung arti memahami, mengetahui, mengerti dan
memperdalam. Pengertian-pengertian ini erat kaitanya dengan kegiatan
memperoleh ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya
yang menjadi bagian integral dalam kegiatan pembelajaran yang terdapat
dalam kegiatan pendidikan.
f. Al-taaqqul
Kata al-taaqqul berasal dari kata al-aql yang berarti kekuatan yang
disediakan untuk menerima pengetahuan dan diartikan pula bahwa setiap
ilmu yang dapat dimanfaatkan manusia melalui kekuatan yang dinamakan
akal.21 Lebih lanjut Raghib al-Ashafaniy mengatakan bahwa makna asal dari
kata aqal adalah menahan atau mempertahankan atau mengikat.22

21 Al-Raghib al-Ashafahaniy, Mujam Murfadat Alfadz al-Quran, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t.), 354.
22 Ibid

14

Berdasarkan pengertian secara bahasa di atas, dapat dipahami bahwa


akal itu aktif bukan pasif, karena akal berhubungan dengan kerja memperoleh
ilmu pengetahuan, memelihara dan menjaga memori pengetahuan, dan juga
berarti menjaga manusia dari kemungkinan kehilangan kesadaran dengan cara
melakukan sesuatu perbuatan yang keluar dari kontrolnya.
Manusia sebagai pelaku dan objek pendidikan melalui penggunaan
akal dapat mencapai kebaikan dan kesuksesan dalam kehidupan melalui
pendidikan. Al-qur-an selalu mendorong manusia agar mempergunakan
akalnya untuk mengamati, meneliti alam semesta. Hal ini dapat dilihat
dalam Surat Ali Imron ayat 190-191, yaitu:
Artinya: (190) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci
Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Menurut riwayat Abu Ishak al-muqariy, Abdullah bin Hamid, Ahmad
bin Muhammad bin Yahya Al-Abidiy dan seterusnya, bahwa orang Quraisy
Yahudi berkata; apakah ayat-ayat yang telah dibawa oleh Musa? Mereka
menjawab: tongkat dan tangannya putih bagi orang yang melihatnya.
Selanjutnya mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata:
bagaimanakah dengan yang dibawa oleh Isa terhadapmu? Mereka menjawab:
menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit kulit serta menghidupkan
orang mati. Kemudian mereka datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau
ubah bukit Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat 190-191
dalam surat Ali Imran tersebut.23
Pada ayat tersebut di atas, terlihat bahwa orang yang berakal (Ulul
Albab) adalah orang yang melakukan dan mengkombinnasikan (memadukan)
antara tadzakkur (zikir) dan Tafakkur (pikir) atau sebaliknya. Ketika ia
23 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam,
(Jakarta:Rajawali Pers, 2012), h. 131

15

berpikir, meneliti atau mengkaji alam sekita muncullah zikir dan ketika ia
berzikir mucullah pikirnya.24 Dengan melakukan kedua hal tersebut akan
sampai kepada hikmah yaitu mengetahui, memahami dan menghayati bahwa
di balik fenomena Alam dan segala sesuatu yang ada didalamnya menunjukan
adanya Sang Pencipta Allah SWT. Muhammad Abduh (1849 M-1905M),
menyatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi,
pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan ke-Esaan
Allah yaitu adanya aturan yang dibuat-Nya serta karunia dan berbagai
manfaat yang terdapat di dalamnya.25 Hal itu menunjukan kepada fungsi akal
sebagai alat untuk mengingat, berfikir dan merenung.
Lebih lanjut Al-Maraghy (1300 H-1371 H), mengatakan bahwa
keberuntungan dan kemenangan akan tercipta dengan mengingat keagaungan
Allah dan memikirkan terhadap segala ciptaan-Nya (makhluk-Nya).
Kebahagiaan tersebut dapat dilhat dari munculnya bebagai temuan manusia
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada hakikatnya merupakan
generalisasi atau teorisasi terhadap gejala-gejala dan hukum yang terdapat di
alam jagat raya ini.26 Keadaan tersebut dapat mengantarkan pula manusia
untuk mensyukuri dan meyakini bahwa segala cipataan Allah ternyata amat
bermanfaat dan tidak ada sia-sia.
Pemahaman tentang potensi berpikir yang dimiliki akal sebagai
tersebut di atas, memiliki hubungan yang erat dengan pendidikan. Hubungan
tersebut antara lain terlihat dalam rumusan tujuan pendidikan. Benyamin
Bloom, cs., dalam bukunya Taxonomy of Educational Objective membagi
tujuan-tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Ranah kognitif dan afektif sangat erat kaitannya dengan fungsi
kerja akal. Dalam ranah kognitif terkandung fungsi mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.27 Hal ini erat
24 Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al-Qur-an tentang Pendidikan,(Jakarta: Amzah,
2013), Cet-ke-I, h. 85
25 Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, juz XXVIII, (semarang: CV Toha Putra,
1989), h. 26
26 Ibid, h. 163
27 Danil Golomen, Kecerdasan Emosional, (Bandung: Prima, 2001), cet. Ke-1, h. 12

16

kaitannya dengan aspek berpikir (tafakkur). Sedangkan dalam ranah afektif


terkandung fungsi memperhatikan, merespon, menghargai, mengoranisasi
nilai dan mengkarakterisasi. Fungsi ini erat kaitannya dengan fungsi akal
pada aspek mengingat (tazakkur). Orang yang mampu mempergunakan
fungsi berpikir yang terdapat dalam ranah kognitif dan fungsi mengingat yang
terpada pada ranah afektif adalah termasuk ke dalam kategori ulul al-bab,
serta akan menjadi manusia yang berkembang kemampuan intelektualnya,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta emosionalnya dan mampu
mempergunakan semuanya untuk berbakti pada Allah SWT, manusia seperti
inilah yang harus menjadi rumusan tujuan pendidikan.28 .
Pendidikan yang harus mempertimbangkan potensi akal. Pendidikan
harus membina, mengarahkan dalam mengembangkan potensi akal
pikirannya sehingga ia terampil dalam memecahkan berbagai masalah, diisi
dengan berbagai konsep-konsep dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki pemahaman tentang yang baik dan benar. Sehubungan
dengan hal ini, Kadar mengemukakan bahwa ada dua hal yang perlu
dirancang dan disusun oleh lembaga pendidikan, yaitu proses pembelajaran
baik di dalam mapun di luar kelas serta tujuan pembelajaran yang megacu
kepada tujuan pendidikan, serta mengacu pada pandangan al-qur-an tentang
ilmu pengetahuan.29 Abudin Nata menambahkan bahwa berbagai materi
pendidikan yang terdapat dalam kurikulum harus memuat mata pelajaran
yang bertujuan membina akal tersebut, pemahaman terhadap fungsi akal
dalam diri manusia, harus dijadikan titik tolak dalam merumuskan tujuan dan
mata pelajaran yang terdapat dalam kegiatan pendidikan.30
g. Al-Tadabbur
Kata tadabbur berasal dari kata dubura yang berarti lawan dari kata
menerima (khilaf al-qubul) dan berarti pula membelakangi.31 Dari kata
Dubbura dibentuk menjadi kata dabbara yang isim masdharnya al-tadbir
28 Abudin Nata, op. Cit, h.139
29 Kadar M. Yusuf, op. Cit, h. 30
30 Abudin Nata, op. Cit, h, 139-140
31 Al Raghib al ashfahahiy, op. Cit,. h. 166

17

yang berarti memikirkan setelah peristiwa terjadi.32 Dari kata tersebut pula
muncuul kata tadabaru yang berarti saling membelakangi atau mendahului
dengan tujuan untuk menyaingi secara tidak sehat. Kata al-tadabbur juga
serumupun dengan kata yudabbiru yang dalam al-quran diulang sebanyak 21
kali. Kata yudabbiru terkadang berarti menciptakan, mengatur, memikirkan,
dan merenungkan.33 Arti ini dijumpai pada ayat berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk
mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan
kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil
pelajaran?. (QS. Yunus:3).
Artinya: Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al
Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah,
tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di
dalamnya. (Q.S an-nisa: 82).
Pada ayat di atas, terlihat bahwa kata Yudabbiru atau yatadabbaru
berarti mengatur, memperhatikan, merenungkan, memikirkan dan sebagainya.
Secara keseluruhan kegiatan tersebut mempergunakan potensi akal dan
segenap kemampuan panca indera, serta potensi bathiniah lainnya. Dengan
kegiatan tersebut akan diperoleh hikmah, pelajaran, nilai-nilai serta yang
lainnya, yang pada akhirnya sampai pada mensyukuri nikmat Allah SWT.
Pelajaran, hikmah, dan nilai-nilai tersebut datangnya dibelakang atau
kemudian, setelah dilakukan perenungan, pemikiran, dan perhatian tersebut.
Dengan demikian, melalui kegiatan tadabbur atau yatadabbara
segala

sesuatu

kejadian

akan

diberi

makna

tersebut

transendental

yang

menghubungkan manusia dengan sang penciptanya, yang pada gilirannya, ia


akan menjadi orang yang senantiasa ingat pada kekuasaan Allah SWT,
kemudian bersikap hati-hati dan bersyukur padanya. Mendorong peserta didik
agar memiliki kemampu menangkap makna transendental dibalik fenomenafenomena yang terjadi itu, dapat dikategorikan sebagai kegiatan pendidikan
32 Abuddin Nata, ibid,. h.
33 Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-Quran, Op.cit. h. 113

18

dan pengajaran. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dalam kata altadabbur berkaitan erat dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
h. Al-Tazkirah
Kata al-tazkirah berasal dari kata al-dzikr yang berarti kondisi
kejiwaan yang memungkin manusia dapat mengahafal sesuatu yang diajarkan
padanya berupa pengetahuan. Dengan demikian kata al-dzikr sama dengan
al-hafidfz yang berarti mengahafal dengan suatu perbedaan, bahwa
mengahafal berkenaan dengan sesuatu yang tampak, dan terkadang
dimaksudkan untuk menghadirkan sesuatu pada hati sanubari atau ucapan.
Dengan demikian, adzikr terbagi dua, yaitu dzikr dengan hati, dan dzikr
dengan lisan.34 Di dalam al-quran kata al-tazkirah diulang sebanyak 9 kali,
seperti pada ayat berikut ini:
Artinya Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar
kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang
yang takut (kepada Allah), (Q.S. Thaha:2-13)
Artinya: Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna
bagi musafir di padang pasir. (QS. Al-waqiah: 73)
Dari ayat di atas, terlihat bahwa kata tazkirah berarti peringatan agar
orang tidak lengah, dan juga agar dengan peringatan tersebut seseorang dapat
menangkap pesan yang terkandung di dalamnya.

Selanjutnya dari kata

tazkirah ini berkembang pula kata-kata yatazakkaru seperti pada ayat berikut
ini:
Artinya: Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama
dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran, (Q.S Ar-rad: 19).
Artinya: ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu
penuh
dengan
berkah
supaya
mereka
memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (Q.S
Shaad:29).
34 Al-Raghib al-Ashafahaniy, op. Cit, h. 166

19

Dari

ayat-ayat

di

atas,

diketahui

bahwa

kata

yatazakkaru berarti memperhatikan atau merenungkan, hasil


dari perenungan dan perhatian ini adalah pelajaran, berupa
nilai-nilai positif yang berguna bagi kehidupan manusia di
dunia dan di akhirat. Selanjutnya dari kata tersebut timbul
pula kata al-dzikir yang dulang sebanyak 52 kali dalam alquran, seperti ayat berikut ini:
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya
dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S arRad : 28).
Artinya: dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali
orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui, (Q.S An-Nahl:
43).
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya, (Q.S
Al-Hijr:9).
Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa kata al-dzikir
berarti

mengingat,

mengetahui

dan

al-quran.

Kegiatan

mengingat erat kaitannya dengan mencerna, merekam,


menyimpan

memori

yang

hasilnya

pengetahuan

yang

tersimpan dalam memori. Pengetahuan tersebut ada yang


datang dari Allah SWT yang tersimpan dalam al-Quran.
Dengan demikian al-Quran adalah sumber pengetahuan,
yakni pengetahuan yang langsung datang dari Allah SWT,
dan atas dasar itu pula al-quran disebut al-Dzikr. Dengan
demikian,

kata

al-Tazkirah

yang

berarti

peringatan,

memperhatikan, merenungkan, mengingat dan mengetahui,

20

kegiatan ini erat kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan


pengajaran.
i. Al-tafakkur
Kata al-tafakkur berasal dari fakara atau al-fikrah. Menurut alRaghib al-Ashfahaniy bahwa berfikir adalah kekuatan yang dapat digunakan
untuk memperoleh ilmu pengetahuan hingga ilmu tersebut diketahuinya.
Sedangkan al-Tafakkur adalah proses penggunaan pemikiran tersebut dengan
menggunakan kekuatan akal. Hal ini, hanya terjadi pada manusia dan tidak
pada binatang. Hal itu tidak terjadi kecuali pada sesuatu yang memungkinkan
dapat dihasilkan gambaran dalam hati. 35 Dalam al-quran terdapat kata
tafakkaru dengan berbagai arti dan konteksnya, sebagaimana berikut ini:
Artinya: mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan
judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar
dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayatayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Q.S Al-Baqarah:
219).
Artinya: dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia
cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika
kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian
Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayatayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah
itu agar mereka berfikir. (Q.S Al-araf: 176).
Pada ayat di atas, dapat dipahami bahwa kata
tafakkaru

dihubungkan

dengan

kegiatan

berfikir

yang

objeknya bermacam-macam, yaitu tentang berbagai larangan


tuhan seperti minuman keras, dan judi: peristiwa masa lalu,
dan wahyu diturunkan oleh Allah SWT. Dengan demikian, kata
35 Al-Raghib al-Ashafahaniy, ibid, h. 398

21

tafakkaru berkiatan dengan kegiatan menangkap pesan


ajaran atau hikmah yang terdapat dalam berbagai keputusan
Allah SWT. Kemampuan menangkap pesan atau hikmah erat
kaitannya dengan kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
j. Al-Intidzar
Kata al-Intidzar berasal dari kata nadzara yang berarti membolakbalik mata kepala atau mata hati untuk menemukan sesuatu yang
memikirkannya, dan terkadang digunakan pula untuk arti merenung dan
melakukan percobaan, dan terkadang digunakan untuk arti pengetahuan yang
dihasilkan setelah dilakukan percobaan, dan itulah yang selanjutnya disebut
pemikiran.36

Termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan

alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari
berbagi prespektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.37
Kata al-Intidzar yang berasal dari kata nadzara dalam al-Quran
diulang sebanyak 150 kali. Seperti ayat berikut ini:
Artinya: Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnahsunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah
bagaimana
akibat
orang-orang
yang
mendustakan (rasul-rasul). (Q.S Ali-Imran:137).
Artinya: Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan itu." (Q.S al-anam:11).
Pada ayat di atas, terlihat bahwa kata Undzuru
diartikan

memperhatikan

mengobservasi,
pengkategorisasian,
perbedaannya,

dalam

artian

mengetahui,
mencarikan

unsur

membandingkan,

mengamati,
memahami,

persamaan

dan

menganalisa,

menyimpulkan, dan memverifikasi. Hal-hal yang menjadi


36 Al-Raghib al-Ashafahaniy, ibid, h. 518-519
37 Muahaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam : Dari paradigma Pengembangan, Manjemen
Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafiondo Persada, 2009),
h. 75

22

objek kegiatan tersebut akan melahirkan berbagai macama


ilmu pengetahuan sesuai dengan fokus dalam melakukan
observasi,

pengamatan,

pengamatan

terhadap

dan

lain

berbagai

sebagainya,
peristiwa

seperti

masa

lalu

menghasilkan ilmu sejarah, observasi proses terjadinya hujan


menghasilkan

ilmu

materiologi

dan

geofisika,

analisis

terhadap berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan


flora yang kemudian menghasilkan ilmu peratanian, dan serta
analisis

terhadap

proses

pencipataan

manusia

yang

melahirkan ilmu biologi. Dengan demikian, istilah al-intidzar


berkaitan erat dengan proses pendidikan dan pengajaran
yang berhubungan dengan proses penelitian terhadap ilmu
sosial dan ilmu eksakta dengan berbagai cabangnya yang
amat luas.
k. Al-Mauidzah
Kata al-mauidzah berasala dari kata al-wadz yang berarti
khutbah, nasehat, ucapan, dan setelah menjadi al-mauidzah jamaknya
mawaidz berarti pengajaran atau nasehat.38 Selanjutnya menurut Al-Raghib
al-Ashafahaniy al-mauidzah berarti peringatan atau pencegahan yang disertai
menakut-nakuti, kemudian menurut al-Khalil al-Wadzu berarti peringatan
untuk berbuat baik yang dapat menggetarkan hati.39
Kata

al-wadz

terdapat

dalam

al-quran

dalam

berbagai variasinya diulang sebanyak 28 kali, misal pada


surat lukman ayat 13 dan Yunus ayat 57, berikut ini:
Artinya: dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku,
janganlah
kamu
mempersekutukan
Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar".(Q.S Lukman: 13).

38 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya, 1990), h. 502.


39 Al-Raghib al-Ashafahaniy, op.cit, h. 564

23

Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S
Yunus:57).
Pada ayat di atas, terlihat bahwa kata al-waaz
diartikan

pengajaran,

nasehat,

peringatan

dalam artian

pencegahan untuk menakut-nakuti serta peringatan untuk berbuat


baik yang dapat menggetarkan hati. Dengan demikian, istilah almauidzah berkaitan erat dengan proses pendidikan dan
pengajaran.
Berdasarkan sebelas istilah yang dijabarkan berkaitan dengan
pendidikan di dalam Al-quran di atas, terlhat bahwa al-quran memberikan
perhatian yang amat besar mengenai pendidikan, kegiatan pendidikan dalam
al-quran mengandung arti yang amat luas yang secara keseluruhan dapat
dikelompokkan pada tiga bagian:
a. Kegiatan yang bersifat pengajaran dalam artian transfer of knowledge dari
orang yang sudah dewasa (guru) kepada orang yang belum dewasa
(peserta didik). Melalui kegiatan pengajaran ini dapat dihasilkan orangorang yang memiliki pengetahuan dan berpandangan luas, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
merumuskan berbagai kebijakan yang akan diambilnya. Kegiatan ini dapat
diwakili oleh kata al-talim, al-tadris, al-taaqqul, dan al-tafaquh.
b. Kegiatan yang bersifat pendidikan (education) yaitu merangsang,
menggali, mengarahkan, membina, dan membentuk sikap mental serta
kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai luhur dan mulia, seperti
membentuk sikap jujur, ulet, kerja keras, sabar, mandiri, dan lain-lain.
Proses pendidikan ini tidak semudah proses pengajaran, akan tetapi proses
pendidikan tidak ahanya membutuhkan pengetahuan guru tentang bahan
ajar saja, tetapi harus memiliki program pendidikan yang bersifat
personalized. Kegiatan ini dapat diwakili dengan istilah al-tarbiyah, altazkiyah, al-dzikir, dan al-mauidzah.
c. Kegiatan yang bersifat penelitian (research) yang bertumpu bukan hanya
pada guru tetapi juga pada peserta didik. Kegiatan penelitian ini terkait
dengan kegiatan pembelajaran yang pada intinya adalah mendorong dan
mengarahkan peserta didik agar tergali segala potensi dan bakat yang
dimilikinya, sehingga segala potensi yang dimilikinya dapat diberdayakan
secara optimal yang megarahkan pada lahirnya peserta didik yang unggul

24

dan penuh percaya diri. Kegiatan ini dapat diwakili dari istilah al-intidzar,
al-tafakkur, dan lain-lain.40
2. Kedudukan Pendidik dalam Al-Qur-an
Isyarat pendidikan dalam al-qur-an, dapat dipahami bagaimana
al-quran mengapresiasi orang-orang memiliki ilmu pengetahuan atau
pendidik dalam kehidupan. Banyak istilah yang digunakan dalam Al-Quran
untuk menyebut ilmuwan atau cendekiawan, yaitu : ulama, ulul al-Nuha, ulul
ilmi, ulul al-bab, ulul abshar, antara lain:41
a. Ulama, yaitu orang yang berilmu
Artinya: dan demikian (pula) di antara manusia, binatangbinatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam
warnanya
(dan
jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hambahamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun. (Q_S. Al-Fathir: 28).
Makna lafadz al Ulama dalam al Quran di atas adalah hamba
Allah yang takut melanggar perintah Allah dan takut melalaikan
perintahNya dikarenakan dengan ilmunya ia sangat mengenal keagungan
Allah. Ia bertahuid (mengesakan) Allah dalam rububiyah, uluhiyah dan
asma wa sifat. Mereka sangat berhati-hati dalam ucapan dan tindakan
karena memiliki sifat wara, khowasy dan arif. 42 Kata al Ulama bukan
sekedar istilah dan kedudukan sosial buatan manusia. Bukan pula orang
yang didudukan di lembaga bentukan pemerintahan dengan subsidi dana.
Namun kosa kata al Ulama berasal dari Kalamullah dan memiliki arti dan
kedudukan sangat terhormat disisi Rabb. Oleh karena itu, termasuk
perkara yang sangat penting untuk kita ketahui dan pahami adalah
manzilah (kedudukan) ahlul ilmi yang mulia di dalam Al-Quran dan AsSunnah. Sehingga kita bisa beradab terhadap mereka, menghargai mereka
dan menempatkan mereka pada kedudukannya. Itulah tanda barakahnya
40 Abuddin Nata, op. Cit, h. 120-121
41 Ali Munawar Yusuf, Islam dan Sain Modern: Sentuhan Islam Terhadap Berbagai Disiplin
Ilmu, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 290.
42 Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan, Kedudukan Ulama dalam Al-Qur`an dan AsSunnah, 7/01/2016 In: http://belajaralislam.wordpres.com/

25

ilmu dan rasa syukur kita dengan masih banyaknya para ulama di zaman
ini.
b. Ulu al-Nuha, yaitu orang yang berpikir secara tertib dan sistematis,
sehingga mampu mengambil kesimpulan
Artinya:
makanlah
dan
gembalakanlah
binatangbinatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu,
terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang berakal. (QS. Thaha: 54).
Artinya: Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka
(kaum musyrikin) berapa banyaknya Kami membinasakan
umat-umat sebelum mereka, Padahal mereka berjalan (di
bekas-bekas)
tempat
tinggal
umat-umat
itu?
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda bagi orang yang berakal. (QS. Thaha: 128).
c. Ulu al-'Ilmi, identik dengan istilah ulama, yaitu orang yang memiliki dan
menguasai ilmu pengetahuan
Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia
(yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). tak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (QS. Ali-Imran: 18).
d. Ulul al-Abshar, yaitu orang yang tajam dan cermat dalam melihat realitas
objektif kehidupan
Artinya: Allah mempergantikan malam dan siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran
yang
besar
bagi
orang-orang
yang
mempunyai
penglihatan. (QS. An-Nur: 44).
e. Ulu al-Albab, yaitu orang yang aktif dalam memerankan rasa dan
rasionya secara seimbang
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tandatanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan
Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka. (QS. Ali-Imran: 190-191).

26

Secara umum, keberadaan mereka dalam Islam adalah sebagai orang


yang memiliki ilmu dan dapat berbuat atau beramal lebih daripada yang
lainnya. Kedudukan mereka dan karakternya banyak dijelaskan dalam ayatayat Al-Quran, Q.S al-Mujadalah ayai 11, yaitu:
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah
kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Asbabun Nuzul QS. Al-Mujadalah ayat 11 ini, diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Hatim dari Muqatil bin Hayyan, ia mengatakan bahwa pada suatu hari
yaitu hari Jumat, Rasulullah Saw berada di Shuffah mengadakan pertemuan
di suatu tempat yang sempit, dengan maksud menghormati pahlawan perang
Badar yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Beberapa pahlawan
perang Badar ini terlambat datang, diantaranya Tsabit bin Qais, sehingga
mereka berdiri di luar ruangan. Mereka mengucapkan salam
Assalamualaikum Ayyuhan Nabi Wabarakatuh, lalu Nabi menjawabnya.
Mereka pun mengucapkan sama kepada orang-orang yang terlebih dahulu
datang, dan dijawab pula oleh mereka. Para pahlawan Badar itu tetap berdiri,
menunggu tempat yang disediakan bagi mereka tetapi tak ada yang
memperdulikannya. Melihat keadaan tersebut, Rasulullah menjadi kecewa
lalu menyuruh kepada orang-orang di sekitarnya untuk berdiri. Diantara
mereka ada yang berdiri tetapi rasa keengganan nampak di wajah mereka.
Maka orang-orang munafik memberikan reaksi dengan maksud mencela
Nabi, sambil mengatakan Demi Allah, Muhammad tidak adil, ada orang
yang lebih dahulu datang dengan maksud memperoleh tempat duduk di
dekatnya, tetapi disuruh berdiri untuk diberikan kepada orang yang terlambat
datang. Lalu turunlah ayat ini.43
Ayat di atas tidak menyebut secara tegas bahwa Allah akan
meninggikan derajat orang berilmu. Tetapi, menegaskan bahwa mereka
memiliki derejat-derajat, yakni yang lebih tinggi daripada yang sekedar
beriman. Tidak disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa
sebenarnya ilmu yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam
ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor di luar ilmu
itu. Tentu saja, yang dimaksud dengan ( ) alladzina utu al-ilm/
yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri
mereka dengan pengetahuan. Ini berati ayat di atas membagi kaum beriman
43 Ibnu Katsir Al-Dimsyqy, Tafsir Al-Quranul Azhim, Jilid 4. (Bairut Libanon, Darul Kutubul
Al-Ilmiyah.2006). h. 299

27

kepada dua kelompok besar, yang pertama sekadar beriman dan beramal
saleh dan yang kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan.
Derajat kelompok yang kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena
nilai ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada
pihak lain, baik secara lisan, atau tulisan, maupun dengan keteladanan. Ilmu
yang di maksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun
yang bermanfaat.44
Ayat di atas, mengilhami kepada manusia untuk serius dan konsisten
dalam memperdalam dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Beberapa
tokoh penting (ilmuwan) dalam sejarah Islam jelas menjadi bukti janji Allah
s.w.t akan terangkatnya derajat mereka baik dihadapan Allah maupun sesama
manusia. Wahbah Zuhaili (1932 M- 2015 M) dalam Tafsir Al Munir-nya
memaknai kata darajaat (beberapa derajat) dengan beberapa derajar
kemuliaan di dunia dan akhirat. Orang alim yang beriman akan memperoleh
fahala di akhirat karena ilmunya dan kehormatan serta kemuliaan di sisi
manusia yang lain di dunia. Karena itu Allah s.w.t meninggikan derajat orang
mumin di atas selain mumin dan orang-orang alim di atas orang-orang
tidak berilmu.45
Dalam perspektif sosiologis, orang yang mengembangkan ilmu berada
dalam puncak piramida kegiatan pendidikan. Banyak orang sekolah/ kuliah
tetapi tidak menuntut ilmu. Mereka hanya mencari ijazah, status/gelar. Tidak
sedikit pula guru atau dosen yang mengajar tetapi tidak mendidik dan
mengembangkan ilmu. Mereka ini berada paling bawah piramida dan
tentunya jumlahnya paling banyak. Kelompok kedua adalah mereka yang
kuliah untuk menuntut ilmu tetapi tidak mengembangkan ilmu. Mereka ini
ingin memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan untuk bekal hidupnya atau
untuk dirinya sendiri, tidak mengembangkannya untuk kesejahteraan
masyarakat. Kelompok ini berada di tengah piramida kegiatan pendidikan.
Sedangkan kelompok yang paling sedikit dan berada di puncak piramida
adalah seorang yang kuliah dan secara bersungguh-sungguh mencintai dan
mengembangkan ilmu. Salah satunya adalah dosen yang sekaligus juga
seorang pendidik dan ilmuwan.
Dari ayat tersebut dapat diketahui tiga hal sebagai berikut:
Pertama, bahwa para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat
berada di majelis Rasulullah SAW, dengan tujuan agar ia dapat mudah
mendengar wejangan dari Rasulullah SAW yang diyakini bahwa dalam
wejangannya itu terdapat kebaikan yang amat dalam serta keistimewaan yang
agung.
Kedua, bahwa perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat
ketika berada di majelis, tidak saling berdesakan dan berhimpitan dapat
dilakukan sepanjang dimungkinkan, karena cara damikian dapat
menimbulkan keakraban di antara sesama orang yang berada di dalam majelis
dan bersama-sama dapat mendengar wejangan Rasulullah SAW.
44 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 490-491
45Wahbah.Az-Zuhaili, At-Tafsir Al- Munir Fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj .Juz 28. (BeirutLibanon: Darul Fikr. 1411 H/1991 M), h 43

28

Ketiga, bahwa pada setiap orang yang memberikan kemudahan kepada


hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan
memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.Singkatnya ayat ini berisi
perintah untuk memberikan kelapangan dalam mendatangkan setiap kebaikan
dan memberikan rasa kebahagiaan kepada setiap orang islam.Atas dasar
inilah Rasulullah SAW menegaskan bahwa Allah akan selalu menolong
hamba-Nya, selama hamba tersebut selalu meolong sesama saudaranya.46
Penjelasan al Quran maupun fakta di atas, memberikan gambaran
yang jelas bahwa kedudukan ilmu dan ilmuwan begitu tinggi dan mulia di
hadapan Allah dan hamba-hambaNya. Yang beriman dan berilmu mempunyai
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang sekedar beriman tanpa
berilmu. Ketinggian itu bukan saja karena nilai ilmu yang dimilikinya, tetapi
juga karena amal dan pengajarannya kepada pihak lain baik secara lisan, atau
tulisan maupun dengan keteladanan.
Jika umat Islam menyadari dan memegang teguh ajaran agamanya
untuk menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka pasti dapat diraih kembali
puncak kejayaan Islam sebagaimana catatan sejarah di abad awal Hijrah
hingga abad ke dua belas Hijrah, dimana umat dan Negara- negara Islam
menjadi pusat peradaban dunia. Dari sini dapat dipahami bahwa betapa
pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan
pengetahuan, manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk,
yang benar dan yang salah, yang membawa manfaat dan yang membawa
madarat.
3. Isyarat Al-Quran Tentang Komponen Pendidikan
Surat al-alaq 1-5 adalah ayat yang pertama kali diturunkan berkenaan
isyarat pendidikan berkaitan dengan komponen-komponen utama pendidikan,
yakni komponen visi (humanisme-religious, pada kata bismirabbika/dengan
menyebut nama Tuhanmu), komponen metode (iqra/bacalah), komponen alat
dan sarana prasarana (bi al-qalam/dengan pena) dan komponen kurikulum (m
lam yalam/sesuatu yang belum diketahui). Hal ini sesuai dengan Firman Allah
SWT yang berbunyi:47
Artinya; Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darahBacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.48

46 Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, op.cit, h. 26


47 Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer Pendidikan Tentang
Pendidikan Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 8-9.
48 Al-Quran dan Terjemahnya (Ayat Pojok Bergaris), (Semarang: CV. Asy-syifa, 2002), h.479

29

Iqra` adalah bentuk kata imperatif (fil amr) terambil dari kata kerja
qara`a yang pada mulanya berarti "menghimpun". Menurut Quraish Shihab,
arti asal kata ini menunjukkan bahwa iqra` yang diterjemahkan dengan
"bacalah!" tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek baca.
Ia tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Oleh karena
itu, dalam kamus, dapat ditemukan arti yang beraneka ragam bagi kata ini.
Antara lain, menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciriciri sesuatu, yang kesemuanya bermuara pada arti "menghimpun".49
Dapat dikemukakan suatu kaidah: "Apabila suatu kata kerja yang
membutuhkan objek tetapi tidak disebutkan objeknya, objek yang dimaksud
bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata
tersebut". Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa karena kata iqra`
digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan sebagainya,
dan karena objek bacaan dalam ayat ini tidak disebut sehingga bersifat umum,
objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, perintah membaca
di sini bukan hanya membaca apa yang tertulis akan tetapi membaca ayat-ayat
yang terbentang dalam alam semesta juga merupakan objek yang wajib dibaca,
diteliti, dan direnungkan.50 Perintah al-quran agar manusia memperhatikan
segala sesuatu yang ada di alam semesta memerlukan observasi dan
eksprimentasi sehingga diperoleh ilmu pengetahuan. Semua aktivitas ini,
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan alatnya berupa ilmu pengetahuan.51
Bi ism Rabbik adalah suatu ungkapan. Sudah menjadi kebiasan orang
Arab sejak dahulu mengaitkan suatu pekerjaan yang mereka lakukan dengan
nama sesuatu yang mereka muliakan. Ini dimaksudkan untuk memberi kesan
yang baik-atau katakanlah "berkat" terhadap pekerjaan tersebut. Juga, untuk

49 Di dalam al-Quran, kata qara`a disebutkan sebanyak tiga kali, masing-masing pada surah ke17, ayat 14 dan surah ke-96, ayat 1 dan 3. Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur`n Al-Karm
(Tafsir atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu). (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), Cet. Ke-II, h.77-78.
50 Muhammad Iqbal, Moralitas Al-Quran: Antara cita dan Realitas, (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2012), h. 144-145.
51 J suyuti Pulungan, Universalisme Islam, (Jakarta: Moyo Segoro Agung, 2002), h, 96-97

30

menunjukkan bahwa pekerjaan tadi dilakukan semata-mata demi "dia" yang


namanya disebutkan itu.52
Demikianlah, al-Quran secara dini menggaris bawahi pentingnya
"membaca" serta keharusan adanya keikhlasan dalam melakukannya, bahkan
dalam melakukan setiap aktivitas. Agaknya, penggunaan kata rabb dalam ayat
ini dan ayat-ayat semacamnya dimaksudkan untuk menjadi dasar perintah
mengikhlaskan diri kepada-Nya, dalam arti bahwa perintah tersebut harus
dilaksanakan karena yang memerintahkan adalah Tuhan yang mendidik,
memelihara, mengembangkan, meningkatkan, dan memperbaiki keadaan
makhluk-Nya. Seluruh perbuatan-Nya, seperti memberi rezeki, ganjaran,
pengampunan, dan siksaan tidak lepas dari tarbiyyah tersebut.53
Selain yang dikemukakan di atas, ayat tersebut juga mengandung
perintah agar manusia memiliki keimanan berupa keyakinan kepada kekuasaan
serta kehendak Allah swt. Di samping itu, juga mengandung pesan ontologis
tentang sumber ilmu pengetahuan. Allah swt. menyuruh Nabi-Nya saw. untuk
membaca tanpa menyebutkan objek bacaannya (baik ayat-ayat yang tertulis
maupun yang tidak tertulis, atau pun pada diri manusia sendiri). Berbagai ayat
tersebut

jika

dibaca

dalam

arti

ditelaah,

diobservasi,

diidentifikasi,

dikatagorisasi, dibandingkan, dianalisis, serta disimpulkan dapat menghasilkan


ilmu pengetahuan.54 Karena objek ontologis seluruh ilmu adalah ayat-ayat
Allah, sesungguhnya ilmu pada hakikatnya adalah milik Allah dan harus
diabdikan untuk-Nya. Dengan demikian, dapat dikatakan, ayat pertama Surah
al-Alaq terkait dengan objek, sasaran, dan tujuan pendidikan.
52Tentang huruf ba` dalam ayat di atas, terdapat beberapa pendapat. Di anataranya, (1) huruf ba`
yang dibaca bi tersebut adalah sisipan yang tidak menambah makna tertentu, tetapi hanya sekadar
memberikan tekanan pada perintah tersebut. Pendapat ini menjadikan kata ismi sebagai objek dari
perintah iqra`. (2) huruf ba` tersebut mengandung arti "penyertaan" (mulabasah) sehingga ayat
tersebut berarti "Bacalah disertai dengan nama Tuhanmu!). Kedua pendapat di atas serta
pendapat-pendapat lain yg tidak sempat dikemukakan di sini, menitikberatkan makna harfiah katakata dalam pemahaman arti ayat. Namun, yang perlu diingat, ada kata-kata atau kalimat-kalimat
yang berupa ungkapan sehingga tidak dapat dipahami secara harfiah. Maka, yang harus
diperhatikan bukan arti harfiahnya, melainkan arti dan maksud pengungkapan tsb. menurut
pemakai bahasa (bangsa Arab). Ibid.
53 Muhammad Quraish Shihab, op.cit., h. 82.
54 A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (Cet. I; Bandung: Mizan, 1988), h. 34.

31

Dengan demikian dapat dipahami bahwa al-qur-an mengahruskan


manusia menjadi manusia terpelajar, untuk menjadi manusia terpelajar
membutuhkan pendidikan, yang di dalammya ada proses pembelajaran dan
aktivitas membaca. Dengan adanya membaca maka pendidikan akan lebih
bermakna karena dengan membaca manusia (peserta didik) menjadi pribadi
yang berpengatahuan dan wawasan luas. Hal ini membuktikan bahwa
pendidikan penting bagi manusia.55
Pada ayat kedua, secara harfiah, kata al-alaq menurut Al-Rgib alAs fahniy berarti darah yang beku (al-damm al-jmid).56 Sedangkan, menurut
Al-Margiy, ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah yang menjadikan
manusia dari segumpal darah menjadi makhluk yang paling mulia dan
memberiannya potensi (al-qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu
yang ada di alam semesta, yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya,
sehingga ia menjadi makhluk yang sempurna dan dapat menguasai bumi
dengan segala isinya.57
Dengan demikian, ayat ini menginformasikan mengenai urgensi
memahami asal-usul dan proses kejadian manusia beserta segenap potensi yang
ada di dalam dirinya. Perintah membaca dalam ayat ini seperti yang disaksikan
dirangkaikan dengan wa Rabbuk al-akram, yang maknanya antara lain,
menurut Quraish Shihab, merupakan dorongan untuk meningkatkan minat
baca kata al-akram hanya dua kali ditemukan dalam al-Quran, yaitu pada ayat
ketiga surah al-Alaq dan pada ayat ketiga belas surah al-Hujurt. Kata akram
biasanya diterjemahkan dengan Maha Pamurah atau semulia-mulia.
Apabila kembali ke akar kata ini, karama, akan ditemukan arti secara
etimologis, antara lain memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai
tinggi, mulia, setia, dan kebangsawanan. Dari arti-arti tersebut, dapat
disimpulkan

bahwa

kata

akram

digunakan

oleh

al-Quran

untuk

menggambarkan segala sesuatu yang terpuji menyangkut subyek yang


55 Riwayat Attbunani, Wawasan Pendidikan Islam Dalam Al-Qur-an, (Padang: Media Explorasi,
2013), h. 54-55.
56 Ah mad Mus t af al-Margiy,op. Cit, h. 198.
57 Ibid,.

32

disifatinya. Maka, wa Rabbuk al-akram mengandung pengertian bahwa Tuhan


dapat menganugerahkan puncak dari segala yang terpuji bagi segala hambaNya yang membaca.58
Menurut al-Maragiy, pengulangan iqra` pada ayat tersebut didasarkan
pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali
dengan pengulangan serta pembiasaan. Perintah Tuhan untuk mengulang-ulang
kegiatan membaca, juga berarti mengulangi objek bacaan. Dengan cara seperti
itu, bacaan akan menjadi orang yang membacanya. 59 Dengan demikian, ayat
ketiga ini erat hubungannya dengan metode pendidikan dan urgensi
pengembangannya.
Pada ayat keempat dan kelima surah al-Alaq dan munasabah-nya
dengan ayat sebelumnya Allah swt. mengemukakan salah satu bentuk
kemahapemurahan-Nya (akram). Sifat akram yang dimaksud adalah Dia
mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam dan mengajarkan kepada
manusia apa yang belum diketahui. Sehubungan dengan qalam dalam ayat
tersebut, al-Maragiy menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan
qalam sebagai media yang digunakan manusia untuk memahami sesuatu,
sebagaimana mereka memahaminya melalui ucapan.60 Sementara itu, Quraish
Shihab memandang kata qalam dalam ayat ini memiliki dua konotasi, yakni
sebagai alat dan juga bisa sebagai hasil dari penggunaan alat tersebut,
yakni tulisan. Menurut Abuddin Nata, kata qalam dalam ayat di atas dapat
menampung seluruh pengertian yang berkaitan dengan segala sesuatu sebagai
alat penyimpan, perekam, dan sebagainya. Maka, dalam kaitan ini, qalam dapat
mencakup alat pemotret, berupa kamera; alat perekam, berupa tape recorder;
alat penyimpan data, berupa komputer, mikro film, video compact disc
(VCD).61
58 Kata lain yang serumpun dengan kata akram adalah karm yang terilang sebanyak 27 kali
dalam al-Quran. Kata ini menyifati 13 hal yang berbeda-beda, seperti qaul (ucapan), rizq (rezeki),
zauj (pasangan), malak (malaikat), zill
(naungan), dan kitb (surat). Sudah tentu pnegertian yang
dikandung oleh sifat karm dalam ayat yang berbeda-beda di atas harus disesuaikan dengan
subyek yang disifatinya. Lihat, ibid.
59 Al-Maragiy, op.cit., h. 199.
60 Ibid
61 Abuddin Nata, op.cit., h. 49

33

Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara


kontekstual, ayat yang ditafsirkan ini mengisyaratkan komponen pendidikan
dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian dari
ajaran Islam, yaitu 1) komponen visi (humanisme-religious, pada kata
bismirabbika/dengan menyebut nama Tuhanmu), 2) komponen metode
(iqra/bacalah), 3) komponen alat dan sarana prasarana (bi al-qalam/dengan
pena) dan 5) komponen kurikulum (m lam yalam/sesuatu yang belum
diketahui).Pendidikan tentu saja memiliki tujuan utama (akhir). Dan, tujuan
utama atau akhir (ultimate aim) pendidikan dalam Islam adalah pembentukan
pribadi khalifah bagi peserta didik yang memiliki fitrah, ruh, dan jasmani,
kemauan yang bebas, serta akal. 62 Pembentukan pribadi atau karakter sebagai
khalifah tentu menuntut kematangan individu, hal ini berarti untuk memenuhi
tujuan utama tersebut, pengembangan sumber daya manusia adalah suatu
keniscayaan. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
strategi untuk menggapainya. Hal itu dikarenakan strategi merupakan alternatif
dasar yang dipilih dalam upaya meraih tujuan berdasarkan pertimbangan
bahwa alternatif terpilih itu diperkirakan paling optimal.
Strategi adalah jantung dari tiap keputusan yang diambil kini dan
menyangkut masa depan. Tiap strategi selalu dikaitkan dengan upaya mencapai
sesuatu tujuan di masa depan, yang dekat maupun yang jauh. Tanpa tujuan
yang ingin diraih, tidak perlu disusun strategi. Selanjutnya, suatu strategi hanya
dapat disusun jika terdapat minimal dua pilihan. Tanpa itu, orang cukup
menempuh satu-satunya alternatif yang ada dan dapat digali.
Secara umum, pendidikan Islam sebagai bagian dari pendidikan
nasional sedang menghadapi dua tantangan berat, yaitu tantangan internal dan
tantangan eksternal. Menurut Muhaimin, secara internal, pendidikan di
Indonesia dihadapkan pada hasil-hasil studi internasional yang selalu
menempatkannya pada posisi juru kunci untuk pendidikan dan rank atas untuk
korupsi. Di sisi lain, pendidikan Islam juga dihadapkan dengan tantangan
62 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: AlMaarif,1995), h. 67.

34

eksternal, berupa tantangan yang cepat dari lingkungan strategis dari luar
Indonesia.63 Maka, untuk menghadapi kedua tantangan tersebut, perubahan dan
inovasi merupakan kata kunci yang perlu dijadikan titik tolak dalam
mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia. Pengembangan pendidikan
dari segi isi (content) dapat didekati secara parsial dan integral. Secara parsial,
artinya pendidikan bersifat terbuka, menumbuhkan qalb dan aql. Sedangkan,
secara integral, pendidikan berada dalam sistem tertutup, yakni menumbuhkan
dan melestarikan nilai-nilai mulia dan akhlak terpuji.
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Al-qur-an banyak terdapat istilah-istilah yang mengarah kepada
pendidikan dan pengajaran atau pembelajaran, yaitu tarbiyah, talm,
tazkiyah, al-tadris, al-tafaqquh, al-taaqqul, al-tadabbur, al-tazkirah, altafakkur,
al-intidzar, dan al-mauizah. Dari berbagai istilah tersebut
terkandung makna pendidikan sebagai berikut:
a. Kegiatan yang bersifat pengajaran dalam artian transfer of knowledge
dari orang yang sudah dewasa (guru) kepada orang yang belum dewasa
(peserta didik). Melalui kegiatan pengajaran ini dapat dihasilkan orangorang yang memiliki pengetahuan dan berpandangan luas, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
merumuskan berbagai kebijakan yang akan diambilnya. Kegiatan ini
dapat diwakili oleh kata al-talim, al-tadris, al-taaqqul, dan altafaquh.
b. Kegiatan yang bersifat pendidikan (education) yaitu merangsang,
menggali, mengarahkan, membina, dan membentuk sikap mental serta
kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai luhur dan mulia, seperti
membentuk sikap jujur, ulet, kerja keras, sabar, mandiri, dan lain-lain.
Proses pendidikan ini tidak semudah proses pengajaran, akan tetapi
proses pendidikan tidak ahanya membutuhkan pengetahuan guru
tentang bahan ajar saja, tetapi harus memiliki program pendidikan yang
bersifat personalized. Kegiatan ini dapat diwakili dengan istilah altarbiyah, al-tazkiyah, al-dzikir, dan al-mauidzah.
c. Kegiatan yang bersifat penelitian (research) yang bertumpu bukan
hanya pada guru tetapi juga pada peserta didik. Kegiatan penelitian ini
terkait dengan kegiatan pembelajaran yang pada intinya adalah
mendorong dan mengarahkan peserta didik agar tergali segala potensi
dan bakat yang dimilikinya, sehingga segala potensi yang dimilikinya
dapat diberdayakan secara optimal yang megarahkan pada lahirnya
63 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan
(Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), h. 71-72.

35

peserta didik yang unggul dan penuh percaya diri. Kegiatan ini dapat
diwakili dari istilah al-intidzar, al-tafakkur, dan lain-lain.
2. Posisik pendidik sebagai orang yang berilmu dalam al-quran sangat
terhormat dan tinggi derajatnya.
3. Komponen utama pendidikan dalam al-quran diataranya yakni komponen
visi (humanisme-religious, pada kata bismirabbika/dengan menyebut nama
Tuhanmu), komponen metode (iqra/bacalah), komponen alat dan sarana
prasarana (bi al-qalam/dengan pena) dan komponen kurikulum (m lam
yalam/sesuatu yang belum diketahui).

DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Prespektif Al-quran, (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005).
---------------, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Isu-isu Kontemporer Pendidikan
Islam, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012).
Ab Abdillh Muhammad bin Ahmad al-Anr al-Qurthub, al-Jmi li-Ahkmi
al-Qurn, Jilid I (t.d).
A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern (Cet. I; Bandung: Mizan, 1988).
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, juz XXVIII, (semarang: CV
Toha Putra, 1989).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung, Rosda Karya.,
1992).

36

Al-Quran dan Terjemahnya (Ayat Pojok Bergaris), (Semarang: CV. Asy-syifa,


2002).
Danil Golomen, Kecerdasan Emosional, (Bandung: Prima, 2001), cet. Ke-1.
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam (Bandung: AlMaarif,1995).
Ibnu Katsir Al-Dimsyqy, Tafsir Al-Quranul Azhim, Jilid 4. (Bairut Libanon, Darul
Kutubul Al-Ilmiyah.2006).
Imm Fakhruddn al-Rzi, Tafsr al-Kabr, (Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah,
1990), Jilid X. Juz XX, Cet.ke-I.
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003).
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi: Pesan-Pesan Al-Qur-an tentang Pendidikan,
(Jakarta: Amzah, 2013), Cet-ke-I.
Louis Maluf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-Alam, (Beirut: Dr al- Masyriq,
1984), Cet. XXVII.
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya, 1990).
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, (Yokyakarta: Nuha
Litera, 2010).
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia
Pendidikan (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006).
------------, Rekonstruksi Pendidikan Islam : Dari paradigma Pengembangan,
Manjemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi Pembelajaran,
(Jakarta: RajaGrafiondo Persada, 2009).
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur`n Al-Karm (Tafsir atas Surat-Surat
Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu). (Bandung: Pustaka
Hidayah, 1997), Cet. Ke-II.
-------------, Tafsir Al-Mishbah, Vol. 13 (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Muhammad Iqbal, Moralitas Al-Quran: Antara cita dan Realitas, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2012),
Riwayat Attbunani, Wawasan Pendidikan Islam Dalam Al-Qur-an, (Padang:
Media Explorasi, 2013).

37

Said Aqil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Quran Dalam Sistem


Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2003).
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2001).
Sayyid Qutub, Tafsr F ill al- Qurn, (alQhirah: Dr al-Syurq, 1992), Jilid IV.
Juz. XV, Cet. Ke-XVII.
Syed Muhammad al-Naquib Al-Attas, The Concept of Education in Islam: A
Frame Work for an Islamic Philosophy of Education. Diterjemahkan oleh
Haidar Baqir dengan judul Konsep Pendidikan Dalam Islam: Suatu
Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Mizan,
1984), Cet ke-I.
Wahbah.Az-Zuhaili, At-Tafsir Al- Munir Fil Aqidah wal Syariah wal Manhaj
.Juz 28. (Beirut- Libanon: Darul Fikr, 1411 H/1991 M).

Anda mungkin juga menyukai