Anda di halaman 1dari 10

ARTICEL

SUMBER HUKUM ISLAM

Makalah Ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum Semester 1

Dosen Pengempu : HEKI

Disusun oleh : Taufik Firdaus dan


Toha Budi setiawan

PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH NAHDHATUL ULAMA
BENGKULU 2021/2022

SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM

Taufik Firdaus
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdhatul ulama
Firdaust379@.Com

Toha Budi Setiawan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdhatul ulama
TohaBudi432@.Com

ABSTRACK

The sources of Islamic law are everything that gives birth to legal provisions governing Muslims.
It has been agreed upon by the scholars that the Qur'an is the main source of law for Muslims,
followed by hadith/sunnah, and ijma'. Al-Qur'an is the whole of all the rules in any situation and
condition for mankind. All aspects of human life are in it. The relationship between the Qur'an
and ushul fiqh is very close in determining the basis for determining Islamic law (the main
argument of fiqh). In addition to the Qur'an as a source of Islamic law, there are also hadith,
ijma, and qiyas. This study uses a qualitative descriptive method with the type of research used is
library research. The purpose of this research is not only to fulfill the academic duties of the
Islamic Studies UTS STIESNU BENGKULU but also to make the reader aware of the urgency
of understanding the sources of Islamic law regarding the Qur'an, Sunnah, and Ijma' and their
comprehensive implementation, so that the reader in his daily life can seek to practice religion
according to its rules and find Islam as a dynamic, humanist, elastic, and egalitarian and
compatible religion (shalihun li kulliz Zaman wal Makan).
Keywords: Sources of Islamic Law Al-Quran, Hadith, Ijma', Qiyah Nahdhatul Ulama'

ABSTRACK
Sumber-sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan ketentuan hukum yang
mengatur umat Islam. Telah disepakati para ulama bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum
utama bagi umat Islam, berikutnya adalah hadits/sunnah, dan ijma’. Al-Qur’an merupakan
sebuah keseluruhan dari semua aturan dalam situasi dan kondisi apapun bagi umat manusia.
Seluruh aspek kehidupan manusia ada di dalamnya. hubungan al-Qur'an dengan ushul fiqih
sangat erat dalam menentukan dasar untuk menentukan hukum Islam (Dalil utama fiqih). Selain
Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam, juga terdapat hadits, ijma, dan juga qiyas. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
kepustakaan (library research). Tujuan dari penelitian ini selain sebagai pemenuhan tugas kuliat
UTS Studi Islam STIESNU BENGKULU juga bertujuan agar pembaca mengetahui urgensi
memahamai sumber-sumber hukum Islam tentang al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ serta
implementasinya secara komprehensif, sehingga pembaca dalam kehidupan sehari-harinya dapat
termotivasi untuk menjalankan agama sesuai aturannya dan menemukan Islam sebagai agama
yang dinamis, humanis, elastis, dan egaliter serta compatible (shalihun li kulliz zaman wal
makan).
Kata kunci : Sumber Hukum Islam Al-Quran, Hadist, Ijma’, Qiyah Nahdhatul Ulama’

PENDAHULUAN

Pada setiap ajaran dalam bentuk keyakinan (Aqidah) yang ada di muka bumi ini, dan
menamakan diri sebagai term agama memiliki ketentuan atau hukum yang mengikat para
penganutnya. Demikian Agama Islam sebagai agama samawi yang terjaga kemurnian dan
kesucian kitab sucinya, jauh dari kerusakan perubahan oleh tangan jahil manusia. Sebagai
sumber hukum utama patutlah dipahami dan dikaji secara mendalam oleh manusia yang beriman
agar mampu menjalankan tugas sebagai khalifah Allah di bumi.

Al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan pada Muhammad SAW sebagai bukti kerasulan,
dan keutamaan beliau adalah memberikan penjelasan berupa hadits-hadits yang menjelaskan
ayat. Akar dan buah pikir manusia tidak bisa merubah isi kebenaran al-Qur’an dan hadits,
sebaliknya kedua sumber hukum tersebut menjadi sumber kebenaran untuk pertimbangan daya
pikir manusia. . Kebenaran mutlak al-Qur’an juga menjadi pertimbangan bagi semua dasar
hukum yang lain di bawahnya mulai dari hadits, ijma’, dan qiyas. Hadits atau bisa juga disebut
sunnah merupakansumber ajaran kedua sesudah al-Qur’an, karena sunnah adalah ajaran yang
disampaikan melalui perkataan Rasul, dan perbuatan beliau sebagai contoh teladan bagi menusia
dan dijaman sepeninggalan rasul terdapat berbagai problematika baru untukmenjawab dan
mengatasi hal tersebut maka terdapat sumber hukum sekunder dari kesepakatan para ulama yang
disebut denga Ijma’ berfungsi untuk menyempurnakan pemahaman tentang maqasid al-syari‟ah.
Hal ini, dikarenakan al-Qur’an sudah sempurna dan sudah diperjelas oleh hadits, pemahaman
manusialah yang tak sempurna, sehingga perlu penjelas untuk menjabarkan sesuatu yang belum
bisa dipahami secara mendalam.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah umat Islam sangat penting untuk memahami hakikat
dari masing-masing sumber hukum Islam. Untuk itu dalam kajian ini, penulis mengangkat judul
Sumber-Sumber Hukum Islam
Penyusunan artikel ini berusaha fokus pada pembahasan mengenai sumber hukum dalam
Islam terutama terkait dengan al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’. Maka dari itu untuk memudahkan
pembahasan penelitian ini, penulis akan membahas beberapa pokok penting dalam tulisan ini
terkait judul tersebut antara lain:

1. Al-Qur’an yaitu mencakup pengertian, posisi sebagai sumber hukum.


2. Sunnah (hadits) yaitu mencakup pengertian, posisi sebagai sumber hukum.
3. Ijma’ yaitu mencakup pengertian, posisi sebagai sumber hukum.
4. Qiyas yaitu mencakup pengertian, posisi sebagai sumber hukum.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, sedangkan jenis penelitian
berupa studi kepustakaan, yang kegiatannya dilakukan dengan menghimpun data berkaitan
dengan judul yang bersifat kepustakaan. Kajian deskriptif kualitatif adalah gabungan penelitian
deskriptif dengan penelitian kualitatif. Penelitian tersebut memperlihatkan hasil data secara apa
adanya tidak dengan proses manipulasi ataupun perlakuan lain.

Tujuan Artikel ini agar pembaca dapat mengetahui urgensi memahami berbagai sumber
hukum Islam seperti al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’serta implementasinya secara komprehensi.

PEMBAHASAN

Sumber-sumber hukum Islam maksudnya adalah pijakan umat Islam dalam menentukan
hukum atau norma-norma yang mengatur tatanan kehidupan. Pada dasarnya hukum Islam itu
bersumber dari al-Qur’an, selanjutnya diperjelas secara lebih detail melalui sunnah atau hadis
Nabi Muhammad. Wahyu yang termuat dalam al-Qur’an, menetapkan n norma-norma dan
konsep-konsep dasar hukum Islam yang sekaligus merombak norma atau aturan yang sudah
menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat apabila tidak sesuai. Walaupun demikian, hukum
Islam juga mengakomodasi berbagai tradisi yang tidak berlawanan dengan norma-nomra
ketentuan dalam wahyu Ilahi tersebut.
Berikut akan dijelaskan secara mendasar tentang sumber hukum Islam yakni al-Qur’an, Hadis
dan Ijma’.
1. Al Quran
a. Pengertian Al-Quran
Secara Bahasa al-quran diambil dari kata ‫وقرانا‬-‫قراة‬-‫يقرا‬-‫قرا‬yang berarti sesuatu
yang dibaca. Arti ini mempunyai makna anjuran kepada umat Islam untuk membaca
Alquran. Alquran juga bentuk mashdar dari ‫راة‬MMM‫ الق‬yang berarti menghimpun dan
mengumpulkan. Dikatakan demikian sebab seolah-olah Alquran menghimpun beberapa
huruf, kata, dan kalimat secara tertib sehingga tersusun rapi dan benar.1
Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan yang
sempurna. Ia merupakan suatu nama pilihan Allah yang tepat, karena tiada suatu
bacaanpun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat
menandingi Alquran, bacaan sempurna lagi mulia.2 Dan juga Alquran mempunyai arti
menumpulkan dan menghimpun qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan katakata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Quran pada mulanya
seperti qira’ah, yaitu mashdar dari kata qara’a, qira’atan, qur’anan.3
Sedangkan menurut istilah al-quran adalah firman Allah SWT. Yang disampaikan
oleh Malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad
SAW, dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan. 4
Menurut Andi Rosa Alquran merupakan qodim pada makna-makna yang bersifat doktrin
dan makna universalnya saja, juga tetap menilai qodim pada lafalnya. Dengan demikian
Alquran dinyatakan bahwasannya bersifat kalam nafsi berada di Baitul Izzah (al-sama’
al-duniya), dan itu semuanya bermuatan makna muhkamat yang menjadi rujukan atau
tempat kembalinya ayat-ayat mutasyabihat, sedangkan Alquran diturunkan ke bumi dan
diterima oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir, merupakan kalam lafdzi
yang bermuatan kalam nafsi, karena tidak mengandung ayat mutasyabihat, tetapi juga
ayat atau maknamaknanya bersifat muhkamat5

b. AL-Quran Sebagai Sumber Hukum

1
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), p.17
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), p.3
3
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015),p. 15
4
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),...p.18
5
Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015),
Al-quran merupakan sebagai sumber hukum islam dari sejak zaman nabi
Muhammad saw. Dan para sahabat sampai pada saat ini, banyak di dalamnya terdapat
hukum-hukum islam yang semua itu hanya untuk bertaqwa kepada Alla swt. Kata sumber
dalam artian ini hanya dapat digunakan untuk Al-qur’an maupun sunnah, karena memang
keduanya merupakan wadah yang dapat ditimba hukum syara’, tetapi tidak mungkin kata
ini digunakan untuk ijma’ & qiyas karena memang keduanya memang merupakan wadah
yang dapat ditimba norma hukum. Ijma’ & qiyas juga termasuk cara dalam menemukan
hukum. Sedangkan dalil adalah bukti yang melengkapi atau memberi petunjuk dalam Al-
qur’an untuk menemukan hukum Allah, yaitu larangan atau perintah Allah. Apabila
terdapat suatu kejadian, maka pertama kali yang harus dicari sumber hukum dalam al-
Qur’an seperti macam-nacam hukum dibawah ini yang terkandung dalam Al-qur’an
yaitu;
1) Hukum-hukum akidah (keimanan) yang berhubungan dengan hal-hal yang harus
dipercaya oleh setiap mukallaf mengenai malaikat-Nya, kitab-Nya, para rasul-
Nya, dan hari kiamat (akidah/keyakinan).
2) Hukum-hukum Allah yang berhubungan dengan hal-hal yang harus dijadikan
perhiasan oleh setiap mukallaf berupa hal-hal keutamaan dan menghindarkan diri
dari kehinaan (akhlak).
3) Hukum-hukum amaliah yang berhubungan dengan tindakan setiap mukalaf,
meliputi masalah ucapan perbuatan akad (contract) dan pembelanjaan
pengelolalaan harta benda, ibadah, muamalah dan lain-lain.

2. Hadist
a. PengertianHadis
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat
atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan,
diperbincangkan, dan dipindahkan dari seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik itu
ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini adalah penjelasan mengenai
ucapan (Hadits Qauliyah), perbuatan (Hadits Fi’liyah), dan Diam/Taqrir (Hadits
Taqririyah).
b. Hadist sebagai sumber islam
Posisi hadis sebagai sumber dasar Islam telah mendatangkan perdebatan panjang
yang problematis antara pengingkar dan pembelanya. Problematika seputar posisi hadis
tersebut menyangkut hadis dalam kategori ahad yang dipertentangkan dengan kategori
mutawatir. Kalangan pengingkar hadis lebih mengambil ijtihad ketimbang memosisikan
kategori hadis ahad sebagai sumber dasar Islam. Sedangkan kalangan pembela hadis
bersikukuh menegaskan hadis sebagai sumber Islam meskipun hadis tersebut merupakan
kategori hadis ahad dengan mengembangkan metodologi penelitian hadis yang sistematis.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa problematika seputar posisi hadis sebagai
sumber dasar Islam telah melahirkan dinamika positif bagi pengembangan metodologi
penelitian hadis. Keberadaan hadis sebagai tasyri, dapatlah ditelusuri melalui kehujahan
Al-Qur’an, argumentasi hadits itu sendiri, maupun ijma sahabat yang telah berkembang
dalam sejarah pertumbuhan hadits. Segi tiga argumentasi ini sangat perlu dimunculkan
sebagai basis hujjah terhadap mereka yang mengingkari keberadaan hadis.6

3. Ijma’
a. Pengertian Ijma’
Menurut bahasa, Ijma’ adalah kata benda verbal (mashdar) dari kata ‫ أجمع‬yang
mempunyai dua makna, memutuskan dan menyepakati sesuatu. Contoh pertama: ajma’a
fulan ‘ala kadza (si A memutuskan begini). Contoh kedua: ajma’a al-qaum ‘ala
kadza (orang-orang sepakat bulat tentang begini). Makna kedua dan pertama sering
digabung, di mana bila ada kesepakatan bulat tentang sesuatu, maka juga ada keputusan
tentang soal itu.
Menurut istilah, al-Ghazali mengatakan bahwa pengertian Ijma’ adalah kesepakatan
umat Muhammad saw, khususnya atau suatu persoalan keagamaan. Menurut jumhur
ulama ushul, Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid umat Muhammad saw. setelah
wafatnya di satu kurung waktu, atas hukum agama di dalam suatu kejadian (warqi’ah).

b. Ijma’ Sebagai sumber Hukum

6
Muhammad Nor Ichwan, “Argumentasi Sunnah: Pendekatan Normatif dan Historis Dalam
Memahami Kedudukan Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam”, Wahana Akademika, Vol. 6, Nomor 2
(2004), 204-228.
Ijma’ atau kosensus, sumber hukum syariat ketiga setelah al-Quran dan al-Sunnah,
didefinisikan sebagai persetujuan para ahli hukum Islam pada masa tertentu tentang
masalah hukum. Al-Syafi’iy menolak Ijma’ para ulama. Pengertian Ijma’ menurut al-
Syafi’iy adalah termasuk persetujuan seluruh masyarakat. Sementara al-Ghazali
menyusun sebuah modus vivendi yang mengikat kebulatan masyarakat mengenai dasar-
dasar yang meninggalkan masalah detail bagi persetujuan ulama, sedang mazhab Syi’ah
tidak menerima Ijma’ kecuali berasal dari keluarga

Merupakan suatu keharusan ketaatan bagi umat Islam terhadap hasil Ijma’ ulamapada
suatu masalah, dan hukumnya wajib taat. Hukum dalam permasalahan yang telah
diputuskan dalam ijma’ tersebut memiliki nilai qath‟iy tidak dapat dihapus ataupun
ditentang oleh hasil ijtihad contohnya, sebab kesepakatan pendapat dari para mujtahid
dalam ijma’ itu sudah menunjukkan kebenaran yang sesuai dengan jiwa Syari’ah dan
dasar-dasar yang umum.

Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa hasil ijtihad juga sebagai sumber hukum.
Hasil ijtihad para ulama bisa dijadikan rujukan untuk menetapkan keputusan hukum,
sehingga dalam Islam hasil ijtihad menjadi salah satu sumber hukum.Adapun Ijtihad
tersebut berfungsi sebagai metode dalam penerapan hukum. Manakala terdapat
permasalahan hukum umat Islam sedangkan nash yang menunjukkan kasahihannya tidak
ditemukan, sehingga para ulama berpendapat bahwa mereka boleh melakukan ijtihad
menetapkan hukum itu demi kemaslahatan kehidupan umat. Dalil nash dari al-Qur’an
yang menerangkan bahwa ijma’ juga dapat dijadukan sebagai sumber hukum Islam
diantaranya dijelaskan dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59, An-Nisa ayat 83 dan An-Nisa
ayat 115. Di samping ayat al-Qur’an, juga dijelaskan dalam hadis Rasul yang
diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa kesepakatan yang akan dilakukan oleh umat Islam
tentu dalam hal kebaikan, tidak mungkin bersepakat dalam kesesatan.7

4. Qiyas
a. Pengertian Qiyas
Qiyas merupakan perluasan dari hukum yang ada. Qiyas merupakan wadah bagi akal
dalam sebagai peran dalam pengambilan hukum. Qiyas ini pada mulanya merupakan
7
Hashim Kamali, Prinsip danTeori-Teori Hukum Islam, h. 245
ikatan dan batasan terhadap penggunaan ra‟yu yang telah marak hingga zaman
Syafi‟i. ³ Dengan tujuan menyandarkan hukum kepada Alquranmaupun sunnah, maka
qiyas inipun diatur dalam sistem metode pengambilan hukum.28 Ijmak dan qiyas
merupakan sumber hukum yang disepakati pada abad ke-2 dan 3 H8
b. Qiyas sebagai Hukum
Qiyas ini baru bisa menjadi sumber hukum bila yang dimaksud adalah hasil deduksi
dari qiyas tersebut. Akan tetapi itu tidak mungkin. Seorang mujtahid tidak bisa
mengambil hukum baru dari hasil deduksi qiyas, ia harus berqiyas kembali dari
Alquran atau Sunnah.9

PENUTUP
Dengan demikian ada 4 sumber hukum islam yang paling pokok yaitu Al-Qur’an
sebagai sumber hukum islam yeng kedua, kemudian Hadist rasul, Ijma’ dan Qiyas.
Dan itu semua harus di Yakini kebenarannya bagi kita terutama dari segi syariat,
karna mau bagaimana pun ikhtilaf permasalahan, dan pemahaman sebuah konteks
hukum harus di pecahkan dan diterima oleh ulama’-ulama’ sebagai waratul ambiya.

8
Louis Ma`luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A`lam (Beirut: Dar al-Masriq,
1986), H. 665. Lebih lanjut lihat Sya`ban Muhammad Isma‟il, Dirasah Hawla al-Ijma
wa al-Qiyas (Mesir: Maktabah an-Nahdah, 1988), h.153.

9
ibid H 236
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1996)

Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2015)

Anshori, Ulumul Quran, (Jakarta: Rajawali Press, 2013)

Andi Rosa, Tafsir Kontemporer, (Banten: Depdikbud Banten Press, 2015),

Muhammad Nor Ichwan, “Argumentasi Sunnah: Pendekatan Normatif dan Historis Dalam

Memahami Kedudukan Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam”, Wahana Akademika,

Hashim Kamali, Prinsip danTeori-Teori Hukum Islam,

Louis Ma`luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A`lam (Beirut: Dar al-Masriq, 1986

Sya`ban Muhammad Isma‟il, Dirasah Hawla al-Ijma

wa al-Qiyas (Mesir: Maktabah an-Nahdah, 1988)

Anda mungkin juga menyukai