Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS STILISTIKA TERHADAP PUISI-PUISI SOEKAMTO


Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Stilistika
Dosen Pengampu : Drs. Narsidi M.Pd

Disusun Oleh :

BINTANG SAGESTI
NPM. 181310024

PRODI: PBSI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
STKIP METRO
TA. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar – besarnya kami panjatkan atas nikmat dan
karunia yang diberikan oleh Allah SWT, karena mustahil bagi kami untuk
menyelesaikan makalah ini tanpa RidhoNya.
            Dengan diselesaikannya makalah ini, penulis menyampaikan terimakasih
dan penghargaan yang setinggi – tingginya, atas segala bantuan, bimbingan,
dukungan serta pengarahan yang telah diberikan kepada penulis, diantaranya:
1. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik dalam segi materi maupun
moral, sehingga kami bisa menjadi seperti saat ini.
2. Dosen pengampu mata Kuliah Stilistika yang telah memberikan banyak sekali
bimbingan selama perkuliahan
3. Rekan – rekan maupun para sahabat yang selalu ada untuk memberika spirit
semangat tersendiri bagi kami untuk terus menjadi lebih baik.
4. Para pihak – pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Demikianlah makalah ini dibuat, penulis mohon maaf yang sebesar –
besarnya apa bila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak sekali kesalahan
baik dalam segi penulisan maupun sebagainya. Kritik dan saran yang membangun
dari pembaca selalu penulis tunggu sebagai bahan evaluasi untuk pembuatan
makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada orang lain secara umum serta bagi penulis sendiri pada khususnya serta
atas perhatian, kritik dan sarannya penulis sampaikan terimakasih

Metro, 30 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ................................................................................. 2
D. Manfaat  Kajian Stilistika ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Puisi .................................................................................................... 3
B. Macam-Macam Gaya Bahasa Secara garis besar ............................... 6
C. Analisis Stilistika ................................................................................ 10
D. Analisis gaya bahasa puisi karya Soekamto ...................................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 16
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Puisi merupakan suatu karya sastra yang banyak digunakan sebagai media
komunikasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan pengarang kepada
pembaca. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media
untuk mengungkapkan makna. Makna tersebut diungkapkan melalui sistem
tanda yaitu tanda-tanda yang mempunyai arti.
Bahasa dalam karya sastra merupakan lambang yang mempunyai arti yang
ditentukan oleh perjanjian atau konvensi dari masyarakat. Bahasa yang
digunakan di dalam puisi cenderung menyimpang dari kaidah kebahasaan,
bahkan menggunakan bahasa yang dianggap aneh atau khas. Penyimpangan
penggunaan bahasa dalam puisi, menurut Riffaterre (dalam Supriyanto, 2009:
2) disebabkan oleh tiga hal yaitu displacing of meaning (pengganitan arti), dan
creating of meaning (perusakan atau penyimpangan arti), dan creating of
meaning (penciptaan arti).
Oleh karena banyak penyimpangan arti di dalam puisi, maka pengamatan
atau pengkajian terhadap puisi khususnya dilihat dari gaya bahasanya sering
dilakukan. Pengamatan terhadap puisi melalui pendekatan struktur untuk
menghubungkan suatu tulisan dengan pengalaman bahasanya disebut sebagai
analisis stilistika.
Beberapa puisi yang sangat menarik untuk dikaji menggunakan analisis
stilistika adalah puisi karya Soekamto. Karya Soekamto yang akan dikaji
adalah tiga buah puisi yang dimuat di dalam kumpulan puisi kompas, yaitu
Lembar Kehidupan (2005), Suatu Saat Kita Susun Cerita Bersama (2007), dan
Cerita Menjelang Malam (2008). Ketiga puisi tersebut menarik untuk dikaji
karena banyak menggunakan gaya bahasa dan pengulangan kata yang tidak
lazim digunakan dalam bahasa baku (penyimpangan bahasa).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Isi Biografi Soekamto ?
2. Bagaimana Isi Puisi Karya Soekamto ?
3. Bagaimana Analisis Stilistika Pada Puisi Karya Soekamto ?
4. Bagaimana Analisis Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Soekamto ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Isi Biografi Soekamto
2. Untuk Mengetahui Isi Puisi Karya Soekamto
3. Untuk Mengetahui Analisis Stilistika Pada Puisi Karya Soekamto
4. Untuk Mengetahui Analisis Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Soekamto

D. Manfaat  Kajian Stilistika


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam menentukan rencana pembelajaran apresiasi kajian puisi,
mengkaji atau menganalisis puisi atau karya sastra lainnya, dan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Puisi
a. Lembar kehidupan
matahari menggeliat dan terjaga dari tidurnya
warna merah jingga menghias angkasa
aku pun tafakur dalam sujud
memohon ridlo-NYA melangkahkan kaki
menapaki tanah terjal bebatuan
luaslapangnya padang pasir
luasdalamnya lautan biru
dan tinggi tak berbatasnya angkasa raya
yang terlintas dibuku – buku pelajaran
lembar demi lembar
kuejabaca kata demi kata rangkaian kalimat
di lembaran tanah terjal bebatuanmu
kutemu pepohonan, tanah merah yang menyatu dikesuburanmu
di lembaran luaslapangnya padang pasir
kutemu jutaan butiran pasir membara
di lembaran luasdalamnya lautan birumu
kutemu air, ikan dan pepohon laut
di lembaran tinggi tak berbatasnya angkasa rayamu
kutemu angin, mendung, matahari, bulan, bintang
dan burung burung beterbangan
membuka lembaran demi lembaran
kehidupan banyak rintangperintang membolamata
menghadang
aku terus melaju
membuka lembaran buku – buku pelajaran
hingga habis kutelanbaca

3
karena aku ingin sampai di garis cakrawala
Semarang, 120405
b. Suatu saat kita susun cerita bersama
: bapak Soekiswanto
Tanpa terasa empat kalender terlampaui
disaat semilir angin merekaterat
uliran tali dan persenyawaan
dua warna yang berbeda
matahari pun perlahan terus melangkah
kembali ke peraduaanya
esok
hari dan tanggal pun tenggelamkan
empat puluh delapan purnama
batas garis birokrasi
kau lenyap samarkan
bulan pun ringan melenggang
mengutuhbulatkan lingkarannya dari gerhana
esok
hari dan tanggal pun bertambah
tanpa terasa empat kalender
telah habis tertelanbaca
diawalnya pertemuan
perpisahan pun mengakhiri cerita
sesungguhnya rentang waktu
yang terlewatkan terlalu belia
tapi ini bukanlah akhir dari cerita kita
dalam menelusur jalan matahari
karena masih banyak cerita
yang musti kita susun bersama
tanpa terasa empat kalender
telah kita lalui bersama

4
diakhir cerita ini
tak ada kata lain
kecuali maaf
dan biarkan matahari terus melangkah
kembali keperaduannya
karena esok
masih banyak yang harus kita perjuangkan
meski ditempat yang berbeda
dan suatu saat kita akan menyusun cerita bersama
Semarang 24072007
c. Cerita menjelang malam
: almarhum muhadi
Menjelang malam
dijalanan beraspal kau terobos semilirnya angin
wajahmu pucatpasi tanpa sinar matahari
gerimis menabuh kesunyian
dedaunan pun berguguran
berserakan dibahu jalan raya
sesungguhnya kau ingin berbagi cerita
pada anak istrimu yang terluka
pada orang orang yang mengelilingimu
di pembaringan
dengan mata sayu dan mulut kaku
engkau tetap diam dalam kebekuan
kecuali tak lebih untuk berontak
membelah langit sap tujuh
yang berselimut kabut
dan mendung
di antara rasa sakit yang terus deraan tubuhmu
hujanpun berteriak keras
menenggelamkan gerimismu

5
yang menghilang dibalik malam
mencekam
esok
ketika matahari hampir di atas kepala
kau ternyata sudah jauh meninggalkan kita semua
kau pun tersenyum sembari melambaikan tangan
dan menghilang dibalik megamega.
Semarang, 2008

B. Macam-Macam Gaya Bahasa Secara garis besar


Ada berbagai jenis majas yang biasa digunakan. Secara garis besar,
macam-macam gaya bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: gaya bahasa
perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa sindiran, dan gaya
bahasa penegasan.
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Macam-macam gaya bahasa yang pertama adalah gaya bahasa
perbandingan. Gaya bahasa atau majas perbandingan digunakan dengan
membandingkan atau menyandingkan suatu objek dengan objek yang
lainnya, yakni melalui proses penyamaan, pelebihan, atau penggantian.
Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa perbandingan:
a. Personifikasi
Majas Personifikasi menggantikan fungsi benda mati menjadi dapat
bersikap layaknya manusia. Contoh Majas: Angin malam telah
melarang aku ke luar.
b. Metafora
Majas Metafora yaitu meletakkan sebuah objek yang bersifat sama
dengan pesan yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan.
Contoh: Usahanya bangkrut karena memiliki hutang dengan lintah
darat.

6
c. Asosiasi
Majas Asosiasi adalah membandingkan dua objek yang berbeda
namun dianggap sama, dengan pemberian kata sambung bak,
bagaikan, seperti. Contoh: Wajahnya bak mentari pagi yang cerah.
d. Eufemisme
Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang
dianggap kurang baik dengan padanan yang lebih halus. Contoh:
Karena terjerat kasus korupsi, ia harus dihadapkan di meja hijau.
e. Metonimia
Metonimia adalah menyandingkan merek atau istilah sesuatu untuk
merujuk pada benda umum. Contoh: Ayo kita pergi naik Honda.
f. Simile
Simile juga menggunakan kata penghubung bak, bagaikan, ataupun
seperti. Namun, simile menyandingkan sebuah kegiatan dengan
ungkapan. Contoh: Kelakuannya bagaikan anak ayam kehilangan
induknya.
g. Alegori
Alegori adalah menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan.
Contoh: Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah
perasaan.
h. Sinekdok
Sinekdok dibagi menjadi dua, yaitu pars pro toto dan totem pro parte.
Sinekdok pars pro toto merupakan gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian unsur untuk menampilkan keseluruhan sebuah benda.
Sementara itu, sinekdok totem pro parte adalah kebalikannya, yaitu
gaya bahasa yang menampilkan keseluruhan untuk merujuk pada
sebagian benda atau situasi. Contoh: Pars pro Toto: Hingga bel
berbunyi, batang hidung Reni belum juga kelihatan.

7
i. Simbolik
Majas simbolik adalah gaya bahasa yang membandingkan manusia
dengan sikap makhluk hidup lainnya dalam ungkapan. Contoh:
Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
2. Gaya Bahasa Sindiran Macam-macam gaya bahasa berikutnya adalah gaya
bahasa sindiran. Sesuai dengan namanya, gaya bahasa atau majas ini
bertujuan untuk menyindir seseorang atau perilaku hingga kondisi tertentu.
Berikut pembagian macam-macam gaya bahasa sindiran:
a. Ironi
Ironi menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang
ada. Contoh: Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian
kasur yang bisa ditiduri.
b. Sinisme
Sinisme adalah menyampaikan sindiran secara langsung. Contoh:
Kotor sekali kamarmu sampai debu debu bertebaran di mana -mana.
c. Sarkasme
Sarkasme adalah menyampaikan sindiran secara kasar. Contoh: Dia
hanyalah sampah masyarakat yang tak berguna.
3. Gaya Bahasa Pertentangan merupakan suatu bentuk gaya bahasa dengan
kata-kata kiasan yang bertentangan dengan yang dimaksudkan
sesungguhnya. Berikut beberapa jenis dari macam-macam gaya bahasa
pertentangan:
a. Hiperbola
Majas hiperbola yaitu mengungkapkan sesuatu dengan kesan
berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal. Contoh: Wajahnya benar-
benar mengalihkan duniaku
b. Litotes
Berkebalikan dengan hiperbola yang lebih ke arah perbandingan,
litotes merupakan ungkapan untuk merendahkan diri, meskipun
kenyataan yang sebenarnya adalah yang sebaliknya. Contoh: Selamat
datang ke gubuk kami ini. Gubuk memiliki artian sebagai rumah.

8
c. Paradoks
Paradoks adalah membandingkan situasi asli dengan situasi yang
berkebalikannya. Contoh: Dia tersenyum, meski hatinya sedih karena
ditinggal sang kekasih.
d. Antitesis
Antitesis adalah memadukan pasangan kata yang artinya bertentangan.
Contoh: Orang akan menilai baik buruk diri kita dari sikap kita kepada
mereka.
e. Kontradiksi Interminis
Kontradiksi interminis adalah majas yang menyangkal ujaran yang
telah dipaparkan sebelumnya. Biasanya diikuti dengan konjungsi,
seperti kecuali atau hanya saja. Contoh: Semua masyarakat semakin
sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.
4. Gaya Bahasa Penegasan adalah macam-macam gaya bahasa yang
bertujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada para pembaca atau
pendengarnya agar menyetujui ujaran atau kejadian yang diungkapkan.
Begini macam-macam gaya bahasa penegasan:
a. Pleonasme
Pleonasme menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga
terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan
suatu hal. Contoh: Kita harus maju ke depan agar bisa menjelaskan
pada teman sekelas. Maju tentunya selalu ke depan.
b. Repetisi
Gaya bahasa repetisi mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat.
Contoh: Di tempat ini aku pertama kali bertemu dengannya, di tempat
ini aku berkenalan, di tempat ini aku selalu menunggunya, di tempat
ini pula ia meninggalkanku.
c. Retorika
Retorika yaitu memberikan penegasan dalam bentuk kalimat tanya
yang tidak perlu dijawab. Contoh: Kapan Aku pernah memintamu
untuk membohongiku?

9
d. Klimaks
Klimaks yaitu mengurutkan sesuatu dari tingkatan rendah ke tinggi.
Contoh: Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, hingga orang tua
seharusnya memiliki kehidupan yang sejahtera.
e. Antiklimaks
Kebalikan klimaks, gaya bahasa antiklimaks menegaskan sesuatu
dengan mengurutkan suatu tingkatan dari tinggi ke rendah.
Contoh: Tua, muda, juga anak-anak punya hak yang sama untuk
bahagia.
f. Pararelisme
Gaya bahasa ini sering terdapat dalam puisi, yaitu mengulang-ulang
sebuah kata dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika
pengulangannya ada di awal, disebut sebagai anafora. Namun, jika
kata yang diulang ada di bagian akhir kalimat, disebut sebagai epifora.
Contoh majas: Sayang itu sabar. Sayang itu lemah lembut. Sayang itu
memaafkan.
g. Tautologi
Tautologi adalah menggunakan kata-kata bersinonim untuk
menegaskan sebuah kondisi atau ujaran. Contoh: Dia adalah gadis
yang penuh dengan kasih, sayang, dan cinta.

C. Analisis Stilistika
Penelitian stilistika menaruh perhatian pada penggunaan bahasa dalam
karya sastra. Persoalan yang menjadi fokus perhatian stilistika adalah
pemakaian bahasa yang menyimpang dari bahasa sehari-hari, atau disebut
bahasa khas dalam wacana sastra. Penyimpangan penggunaan bahasa bisa
berupa penyimpangan terhaap kaidah bahasa, banyaknya pemakaian bahasa
daerah, dan pemakaian bahasa asing atau unsur-unsur asing. Penyimpangan
terhadap kaidah kebahasaan tersebut diduga dilakukan untuk tujuan tertentu.
Pusat perhatian stilistika adalah penggunaan bahasa (gaya bahasa)
secara literer dan sehari-hari. Sebagai stylist, seseorang harus mampu

10
menguasai norma bahasa pada masa yang sama dengan bahasa yang dipakai
dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa juga diarahkan oleh bentuk karya
sastra yang ingin dihasilkan. Misalnya, gaya penataan puisi berbeda dengan
gaya penataan bentuk prosa fiksi. Dalam puisi, salah satu kemampuan yang
dimiliki penyair adalah penggunaan bunyi dalam karya sastra yang terjadi
antara bunyi vokal dan konsonan.
Paduan bunyi-bunyi tersebut dinamakan asonansi, aliterasi, dan rima.
Asonansi adalah paduan bunyi vokal antara kata-kata dalam satuan larik.
Aliterasi adalah paduan bunyi konsonan antara kata-kata dalam satuan larik.
Sedangkan rima merupakan paduan bunyi konsonan yang sama, tetapi diawali
oleh bunyi vokal yang sama pada akhir larik yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar puisi-puisi karya
Soekamto tidak memiliki bunyi (rima) yang teratur. Gaya bahasanya bebas,
tidak seperti puisi lama yang sangat memperhatikan rima dan jumlah baris.
Akan tetapi, dalam puisi-puisi Soekamto masih terdapat beberapa asonansi
dan aliterasi bahkan ada beberapa yang memiliki rima yang sama. Hal ini
tidak diketahui apakah Soekamto menggunakannya secara sengaja ataukah
tidak sengaja. Karena karya-karyanya lebih menonjolkan gaya bahasa kias
yang sangat kental.
Asonansi pada puisi Lembar Kehidupan karya Soekamto terdapat pada
kata ‘terjaga’ dan ‘tidurnya’; ‘angakasa’ dan ‘raya’. Kata-kata tersebut
mengandung asonansi [a]. Asonansi [u] terdapat pada kata ‘menyatu’ dan
‘dikesuburanmu’. Sedangkan aliterasi [n] terdapat pada kata ‘lembaran’ dan
‘pelajaran’ serta pada kata ‘lembaran’ dan ‘demi lembaran’. Di samping itu
terdapat rima [mu] pada kata ‘bebatuanmu’(bait 2 baris 3) dan
‘dikesuburanmu’ (bait 2 baris 4).
Pada puisi Suatu Saat Kita Susun Cerita Bersama terdapat asonansi [a]
yaitu pada kata-kata ‘warna’ dan ‘berbeda’; ‘tanpa’ dan ‘terasa’; ‘kita’ dan
‘bersama’. Sedangkan pada puisi Cerita Menjelang Malam terdapat asonansi
[i] pada kata ‘pucatpasi’ dan ‘matahari’; asonansi [u] pada kata ‘sayu’ dan
‘kaku’; serta asonansi [a] pada kata ‘kita’ dan ‘semua’. Di samping itu juga

11
terdapat aliterasi [n] pada larik ‘dedaunan pun berserakan’; dan rima [am]
pada kata ‘malam’ (bait3 baris 4) dan ‘mencekam’ (bait 3 baris 5).
Di samping asonansi dan aliterasi, puisi-puisi karya Soekamto
memiliki ciri khas yaitu adanya ‘bentuk ulang’. Bentuk ulang menurut
Pradopo (1993: 108) merupakan gabungan kata yang berupa pengulangan kata
yang dapat memberikan efek peyangatan atau melebih-lebihkan.
Bentuk ulang itu hampir terdapat pada semua puisinya. Pada puisi
Lembar Kehidupan terdapat dua bentuk ulang yaitu ‘buku-buku’ dan ‘burung
burung’. Sedanngkan pada puisi Cerita Menjelang Malam terdapat bentuk
ulang ‘megamega’.
Bentuk ulang tersebut digunakan oleh penyair untuk menekankan arti
atau memberikan efek yang mantap. Selain bentuk ulang, penekanan arti juga
diberikan dengan cara menggabungkan dua kata yang seharusnya dipisah.
Penggabungan ini sungguh unik, karena tidak banyak puisi dari penyair lain
yang menggunakan bentuk seperti ini. Seperti, luaslapangnya, luasdalamnya,
kuejabaca, rintagperintang, membolamata, kutelanbaca, pucatpasi, megamega,
merekaterat, dan tertelanbaca.
Gabungan kata-kata tersebut dimaksudkan untuk menekankan bahwa
makna pada kata-kata yang digabungkan memiliki nilai yang lebih
dibandingkan dengan kata lainnya. Di samping itu, penggabungan biasanya
digunakan untuk memberikan efek membesar-besarkan atau memperjelas
makna. Sedangkan untuk memberikan efek keindahan, Soekamto
menggunakan berbagai macam gaya bahasa dan bahasa kias.
Dalam buku Pengkajian Puisi karangan Dr. Rahmat Djoko Pradopo,
dijelaskan cara menyampaikan pikiran atau perasaan ataupun maksud-maksud
lain melalui gaya bahasa. Gaya bahasa adalah susunan perkataan yang terjadi
karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang
menimbulkan suatu perasaan tertentu di dalam hati pembaca. Gaya bahasa
meliputi, tautologi, pleonasme, enumerasi, paralelisme, retorik retiense,
hiperbola, paradoks, dan kiasmus.

12
D. Analisis gaya bahasa puisi karya Soekamto
Pada ketiga puisi karya Soekamto hanya ditemukan dua gaya bahasa yaitu
paralelisme dan hiperbola
1. Paralelisme
Paralelisme atau pensejajaran yaitu gaya bahasa yang mengulang isi
kalimat yang maksud tujuannya serupa. Kalimat yang berikut hanya dalam
satu atau dua kata berlainan dari kalimat yang mendahului.
a. Pada puisi Lembar Kehidupan (bait ke-2 baris ke-3-10) :
..................
di lembaran tanah terjal bebatuanmu
kutemu pepohonan, tanah merah yang menyatu dikesuburanmu
di lembaran luaslapangnya padang pasir
kutemu jutaan butiran pasir membara
di lembaran luasdalamnya lautan birumu
kutemu air, ikan dan pepohon laut
di lembaran tinggi tak berbatasnya angkasa rayamu
kutemu angin, mendung, matahari, bulan, bintang
...................
b. Pada Puisi Cerita Menjelang Malam (bait ke-2 baris ke-3 dan 4) dan (bait
ke-4 baris ke-3 dan 4):
....................
pada anak istrimu yang terluka
pada orang orang yang mengelilingimu
....................
.....................
kau ternyata sudah jauh meninggalkan kita semua
kau pun tersenyum sembari melambaikan tangan
.....................

13
2. Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu hal atau
keadaan. Gaya bahasa hiperbola hanya ditemukan pada puisi Cerita
Menjelang Malam bait ke-2 baris ke-8 dan bait ke-4 baris ke-2:
..........................
membelah langit sap tujuh
..........................
..........................
hujan pun berteriak keras
........................

Di samping gaya bahasa, pada ketiga puisi karya Soekamto juga


ditemukan bahasa kias yaitu personifikasi dan metafora.
(1) Personifikasi
Personifikasi yaitu bahasa kiasan yang mempersamakan benda
dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan
sebagainya seperti manusia. Personifikasi ditemukan pada ketiga puisi
tersebut.
a. Pada puisi Lembar Kehidupan ditemukan satu bahasa kias
personifikasi, yaitu pada bait ke-1 baris ke-1:

matahari menggeliat dan terjaga dari tidurnya


.....................
b. Pada puisi Suatu Saat Kita Susun Cerita Bersama ada empat bahasa
kias personifikasi, yaitu:
Bait ke-3 baris ke-1:
matahari pun perlahan terus melangka
Bait ke-4 baris ke-6:
bulan pun ringan melenggan
Bait ke-7 baris ke-3 dan 4:
sesungguhnya rentang waktu

14
yang terlewatkan terlalu belia
Bait ke-8 baris ke-6:
dan biarkan matahari terus melangkah
c. Pada puisi Cerita Menjelang Malam terdapat satu bahasa kias
personifikasi, yaitu pada bait ke-1 baris ke-4:
.................
gerimis menabuh kesunyian
.................
(2) Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak
mempergunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti,
dan sebagainya. Bahasa kiasan metafora terdapat di ketiga puisi karya
Soekamto.
a. Pada puisi Lembar Kehidupan terdapat pada bait terakhir baris
terakhir.
..................
karena aku ingin sampai di garis cakrawala
b. Pada puisi Suatu Saat Kita Susun Cerita Bersama terdapat pada
bait ke-6 baris ke-6:
....................
dalam menelusur jalan matahari
.....................
c. Pada puisi Cerita Menjelang Malam terdapat pada bait pertama
baris ke-6:
....................
berserakan di bahu jalan raya

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tiga puisi
karangan Soekamto, secara garis besar tidak memiliki bunyi (rima) yang
teratur. Gaya bahasanya bebas, tidak seperti puisi lama yang sangat
memperhatikan rima dan jumlah baris. Akan tetapi, dalam puisi-puisi
Soekamto masih terdapat beberapa asonansi dan aliterasi bahkan ada beberapa
yang memiliki rima yang sama.
Di samping itu, puisi-puisi Soekamto juga mengandung gaya bahasa
dan bahasa kiasan yang digunakan untuk menambah nilai rasa. Gaya bahasa
yang digunakannya antara lain paralelisme dan hiperbola, sedangkan bahasa
kiasan yang digunakan adalah personifikasi dan metafora.

B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis merekomendasikan saran,
yaitu dalam menulis teori stilistika diharapkan dapat menggunakan tiga pende
katan, yaitu pendekatan dualisme, monisme, dan pluralism yang
bersumber dari berbagai macam teori yang dikemukakan para ahli agar
sajian makalah menjadi lebih mendalam dan dapat dijadikan sebagai bahan ruj
ukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Pradopo, Rahmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Soekamto. 2009. Kumpulan Puisi Kompas. (online)(http://kompas.com diakses 1
April 2009 pukul 01:12 WIB)
Supriyanto, Teguh. 2009. Stilistika dalam Prosa. Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional.

17

Anda mungkin juga menyukai