Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MODUL 3

DASAR – DASAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

NO NAMA NIM

1 HUSNUL KHATIMAH 850807023


2 KASMINI 859742328
3 RABIATUN ADAWIAH 850812967
4 RISNAWATI 850807094
5 SAHRIYATI 850807048
6 YULI SUKMAWATI 850807062

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ – UT KENDARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD – S1
POKJAR RAROWATU UTARA
KABUPATEN BOMBANA
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya kami
dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “Dasar – Dasar Sintaksis Bahasa Indonesia”.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia dari Dosen. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis
dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal memahani dasa-dasar Sintaksis Bahasa Indonesia.

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR. Ishak
Bagea, M.Hum selaku Dosen Kami, dan tidak lupa bagi pihak-pihak lain yang telah mendukung
penulisan makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar kedepannya bisa
menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca,
dan bagi kami khususnya sebagai penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................................4
D. Manfaat Masalah.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
Frase dalam bahasa Indonesia..................................................................................................................5
A. Pengertian Frase..........................................................................................................................5
B. Macam-macam frase....................................................................................................................5
Klausa dan Kalimat dalam Bahasa Indonesia..........................................................................................8
A. KLAUSA.....................................................................................................................................8
B. KALIMAT...................................................................................................................................8
C. JENIS KALIMAT.....................................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................12
PENUTUP.................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................12
B. SARAN.........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahasa, dalam kehidupan manusia begitu penting. Hal itu, tidak perlu diragukan lagi. Hal
itu, tidak saja dapat dibuktikan dengan menunjuk pemakaian bahasa dalam kehidupan
sehari-hari, tetapi juga dapat dilihat daribanyaknya perhatian ilmuwan maupun praktisi
terhadap bahasa. Bahasa, bukan saja monopoli para ahli bahasa, tetapi bahasa merupakan
objek studi oleh semua ilmu, karena bahasa digunakan sebagai alat bantu
untukmengomunikasikan berbagai hal kepada khalayak.Guru, misalnya memerlukan
penguasaan bahasa yang baik dan juga benar dalam menyampaikan topik bahasan kepada
siswanya agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat mencapai sasaran. Apa
yang akan terjadi jika guru kelas satu SD mengajar menggunakan bahasa yang sama dengan
ketika ia mengajar di kelas enam SD? Tentu materi pelajaran yang diberikan tidak berterima
pada siswa kelas satu. Olch karena itu, maka guru perlu mengetahui kata, kalımat, intonasi
dan satuan unsur bahasa yang tepat untuk audiennya.

Nah, untuk membantu kita agar pengomunikasian itu, dapat disampaikan secara baik,
benar, dan efektif, maka tentu diperlukan pemahaman tentang tata aturan dari bahasa yang
digunakan. Tata aturan tentang bahasa ini disebut tata bahasa. Di antara tata aturan yang
dibahas dalam tata bahasa adalah satuan unsur bahasa. Satuan unsur bahasa dalam bahasa
Indonesia dari yang terkecil sampai yang terbesar. Pada bagian ini, kita akan membahas
tentang unsur bahasa yang lebih luas lagi yaknı frase, kemudian dilanjutkan dengan klausa
dan kalimat. Ketiga satuan unsur bahasa ini tergabung dalam ilmu sintaksis Bahasa
Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan di tulis yaitu :
1. Apa yang di maksud dengan frase ?
2. Bagaimana penjelasan tentang macam-macam dari frase ?
3. Apa yang dimaksud dengan klausa ?
4. Apa yang dimaksud dengan kalimat ?
5. Bagaimana penjelasan tentang jenis – jenis dari kalimat ?

C. TUJUAN MASALAH
Makalah ini bertujuan untuk :
1 Membedakan unsur-unsur bahasa yang tercakup dalam sintaksis bahasa Indonesia;
2 Memberikan contoh kalimat efektif bahasa Indonesia;
3 Memilih sintaksis yang tepat untuk siswa SD dalam komunikasi;
4 Menerapkan pemakaian sintaksis bahasa Indonesia dalam komunikasi dengan benar.

D. MANFAAT MASALAH
Makalah ini memberikan manfaat yaitu sebagai referensi bagi para pembaca baik itu guru,
siswa maupun masyarakat dalam mempelajari dasar – dasar sintaksis Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan belajar 1

FRASE DALAM BAHASA INDONESIA

A. PENGERTIAN FRASE
Frase (kelompok kata) merupakan salah satu unsur dalam kalimat (sintaksis). Frasa juga
sering didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
menduduki satu fungsi.
Contonnya seperti berikut ini :

Kami sedang menikmati makan malam di meja


S P 0 K

Di dalam kalimat tersebut terdapat tiga buah frase yaitu, sedang menikmati, makan malam,
dan di meja makan. Pada kata Kami, bukan frase karena ita terdiri dari satu kata

B. MACAM-MACAM FRASE
Frase dapat dibedakan berdasarkan: jenis kata, kedudukannya, dan maknanya.
1. Berdasarkan jenis kata
Fase berdasarkan jenis kata dapat dibedakan menjadi 6 frase yaitu :
1) Frase verbal
2) Frase adverbial
3) Frase adjektiva
4) Frase nominal
5) Frase numeralia
6) Frase preposisional
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan beberapa contoh.
1) Frase verbal, contohnya seperti :
a. asyik belajar (tindakan)
b. harus pergi (keadaan)
c. sedang berpikir keras (tindakan)
d. tidak akan datang (keadaan)
e. sudah membaik (proses)
2) Frase Adverbial, contohnya seperti :
a. pada zaman Jepang
b. sebelum subuh
c. kemarin sore
d. bulan lalu
e. pada akhir pertunjukan itu
3) Frase Ajektival
a. kedap suara
b. malu-malu kucing
c. sangat pemalu
d. makin panas
e. tidak tertarik
4) Frase nominal
a. anak cucu
b. pendapat yang aneh
c. pedagang eceran
d. lembar jawaban ujian
e. formulir pendafiaran siswa baru
5) Frase numeral
a. Anak pertama
b. urutan keempat
c. kedua anak itu
d. sering kali
e. Tiga peluru
6) Frase preposisional
a. sampai dengan
b. selain dari
c. oleh karena
d. dari samping
e. terdiri atas
f. namun demikian
g. di depan
Berikut Makna Dari Frase di atas:
1) frase verbal unsur intinya adalah; tindakan, keadaan, kerja, atau proses,
2) frase adverbial unsur intinya adalah keterangan (waktu/tempat);
3) frase ajektival unsur intinya adalah sifat;
4) frase nominal unsur intinya adalah benda;
5) frase numeralial unsur intinya adalah bilangan; dan
6) frase preposisional unsur intinya adalah penghubung.
Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa makna setiap frase yang
didasarkan pada jenis atau kategori kata mengandung makna yang sama dengan jenis
katanya (verb, adveb, ajektif, noun, numerial, atau preposisi).
2. Berdasarkan Kedudukan
Selain dikelompokkan atas jenis katanya, frase juga dikelompokkan atas kedudukan atau
tingkatannya. Frase tersebut dibedakan atas frase setara dan frase bertingkat.
1) Frase setara
Sesuai namanya, frase setara adalah frase yang memiliki kedudukan yang sama
antara satu kata dengan kata yang lainnya.
contohnya seperti: Baku hantam, pulang pergi, sawah ladang, kakak adik, dan
sejenisnya. Berikut contoh penggunaan dalam kalimat :

Desa itu memiliki sawah ladang yang sangat luas..

Frase setara
2) Frase bertingkat
Frase bertingkat adalah frase yang salah satu katanya memiliki kedudukan lebih
tinggi satu tingkat dari kata yang lainnya. Dapat pula dijelaskan bahwa dalam frase
bertingkat terdapat fungsi menerangkan diterangkan (MD).
Contohnya seperti: tidak adil, hukum rimba, sangat jujur, guru bahasa, dan
sejenisnya.
Pada frase tidak adil, kata “tidak” berfungsi menerangkan (M) sedangkan “adil”
merupakan unsur yang diterangkan (D).
Contoh penerapannya dalam kalimat.

Mengapa banyak hakim yang berlaku tidak adil?

frase bertingkat

3) Berdasarkan Makna
Sebagaimana kata, frase juga memiliki makna lugas dan tidak lugas. Dalam hal ini
frase dibedakan atas frase lugas dan frase ideomatis.
Pada frase lugas dikandung makna lugas, bila dalam kata disebut makna denotatif.
Contohnya seperti :
Rumahnya bermuka dua (menghadap kedua arah).

frase lugas

Pada frase ideomatik dikandung makna ideom, bila dalam kata disebut makna
konotatif.
Contohnya seperti :

Penghianat bangsa itu bermuka dua (tidak berpendirian).

frase ideomatik
KEGIATAN BELAJAR 2

KLAUSA DAN KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA

Pada bagian terdahulu sudah dikemukakan bahwa satuan unsur bahasa yang terkecil adalah
fonem dan yang paling luas adalah wacana. Di antara satuan unsur bahasa tersebut, terdapat
unsur frase, klausa dan kalimat ; ketiga unsur ini dibahas dalam satu tataran ilmu bahasa yang
disebut Sintaksis.
Kalimat, menjadi bidang kajian dalam bahasa antara lain karena dengan Kalimatlah
seseorang baru menyampaikan maksudnya secara lengkap dan Jelas. Satuan unsur bahasa yang
belum sampai pada kalimat, tetapi telah mengandung makna adalah kata (misalnya; tidak) dan
frase (misalnya; tidak tahu) dan klausa (yang akan dibahas pada bagian di bawah ini misalnya;
mengatakan tidak tahu). Ketiga bentuk ini (kata, frase dan klausa) belum dapat mengungkapkan
suatu maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika ketiganya berkedudukan sebagai kalimat
minor. Nah, untuk dapat berkalimat dengan baik, maka perlu kita pahami dahulu struktur dasar
suatu kalimat dan satuan unsur bahasa yang membentuknya. Dalam bagian ini akan dibicarakan
klausa dan kalimat.
A. KLAUSA
Klausa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasi melalui berbagai cara, tergantung pada
sudut pandang kita. Hal itu dapat kita perhatikan sebagai berikut :
1. Klausa maupun kalimat merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur
predikat (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Hasan Alwi dkk. ed. ketiga).
2. Klausa adalah kelompok kata yang mengandung satu predikat (Cook. 1981).
3. Klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat (Ramlan;
1986).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa klausa merupakan kelompok kata
dalam kalimat yang mengandung predikat atau kelompok kata dalam kalimat yang
mengandung subjek dan predikat, tetapi belum menunjukkan intonasi final.
Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan contoh di bawah ini.
1) Saya akan pergi bila dia ikut.
2) Dia pergi pukul 6.00 ketika saya sedang mandi.
Kalimat 1) terdiri atas dua klausa yakni: Saya akan pergi (klausa 1); disebut klausa utama
(induk), dan bila dia ikut. (klausa II); disebut klausa subordinat (anak kalimat). Demikian
pula dengan
Kalimat 2) Dia pergi pukul enam (klausa I); disebut klausa utama (induk), dan ketika saya
sedang mandi (klausa II); disebut klausa subordinat (anak kalimat).
Penjelasan tersebut memunculkan pengertian bahwa klausa adalah kelompok kata yang
berpotensi menjadi kalimat. Bisa pula dijelaskan bahwa klausa merupakan bagian dari
kalimat.
B. KALIMAT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kalimat adalah satuan bahasa yang secara
relatif berdiri sendiri, mampunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial
terdiri atas Klausa.
Berikut penjelasan tentang struktur kalimat :

1. Anak Pak Jaka sering mengunjungi anak Pak Hamid.


Untaian kata di atas adalah kalimat. Selanjutnya coba kita bandingkan kalimat di atas
dengan kalimat berikut ini.
2. Anak Pak Hamid sering mengunjungi anak Pak Jaka.
Kedua kalimat di atas dibentuk dari unsur yang sama bunyinya dan sama pula
strukturnya. Tetapi, mengapa makna kedua kalimat itu berbeda? Ya, hal itu karena letak
kata-kata yang membentuk kalimat itu berbeda. Perbedaan letak kata-kata itu
menyebabkan tidak hanya perubahan makna yang terjadi, tetapi juga dapat menyebabkan
penghilangan makna. Pertukaran tempat kata yang dilakukan secara sembarangan dapat
menghilangkan makna.
Perhatikan untaian kata di bawah ini.
3. Pak Jaka anak mengunjungi sering Pak Hamid anak.
Untaian kata yang ketiga ini tidak menyampaikan informasi apa pun. Oleh karena itu,
maka untaian kata yang ketiga ini bukan kalimat.

Mari kita bahas contoh-contoh yang lain di bawah ini.

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua kalimat dapat diuraikan menjadi dua
bagian. Bagian yang pertama merupakan bagian yang diterangkan, dan bagian yang
kedua adalah bagian yang menerangkan. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang
kalimat yang lebih kompleks, baiknya kita menyimpulkan dahulu pengertian dari
kalimat. Kalimat itu merupakan deretan kata-kata yang tersusun berdasarkan kaidah-
kaidah tertentu sehingga bermakna dan dapat dijadikan alat untuk berkomunikasi. Kata-
kata yang ada dalam kalimat itu tidak berdiri bebas, tetapi berkelompok. Kelompok kata-
kata itu mempunyai makna dan disebut frase. Kalimat dalam Bahasa Indonesia dibagi
dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian yang diterangkan dan bagian kedua
merupakan unsur yang menerangkan. Unsur kalimat yang diterangkan itu dapat berupa
frase kerja, frase sifat atau frase benda.

Dengan demikian untaian (susunan) kalimat bahasa Indonesia dapat berpola sebagai
berikut (Pola Dasar Kalimat).

1) KB + K Benda - Dia guru.


2) KB + K Kerja - Dia mengajar.
3) KB + K Sifat - Bulunya indah.
4) KB + K. Bilangan - Anaknya dua orang.
5) KB + K. Keterangan - Rumahnya di puncak.
6) KB + K. Kerja + K. Benda - Tono menendang bola (predikat transitif).
7) KB +K. Kerja +K. Benda - Tono bermain bola (predikat intransitif).
Kata/kelompok kata mempunyai 5 fungsi dalam kalimat, yaitu:
1) Kata yang berfungsi sebagai pokok kalimat disebut subjek.
2) Kata yang berfungsi sebagai sebutan discbut predikat.
3) Kata yang berfungsi sebagai objek disebut objek.
4) Kata yang berfungsi sebagai keterangan disebut keterangan (tempat/waktu).
5) Kata yang berfungsi sebagai pelengkap disebut pelengkap (pada kalimat
intransitif/tidak memerlukan objek).
Subjek (s) merupakan pokok pangkal kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh,
sosok/benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pangkal pembicaraan.
Predikat (p), adalah bagian kalimat yang menjelaskan langsung tentang mengapa,
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda dalam suatu kalimat). Selain iu, P Juga dapat
menyatakan sifat, situasi, status, ciri atau jati diri dan jumlah.
Objek (0) adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek pada umumnya
disi oleh nominal, frase nominal atau klausa. Letak O selalu di belakang P, yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya Objek.
Keterangan (K) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai fungsi
kata yang ada pada kalimat itu baik menerangkan S, P, O/Pelengkap atau Keterangan itu
sendiri. Posisi keterangan letaknya bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat.
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak
pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba, seperti O. Namun antara Pel. Dan
O ada perbedaan, perhatikan contoh di bawah ini
1) Ketua kelas membacakan Pancasila.
S P O
2) Sekretaris mengambilkan atasanmya air minum.
S P O Pel.
Dari berbagai penjelasan di atas, beberapa ahli memberi batasan tentang kalimat yaitu :
1) Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Hasan
alwi dkk; 2003).
2) Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda Panjang yang disertai
nada akhir turun atau naik (Ramlan: 1989).
3) Kalimat adalah bagian dari ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan
predikat dan intonasinya menunjukkan bahwa ujaran itu sudah lengkap dengan
makna. Sedangkan intonasi final kalimat dalam bahasa tulis ditandai dengan tanda
titik, tanda tanya atau tanda seru (Lamuddin Finoza: 1993).

C. JENIS KALIMAT
Perhatikan bagan berikut :

Kalimat berdasarkan jumlah klausa pembentuknya terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat
majemuk.
1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur minimal kalimat
tunggal adalah S dan P. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut :
1) Adik menangis. (kalimat verbal).
2) Kami siswa Indonesia. (kalimat nominal).
3) Bulunya sangat indah. (kalimat ajektival).
4) Mobilnya ada delapan. (kalimat numeralial).
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal. Kalimat
majemuk mengandung lebih dari satu klausa. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
berikut :
1) Seorang guru harus mempunyai wawasan yang luas dan harus memiliki
S P1 O1 P2
kepribadian yang terpuji
O2
2) Anak-anak bermain layang-layang di halaman ketika para ibunya
S P1 O1 Ket. S2
mengambil rapor
PO2
Setelah mencermati 2 contoh di atas, jelaslah bahwa kalimat majemuk setidaknya
mempunyai P lebih dari satu.
Contoh No 1) merupakan kalimat majemuk setara, karena kata penghubung (konjungsi)
dan dalam sebuah kalimat dapat menjadi penanda bahwa kalimat tersebut adalah
kalimat majemuk setara. Sedangkan
Contoh No 2) merupakan kalimat majemuk bertingkat, karena kalimat yang kedua
merupakan perluasan dari kalimat pertama. Kata penghubung yang dipakai dalam
kalimat majemuk bertingkat antara lain adalah ketika.
Ada 2 Jenis Kalimat Majemuk Yaitu Kalimat Majemuk Setara dan Kalimat Majemuk
Bertingkat.
Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk..
a. Kalimat majemuk setara
Pada kalimat majemuk setara, klausanya mempunyai hubungan yang setara.
Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk :
1) Efri mengonsep surat itu dan Yandi mengetiknya.
2) Dia rajin membaca baik waktu mahasiswa maupun setelah bekerja.
3) Anaknya kaya tetapi ia miskin.
4) Para peserta rapat sudah datang sedangkan panitia belum siap
5) Adik tinggal di sini atau ikut dia.
6) la meletakkan tasnya di atas meja lalu mulailah 1a mengajar.
b. Kalimat majemuk bertingkat
Pada kalimat majemuk bertingkat, klausanya mempunyai hubungan bertingkat.
Berikut ini beberapa contoh kalimat majemuk :
1) Dia datang ketika kami sedang keluar kota.
2) Para siswa akan jadi pintar andaikata para guru berkualitas.
3) Kita harus bekerja keras agar dapat sukses.
4) Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
5) Bu Ani cukup memahaminya sebagaimana yang ia harapkan.
6) Anakku menjadi siswa teladan karena rajin, tekun, disiplin dan cerdas.
7) Musibah Tsunami itu demikian dasyatnya sehingga meluluhlantarkan Aceh
8) Para nelayan berusaha meningkatkan hasil tangkapan dengan menggunakan
kapal motor yang lebih besar
9) Ayahnya diam saja seakan-akan tidak tahu dengan tingkah laku anaknya
Dalam membahas pembelajaran bahasa Indonesia, permasalahan yang muncul adalah
Bagaimanakah mengajarkan berbahasa yang efektif kepada peserta didik? Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan sesuatu kepada peserta didik. Kegiatan pembelajaran bahasa,
termasuk di dalamnya tata bahasa bertujuan agar peserta didik mampu mempelajari sesuatu
dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dalam pembelajaran tersebut dapat
berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dari peserta didik, analisis sumber belajar,
menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Dengan memilih strategi
pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan
belajar dapat terpenuhi.
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar menggunakan Bahasa secara baik dan benar
dalam hal ini adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran berbahasa diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik bahasa lisan maupun
bahasa tulis. Hal ini relevan dengan kurikulum bahasa Indonesia tahun 2013 bahwa kompetensi
peserta didik dalam pembelajaran bahasa diarahkan ke dalam empat keterampilan, yakni
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan demikian, Pembelajaran Sintaksis Bahasa
Indonesia di SD dapat diimplementasikan melalui ke empat keterampilan tersebut, dengan acuan
kompetensi yang tertera dalam kurikulum.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Frase adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak mengandung
unsur predikasi. Di bawah unsur frase masih ada unsur satuan bahasa, yaitu morfen. Ciri
frase ada empat: (1) terdiri atas dua kata atau lebih yangmenduduki satu fungsi, (2) bersifat
nonpredikatif, (3) mengandung kesatuan makna, (4) susunan katanya berpola tetap (tidak
dapat dipisahkan, disisipkan, atau dibalik). Frase dikelompokkan ke dalam tiga kelompok
yaitu berdasarkan jenis kata, kedudukan, dan makna. Berdasarkan jenis kata frase terdiri atas
frase verbal, frase adverbial, frase ajektival, frase nominal, frase numeralial, dan frase
preposisional. Berdasarkan kedudukan, dibedakan atas frase setara dan frase bertingkat.
Berdasarkan makna, frase dibedakan atas frase lugas dan frase ideomatik.
Kalimat, dalam bahasa Indonesia dibagi dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian
yang diterangkan, dan bagian kedua merupakan unsur yang menerangkan. Unsur kalimat
yang diterangkan itu dapat berupa frase kerja, frase sifat, atau frase benda. Selanjutnya,
fungsi kata/kelompok kata dalam kalimat, ada 4 sebagai berikut.
1. Kata yang berfungsi sebagai pokok kalimat disebut subjek.
2. Kata yang berfungsi sebagai sebutan disebut predikat.
3. Kata yang berfungsi sebagai objek disebut objek dan objek penyerta disebut pelengkap.
4. Kata yang berfungsi sebagai keterangan disebut keterangan.
Jenis kalimat dapat dijelaskan sebagi berikut.
1. Berdasarkan jumlah klausa dikelompokkan menjadi kalimat tunggal dan kalimat
majemuk.
2. Berdasarkan isi kalimat dibedakan atas kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah
dan kalimat seru.
3. Berdasarkan kelengkapan unsur dibedakan atas kalimat lengkap (kalimat mayor), kalimat
tak lengkap (kalimat minor).
4. Berdasarkan susunan subjek dibedakan kalimat biasa dan kalimat inversi.

B. SARAN

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar menggunakan bahasa secara baik dan
benar. Meskipun penulis mengiginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Oleh
karena itu kami selaku penulis mengiginkan kritik dan sarannya yang membangun dari
pembaca, kami sangat mengharapkan sebagai evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan karya tulis ataupun penelitian, yang bermanfaat bagi banyak orang
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi 3.Jakarta: Balai Pustaka.
Akhadiah, Sabarti, dkk. (1998). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Diknas, Mater Pokok Pembelajaran
Bahasa Indonesia PGSD.
Anang Santoso, dkk.(2021) Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka
Badan Standar Nasional pendidikan. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Chaer, Abdul. (1988). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:Bharata Karya Aksara.
Finosa, Lamudin. (2002). Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksı Insan Mulia.
Keraf, Gorys. (1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta:Grasindo.
Muijs, Daniel and Reynolds, Davids. (2008). Efektive Teaching (Evidence and Practice), Ed.
Second, London, Publiched by Sage Publications.
Muslich, Masnur. (2007). Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi aksara.
Ramlan, M. (1989). Imu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Tarigan, Jago. (1995). Metodik Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di SD.Jakarta: Theme'76.
Tarigan, Henry, Guntur. (1987). Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai