Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATERI & PEMB. BAHASA INDONESIA DI SD


Tentang
Sintaksis Bahasa Indonesia SD

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Adika Wijaya
Alfikri Mubaraq
Fatima Jasmini

Dosen Pengampuh
Rosma Diana, S.Pd., M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
WIDYASWARA INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat taufik
dan Hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam penulis
curahkan kepada nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah yang menjadi
petunjuk serta rahmat bagi Seluruh alam.

Terimakasih atas perhatian dan kesempatan yang telah diberikan untuk


membuat makalah ini penulis ucapkan kepada ibu Rosma Diana, S.Pd., M.Pd.
Selaku dosen mata kuliah Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD.
Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
memberi masukan untuk makalah ini. Adapun makalah ini yang berjudul Kalimat
Bahasa Indonesia SD dan Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa SD.

Semoga dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui, mempelajari,dan


juga menambah pengetahuan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan dari Bapak dan teman-teman sekalian.

Solok Selatan, Maret 2023

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. DASAR-DASAR SINTEKSIS DALAM BAHASA INDONESIA.....2


1. Frase..................................................................................................2
2. Macam-macam frase.......................................................................2
B. KLAUSA DAN KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA.........5
1. Klause...............................................................................................5
2. Kalimat.............................................................................................6
3. Jenis kalimat....................................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Simpulan...............................................................................................11
B. Saran.....................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3)
menjelaskan bahwa analisis sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan
kata-kata itu dalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan
sintaksis, yakni kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa (Ramlan, 2001: 1). Verhaar (2004:
161) sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam
tuturan. Tuturan adalah apa yang dituturkan orang. Salah satu tuturan adalah
kalimat. Kalimat adalah satuan yang merupakan suatu keseluruhan yang memiliki
intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan itu. Sebuah kalimat tersebut dapat
terbentuk dari kata, frasa, dan klausa. Dalam kaitan dengan kaidah sintaksis ini,
peneliti menganalisis pemakaian bentuk frasa dalam wacana yang terdapat di
dalam buku teks.Frasa ialah satuan sintaksis yang dibentuk dari dua buah kata
atau lebih dan hanya mengisi satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Ramlan,
2001: 138). Frasa mempunyai beberapa variasi, sebagai pengisi fungsi-fungsi
sintaksis frasa-frasa juga mempunyai kategori. Frasa dapat digolongkan
berdasarkan distribusi dengan unsurnya yaitu, frasa eksosentris dan frasa
endosentris. Frasa endosentris dapat 2 dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu
frasa endosentrik yang koordinatif, frasa endosentrik yang atributif, dan frasa
endosentrik yang apositif. Berdasarkan distribusi dengan kategori kata frasa dapat
digolongkan menjadi empat golongan, ialah frasa golongan N atau frasa nominal,
frasa golongan V atau frasa verbal,frasa golongan Bil atau frasa bilangan, frasa
golongan Ket atau frasa keterangan.
Di samping itu, ada frasa yang tidak memiliki persamaan distribusi dengan
kategori kata, ialah frasa depan sehingga seluruhnya terdapat lima golongan frasa,
ialah frasa nominal, frasa verbal, frasa bilangan, frasa keterangan, dan frasa
depan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Frase?
2. Apa saja Macam-macam Frase?
3. Apa pengertian dari Klause?
4. Apa pengertian dari Kalimat?
5. Apa saja Jenis-jenis Kalimat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Frase.
2. Untuk mengetahui macam-macam Frase.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Klause.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Kalimat.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis Kalimat.
1
BAB II
PEMBAHASA
N
A. DASAR-DASAR SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
1. Frase
Frase (kelompok kata) merupakan salah satu unsur dalam kalimat
(sintaksis). Frase juga sering didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi. Perhatikan contoh
berikut ini.
Kami sedang menikmati makan malam di meja makan.
S. P. O. K.
Di dalam kalimat tersebut terdapat tiga buah frase yaitu, sedang menikmati
makan malam, dan di meja makan. Kami, bukan frase karena terdiri dari satu
kata. Frase tidak dapat dipisahkan antarunsurnya. Mari kita buktikan. Kita
Pisahkan unsur-unsur frase tersebut.
1) Kami sedang makan malam di meja makan menikmati.
2) Kami sedang menikmati makan di meja makan malam.
3) Di meja sedang menikmati makan malam makan kami.
Frase adalah kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frase tidak memiliki
predikat dalam strukturnya. Perhatikan beberapa contoh frase di bawah ini:
Buku saya
Buku bahasa saya
Buku bahasa itu
Buku bahasa Indonesia itu
Buku bahasa di atas meja itu
Dalam konstruksi frase (kelompok kata) di atas, tidak memiliki /
mengandung predikat. Lihat perbedaannya dengan kelompok kata di bawah
ini.
buku saya baru
buku bahasa itu bagus
buku bahasa itu di atas meja
Kelompok kata: baru, bagus, di atas meja berfungsi sebagai predikat. Jadi
kelompok kata; buku bahasa itu di atas meja terdiri atas dua frase dengan
fungsi subjek (buku bahasa itu) dan predikat (di atas meja).

2. Macam-Macam Frase
Frase dapat dibedakan berdasarkan: jenis kata, kedudukannya, dan
maknanya.
1) Berdasarkan Jenis Kata
Frase dapat dibedakan sebagai berikut;
a. Frase Verbal;

2
b. Frase Adverbial;
c. Frase Ajektiva;
d. Frase Nominal
e. Frase Numeralial
f. Frase Preposisional.
Pembedaan frase di atas terletak pada inti frase. Frase verbal intinya adalah
verba, frase ajektival intinya ajektiva, dan seterusnya. Pembentuk frase bisa
lebih dari dua kata, dan dapat pula berupa kata dasar dan kata turunan.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan beberapa contoh;
a. Frase verbal
Asyik belajar (tindakan)
Harus pergi (keadaan)
Sedang berpikir keras (tindakan)
Tidak akan datang (keadaan)
Sudah membaik (proses)

b. Frase Adverbial
Pada zaman Jepang
Sebelum subuh
Kemarin sore
Bulan lalu
Pada akhir pertunjukan itu

c. Frasetival
Malu-malu kucing
Kedap suara
sangat pemalu
tidak tertarik
Makin panas

d. Frase nominal
Anak cucu
Pendapat yang aneh
Pedagang eceran
Lembar jawaban ujian
formulir pendaftaran siswa baru

e. Frase numeralial
anak pertama
urutan keempat
kedua anak itu
sering kali
tiga peluru

3
f. Frase preposisional
sampai dengan
selain dari
oleh karena
dari samping
terdiri atas
namun demikian
Di depan
Makna frase verbal unsur intinya adalah; tindakan, keadaan, kerja, atau
proses; frase adverbial unsur intinya adalah keterangan (waktu/tempat); frase
ajektival unsur intinya adalah sifat; frase nominal unsur intinya adalah benda;
frase numeralial intinya adalah bilangan; dan frase unsur preposisional unsur
intinya adalah penghubung. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan
bahwa makna setiap frase yang didasarkan pada jenis atau kategori kata
mengandung makna yang sama dengan jenis katanya (verb, adveb, ajektif,
noun, numerial, atau preposisi).
2) Berdasarkan Kedudukan
Saudara mahasiswa, selain dikelompokkan atas jenis katanya, frase juga
dikelompokkan atas kedudukan atau tingkatannya. Di sini frase dibedakan atas
frase setara dan frase bertingkat.
a. Frase setara
Sesuai namanya, frase setara adalah frase yang memiliki kedudukan yang
sama antara satu kata dengan kata yang lainnya seperti contoh: baku hantam,
pulang pergi, sawah ladang, kakak adik, dan sejenisnya. Contoh penggunaan
dalam kalimat.
Desa itu memiliki sawah ladang yang sangat luas.  frase setara

b. Frase bertingkat
Frase bertingkat adalah frase yang salah satu katanya memiliki kedudukan
lebih tinggi satu tingkat dari kata yang lainnya. Dapat pula dijelaskan bahwa
dalam frase bertingkat terdapat fungsi menerangkan diterangkan (MD) seperti
contoh: tidak adil, hukum rimba, sangat jujur, guru bahasa, dan sejenisnya.
Pada frase tidak adil, kata ‘tidak berfungsi menerangkan (M) sedang ‘adil’
merupakan unsur yang diterangkan (D). Contoh penerapannya dalam kalimat.
Mengapa banyak hakim yang berlaku tidak adil?  frase bertingkat

c. Berdasarkan Makna
Sebagaimana kata, frase juga memiliki makna lugas dan tidak lugas.
Dalam hal ini frase dibedakan atas frase lugas dan frase ideomatis. Pada frase
lugas dikandung makna lugas, bila dalam kata disebut makna denotatif.
Contoh:

4
Rumahnya bermuka dua (menghadap kedua arah).  frase lugas
Pada frase ideomatik dikandung makna ideom, bila dalam kata disebut
makna konotatif.
Contoh:
Penghianat bangsa itu bermuka dua (tidak berpendirian).  frase ideomatik
Frase ideomatik pada dasarnya merupakan kata majemuk. Oleh sebab itu,
ada beberapa pendapat yang tidak setuju bila kelompok kata ini dimasukkan
dalam bahasan frase. Namun, para linguis yang memasukkan kata majemuk
ke dalam kategori frase memiliki alasan berdasarkan salah satu definisi
tentang frase yaitu, “Frase adalah kelompok kata yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang menduduki satu fungsi.”
Saudara, belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar menggunakan
bahasa secara baik dan benar. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD
yang menyajikan materi frase harus menggunakan konteks, minimal dalam
kalimat yang sesuai dengan anak SD. Hal ini sejalan dengan kurikulum
(KBK) bahasa Indonesia yang bergeser dari pendekatan struktural ke
pendekatan komunikatif, terpadu dan pragmatik. Kompetensi Dasar dalam
pembelajaran bahasa Indonesia SD mengacu pada kompetensi komunikatif
yang diimplementasikan dalam 4 keterampilan berbahasa (menyimak
berbicara, membaca dan menulis). Dengan demikian, pembelajaran frase di
SD dapat diimplementasikan melalui empat keterampilan berbahasa tersebut
dengan acuan kompetensi yang tertera dalam kurikulum.

B. KLAUSA DAN KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA


1. Klausa
Klausa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasi melalui berbagai cara,
tergantung pada sudut pandang kita. Hal itu dapat kita perhatikan sebagai
berikut.
1. Klausan kalimat merupakan konstruksi sintaksis yang mengandung unsur
predikat (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia; Hasan Alwi dkk. Ed.
Ketiga).g
2. Klausa adalah kelompok kata yang mengandung satu predikat (Cook,
1981).
3. Klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan
predikat (Ramlan; 1986).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa klausa merupakan
kelompok kata dalam kalimat yang mengandung predikat atau kelompok kata
dalam kalimat yang mengandung subjek dan predikat, tetapi belum
menunjukkan intonasi final.
Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan contoh di bawah ini

5
1) Saya akan pergi bila dia ikut.
2) Dia pergi pukul 6.00 ketika saya sedang mandi.
Kalimat (1) terdiri atas dua klausa yakni: Saya akan pergi (klausa I);
disebut klausa utama (induk), dan bila dia ikut. (klausa II); disebut klausa
subordinat (anak kalimat). Demikian pula dengan kalimat (2) Dia pergi pukul
enam (klausa I); disebut klausa utama (induk), dan ketika saya sedang mandi
(klausa II); disebut klausa subordinat (anak kalimat).
Penjelasan tersebut memunculkan pengertian bahwa klausa adalah
kelompok kata yang berpotensi menjadi kalimat. Bisa pula dijelaskan bahwa
klausa merupakan bagian dari kalimat. Untuk jelasnya mari kita pisahkan
kalimat (1) di atas.
Saya akan pergi  1 bila dia ikut.  2
> Saya akan pergi.
S. P.
> Dia ikut.
S. P.
Bagaimana? Apa yang Anda temukan? Bagus! Kalimat (1) di atas terdiri
dari dua klausa dan bila klausa-klausa tersebut dipisahkan kemudian diberi
tanda baca titik (.) setiap klausa tersebut menjadi kalimat. Bila ingin lebih
memahami lagi silakan Anda uraikan kalimat (2) seperti contoh di atas.
Demikian pembahasan kita tentang klausa. Mari kita lanjutkan pembahasan
berikutnya tentang kalimat.

2. Kalimat

Kalimat adalah rangkaian kata yang digunakan untuk menyatakan makna


yang lengkap. Umumnya kalimat diawali dengan menggunakan huruf kapital.
Menurut para ahli kalimat sebagai berikut :
1) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) .Menurut KBBI, kalimat adalah
kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
2) perkataan;
3) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final, dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini :
1) Anak Pak Jaka sering mengunjungi anak Pak Hamid. Kami yakin Anda
semua telah mengetahui bahwa untaian kata di atas adalah kalimat.
Selanjutnya coba Anda bandingkan kalimat di atas dengan kalimat berikut
ini.
2) Anak Pak Hamid sering mengunjungi anak Pak Jaka. (Kedua kalimat itu
dibentuk dari unsur yang sama bunyinya dan sama Spula strukturnya.
Tetapi, mengapa makna kedua kalimat itu berbeda? Ya, hal itu karena

6
letak kata-kata yang membentuk kalimat itu berbeda. Perbedaan letak
kata-kata itu menyebabkan tidak hanya perubahan makna yang terjadi,
tetapi juga dapat menyebabkan penghilangan makna. Pertukaran tempat
kata yang dilakukan secara sembarangan dapat menghilangkan makna.
Perhatikan untaian kata di bawah ini.
3) Pak Jaka anak mengunjungi sering Pak Hamid anak. Untaian kata yang
ketiga ini tidak menyampaikan informasi apa pun. Oleh karena itu, maka
untaian kata yang ketiga ini bukan kalimat.
Contoh 1 dan 2; kata-katanya saling berkaitan antarkelompok kata
tertentu, tetapi pada contoh 3, kata-katanya berdiri bebas. Untuk lebih mudah
dan jelas mengenali tata susunan kalimat, mari kita ikuti contoh-contoh di
bawah ini.
Bagian yang Bagian yang
Kalimat
diterangkan menerangkan
Dia guru Dia Guru
Dia berprofesi guru Dia Berprofesi guru
Dia mengajar kami Dia Mengajar kami
Guru baru itu sangat rajin Guru baru itu Sangat rajin
Guru yang sangat Guru yang sangat Memperoleh
berpengalaman itu berpengalaman penghargaan
memperoleh penghargaan itu
Bacaannya baik sekali Bacaannya Baik sekali
Bulunya indah sekali Bulunya Indah sekali

Pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua kalimat dapat diuraikan
menjadi dua bagian. Bagian yang pertama merupakan bagian yang
diterangkan, dan bagian yang kedua adalah bagian yang menerangkan.
Bagian kalimat yang diterangkan itu merupakan pokok pembicaraan yang
disebut pokok kalimat (subjek). Bagian yang kedua merupakan bagian yang
menerangkan, yang menyebutkan langsung tentang pokok kalimat. Oleh
karena itu, bagian yang kedua ini diberi nama sebutan (predikat).

Untaian kata yang terdapat pada kolom 3, berfungsi sebagai pokok


kalimat. Pokok kalimat ada yang menyatakan benda, dan ada pula yang
menyatakan hal, seperti kalimat 6 dan 7.Untaian kata yang terdapat pada
kolom 3 pada tabel di atas ternyata berbeda-beda. Ada yang menunjukkan
benda (guru), pekerjaan (mengajar kami), dan ada yang menunjukkan sifat
(indah sekali), dan jenis kata lainnya; seperti kata bilangan, kata keterangan.

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang kalimat yang lebih kompleks,


baiklah kita simpulkan dahulu pengertian kalimat. Kalimat itu merupakan
deretan kata-kata yang tersusun berdasarkan kaidah-kaidah tertentu sehingga
bermakna dan dapat dijadikan alat untuk berkomunikasi. Kata-kata yang ada
dalam kalimat itu tidak berdiri bebas, tetapi berkelompok. Kelompok kata-
kata itu mempunyai makna dan disebut frase. Kalimat dalam bahasa

7
Indonesia dibagi dua bagian. Bagian pertama merupakan bagian yang
diterangkan dan bagian kedua merupakan unsur yang menerangkan. Unsur
kalimat yang diterangkan itu dapat berupa frase kerja, frase sifat atau frase
benda.

Dengan demikian untaian (susunan) kalimat bahasa Indonesia dapat


berpola sebagai berikut (Pola Dasar
1) KB + K Benda → Dia gurugur
2) KB + K Kerja Dia mengajar.
3) KB + K Sifat Bulunya indah.
4) KB + K. Bilangan → Anaknya dua orang.
5) KB + K. Keterangan→ Rumahnya di puncak.
6) KB + K. Kerja + K. Benda → Tono menendang bola (predikat transitif).
7) KB + K. Kerja + K. Benda → Tono bermain bola (predikat intransitif).

Kata/kelompok kata mempunyai 5 fungsi dalam kalimat, yaitu:


1) Kata yang berfungsi sebagai pokok kalimat disebut subjek.
2) Kata yang berfungsi sebagai sebutan disebut predikat.
3) Kata yang berfungsi sebagai objek disebut objek.
4) Kata yang berfungsi sebagai keterangan disebut keterangan (tempat/
waktu).
5) Kata yang berfungsi sebagai pelengkap disebut pelengkap (pada kalimat
intransitif/tidak memerlukan objek).

Subjek (s) merupakan pokok pangkal kalimat yang menunjukkan pelaku,


tokoh, sosok/benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok
pangkal pembicaraan
Predikat (p), adalah bagian kalimat yang menjelaskan langsung tentang
mengapa, bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda dalam suatu kalimat).
Selain itu, P juga dapat menyatakan sifat, situasi, status, ciri atau jati diri dan
jumlah.
Objek (0) adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek
pada umumnya diisi oleh nominal, frase nominal atau klausa. Letak O selalu
di belakang P, yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib
hadirnya Objek, seperti:
1) Efri menimang.....
2) Arsitek merancang

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan, misalnya:


1) Nenek mandi.
2) Komputerku rusak.
3) Adik menangis.
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
P. Letak pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba, seperti O.
Namun antara Pel. Dan O ada perbedaan, perhatikan contoh di bawah ini.

8
1) Ketua kelas membacakan Pancasila.
S. P. O.
2) Sekretaris mengambilkan atasannya air minum.
S. P. O. Pel.
Keterangan (K) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai fungsi kata yang ada pada kalimat itu baik menerangkan S, P, O/
Pelengkap atau Keterangan itu sendiri. Posisi keterangan letaknya bebas,
dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Dari berbagai penjelasan di
atas, beberapa ahli memberi batasan tentang kalimat.
1) Kalimat adalah satuan bahasa yang terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. (Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia; Hasan alwi dkk; 2003).
2) Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan: 1989).
3) Kalimat adalah bagian dari ujaran yang mempunyai struktur minimal
subjek dan predikat dan intonasinya menunjukkan bahwa ujaran itu sudah
lengkap dengan makna. Sedangkan intonasi final kalimat dalam bahasa
tulis ditandai dengan tanda titik, tanda tanya atau tanda seru (Lamuddin
Finoza: 1993).

3. Jenis Kalimat
Kalimat berdasarkan jumlah klausa pembentuknya terdiri atas kalimat
tunggal dan kalimat majemuk.
a. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Unsur
minimal kalimat tunggal adalah S dan P. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh berikut:
> Adik menangis. (kalimat verbal).
> Kami siswa Indonesia. (kalimat nominal).
> Bulunya sangat indah. (kalimat ajektival).
> Mobilnya ada delapan. (kalimat numeralial).

b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal. Kalimat majemuk mengandung lebih dari satu klausa.
> Seorang guru harus mempunyai wawasan yang luas dan harus memiliki
S P1 O1 P2
kepribadian yang terpuji.
O2
> Anak-anak bermain layang-layang di halaman ketika para ibunya
S P1 O1 Ket S2
mengambil rapor
PO2

9
Setelah mencermati contoh-contoh itu jelaslah bahwa kalimat majemuk
setidaknya mempunyai P lebih dari satu. Contoh 1 adalah kalimat majemuk
setara, karena kata penghubung (konjungsi) dan dalam sebuah kalimat dapat
menjadi penanda bahwa kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara.
Kalimat 2) adalah kalimat majemuk bertingkat, karena kalimat yang kedua
merupakan perluasan dari kalimat pertama. Kata penghubung yang dipakai
dalam kalimat majemuk bertingkat antara lain adalah ketika. Berikut ini
beberapa contoh kalimat majemuk. Silakan dicermati.
a. Kalimat majemuk setara
1) Efri mengonsep surat itu dan Yandi mengetiknya.
2) Dia rajin membaca baik waktu mahasiswa maupun setelah bekerja.
3) Anaknya kaya tetapi ia miskin.
4) Para peserta rapat sudah datang sedangkan panitia belum siap.
5) Adik tinggal di sini atau ikut dia.
6) la meletakkan tasnya di atas meja lalu mulailah ia mengajar

b. Kalimat majemuk bertingkat


1) Dia datang ketika kami sedang keluar kota.
2) Para siswa akan jadi pintar andaikata para guru
3) Kita harus bekerja keras agar dapat sukses. berkualitas.or
4) Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut.
5) Bu Ani cukup memahaminya sebagaimana yang ia harapkan.
6) Anakku menjadi siswa teladan karena rajin, tekun, disiplin dan cerdas.
7) musibah tsunami itu demikian dahsyatnya sehingga meluluh lantakkan
aceh
8) Para nelayan berusaha meningkatkan hasil tangkapan
dengan Menggunakan kapal motor yang lebih besar.
9) Ayahnya diam saja seakan-akan tidak tahu dengan tingkah laku
Anaknya.

10
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Frase adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak
mengandung unsur predikasi. Di bawah unsur frase mas satuan bahasa, yaitu
morfem. Ciri frase ada empat: (1) terdiri atas dua kata atau lebih satu fungsi, (2)
bersifat nonpredikatif, (3) mengandung Kesatuan makna, (4) susunan katanya
berpola tetap (tidak dapat Dipisahkan, disisipkan, atau dibalik)
Frase dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu berdasarkan jenis kata,
kedudukan, dan makna. Berdasarkan jenis kata frase terdiri atas frase verbal, frase
adverbial, frase ajektival, frase nominal, frase numeralial, dan frase preposisional.
Berdasarkan kedudukan, frase dibedakan atas frase setara dan frase bertingkat.
Berdasarkan makna, frase dibedakan atas frase lugas dan frase ideomatik.
Kalimat, dalam bahasa Indonesia dibagi dua bagian. Bagian pertama
merupakan bagian yang diterangkan, dan bagian kedua merupakan unsur yang
menerangkan. Unsur kalimat yang diterangkan itu dapat berupa Frase kerja, frase
sifat, atau frase benda.
Dengan demikian untaian (susunan) kalimat bahasa Indonesia dapat Berpola
sebagai berikut.
1. KBK. Benda → Dia guru.
2. KB + K. Kerja Dia mengajar.
3. KB + K Sifat → Bulunya indah. 4.
4. KB +K. Bilangan  Anaknya dua orang.
5. KB + K. Keterangan→ Rumahnya di puncak.
Selanjutnya, fungsi kata/kelompok kata dalam kalimat, ada 4 sebagai berikut.
1. Kata yang berfungsi sebagai pokok kalimat disebut subjek.
2. Kata yang berfungsi sebagai sebutan disebut predikat.
3. Kata yang berfungsi sebagai objek disebut objek dan objek penyerta
disebut pelengkap.
4. Kata yang berfungsi sebagai keterangan disebut
keterangan. Jenis kalimat dapat dijelaskan sebagi berikut.
1. Berdasarkan jumlah klausa dikelompokkan menjadi kalimat tunggal dan
kalimat majemuk.
2. Berdasarkan isi kalimat dibedakan atas kalimat berita, kalimat
tanya,Kalimat perintah dan kalimat seru.
3. Berdasarkan kelengkapan unsur dibedakan atas kalimat lengkap (kalimat
mayor), kalimat tak lengkap (kalimat minor).
4. Berdadarkan susunan subjek dibedakan kalimat biasa dan kalimat inversi.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu,kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik
dan saran dari semua pihak terutama dosen.Kami hanyalah manusia biasa,jika
tidak ada kesalahan,itu datangnya dari kami sendiri.Dan jika ada kebenaran itu
datangnya dari Allah SWT.
11
DAFTAR PUSTAKA

Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.

Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian


di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

12

Anda mungkin juga menyukai