Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
KALIMAT DAN PROSES PEMBENTUKANYA

DOSEN PEMBIMBING :
MUZZAMILLAH ZAMIL M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. Ayu Dwi Permatasari
2. Hanifa Najmah
3. Neli Ratna
4. Rina Risnawati

PROGRAM S1 PIAUD
INSTITUT MADANI NUSANTARA ( IMN )
SUKABUMI

0
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikah rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tidak
terlalu banyak hambatan. Tidak lupa shalawat dan salam kita curahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW semoga kita semua mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti.
Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
terutama Ibu Muzzamilah Zamil, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Sesuai
dengan apa yang sudah ditugaskan kepada kelompok kami, maka tersusunlah makalah ini
dengan judul kalimat dan proses pembentukanya.
Tentu saja makalah ini tidak luput dari berbagai kesalahan dan masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki. Untuk itu kritik dan sarannya kami nantikan agar kami bisa
memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut dan menjadikan kami lebih baik dalam
penyusunan makalah selanjutnya.

Sukabumi, 11 November 2022

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
A. Latar Belakang………………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 4
C. Tujuan……………………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..5
A. Pengertian fungtor……………………………………………………………5
B. pengertian frasa dan jenis – jenisnya…………………………………………5
C. pengertian klausa dan jenis – jenisnya………………………………………..8
D. pengertian kalimat dan jenis – jenisnya………………………………………11
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………16
A. Kesimpulan……………………………………………………………………16
B. Saran…………………………………………………………………..………16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 17

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalimat memegang peranan penting dalam proses komunikasi, karena kalimat merupakan
unit terkecil bahasa. Kalimat mengandung pesan yang inin di sampaikan penulis kepada
pembaca karena setiap pikiran atau gagasan yang di miliki seseorang hakikatnya di tuangkan
ke dalam bentuk kalimat. Seorang penulis agar terampil menyusun kalimat yang beikn di
perlukan adanya penguasaan struktur sintaksis, khususnya kalimat. Kalimat yang beik harus
memenuhi persyaratan gramatikal. Penguasaan pola kalimat merupakan salah satu syarat
penting bagi seorang penulis.
Kalimat yang di hasilkan seorang penulis haruslah kalimat yang mampu membuat isi atau
maksud yang di sampaikan penuturtergambar lengkap dalam pikiran si penerima. Dalam
proses komunikasi fungsi kalimat tidak hanya memberirahukan atau menanyakan sesuatu,
melainkan mencakup aspek ekspresikejiwaan manusia yang sangan majemuk. Kalimat
merupakan bagian terkecil dari bahasa yang terdiri dari kata- kata, kata – kata tersebut
mengandung gagasan, ide, atau pesan.
Pesan yang terkandung dalam kalimat akan mudah di pahami jika dalam penyusunan
kalimat memperhatikan pola kalimat. Salah latak dan ketidak jelasan dalam menempatkan
unsur – unsur fungsi kalimat dapat menghambat pemahaman pembaca tentang maksud
penulis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian itu fungtor ?
2. Apa yang di maksud frasa dan jenis jenisnya?
3. Ada itu klausa dan ada berapa jenis klausa ?
4. Apa yang di maksud kalimat dan ada berapa jenis kalimat ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu kita sebagai mahasiswa dapat mengerti dan
memahami pengertian kalimat, syarat kejelasan dan unsur – unsur pembentuk kalimat.
Dengan demikian mahasiswa dapat menuangkan ide atau gagasan yang dimilikinya dalam
bentuk kalimat secara baik dan benar.

3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian fungtor
Fungtor kalimat merupakan jabatan atau satuan ramatik yang membangun kalimat
atau bahasa, meliputi subjek (S ), predikat ( P), objek (O), pelengkap ( Pel ) dan keterangan
( K)
B. frasa
1. pengertian
Frasa adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas fungsi
kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata, frasa tidak mengandung fungsi subjek dan
predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek, pelengkap dan keterangan).
Contoh:
Kalimat: Aleks sedang menimbang sampel pakan di laboratorium kimia pakan.
Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frasa dan fungsinya dalam kalimat seperti
dalam tabel berikut.

frase Fungsi frasa dalam kalimat


Aleks Fungsi subjek dalam kalimat, bukan frasa karna
hanya terdiri dari satu kata.
Sedang menimbang Fungsi predikat
Sampel pekan Fungsi objek
Di laboratorium kimia pekan Fungsi keterangan

Selain pengertian seperti tersebut di atas, frasa dapat juga didefinisikan sebagai kelompok
kata yang unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya. Definisi ini digunakan
untuk membedakan frasa dengan kata majemuk. Unsur-unsur pembentuk frasa tidak
membentuk makna baru sebagaimana halnya kata majemuk.
Contoh :
Kata majemuk frasa
Pisang goreng Goreng pisang
Panjang tangan Tangan panjang
Besar kepala Kepala besar
Bunga desa Bunga mawar
Anak emas Anak paman

2. ciri – ciri frasa

4
Berdasarkan dua pengertian frasa di atas, frasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. dibentuk oleh dua kata atau lebih,
b. tidak mengandung unsur subjek dan predikat, serta
c. unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.
1). Frasa inti dan frasa atributif
Inti frase adalah unsur utama/pokok, yaitu unsur yang diterangkan (D), sedangkan frase
atributif adalah atribut/pewatas yang merupakan unsur yang menerangkan (M).
contoh: gedung laboratorium sedang dibangun
D M M D
Frase atributif adalah frase endosentris atributif (frase bertingkat) yang unsur atributnya
berupa kata berimbuhan.
contoh:
anak tertua
inti atribut
garis pembatas
inti atribut
kata tertua dan pembatas merupakan kata berimbuhan ter- dan peng
Berbeda dengan frase berikut:
Kesadaran hukum
inti atribut
Frase kesadaran hukum bukan merupakan frase atributif berimbuhan karena atributnya
(hukum) berupa kata asal/bukan kata berimbuhan.
3. Macam-macam Frasa
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frasa diklasifikasikan atas frasa endosentris dan
frasa eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frasa dikelompokan atas frasa
kata benda, frasa kata sifat, frasa kata keterangan, dan frasa preposisi.
a. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi (penyebaran) yang tidak
sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai inti frase. Frasa ini umumnya didahului oleh
kata depan dan kata sambung.
Contoh:
di halaman
pada temannya

5
ke perpustakaan

b. Frase Endosentris
Frasa endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan
unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Dengan lain perkataan, frasa
endosentris adalah frasa yang mempunyai inti frasa.
1). Frasa endosentris yang koordinatif ialah frase endosentris yang terdiri atas unsurunsur
yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat disisipkan kata dan/atau
Contoh:
suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan, belajar bekerja. suami dan istri, tiga atau
empat, pembinaan dan pelaksanaan, belajar atau bekerja.
2). Frasa Endosentris atributif ialah frase endosetris yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak
setara karena ada unsur inti dan bukan inti/atribut.
Contoh:
halaman luas
inti atribut
3). Frasa endosentris apositif ialah frase yang atributnya berupa aposisi/keterangan tambahan.
Contoh:
Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi
Sapi, ternak ruminansia, berlambung ganda

4. Frasa Berdasarkan Kategori/Jenis


Kata Dengan menitikberatkan pada jenis kata yang menduduki unsur inti frase
dibedakan:
a. frasa kata benda
contoh: gedung sekolah, keadilan sosial
b. frasa kata kerja
contoh: akan belajar, sedang membaca
c. frasa kata sifat
contoh: sangat besar, panjang sekali
d. frasa kata keterangan
contoh: bulan depan, tadi pagi

6
e. frasa kata depan
contoh: di rumah, ke sekolah .

5. Frasa Ambigu
Frasa ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau lebih dari satu.
Contoh 1:
perancang busana wanita
Frasa ini dapat bermakna perancang busana wanita yang berjenis kelamin wanita atau orang
(laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya merancang busana wanita. Keambiguan pada frasa
tersebut disebabkan oleh kegandaan hubungan unsur-unsur pembentuknya. Perhatikan bagan
berikut!
perancang busana wanita perancang busana wanita

perancang busana perancang


wanita busana wanita

Contoh 2:
i. kambing hitam
ii. orang tua
iii. meja hijau.
Frase pada contoh kedua bermakna sama dengan contoh pertama. Kambing hitam dapat
bermakna (1) kambing yang berwarna hitam dan (2) orang yang dipersalahkan. Orang tua
dapat bermakna (1) orang yang sudah tua, dan (2) bapak dan ibu. Meja hijau dapat bermakna
(1) meja yang berwarna hijau, dan (2) pengadilan.
Makna pada nomor satu (1) di atas bukan merupakan makna baru. Frase yang demikian
dinamakan frase biasa. Makna pada nomor (2) merupakan makna baru. Frase yang demikian
dinamakan frase idiomatis.

3. Klausa
Klausa, seperti frasa, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan
kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan
predikasi, sedangkan frasa tidak.

7
Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa utama dan klausa bawahan.
a. Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat dan isinya
sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa utama berfungsi sebagai
inti kalimat.
b. Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga klausa itu tidak
dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk bertingkat atau campuran, klausa ini
berkedudukan sebagai perluasan salah satu fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap
atau keterangan). Klausa bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa lain juga
disebut klausa sematan.
Tedapat dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu hubungan
koordinasi dan subkoordinasi. Hubungan koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih
yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat, sedangkan hubungan
subordinasi menghubungkan dua klausa yang tidak mempunyai kedudukan yang sama dalam
kalimat. Konjugasi seperti dan, atau, dan tetapi menghubungkan klausa koordinatif dan
konjugasi seperti bahwa, sesudah dan kalau menghubungkan klausa subkoordinatif. Bagan 1
– 2 berikut menyajikan bagan klausa utama dan klausa subordinatif dan bagan 3-5
menampilkan contoh kalimat majemuk yang terdiri dari klausa uatama dan klausa sematan
serta pola hubungannya. Uraian lebih rinci akan disajikan pada saat pembahasan tentang
kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat

Klausa utama + Klausa utama


Bagian 1. Hubungan kordinasi
Kalimat

Klausa utama + klausa bawahan/ sematan

Bagian 2. Hubungan subordinasi


Contoh :
Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya
hadiah.

Klausa utama Klausa utama

S P O Konjungsi S P O pel.
Pengurus Mengunjungi Panti Dan Mereka Memberi Penghininy hadiah

8
Dharma asuhan a
Wanita

Bagian 3. Kalimat koordinatif


Peternak itu mengatakan bahwa ternak sapinya mengkonsumsi rumput kering selama musim
kemarau.
Klausa utama

S P O
Peternak itu mengatakan Klausa sematan

Konjungsi S P O pel.
Bahwa Ternak sapinya Mengkonsumsi Rumput kering Selama musim
kemarau

Bagian 4. Kalimat subordinatif

Mahasiswa Fapet Undana yang berasal dari Pulau Sumba meraih IPK tertinggi.
Klausa utama

S P O

Mahasiswa Fapet Ket. Subjek Meraih IPK tertinggi


Undana

Klausa sematan

P Ket.

Yang Berasal Dari pulau sumba

9
Bagian 5. Kalimat Subordinatif

4. kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil untuk mengungkapkan sebuah pikiran. Kalimat
merupakan satuan bahasa, berupa kata atau rangkayan kata, yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan maknanya secara lengkap.
Menurut KBBI kalimat adalah kesatuan ujaran yang dapat mengungkapkan sebuah
konsep pikiran dan perasaan, atau perkataan.
Kalimat yang lengkap memiliki 5 buah unsur, yaitu subjek ( S ) predikat ( P ) objek
( O ) keterangan ( ket ) dan pelengkap ( pel ). Subjek dan predikat merupakan unsur penting
dalam kalimat, sedangkan objek keterangan dan pelengkap merupakan unsur penunjang
sebuah kalimat.
Kalimat juga terbentuk dari gabungan frasa maupun klausa. Kalimat dimulai dengan huruf
kapital, memiliki tanda baca, dan juga intonasi akhir
Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Subjek(S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku, tokoh, sosok, sesuatu
hal, atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata
benda/frasa nominal, kata kerja/frasa verbal, dan klausa. Subjek kalimat dapat dicari dengan
ramus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh:
a. Kakek itu sedang melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal).
b. Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata keija/frasa verbal).
c. Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action)
apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Satuan bentuk pengisian P dapat
berupa kata atau frasa namun sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva, tetapi dapat juga
numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian kata adalah pada predikat biasa terdapat
pada kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan bagaimana,
mengapa, ataupun diapakan.
Contoh :
a. Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata keija/frasa verbal).
b. Soal ujian ini sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).

10
c. Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d. Santi adalah seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa nominal).

3. Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek
biasanya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O) selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu veba yang menuntut wajib
hadirnya O. Objek dapat dicari dengan rumus pertanyaan apa atau siapa
terhadap tindakan Subjek.
Contoh :
a. Mereka memancing ikan Pari (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal).
b. Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa
nominal).

4. Pelengkap (Pel)
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu
nominal atau frasa nominal. Akan tetapi, antara Pel dan O terdapat perbedaan.
Contoh:
Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O
Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila
S P Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama - sama nominal
Pancasila jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama
dengan ubahan sebagai berikut.
Pancasila //dibacakan // oleh Ketua MPR
S P Ket

11
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karena posisi
Pancasila sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke
depan menjadi S dalam bentuk kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya. Pel
bisa diisi oleh adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal, dan frasa preposisional.
Contoh:
a. Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
b. Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
c. Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
d. Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya frase verbal).

5. Keterangan (Ket)
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa
dalam sebuah kalimat. Pengisi Ket adalah adverbial, frasanominal, frasa
proposisional, atau klausa. Posisi Ket boleh manasuka, di awal, di tengah, atau
di akhir kalimat.
Contoh :
1. Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
2. Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
3. Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu,
tempat, cara, alat, alasan/sebab, tujuan, similatif, dan penyerta.
Contoh :
1. Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
2. Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket. similatif)
3. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
4. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
5. Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
6. Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)

12
B. Jenis – jenis kalimat
Jenis Kalimat Menurut Fungsinya
Kalimat dalam bahasa Indonesia, berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi kalimat pemyataan, kalimat perintah, dan kalimat seruan.

1. Kalimat Pemyataan (Deklaratif).


Kalimat berita adalah kalimat yang dipakai untuk menyatakan suatu
berita. Ciri-ciri kalimat berita, yaitu bersifat bebas, boleh langsung atau tak
langsung, aktif atau pasif,tunggal atau majemuk, berintonasi menurun dan
kalimatnya diakhiri tanda titik (.). Kalimat deklaratif berisi pemyataan
sesuatu dengan lengkap untuk menyampaikan informasi kepada lawan
komunikasinya.
Contoh:
a. Menteri tenaga kerja mengadakan kunjungan ke beberapa pabrik
baja di Surabaya.
b. Malaysia menggunakan bahasa Melayu dengan sistem bahasa yang
berbeda.

2. Kalimat Pertanyaan (Interoigatif)


Kalimat ini digunakan untuk memperoleh informasi atau reaksi dari
lawan komunikasi. Kalimat pertanyaan biasanya dipertegas dengan
penyertaan tanda baca (tanda tanya).
Contoh:
Positif.
a. Kapan Saudara lulus sarjana?
b. Mengapa dia selalu bersikap tidak sopan?
Negatif.
a. Mengapa mobil ini dirancang tidak menggunakan pengaman yang
lengkap?
b. Mengapa kita tidak bisa hidup saling mengerti, memahami, dan

13
menghargai sesama umat?

3. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)


Kalimat ini digunakan jika pemakainya menyuruh atau melarang untuk
berbuat sesuatu. Kalimat perintah dan permintaan ini secara umum
dipertegas dengan menyertakan tanda baca (tanda seru).
Contoh:
Positif.
a. Maukah kamu disuruh mengeijakan laporan itu!
b. Tolong selesaikan tugas membuat makalah itu lebih dahulu!
Negatif.
a. Sebaiknya kita tidak melakukan profokasi yang dapat menyesatkan
orang lain!
b. Janganlah khawatir kekurangan rezeki jika sudah bemiat amal!

4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan digunakan untuk menyampaikan atau mengungkapkan
perasaan yang kuat dan mendadak.
Contoh:
Positif.
a. Hebat, ternyata dia bisa.
b. Nah, ini baru kejutan bagi kita.
Negatif.
a. Aduh, ternyata dia tidak menepati janji.
b. Wah, target yang ditetapkan semula tidak tercapai

14
BAB 3
PENTUP
A. Kesimpulan
Fungtor kalimat merupakan jabatan atau satuan ramatik yang membangun kalimat
atau bahasa, meliputi subjek (S ), predikat ( P), objek (O), pelengkap ( Pel ) dan keterangan
( K).
Frasa adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas fungsi
kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata, frasa tidak mengandung fungsi subjek dan
predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek, pelengkap dan keterangan).
frasa juga memiliki ciri-ciri, frasa dibentuk oleh dua kata atau lebih, tidak mengandung unsur
subjek dan predikat, serta unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya. frasa
diklasifikasikan atas frasa endosentris dan frasa eksosentris. Sedangkan berdasarkan
kategori/jenis kata, frasa dikelompokan atas frasa kata benda, frasa kata sifat, frasa kata
keterangan, dan frasa preposisi.
klausa merupakan kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang
mengandung unsur subjek dan predikasi. Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa
utama dan klausa bawahan. Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri.
Sedangkan klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga belum bisa
berdiri sendiri.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil untuk mengungkapkan sebuah pikiran. Kalimat
merupakan satuan bahasa, berupa kata atau rangkayan kata, yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan maknanya secara lengkap. Kalimat yang lengkap memiliki 5 buah unsur, yaitu
subjek ( S ) predikat ( P ) objek ( O ) keterangan ( ket ) dan pelengkap ( pel ). Subjek dan
predikat merupakan unsur penting dalam kalimat, sedangkan objek keterangan dan pelengkap
merupakan unsur penunjang sebuah kalimat. Kalimat berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
menjadi Kalimat Pemyataan (Deklaratif), Kalimat Pertanyaan (Interoigatif), Kalimat Perintah
dan Permintaan (Imperatif), dan Kalimat Seruan.

B. Saran
Setelah mempelajari dan memahami makalah ini, kami mengharapkan mahasiswa
akan dapat mengerti dan memahami pengertian fungtor kalimat, frasa, jenis – jenis frasa,
klausa, jenis jenis klausa, pengertian kalimat,dan jenis jenis kalimat. Dengan

15
demikian,mahasiswa dapat menuangkan ide atau gagasan yang dimilikinya dalam bentuk
kalimat secara baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.2006. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk
PerguruanTinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

P3B Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang


Disempurnakan.Indonesiatera, Yogyakarta.
Sofyan, A.N., Eni, K., Wahya, K. Yudaatmadja, dan R. Y. Permadi, 2007. Bahasa
Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Wydyatama, Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai