Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“BENTUK DAN MAKNA”

Disusun oleh :

Kelompok 03

1. Mochamad Amirullah Sayfudin


2. Yuyung NOvetario Dewangga
3. Amalia Salsabila
4. Helen Febi Arini
5. Huda Fathur Rokhim.

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN AGRIBISNIS

UNIVERSITAS MAYOR JENDRAL SUNGKONO

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur akan selalu tercurah limpahkan kepada Tuhan semesta alam, Allah Swt. dimana
atas rahmat, izin dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berbentuk
makalah yang berjudul “Islam Rahmatan Lil‘alamin” dengan usaha yang optimal. Semoga
makalah ini bisa menjadi perantara kami untuk mendapatkan nilai yang sesuai.

Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kami selaku penyusun, serta bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dalam hal pengetahuan agama Islam khususnya.

Demikian makalah ini kami susun, apabila ada materi yang kurang tepat atau tidak tersampaikan,
kami selaku penyusun makalah mohon maaf sebesar-besarnya, karena disini kami masih terus
belajar guna mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin. Dan kami selaku penyusun makalah
akan sangat berterimakasih apabila ada kritik dan saran untuk makalah kami ini.

Salam Penulis
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
BAB II PENGGUNAAN BENTUK DAN MAKNA KATA DALAM MEMBUAT SEBUAH
KALIMAT EFEKTIF..............................................................................................................................5
2.1 Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa……………………………………………………..5
2.1.1 Fonem………………………………………………………………………………………..………..5
2.1.2 Morfem.............................................................................................................................................5
2.1.3 Kata....................................................................................................................................................7
2.1.4 Frasa...................................................................................................................................................9
2.1.5 Klausa.................................................................................................................................................9
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................15
3.1 Simpulan..............................................................................................................................................15
3.2 Saran....................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Hingga kini telah banyak
dibicarakan berbagai bentuk kata dalam bahasa Indonesia beserta pengertian-pengertian yang
diwakilinya.
Dengan kata lain telah diberikan tinjauan tentang ciri bentuk kata beserta tugasnya dalam
pemakaian bahasa. Pengetahuan tentang ciri-ciri penting sekali, karena bahasa sesungguhnya
tidak lain daripada tanda bunyi bebas yang selalu terikat pada suatu sistem dan telah diketahui
oleh masyarakat bahasa berdasarkan perjanjian.
Jadi pada hakikatnya bahasa adalah bunyi. Bunyi yang diucapkan menjadi sebuah bentuk
kata atau kalimat oleh seluruh masyarakat luas pada umunya.
Semoga apa yang kami uraian dibawah ini dapat kita pelajari bersama untuk menambah
pengetahuan para pembaca tentang penggunaan bentuk dan makna kata bahasa indonesia yang
selalu kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Rumusan masalah

1. Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa.


2. Berapakah pembagian jenis kata.
3. Pengertian makna kata dan perubahannya.

Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah tidak lain agar para pembaca mengetahui dengan lebih
jelas dan mampu memahami uraian-uraian dengan sebaik-baiknya, uraian dibawah akan
menjelaskan tentang pengertian dari fonem, morfem, kata, frasa dan klusa. Serta mengetahui
jenis-jenis kata dan mengetahui perubahan-perubahan makna kata.

4
BAB II
PENGGUNAAN BENTUK DAN MAKNA KATA DALAM MEMBUAT SEBUAH
KALIMAT EFEKTIF

2.1 Pengertian fonem, morfem, kata, frasa dan klausa


2.1.1 Fonem
Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan
arti kata  jahat dan  jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang
dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/.

Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi
menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
            Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf
(untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad
bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia
ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat atau tidak
bunyi itu membedakan makna.
Contoh

Makanan favoritku adalah sate

Kata Sate menunjukan nama makanan, jika fonem /e/ diganti menjadi fonem /u/, maka
akan menjadi kata Satu, Satu menunjukan kata bilangan. Kedua kata ini jelas memilki makna
yang berbeda setelah fonem /e/ digantikan oleh fonem /u/.
Petani itu sedang makan soto

Kata soto menunjukan nama makanan, jika kedua fonem /o/ nya diganti menjadi fonem
/i/, maka akan menjadi kata Siti, Siti menunjukan nama orang/kata benda. Kedua kata ini jelas
akan memilki makna yang berbeda setelah kedua fonem /o/ digantikan oleh fonem /i/.

Dari sini terbukti bahwa yang membedakan dua kata dari segi maknanya bukanlah huruf,
melainkan bunyi dari huruf (fonem). Hal inilah yang menyebabkan jumlah fonem lebih banyak

5
dari huruf.
2.1.2 Morfem

Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau
mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya me-, –an, me-, -kan) dan
klitika/partikel (misalnya -lah, -kah).

Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan


menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan
menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem ada dua macam yaitu:

Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
Contoh.

Makan

Tidur

Main

Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru
jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan awalan, sisipan, akhiran,
kombinasi awalan dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat
berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
Contoh.

Main + -an = Mainan.

Me- + main –kan = Memainkan.

Di- per- + main –kan = Dipermainkan.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, semua kata dasar tergolong sebagai morfem karena
wujud bentuknya memang hanya satu morfem. Kata dasar makan, tidur, main, tidak dapat diurai

6
lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata mainan, memainkan, dipermainkan,
adalah kata- kata kompleks yang dapat diurai lagi karena morfemnya lebih dari satu.

2.1.3 Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Kata - kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau
menggabungkan morfem, akan kita akui sebagai kata bila bentukan itu mempunyai makna.
Misalnya sepeda, dingin dan kuliah.

Ketiga kata yang diambil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata
mempunyai makna. Kita akan meragukan bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ningid,
hailuk, bukan kata bahasa indonesia karena tidak mempunyai makna.
Kata sebagai salah satu unsur pembentuk kalimat memiliki beberapa fungsi, yaitu.
Fungsi subjek

Subjek dalam sebuah kalimat yang ditentukan berdasarkan beberapa ciri yaitu.
Jawaban atas siapa yang melakukan tindakan predikat.

Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.

Subjeknya adalah ibu, ibu sebagai subjek diterangkan oleh tindakan membeli.
Ibu sebagai subjek adalah siapa yang diterangkan oleh predikat, bila diikuti oleh salah satu kata
kerja sambung. Misalnya ialah, adalah, yaitu, dll.

Contoh : Ibu adalah seorang guru.


Ibu sebagai subjek disini, telah dijelaskan oleh kata adalah yang berarti sebagai predikat kerja.
Fungsi predikat
Predikat dalam kalimat merupakan unsur penting yang menjelaskan tentang subjek.

Contoh ; Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.


Kata membeli dalam predikat, memberi keterangan tentang kegiatan apa yang dilakukan oleh ibu
dipasar tadi pagi.

7
Fungsi objek
Objek dalam kalimat mempunyai fungsi penting dalam memberi keterangan tentang predikat.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata sayur sebagai objek, memberi keterangan tentang barang apa yang dibeli oleh ibu dipasar
tadi pagi.

Fungsi keterangan
Keterangan dalam kalimat mempunyai fungsi yang sebenarnya tidak terlalu penting, namun
dapat memperjelas kalimat sehingga pesan lebih lengkap tersampaikan.
Contoh ; Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Di pasar sebagai keterangan, member penjelasan tempat ibu membeli sayur. Tak harus
dicantumkan, namun dengan mencantumkannya pembaca jadi mengetahui tempat ibu membeli
sayur tadi pagi.

Fungsi pelengkap
Pelengkap dalam kalimat seringkali rancu keberadaannya. Kata yang berfungsi sebagai pelengkap
kadang juga bisa berfungsi sebagai keterangan atau objek. Butuh kejelian untuk
mengklarifikasikan fungsinya.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata tadi pagi sebagai pelengkap, menjelaskan pelengkap keterangan waktu saat ibu membeli
sayur dipasar. Bagaimana jika pelengkap tadi berfungsi sebagai objek, perhatikan contoh berikut.
Contoh : Ibu sedang makan sayur.
Kata ikan dalam contoh diatas bisa berfungsi sebagai objek, tapi bisa juga berfungsi sebagai
pelengkap.
Dalam penjelasan diatas menunjukan bahwa kata yang membentuk sebuah kalimat, memiliki
unsur-unsur dan fungsi penting seperti subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Fungsi-
fungsi kata diatas memberi ciri dan keterangan dari terbentuknya sebuah kata didalam kalimat.

8
2.1.4 Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat. Konstruksinya
yang berupa kelompok kata menunjukkan frasa lebih tinggi dari kata. Proses pembentukan frasa
sama dengan pembentukan kata majemuk, tetapi jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih
banyak dari kata majemuk.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh frasa, diantaranya.
1. Konstruksinya tidak mempunyai predikat (non predikatif).
2. Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom.
3. Susunan katanya berpola tetap.
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata yang mempunyai
subjek predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat. Predikat adalah kata atau kelompok
kata yang menyatakan perbuatan/tindakan.
Contoh.
Langit batik biru baju.
Yang berbahaya sangat penyakit.
Contoh kelompok kata diatas bukanlah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan
makna.
Jika rangkaian kata itu diubah susunannya maka akan mempunyai makna yang jelas.
Contoh.
Baju batik biru langit.
Penyakit yang sangat berbahaya.
Contoh kelompok kata diatas barulah itu dinamakan frasa. Sama halnya dengan kata, frasa juga
akan berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan di dalam kalimat.

2.1.5 Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di bawah kalimat,
berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi
untuk menjadi kalimat. Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat karena meskipun
bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum
adanya intonasi akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.

9
Adapun ciri-ciri klausa  adalah sebagai berikut.
Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang.
Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final.
Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat.
Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi yang belum terdapat
. dalam Klaus a tersebut..

2.2 Berapakah pembagian jenis kata


Secara tradisional pembagian jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia
termasuk bahasa indonesia umumnya ada sepuluh jenis kata, namun yang hanya ada empat jenis
saja yang akan saya jelaskan yaitu nomina, verba, ajektiva dan adverbia, berikut ringkasannya.

Nomina
Nomina atau Kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda baik konkret
maupun abstrak. Kalau di cermati lebih lanjut, tidak lain dari nama benda yang di acunya.
Ambillah sebagai contoh benda yang kita lihat sehari- hari, misalnya benda konkret seperti buku,
kunci, pohon, nasi, rumah. Dan benda abstrak yang kita rasakan misalnya, agama, peraturan,
pikiran, nafsu, maka kita akan mengakui semua itu adalah nama suatu benda atau sesuatu hal.
Oleh karena itu, kata benda disebut juga dengan istilah kata nama (Nomina).
Kata benda sangat perlu di kenali karena akan berfungsi sebagai subjek, objek atau pelengkap
dalam kalimat.
Ada 2 ciri umum nomina.
Nomina tidak boleh diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkar nomina adalah bukan.
Nomina/kata benda (KB) dapat berkombinasi dengan ajektiva/kata sifat (KS), baik di antarai oleh
yang (sangat) maupun tidak. Artinya kontruksi KB + KS dan KB + yang (sangat) + KS akan
menghasilkan makna yang jelas dan logis.

10
2.2.2 Verba
Verba atau Kata kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan, tindakan, proses atau
keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai
predikat dalam kalimat.
Berdasarkan definisi itu verba dapat dipilih menjadi dua kelompok yaitu.
Verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Verba ini merupakan jawaban atas pertanyaan
‘‘Apa yang dilakukan oleh subjek ? ’’
Verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukat sifat. Verba ini merupakan jawaban atas
pertanyaan ‘‘Apa yang terjadi pada subjek ? ’’
Contoh.
Ayah selalu membelikan  permen kepada adik.
Kata membelikan merupakan verba yang menyatakan suatu perbuatan.
Ayah memberhentikan karyawannya karena tidak taat aturan.
Kata memberhentikan merupakan verba yang menyatakan suatu keadaan.
Seluruh contoh verba diatas dapat menjadi predikat sebuah kalimat, yaitu hal yang menyatakan
perbuatan atau keadaan subjek, contoh diatas juga jawaban dari apa yang dilakukan oleh subjek
dan apa yang terjadi pada subjek.
Pembentuk kata atau morfologis dari kedua jenis  verba diatas bisa dengan menggunakan
kombinasi awalan dan akhiran Me-, -kan untuk verba yang menyatakan tindakan, atau kombinasi
awalan, sisipan, akhiran Me-, ber-, -kan, untuk verba yang menyatakan keadaan. Jika ada kata
yang menggunakan  kombinasi tersebut maka itu adalah verba atau kata kerja.

2.2.3 Ajektiva
Ajektiva atau kata sifat adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina seperti orang,
binatang, dan benda lainnya. Kata sifat mampu menjelaskan atau mengubah kata benda menjadi
lebih spesifik, karena kata sifat mampu menerangkan kualitas dan kuantitas dari kata benda.
Ciri-ciri yang menjadi proses pembentukan kata kata sifat.
Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan Ter- yang mengandung makna paling.
Contoh.
Aku menjadi murid terbaik disekolah.

11
Dia wanita tercantik disekolah.
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar misalnya, rajin, malas, dll.

2.2.4 Adverbia
Adverbia atau kata keterangan  adalah kata yang menerangkan nomina, verba, ajektiva,
frasa dan juga seluruh kalimat.
Adverbia/Kata Keterangan terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya.
a. Adverbia kualitatif
Adverbia ini menambahkan keterangan kualitas pada sebuah kalimat yang disertainya,
adverbia kualitatif yaitu kurang, sangat, dll.
Contoh.
Nia kurang memberi perhatian pada anaknya.
Rina sangat mencintai anaknya.
b. Adverbia kuantitatif
Adverbia ini menambahkan keterangan kuantitas pada sebuah kalimat yang disertainya,
adeverbia kuantitatif yaitu sebesar, sebanyak – banyaknya, dll.

2.3 Pengertian Makna Kata dan Perubahannya


2.3.1 Makna Kata
Makna kata adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan. Makna kata memiliki
pengertian yang sangat beragam. Makna kata terbagi menjadi dua bagian yaitu.
Jenis Makna Kata
Ada lima jenis makna kata diantaranya.
a. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna kata dalam alam wajar, makna ini adalah makna yang sesuai
dengan apa adanya.
Contoh : Dewi sedang menanam bunga didepan rumahnya.
( Menanam bunga artinya sedang menanam )
b. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna ini timbul karena sikap social, sikap pribadi dan
kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.

12
Contoh : Dewi merupakan anak emas didalam keluarganya.
( Anak emas artinya anak yang paling disayang )
c. Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas, makna ini dapat disejajarkan dengan makna
denotatif.

2.3.2 Perubahan makna kata


Perubahan makna adalah suatu kata yang diakibatkan karena kurun waktu pemakaian atau
pertukaran tanggapan dari pancaindra yang merespon kata itu. Macam-macam perubahan makna
kata diantaranya.
a. Generalisasi/Perluasan
Generalisasi/Perluasan adalah perubahan makna dari yang khusus menjadi yang lebih umum.
Contoh : Bapak kepala sekolahku bernama bapak hasan.
Penjelasanya : Bapak dalam arti umum merupakan sebutan untuk orang laki-laki yang lebih tua.
Penjelasanya : Bapak dalam arti khusus merupakan panggilan kepada orang tua laki-laki.
b. Spesialisasi/Penyempitan
Spesialisasi/Penyempitan adalah perubahan makna dari yang umum menjadi khusus.
Contoh : Saya bercita-cita menjadi sarjana ekonomi.
Penjelasanya : Sarjana dalam makna yang umum merupakan sebutan untuk orang pintar atau
cendekiawan pada zaman dulu.
Penjelasanya : Sarjana dalam makna yang khusus merupakan mahasiswa yang lulus perguruan
tinggi.
c. Ameliorasi/Peninggian
Ameliorasi/Peninggian adalah perubahan makna menjadi yang lebih tinggi.
Contoh : Istri dari putra bungsu raja mataram, telah melahirkan seorang anak laki-laki.
Penjelasanya : Putra kedudukannya lebih tinggi dari anak.
Penjelasanya : Anak kedudukannya lebih rendah dari putra.
d. Peyorasi/Penurunan
Peyorasi/Penurunan adalah perubahan makna menjadi yang lebih rendah atau kasar.
Contoh.Dewi sangat marah saat melihat suaminya selalu merayu-rayu bini orang.
Penjelasanya : Bini ialah panggilan yang rendah, atau makna lama dari istri.

13
Dewi kini telah sah menjadi seorang istri bagi pasangan nya.
Penjelasanya : Istri ialah panggilan yang lebih mulia, atau makna baru dari bini.
e. Asosiasi/Persamaan Sifat
Asosiasi/Persamaan Sifat adalah perubahan makna akibat persamaan makna lama dengan makna
yang baru.
Contoh.:Sudah bukan hal yang tabu, jika para pemimpin negeri ini hanya berebut kursi.
Penjelasanya : Kursi dalam makna yang sebenarnya adalah benda yang difungsikan sebagai
tempat duduk. Namun dalam kalimat di atas, kursi artinya jabatan.
Seusai acara, seluruh panitia pelaksana mendapatkan amplop masing – masing.
Penjelasanya : Amplop dalam makna yang sebenarnya adalah benda yang difungsikan sebagai
tempat meletakkan benda kertas. Namun dalam kalimat di atas, ‘amplop’ artinya penghasilan/gaji.
f. Sinestesia/Pertukaran
Sinestesia/Pertukaran adalah perubahan makna karena pertukaran tanggapan dua indra sekaligus.
Contoh : Cinta membawakan sebuah puisi yang indah buat Rangga kekasih hatinya sebelum
Rangga pergi ke NewYork, Amerika.
Penjelasan : Puisi Indah disini pada dasarnya adalah sebuah puisi yang kita dengarkan, bukan puisi
yang kita lihat dengan mata.
Puisi yang Indah disini telah terjadi pertukaran tanggapan antara indra pendengar (telinga) dengan
indra penglihat (mata).
g. Personifikasi/Pengumpamaan
Personifikasi/Pengumpamaan adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia kepada benda
mati.
Contoh : Burung bernyayi menyambut pagi hari.
Penjelasan : Burung bernyayi maknanya ialah Burung berkicau.
Rumput bergoyang tertiup angin senja.
Penjelasan : Rumput bergoyang maknanya ialah Rumput bergerak.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari seluruh uraian diatas kita bisa belajar cara membuat sebuah kalimat yang efektif,
dengan memahami dasar-dasar dari bunyi sebuah kata yang dijelaskan oleh fonem dan
memaknainya dengan morfem. Jika kedua komponen ini sudah kita pahami, maka kita akan lebih
mudah dalam membuat sebuah frasa, klausa ataupun kalimat. Dalam uraian-uraian pengertian kata
diatas, kita bisa lebih memahami makna dari bunyi-bunyi kata dan kalimat yang sering kita
ucapkan sehari-hari.
Dalam kehidupan kita sehari-hari kita pasti selalu mendengar dan mengucapkan kata-kata
yang dijelaskan diatas seperti nomina, verba, ajektiva dan adverbia. Selain itu kita juga dapat
mengerti morfologis dan perubahan makna pada kalimat yang keluar dari percakapan  kita
bersama orang lain, dengan memahami jenis-jenis kata, makna dan relasinya serta memahami
setiap perubahan maknanya.
Namun untuk memahami semua itu diperlukan ketelitian dan kejelian dalam mendengar,
mengucapkan dan mengartikan sebuah kalimat agar memiliki sebuah makna yang jelas, karena
perubahan kata atau makna dalam kalimat bahasa Indonesia itu tidak terjadi begitu saja, karena
jika kita salah mengucapkan dan mengartikan kata dalam kalimat tersebut maka kalimat itu tidak
akan menjadi sebuah kalimat yang efektif.
  Sehingga diperlukan pengertian-pengertian tentang komponen dasar pembentuk
kata seperti fonem dan morfem, untuk menjadikannya sebuah kalimat dengan memahami jenis-
jenis kata, jenis makna, relasi dan perubahannya, agar kalimat itu bisa menjadi sebuah kalimat
yang efektif dan memiliki makna yang jelas dan logis.

15
3.2 Saran
Penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen, rekan-rekan
mahasiswa dan para pembaca.
Dan semoga apa yang telah kami uraikan diatas dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam
memahami pengertian-pengertian kata dan pembentukan kata yang telah dijelaskan diatas, dan
semoga bisa menjadi pedoman dalam mempelajari mata kuliah bahasa Indonesia dengan lebih
cermat dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

16
http://cahyachula.blogspot.com/2015/12/makalah-bentuk-dan-makna-kata.html

17

Anda mungkin juga menyukai