Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MORFOLOGI DAN BAGIAN-BAGIANNYA

MATA KULIAH MORFOLOGI

DOSEN PENGAMPUH
Ibu Siti Hadija Alaydrus, S.Pd., M.Si

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1


Mahfud Godal : 22660019
Ikhsan : 226600
Alwinsya : 226600
Indah Rahmawati: 22660005
Sriweni : 22660031
Rosnita : 22660014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat membuat
Makalah ini. Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal
mungkin demi kesempurnaan penyusunan laporan ini

Saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi
kesempurnaan dalam penulisan Makalah berikutnya. Dalam kesempatan ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah ini,

Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat membantu bagi pembaca. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah membantu, semoga Allah SWT. membalas semua kebaikan
kalian. Amin.

DAFTAR ISI
2
MAKALAH MORFOLOGI DAN BAGIAN-BAGIANNYA ..............................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
BAB II .......................................................................................................................4
PEMBAHASAN .......................................................................................................5
A. Pengertian Morfologi.......................................................................................5
B. Bagian-Bagian Morfologi ................................................................................5
C. Proses Morfologis............................................................................................9
D. Komposisi (Kata Majemuk)..........................................................................11
BAB III....................................................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................12
A. KESIMPULAN ..............................................................................................13
B. SARAN ............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Morfologi adalah salah satu bagian dari ilmu bahasa yang perlu dipelajari
lebih dalam. Topik ini fokus pada perubahan bentuk kata dan maknanya. Ingin
mengetahui lebih lanjut terkait morfologi? Berikut adalah penjelasannya! Baryadi
dalam buku Morfologi dalam Ilmu Bahasa menjelaskan morfologi sebagai kata
yang diadaptasi dari Bahasa Inggris morphology. Morph berarti 'bentuk,'
sedangkan -logy berarti 'ilmu.' Bila digabungkan, morfologi berarti ilmu tentang
bentuk. Morfologi dalam ilmu bahasa Juga diartikan sebagai salah satu cabang
linguistik atau ilmu bahasa yang mengkaji morfem dan kata, yaitu dua satuan
kebahasaan dari sepuluh satuan kebahasaan yang dikenal secara umum.

Sementara itu, pengertian morfologi menurut kamus linguistik dalam buku


Psikolinguistik (Teori dan Analisis) adalah bidang linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata
dan bagian-bagian kata, yakni morfem.Kemudian, Nurhayati dan Siti Mulyani
menjelaskan bahwa morfologi adalah ilmu yang membicarakan kata dan proses
pengubahannya. Verhaar dalam buku Psikolinguistik berpendapat bahwa
morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata
secara gramatikal.
Sejumlah pengertian ini menghasilkan kesimpulan bahwa morfologi adalah
bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk kata, meliputi pembentukan
dan perubahannya, yang mencakup kata dan bagian-bagian kata atau morfem.

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Pengertian Morfologi

Pengertian Morfologi – Di dalam kajian linguistik atau ilmu kebahasaan,


morfologi merupakan suatu ilmu tentang bentuk-bentuk dan pembentukan kata
(Chaer, 2015, hlm. 3). Sementara itu, menurut Ramlan (2019, hlm. 29) menyatakan
bahwa morfologi adalah bagian ilmu bahasa yang mempelajari mengenai seluk-
beluk kata dan pengaruh perubahan bentuk kata pada golongan dan juga arti kata.

Dengan kata lain, bisa dikatakan morfologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari mengenai seluk-beluk kata dan juga fungsi perubahan-perubahan
bentuk tersebut, baik itu dalam fungsi gramatik atau arti kata berdasarkan konteks
penggunaan, maupun fungsi semantik atau arti kata berdasarkan makna
kamus/leksikal.

B. Bagian-Bagian Morfologi

Lalu, sebenarnya apa yang menjadi objek kajian morfologi? Pastinya yang
menjadi objek morfologi adalah kata. Akan tetapi, sebenarnya kata sendiri
dibentuk dari sesuatu yang lebih kecil, sebelum akhirnya menjadi sebuah kata.
Sesuatu yang kecil tersebut adalah morfem.

1. Morfem

Morfem merupakan satuan terkecil di dalam bahasa yang mempunyai


pengertian dalam satu ujaran. Seperti halnya yang dikatakan oleh Hocket, morfem
merupakan unsur terkecil yang secara individual memiliki pengertian dalam satu
ujaran suatu bahasa. Kemudian, seperti apa bentuk morfem itu? Bentuk dari
morfem sendiri bisa berupa imbuhan kata, misalnya aja: ber-, di-, juang. Menurut
Keraf, morfem dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Morfem bebas yang bisa langsung membentuk sebuah kalimat ataupun


morfem yang bisa berdiri sendiri.
 Morfem terikat yang tidak bisa langsung membina sebuah kalimat, namun
selalu terikat dengan morfem lainnya.

Kata merupakan sebuah morfem juga, atau lebih tepatnya adalah morfem bebas,
karena kata bisa berdiri sendiri tanpa adanya morfem lain. Sedangkan afiks atau

5
imbuhan di- dan ber- adalah morfem terikat, karena keduanya harus digabungkan
dengan morfem lainnya.

Berikut ini adalah beberapa contoh analisis sederhana morfem, antara lain:

 Berjalan = ber- dan jalan (dua morfem)


 Berjalan ke luar rumah = ber-, jalan, ke, luar, rumah, (lima morfem)
 Morfem, Morf, dan Alomorf

Umumnya, morfem akan dilambangkan dengan pangapit tanda kurung kurawal


{…}. Kata “buat” sebagai salah satu bentuk morfem dilambangkan dengan:
{buat}. Sedangkan kata “buatkan” dibentuk dari {buat} + {kan}. Akan tetapi, pada
kenyataannya, morfem sendiri juga termasuk ke dalam sesuatu yang bersifat
abstrak. Morfem, {meng-} misalnya, bentuk aslinya sangat bervariasi, misalnya:

 {meng-} + {sapu} > menyapu [məɲ + sapu]


 {meng-} + {lukis} > melukis [məø + lukɪs]
 {meng-} + {bawa} > membawa [məm + bawa]
 {meng-} + {gapai} > menggapai [məŋ + gapaɪ]
 {meng-} + {dengar} > mendengar [mən + dəŋar]
 Judul: Morfologi Kajian Pembentukan Kata

Dari contoh yang sudah disebutkan di atas, bisa kita lihat bahwa morfem
{meng-} mempunyai banyak sekali variasi. Tepatnya dari contoh di atas, ada lima
varian. Variasi tersebut disebut dengan sebutan alomorf. Secara sederhana, alomorf
merupakan variasi dari morfem (). Diantara alomorf di atas yang dinilai paling
mewakili adalah morfem {meng-} itu sendiri. Adapun bentuk yang paling
mewakili itu disebut dengan morf, yang pada umumnya akan langsung dijadikan
sebagai nama morfem itu sendiri.

Alomorf dari morfem {meng-} dinilai sebagai morf, karena distribusinya yang
luas, yaitu bisa diikuti oleh konsonan velar (k,g), konsonan faringal (h), dan juga
semua vokal (a,i,u,e,o). Berikut ini adalah beberapa contoh dari morfem yang
mempunyai alomorf dan morf adalah morfem {ber-}.

 ajar + {ber-} > belajar


 rupa + {ber-} > berupa
 ubah + {ber-} > berubah

A.Klasifikasi Morfem

6
Morfem sendiri bisa dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi, antara lain:

a. Morfem Bebas dan Terikat

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa morfem bebas adalah


morfem yang bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kata atau membentuk sebuah kata.
Morfem duduk, makan, jalan, mandi, dan lainnya, masing-masing adalah kata yang
bisa langsung menjadi sebuah unsur kalimat, seperti yang terlihat di kalimat
berikut ini:

 Nana sudah mandi


 Shafa sedang duduk di teras
 Anak kecil itu makan sepotong kue

Ketiga morfem tersebut bisa dikelompokkan sebagai morfem bebas. Pada


dasarnya, semua kata dasar atau kata monomorfemis bisa digolongkan sebagai
morfem bebas.

Sementara itu, morfem terikat merupakan morfem yang tidak bisa berdiri
sendiri. Itu artinya, morfem tersebut harus bergabung dan juga terikat dengan
morfem lainnya untuk membentuk sebuah kata utuh. Berikut ini adalah beberapa
contohnya, antara lain:

 Di dalam kata bersembahyang, morfem terikat {ber-} digabung dengan satu


morfem bebas yaitu {sembahyang}.
 Di dalam sebuah kata ketidakhadiran, morfem terikat {ke-/-an} bergabung
dengan dua morfem bebas, yaitu morfem {tidak} dan {hadir}.
 Morfem terikat {ber-} bisa bergabung dengan morfem terikat {juang} untuk
membentuk sebuah kata berjuang.

b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Morfem utuh merupakan morfem yang secara keseluruhan komponennya


menyatu dan utuh dalam suatu posisi.

 Contohnya, kata “minuman” terdiri dari dua morfem yaitu morfem bebas
{minum} dan morfem terikat {-an}. Dimana masing-masing morfem itu
tergolong ke dalam morfem utuh.

Kemudian, morfem terbagi merupakan morfem yang posisi komponennya


terpisah. Sementara morfem terikat {per-/-an} pada kata “perburuan”, misalnya,

7
disela oleh morfen bebas yaitu {buru}, sehingga komponennya terpisah dan
terbagi, yaitu sebagian berada di depan bentuk dasar dan sebagian lagi berada di
belakang bentuk dasar.

c. Morfem Dasar, Morfem Pangkal, dan Morfem Akar

Morfem dasar merupakan salah satu bentuk yang menjadi dasar bentukan
dalam proses morfologis. Bentuk dasar tersebut bisa berupa morfem tunggal,
misalnya saja, gambar, main, dan lain sebagainya.Dalam Bahasa Indonesia,
gambar dan main adalah morfem tunggal yang menjadi bentuk dasar dari kata
bermain dan juga mainan, lalu bergambar dan menggambar.Morfem dasar juga
bisa berupa gabungan dari morfem, misalnya saja, kata perbudak. Morfem dasar
perbudak (adalah gabungan dari morfem bebas “budak” dan morfem terikat yaitu
“per-”) menjadi dasar bentuk dari kata “memperbudak”.

Sementara morfem pangkal atau stema merupakan sebuah istilah yang


digunakan untuk mengungkapkan bentuk dasar dalam proses infleksi ataupun
proses pembubuhan afiks inflektif. Dalam Bahasa Indonesia sendiri, morfem
pangkal bisa dilihat pada kata lain yang sudah dibubuhi afiks ber- menjadi kata
bermain.Morfem pangkal yang berasal dari kata bermain adalah main, yang mana
merupakan morfem dengan kategori verba. Saat dibubuhi afiks ber-, morfem
pangkal menjadi sebuah morfem yang tetap berkategori verba. Sehingga morfem
pangkal adalah bentuk dasar dari bentukan yang lebih tinggi namun tetap
mempertahankan kategori kata yang sudah dimiliki oleh morfem pangkal.

Berikutnya, bentuk yang tersisa sesudah semua afiksnya ditanggalkan, baik


itu afiks infleksional ataupun afiks deverensionalnya disebut dengan istilah
morfem akar. Misalnya saja, dalam Bahasa Indonesia kata memperbaiki adalah
morfem berimbuhan yang mempunyai morfem akar. Baik itu yang mengalami
proses afiksasi dengan penambahan morfem per-i menjadi perbaiki, kemudian
perbaiki ditambah dengan morfem terikat mem- menjadi memperbaiki.

2. Kata

Kata merupakan sebuah bentuk bebas yang paling kecil. Akan tetapi,
morfem mungkin saja termasuk ke dalam keseluruhan kata ataupun merupakan
bagian dari suatu kata. Jadi, bisa dikatakan juga bahwa kemungkinan besar,
sebenarnya morfem adalah satuan kata yang paling kecil.

Untuk perbedaan yang paling mendasar dari morfem dan juga kata adalah
kata bisa berdiri sendiri dan bisa membentuk suatu makna bebas. Sebagai satuan
8
gramatik, kata sendiri terdiri satu ataupun beberapa morfem.Suatu kata bisa berupa
bentuk tunggal ataupun terdiri dari satu satuan gramatikal dan bisa juga berupa
bentuk kompleks atau terdiri dari beberapa satuan gramatikal. Dalam artian lain,
bentuk kompleks tersebut dibangun oleh satuan gramatikal yang lebih kecil.

a. Klasifikasi Kata

Dengan melihat jumlah morfem yang membentuk sebuah kata, bisa


dibedakan menjadi 2, yaitu:

 Kata monomorfemis yang mana terdiri dari satu morfem seperti meja,
burung, pohon, nasi, ibu, dan lain sebagainya.
 Kata polimorfemis adalah kata yang terdiri dari dua morfem atau lebih,
misalnya saja, membeli, makanan, kue-kue, duduklah, jejaring, rumah
makan, mitra kerja, temanmu, dan lain sebagainya.

3.Satuan Gramatik Lainnya

Morfem, kata, frasa, dan klausa, dan lainnya sebagai satuan gramatika
ataupun gramatika. Satuan gramatik merupakan berbagai satuan yang mengandung
arti, baik itu arti leksikal ataupun arti gramatikal. Pastinya, untuk memahami
morfologi yang mempelajari tentang bentuk dan pembentukan sebuah kata,
pemahaman terhadap satuan gramatika menjadi sangat penting.

Akan tetapi, beberapa satuan gramatika lebih relevan dengan cabang


linguistik yang lainnya, seperti sintaksis dan semantik. Sementara satuan gramatika
lainnya bisa dipelajari di pembahasan di bawah ini.

C. Proses Morfologis

Proses morfologis merupakan suatu proses pembentukan kata dari satuan


lain yang merupakan bentuk dasarnya. Kemudian, Ramlan juga membagi proses
ini menjadi beberapa jenis atau klasifikasi, antara lain: afiksasi, reduplikasi, dan
juga komposisi. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya:

1. Afiksasi

9
Afiksasi merupakan proses pembubuhan afiks atau imbuhan pada suatu
morfem dasar atau bentuk dasar. Proses tersebut melibatkan unsur-unsur dasar
ataupun bentuk dasar, afiks, dan juga makna gramatikal yang dihasilkannya.
Contoh dari afiksasi sederhana yaitu:

 ajar + {ber-} > belajar


 ubah + {ber-} > berubah
 rupa + {ber-} > berupa

Jika dilihat dari posisi melekatnya bentuk dasar, afiks bisa diklasifikasikan sebagai
berikut:

a. Prefiks: merupakan afiks yang telah ditambahkan di awal bentuk dasar, seperti
misalnya me- yang ada pada kata menghibur. Prefiks ini bisa muncul bersama
dengan sufiks ataupun afiks lainnya. Misalnya saja, prefiks ber- bersama dengan
sufiks -kan pada kata berdasarkan.

b. Infiks: merupakan afika yang ditambahkan di tengah bentuk dasar. Dalam


Bahasa Indonesia, infiks -el- yang ada pada kata telunjuk dan -er- yang ada pada
kata seruling.

c. Sufiks: merupakan sebuah afiks yang ditambahkan pada posisi akhir bentuk
dasar. Misalnya saja, dalam Bahasa Indonesia, sufiks -an yang ada pada kata
bagian dan sufiks -kan yang ada pada kata bagaikan.

d. Konfiks: merupakan afiks yang berbentuk morfem terbagi, yang mana pada
bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan yang bagian kedua berposisi
pada akhir bentuk dasar. Di dalam Bahasa Indonesia, terdapat konfiks per-/-an
seperti yang ada pada kata pertemuan, konfiks ke-/-an seperti pada kata
keterangan, dan konfiks ber-/-an seperti pada kata berciuman.

e. Sirkumfiks: merupakan gabungan dari afiks yang bukan konfiks, seperti ber-/-an
pada kata beraturan yang mempunyai makna “memiliki aturan”.

2. Reduplikasi

Menurut Ramlan proses reduplikasi ataupun pengulangan merupakan


pengulangan satuan gramatik, baik itu keseluruhannya ataupun sebagian, baim itu
dengan variasi fonem ataupun tidak. Hasil dari pengulangan tersebut disebut
dengan kata ulang yang mana termasuk ke dalam kata majemuk. Sementara satuan
yang diulang adalah bentuk dasar. Ada beberapa jenis reduplikasi, antara lain:

10
a. Pengulangan seluruh yaitu pengulangan untuk seluruh bentuk dasar, tanpa
adanya perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses oembubuhan
afiks, misal ya: sepeda menjadi sepeda-sepeda, pohon menjadi pohon-pohon, dan
lain sebagainya.

b. Pengulangan sebagian yaitu pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Hampir


seluruh bentuk dasar pengulangan golongan ini berupa bentuk kompleks, misalnya:
mengambil menjadi mengambil-ambil, berjalan menjadi berjalan-jalan, dan lain
sebagainya.

c. Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, di dalam


jenis ini bentuk dasar yang diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses
pembubuhan afiks. Itu artinya, pengulangan itu terjadi secara bersamaan dengan
proses pembubuhan afiks dan bersamaan juga dengan mendukung suatu fungsi,
misalnya: kereta yang menjadi kereta-keretaan, pohon menjadi pohon-pohonan.

d. Pengulangan dengan adanya perubahan fonem, misalnya: bolak-balik yang


terbentuk dari kata dasar balik yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem
/a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.

D. Komposisi (Kata Majemuk)

Komposisi ataupun kata majemuk merupakan sebuah kata yang mempunyai


makna baru yang tidak termasuk gabungan makna unsur-unsurnya. Kata majemuk
ini dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kata majemuk setara dan kata majemuk
tidak setara. Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya

a. Kata Majemuk Setara

Kata majemuk setara biasanya disebut juga dengan kata majemuk kumulatif
atau kata majemuk gabungan, yaitu kata majemuk yang bagiannya sederajat. Kata
majemuk setara ini dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

 Bagiannya terdiri dari wakil-wakil dari keseluruhan yang dimaksud,


misalnya saja: kaki tangan, orang tua, tikar bantal, dan lain sebagainya.
 Bagiannya terdiri dari kata yang berlawanan, misalnya saja: tua muda, besar
kecil, dan tinggi rendah.
 Bagiannya terdiri dari kata-kata yang memiliki makna hampir sama,
misalnya: panjang lebar, susah payah, hancur lebur, dan lainnya.

b. Kata Majemuk tak setara


11
Kata majemuk tidak setara biasanya disebut juga dengan majemuk determinatif,
yaitu kata majemuk yang tidak memiliki inti, umumnya kata majemuk ini terdiri
dari:

 Kata majemuk yang memiliki susunan DM (diterangkan menerangkan),


misalnya saja: raja muda, rumah obat, orang tua.
 Kata majemuk yang memiliki susunan MD (menerangkan diterangkan),
misalnya saja: purbakala, bumiputera, maharaja.

BAB III

PENUTUP

12
A. KESIMPULAN

Morfologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai seluk-beluk


kata dan juga fungsi perubahan-perubahan bentuk tersebut, baik itu dalam fungsi
gramatik atau arti kata berdasarkan konteks penggunaan, maupun fungsi semantik
atau arti kata berdasarkan makna kamus/leksikal.

Morfologi terdiri dari Morfem, Kata, dan Satuan Gramatik lainnya seperti:
Morfem, kata, frasa, dan klausa. Adapun proses Morfologis yaitu Afiksasi,
Reduplikasi dan Komposisi

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah inii penulis mengakui bahwa masih banyak


kekurangan dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kedepannya pembuataan makalah ini dapat menjadi
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna untuk diambil ilmunya;)

DAFTAR PUSTAKA
13
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6241560/morfologi-adalah-pengertian-
proses-jenis-dan-contoh.

https://www.gramedia.com/products/pengantar-
morfologi?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&
utm_content=LiterasiRekomendasi

14

Anda mungkin juga menyukai