Anda di halaman 1dari 13

MORFEM

syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi


Dosen Pengampu:
1. Dr. Farida Ariyani, M.Pd.
2. Yinda Dwi Gustira, M. Pd.

oleh:
Suharti Muharidha
2213046081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA LAMPUNG


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT dengan rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas  makalah yang berjudul morfem.
Dengan pembahasan yang sederhana agar dapat mudah dimengerti dan pahami.

Kami susun makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah morfologi ,
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan pada mata kuliah yang sedang di pelajari. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr Farida Ariyani M.Pd. dan Ibu Yinda Dwi Gustira, M. Pd.
Selaku dosen Pengampu mata kuliah morfologi.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,


untuk itu kami mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami maupun para pembaca.

BandarLampung, 28 Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3. Tujuan Masalah.............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1. Pengertian Morfem.......................................................................................3

2.2. jenis – jenis morfem......................................................................................3

2.3. morfem, morf dan alomorf............................................................................5

2.4. Prinsip – Prinsip Pengenalan Morfem...........................................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................8

3.1. Simpulan........................................................................................................8

3.2. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-


hari.Bahasa menjadi salah satu alat komunikasi yang paling sering digunkan,
baik dalam tulisan, lisan maupun bahasa tubuh. Sudah sejak kecil seorang
manusia mempelajari bahasa dengan baik dan benar agar dapat digunakan
secara efektif dalam berkomunikasi. Dalam bahasa Indonesia,bahasa memiliki
kaidah dalam penggunaanya,sehingga bahasa dapat diterima oleh penutur
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki struktur dan bentuk yang
menyusun sebuah kata. Oleh karena itu, terdapat ilmu morfologi yang
mempelajari mengenai struktur dan bentuk kata yang digunakan di Indonesia
dari jenjang bawah hingga jenjang atas. Salah satu yang dipelajari oleh ilmu
morfologi adalah morfem.
Morfem merupakan satuan bahasa terkecil dan memiliki
makna.Namun,masih banyak dari kita yang memiliki kebingungan dalam
mengidentifikasi sebuah morfem.Untuk menentukan satuan tersebut tergolong
dalam satuan morfem atau bukan, kita masih memerlukan waktu yang sangat
lama untuk memikirkan hal tersebut. Mengingat betapa pentingnya
pengetahuan mengenai morfem, makapada kesempatan kali ini kami akan
memaparkan mengenai morfem dan klasifikas idari morfem itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan morfem?

2. Apa saja jenis – jenis morfem ?

3. Apa itu morfem , morf dan alomorf?

4. Apa sajakah prinsip – prinsip pengenalan morfem?

1
1.3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui apa itu morfem?

2. Mengetahui apa saja jenis – jenis morfem ?

3. Mengetahui apa itu morfem , morf dan alomorf?

4. Mengetahui apa sajakah prinsip – prinsip pengenalan morfem?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Morfem

Pengertian Morfem Berdasarkan Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI),morfem merupakan satuan bentuk bahasa terkecil
yang mempunyai maknasecara relatif stabil dan tidak dapat dibagi
atas bagian bermakna yang lebihkecil. Sedangkan pengertian
morfen menurut Hocket (1958, hlm. 123 dalamTarigan 1987, hlm.
6) morfem adalah unsur terkecil yang secara Individual
mengandung pengertian dalam ujaran suatu bahasa.
Ramlan(1978:26) berpendapat morfem merupakan bentuk linguistic
yang paling kecil yang tidak memiiki bentuk lain sebagai unsurnya.
Badudu(1985:66)berpendapat morfem adalah bentuk bahasa
yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian bagian
yang lebih kecil,misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan
tus, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak
mempunyai makna, baik maknaleksikal ataupun makna gramatikal.
Demikian juga me-dan-kan tidak dapatkita bagi menjadi bagian
yang lebih kecil.Jadi, morfem adalah satuan bahasa yang paling
kecil yang tidak dapat dibagi lagi dan mempunyai makna
gramatikal dan makna leksikal.
2.2. jenis – jenis morfem

 Jenis morfem berdasarkan bentuk nya adalah sebagai berikut


1. Morfem bebas
Morfem Bebas adalah morfem yang secara potensial dapat
berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat. Morfem- morfem itu dapat
berdiri sendiri tanpa harus digabung dengan morfem lain.

3
Contoh: mejong, mija, nyak, kughsi, ghik kawai.

2. morfem terikat

Aadalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dan yang selalu
terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran, misalnya ng,
nge, ke, ko dan lain- lain. Morfem tersebut terikat dengan morfem lain
agar bisa berdiri dalam sebuah kalimat ,

Contoh: ngebeli ( beli), sebutko ( sebut) , ngelulih ( lulih), nyepok


( sepok.

 Morfem dapat diklasifikasi berdasarkan keutuhannya yaitu

1. Morfem utuh

Morfem utuh adalah morfem yang susunannya utuh atau tidak


terbagi. Contoh: {tuyun), {lijung}, {angkat}, {lantai}. Morfem-
morfem tersebut utuh susunannya dan tidak terbagi atau terpisah.

2. Morfem terbagi

Morfem terbagi adalah morfem yang perwujudannya dalam


bentuk morfem diantarai oleh unsur lain. Misalnya morfem {ke-an},
morfem tersebut bentuknya tidak utuh atau unsur-unsurnya terpisah.
Di antara ke- dan -an ada unsur lain misalnya unsur {satu} menjadi
kesatuan. ke- dan -an pada {ke-an} adalah satu morfem meskipun
terpisah comtohni : kelunik’an, kebenoghan.

 Jenis morfem berdasarkan maknanya adalah sebagai berikut:

- Morfem bermakna leksikal

Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang mempunyai


makna leksikal. Makna leksikal adalah makna kata atau leksem
sebagai lambang benda, peristiwa, objek, dan lain-lain. Contohnya
morfem {iwa}, {ku}, {lapah}, {dwi}, {lamban}, {buku}, dan {mu}.

Morfem bermakna leksikal tidak sama dengan morfem bebas.


Morfem bermakna leksikal bisa berbentuk morfem bebas bisa juga

4
berbentuk morfem terikat. Morfem {dwi} termasuk morfem terikat
karena harus digabung dengan morfem lain misalnya dwibahasa,
morfem {dwi} juga termasuk morfem bermakna leksikal karena
morfem {dwi} mempunyai makna leksikal yaitu dua.

- Morfem tidak bermakna leksikal

Morfem tidak bermakna leksikal adalah morfem yang tidak


mempunyai makna leksikal tetapi mempunyai makna gramatikal.
Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat
hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang
lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata
dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau
kalimat.

- Morfem segmental dan morfem suprasegmental

Morfem Segmental dan Morfem Suprasegmental

1. Morfem Segmental

Morfem segmental adalah morfem yang terjadi dari fonem


segmental atau atau dapat dibagi. Contoh morfem {mija}, bunyi
morfem tersebut dapat dibagi menjadi mi-ja atau m-i-j-a.

2. Morfem Suprasegmental

Morfem suprasegmental adalah morfem yang terjadi dari


fonem suprasegmental. Fonem suprasegmental adalah satuan bunyi
yang berupa tekanan, nada, atau jeda yang fonemis. Morfem
suprasegmental tidak ada dalam bahasa Indonesia.
2.3. morfem, morf dan alomorf

1. morfem

Pengertian morfem menurut Abdul Chaer adalah satuan


gramatikal terkecil yang mempunyai makna. Jadi, satuan terkecil bisa
berupa kata atau imbuhan. Misalnya (nge-), (di-). (ke-) sudah tidak
dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil. Contoh : ngeguwai,

5
ngebeli, dilakuko, kelunik’an.

2. morf

Morf menurut Kridalaksana wujud konkret atau wujud fonemis


dari morfem, yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/ pada
kata kenai adalah morf. Artinya /i/ pada kata tersebut tidak jelas
posisinya sebagai apa. Contohnya ghedik’i ghik cawa’i

3. alomorf

Berbeda dengan morf, alomorf sudah ditentukan posisi


distribusinya atau sudah jelas. Misalnya, /je/, /be/, dan /ke/ adalah
alomorf dari ber-, seperti pada kata kelom, jejama, dan belajagh,
posisinya jelas sebagai imbuhan.
2.4. Prinsip – Prinsip Pengenalan Morfem

Kata prinsip dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna asas


(kebenaran) yang menjadi pokok dasar berpikir atau bertindak. Berangkat dari
pengertian tersebut, prinsip pengenalan morfem adalah asas atau dasar dalam
cara kita mengenal sebuah morfem dalam bahasa. Menurut Muslich
(Tatabentuk Bahasa Indonesia, 2010: 6), prinsip pengenalan morfem bisa
dipakai dasar untuk mengidentifikasi morfem suatu bahasa.

Prof. Ramlan telah memberikan jawaban yang sangat baik dan terperinci
mengenai pengenalan morfem. Beliau mengemukakan prinsip-prinsip yang
saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem itu (dalam buku
Tarigan, 2009: 11-12)

Cara-cara untuk mengenal morfem dengan mudah menurut Ramlan dalam


buku Tarigan (Pengajaran Morfologi, 2009: 13) mengemukakan enam prinsip
pengenalan morfem. Adapun ke-enam prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

1. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal


atau arti gramatik yang sama merupakan satu morfem.

2. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda

6
merupakan satu morfem, apabila satuan-satuan itu mempunyai arti
leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu dapat
dijelaskan secara fonologik.

3. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda,


sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik, masih
dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti leksikal
atau arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi yang
komplementer.

4. Apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel dengan suatu


kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, atau lebih
dikenal dengan morfem zero.

5. Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama,


mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan satu
morfem yang berbeda.

6. Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupakan morfem.

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

Morfem merupakan satuan Bahasa terkecil yang memiliki makna


dantidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil. Morfem dapat
diklasifikasikan berdasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, dan maknanya.
Klasifikasi morfem tersebut yakni: 1) Morfem bebas dan morfem terikat,
2)Morfem utuh dan morfem terbagi,2)Morfem segmental dan suprasegmental,
5) Morfem bermakna leksikal dan morfem tidak bermakna leksikal.

Enam prinsip menurut Ramlan tersebut diantaranya, (1) satuan-satuan


yang mempunyai struktur fonologik dan arti leksikal atau arti gramatik yang
sama merupakan satu morfem; (2) satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang berbeda merupakan satu morfem, apabila satuan-satuan itu
mempunyai arti leksikal atau arti gramatik yang sama, asal perbedaan itu
dapat dijelaskan secara fonologik; (3) satuan-satuan yang mempunyai struktur
fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara
fonologik, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti
leksikal atau arti gramatik yang sama dan mempunyai distribusi yang
komplementer; (4) apabila dalam deretan struktur, suatu satuan berparalel
dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, atau
lebih dikenal dengan morfem zero; (5) satuan-satuan yang mempunyai
struktur fonologik yang sama, mungkin merupakan satu morfem, mungkin
pula merupakan satu morfem yang berbeda; (6) setiap satuan yang dapat
dipisahkan merupakan morfem.

8
3.2. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu kami mohon sarannya
agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga materi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan serta pengetahuan kita dalam
memahami tentang morfem.

9
DAFTAR PUSTAKA

Chaer,Abdul. 2007.LinguistikUmum.Jakarta:RinekaCipta.

Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses.


Jakarta:Rineka Cipta.

Kalamper, Yohanes, dkk. 1989. Morfologi Bahasa Tamuan. Jakarta:


DepartemenPendidikandanKebudayaan.

http://dekmiemind.blogspot.com/2014/11/prinsip-pengenalan-morfem.html?m=1.

10

Anda mungkin juga menyukai