Anda di halaman 1dari 25

BENTUK DAN MAKNA BAHASA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4 :


FADHILAH HUMAIRA
FITTY NOVRIDA AKMAL
LUTHFIA PUTRI
MAITSA ANVINI PUTRI
YOANA ZAHRA YUZANDRA
Latar Belakang
Penguasaan bahasa Indonesia secara intensif sangat penting di dalam era modern saat
ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar secara individu maupun kelompok merupakan
usaha kita dalam melestarikan bahasa negara kita. Bahasa indonesia juga merupakan alat
komunikasi resmi bagi seluruh penduduk nusantara.
Tetapi pada masa kini banyak orang yang berbahasa indonesia sehari-hari, namun
belum begitu mengerti tentang bentuk dan maknanya. Hal itu dimungkinkan karena
kurangnya pendidikan dan faktor lingkungan. Jadi pembelajaran dan penerapan berbahasa
indonesia secara baik dan benar sangat penting. Hal itu dilakuakan untuk membangun
bangsa dan negara, serta meningkatkan sistem komunikasi dan informasi dengan tepat.
Sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru perlu adanya pembekalan untuk
penguasaan bahasa indonesia dengan baik dan benar. Oleh karena itu kami rasa sangat
penting untuk membahas judul “Bentuk dan Makna Bahasa” di dalam bahasa indonesia,
dengan harapan supaya mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi
bangsa dan negara.
Rumusan Masalah
1. Apa bentuk dari bahasa?

2. Ada berapa pembagian jenis kata?

3. Apa saja makna dari bahasa?

Portfolio Designed
1 Bentuk Bahasa
A. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem.
Contoh : Yang membedakan arti jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/ yang dilambangkan
dengan huruf a. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/. Fonem /i/ dan /a/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak
dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.

Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah
lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa
indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem.
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan, adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna.

Contoh.
1. Makanan favoritku adalah sate
Kata “Sate” menunjukan nama makanan, jika fonem /e/ diganti menjadi fonem /u/, maka akan menjadi kata Satu, Satu
menunjukan kata bilangan. Kedua kata ini jelas memilki makna yang berbeda setelah fonem /e/ digantikan oleh fonem /u/.
2. Petani itu sedang makan soto
Kata “Soto” menunjukan nama makanan, jika kedua fonem /o/ nya diganti menjadi fonem /i/, maka akan menjadi kata Siti, Siti
menunjukan nama orang atau kata benda. Kedua kata ini jelas akan memilki makna yang berbeda setelah kedua fonem /o/
digantikan oleh fonem /i/.

Dari sini terbukti bahwa yang membedakan dua kata dari segi maknanya bukanlah huruf, melainkan bunyi dari huruf (fonem). Hal
inilah yang menyebabkan jumlah fonem lebih banyak dari huruf.
Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan; makna dan
atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel, dan
kata dasar (misalnya -an, -lah, -kah, -bawa). Contoh: morfem –an, di-, me-, ter-,
-lah, jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah yang mempunyai makna baru yang
berbeda dengan kata makan.
Menurut bentuk dan maknanya, morfem dibedakan menjadi dua macam:
Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai
morfem bebas. Contoh: makan, buku, sekolah, dan sebagainya.
 
Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang
lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan
B. Morfem akhiran) tergolong morfem terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-,
-an, -lah,-kan, dan sebagainya. Seperti:
Main + -an = Mainan.
Me- + main –kan = Memainkan.
Di- per- + main –kan = Dipermainkan.
Jika ditinjau dari segi bentuknya, semua kata dasar tergolong sebagai morfem
karena wujud bentuknya memang hanya satu morfem. Kata dasar makan, tidur,
main, tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata
mainan, memainkan, dipermainkan, adalah kata- kata kompleks yang dapat
diurai lagi karena morfemnya lebih dari satu.
C. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi makna. Seperti kata
sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita
akan meragukan bahkan memastikan bahwa adepes, libma, ningid, hailuk, bukan kata bahasa indonesia
karena tidak mempunyai makna.
Kata sebagai salah satu unsur pembentuk kalimat memiliki beberapa fungsi, yaitu.
• Fungsi subjek
Subjek dalam sebuah kalimat yang ditentukan berdasarkan beberapa ciri yaitu jawaban atas siapa yang
melakukan tindakan predikat. 02
Contoh 1 : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Subjeknya adalah ibu, ibu sebagai subjek diterangkan oleh tindakan membeli.
Ibu sebagai subjek adalah siapa yang diterangkan oleh predikat, bila diikuti oleh salah satu kata kerja
sambung. Misalnya ialah, adalah, yaitu, dan lain-lain.
Contoh 2 : Ibu adalah seorang guru.
Ibu sebagai subjek, dijelaskan oleh kata adalah yang berarti sebagai predikat kerja.
• Fungsi predikat
Predikat dalam kalimat merupakan unsur penting yang menjelaskan tentang subjek.
Contoh: Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata membeli sebagai predikat, memberi keterangan tentang kegiatan apa yang dilakukan oleh ibu dipasar
tadi pagi.
• Fungsi objek
Objek dalam kalimat mempunyai fungsi penting dalam memberi keterangan tentang predikat.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata sayur sebagai objek, memberi keterangan tentang barang apa yang dibeli oleh ibu dipasar tadi pagi.
• Fungsi keterangan
Keterangan dalam kalimat mempunyai fungsi yang sebenarnya tidak terlalu penting, namun dapat
memperjelas kalimat sehingga pesan lebih lengkap tersampaikan.
Contoh : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Di pasar sebagai keterangan, memberi penjelasan tempat ibu membeli sayur. Tak harus dicantumkan,
namun dengan mencantumkannya pembaca jadi mengetahui tempat 02 ibu membeli sayur tadi pagi.
• Fungsi pelengkap
Pelengkap dalam kalimat seringkali rancu keberadaannya. Kata yang berfungsi sebagai pelengkap kadang
juga bisa berfungsi sebagai keterangan atau objek. Butuh kejelian untuk mengklarifikasikan fungsinya.
Contoh 1 : Ibu membeli sayur di pasar tadi pagi.
Kata tadi pagi sebagai pelengkap, menjelaskan pelengkap keterangan waktu saat ibu membeli sayur
dipasar.
Bagaimana jika pelengkap tadi berfungsi sebagai objek, perhatikan contoh berikut.
Contoh 2 : Ibu sedang makan sayur.
Kata ikan pada contoh diatas berfungsi sebagai objek, tapi bisa juga berfungsi sebagai pelengkap.
Dalam penjelasan diatas menunjukan bahwa kata yang membentuk sebuah kalimat, memiliki unsur-unsur
dan fungsi penting seperti subjek, predikat, objek, keterangan dan pelengkap. Fungsi-fungsi kata diatas
memberi ciri dan keterangan dari terbentuknya sebuah kata didalam kalimat.
D. Frasa

Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung predikat dan belum
membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan
makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna lesikal 02kata pembentuknya karena hakikat frasa
adalah kata yang diperluas dengan memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit
batik, biru baju, yang berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai
kesatuan makna.
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik seperti: haus
kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara temu. Jika posisinya
berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. Seperti:
hari ini akan diadakan jumpa pers.
jumpa pers akan diadakan hari ini.
Frasa dikelompokkan menjadi lima macam:

• Frasa verbal (artinya sama dengan arti kata kerja)


asyik belajar (intinya: belajar)
sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
harus menulis kembali (intinya: menulis)
• Frasa adjektiva (artinya sama dengan arti kata sifat)
02
sudah baik, sangat malu, harus tidak kotor, benar sekali
• Frasa adverbial (artinya sama dengan arti kata keterangan)
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir pertunjukan itu
• Frasa nominal (artinya sama dengan arti kata benda)
penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa acara yang kocak, lima
lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
• Frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan konjungsi)
dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah
Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa
dan di bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk
menjadi kalimat. Dikatakan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
karena meskipun bukan kalimat, dalam banyak hal klausa tidak
berbeda dengan kalimat, kecuali dalam hal belum adanya intonasi
akhir atau tanda baca yang menjadi ciri kalimat.
E. Klausa
Adapun ciri-ciri klausa adalah sebagai berikut :
• Dalam klausa terdapat satu predikat, tidak lebih dan tidak kurang.
• Klausa dapat menjadi kalimat jika kepadanya dikenai intonasi final.
• Dalam kalimat plural, klausa merupakan bagian dari kalimat.
• Klausa dapat diperluas dengan menambahkan atribut fungsi-fungsi
yang belum terdapat dalam klausa tersebut.
Dalam konstruksinya yang terdiri atas S dan P, klausa dapat disertai dengan O, Pel, dan Ket, ataupun tidak.
Dalam hal ini, unsur inti klausa adalah S dan P. tetapi dalam praktiknya unsur S sering dihilangkan. Misalnya
dalam kalimat majemuk (atau lebih tepatnya kalimat plural) dan dalam kalimat yang merupakan jawaban.

Contoh :
Bersama dengan istrinya, Bapak sholeh datang membawa oleh-oleh.
Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa, yaitu : 02
• Klausa (1), Bersama dengan istrinya.
• Klausa (2), Bapak sholeh datang.
• Klausa (3), Membawa oleh-oleh.
Klausa (1) terdiri atas unsur predikat “Bersama” yang diikuti pelengkap “dengan istrinya”. Klausa (2)
terdiri atas subjek “Bapak sholeh” dan predikat “datang”, dan klausa (3) yang terdiri atas predikat
“Membawa” diikuti objek “oleh-oleh”.
Jadi akibat penggabungan ketiga klausa tersebut, subjek pada klausa (1) dan (3) dilesapkan. Kenapa
demikian, karena klausa hanya terbentuk dengan satu subjek saja, jika ada kelompok kata yang terbentuk
lebih dari satu subjek maka, itu bukan klausa melainkan sebuah kalimat.
2 Jenis Kata

Dari segi bentuknya kata dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


• Kata dasar (kata yang bermorfem tunggal) seperti: rumah, buku, dan cerdas.
• Kata turunan ( kata yang bermorfem banyak) seperti: dirumahkan, pembukuan, dan mencerdaskan.

Pembagian jenis atau kelas kata yang mutakhir adalah yang diajukan Tim Depdikbud RI (1988) dalam buku Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. di dalamnya, Moeliono mengelompokkan kata dalam lima jenis, yaitu:

A. Verba (Kata Kerja), adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan
sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan
+ KB (kata benda) atau KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis dan pergi, tergolong sebagai kata kerja
karena jika digabungkan dengan konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.

tulis + dengan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)


pergi + dengan adik (KB) bepergian + dengan gembira (KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam:
• Kata kerja asal, yaitu kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks misalnya tulis dan pergi.
• Kata kerja turunan, kata kerja yang mempunyai afiks misalnya menulis dan bepergian.
Ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di antaranya:
• Verba reduplikasi (kata kerja berulang-ulang); misalnya makan-makan, tembak-menembak, batuk-batuk, berlari-lari.
• Verba majemuk (kata kerja dari proses penggabungan kata, dan hasilnya bukan menjadi idiom); misalnya terjun
payung, tatap muka, siap tempur.
• Verba berpreposisi (kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu); misalnya tahu akan, cinta pada,
menyesal atas, tergolong sebagai.
B. Adjektiva (Kata Sifat), adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/benda. Dalam
pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu (1) kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.
Ciri-ciri kata sifat tunggal adalah sebagai berikut:
• dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling; misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
• dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu; misalnya sangat senang, amat luas, mahal
benar, sedikit sekali, terlalu berat.
• dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.

Kata sifat tunggal dapat di himpun menjadi lima kelompok:


1. keadaan atau situasi misalnya aman, kacau, tenang, gawat
2. warna misalnya ungu, hijau, biru, merah
3. ukuran misalnya berat, ringan, tinggi, besar
4. perasaan atau sikap; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
5. cerapan atau indera; misalnya harum, manis, terang, jelas

Mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi
produktif dalam bahasa indonesia.
Afiks Pembentuk Kata Sifat

Bentuk Afiks Contoh


Sufiks -i alami, hewani
-iah lahiriah, alamiah
-ik magnetik, elektronik
-is praktis, anarkis, egois
-er komplementer, parlementer
-wi manusiawi, kimiawi, surgawi

Konfiks ke-an keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan


(reduplikasi)
se- sebaik-baiknya, sepandai-pandainya
nya(reduplikasi)
C. Adverbia (Kata Keterangan), adalah kata yang memberi keterangan pada verba,
adjektiva, nomina predikatif, dan klausa.
Misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya pegawai biasa; kata segera dan hanya
adalah adverbia yang menerangkan verba melukis dan nomina predikatif pegawai biasa.
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu:
1. Adverbia tunggal (segera, sangat, hanya)
2. Adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya)
3. Adverbia ulang ada dua macam :
• Mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama)
• Mengulang kata dasar dan menambah se-nya (setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).
 
D. Rumpun Kata Benda, yang terdiri dari:
•Nomina (Kata Benda atau Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda konkret (buku, pohon,
kunci) maupun abstrak (agama, pengetahuan, nafsu). Kata benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap,
dan keterangan dalam kalimat.
Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya
kata buku dan pengetahuan.
buku + yang mahal (KS) pengetahuan + yang sangat penting (KS)

Dan untuk mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA :

Afiks Bentuk Contoh

Prefiks ke- ketua, kekasih, kehendak


pe- petinju, pembela, pendaftar

Sufiks -an pikiran, timbangan


-in hadirin, muslimin

Infiks -em- kemuning


-el- telunjuk, telapak

konfiks ke-an kehidupan, kemauan


pe-an pegunungan, pembelian
• Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka;
2) pronomia penanya, seperti apa, mana, kapan;
3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok;
4) pronomia penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
• Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang,
atau barang. Misalnya tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para, puluhan, setengah, dua lusin, tiga
bersaudara

E. Rumpun Kata Tugas (Partikel), yang terdiri dari:


• Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata
kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional), misalnya di kantor, dengan
memburuh, pada hari ini, sejak kecil.
• Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua
kalimat.
contoh: …..antara hidup dan mati.
Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
…...bukan amri tetapi amrin.
Konjuktor tidak selalu satu kata, bahkan dua kata atau lebih. seperti selain itu, walaupun begitu,
meskipun demikian, oleh karena itu.
Interjeksi (Kata Seru) adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapakan seruan hati seperti rasa
kagum, sedih, heran, dan jijik. Interjeksi dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah
(imperatif).
contoh: - Ayo, maju terus!
- Aduh, gigiku sakit sekali!
- Sial, memancing seharian, cuma dapat sedikit!
• Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada
tiga macam artikel, yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami, sang juara); (2)
artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3) artikel bermakna netral (si
hitam manis, si cantik, si dia).
• Partikel bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah artikel yang
berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah yang
dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang
hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
contoh: (-kah) - Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
- Bagaimanakah rasanya naik pesawat terbang?
(-lah) - Apalah dayaku tanpamu.
- Pergilah segera, sebelum jalan macet!
(pun) - Apa pun yang terjadi, kau tetap milikku.
- Hendak makan pun lauknya tidak ada.
2 Makna dan Perubahannya

Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua macam
makna yang terpenting, yaitu:
(1) makna leksikal,
(2) makna gramatikal.
Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah
struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang berarti kamus. Dengan kata lain, makna leksikal ialah makna
yang tertera dalam kamus, misalnya belah dapat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah,
(4) sisi, (5) pihak. Makna leksikal disebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-surat
dagang, laporan, dan tulisan ilmiah dengan tujuan agar makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir.
Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal (struktural). Makna
gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser dari makna leksikal kata itu; misalnya kata hitam yang
bermakna leksikal warna yang gelap, makna gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah
insyaf, dia tidak mau membicarakan masa lalunya yang hitam. Maka gramatikal kata hitam akan berbeda lagi dalam
kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya digunakan sebagai pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis.
contoh: -lembah hitam (daerah/tempat mesum)
-kuhitamkan negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)
Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, homonim, dan hiponim.
1. Sinonim (padan makna) ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. sinonim juga
diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian lain dari suatu ungkapan. Seperti kata nasib
dan takdir.
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
• Sinonim antarkalimat, misalnya saya melihat dia dan dia dia kulihat.
• Sinonim antarfrasa, misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai.
• Sinonim antarkata, misalnya nasib dan takdir, memuaskan dan menyenangkan.
• Sinonim antarmorfem, misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan stabilitas.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis. Hasil penggabungan
tersebut melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk; misalnya caci maki, gagah perkasa, sunyi senyap,
jungkir balik.
2. Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis berikut ini.
• Antonim antarkalimat; misalnya dia sakit dan dia tidak sakit.
• Antonim antarfrasa; misalnya secara teratur dan secara tidak teratur.
• Antonim antarkata; misalnya mustahil dan mungkin, hidup dan mati.
• Antonim antarmorfem; misalnya prasarjana dan pascasarjana.
Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau mempertentangkan; contoh besar dan
kecil, atas dan bawah. Selain itu juga malahirkan- frasa yang dapat menyemarakkan kalimat; contoh plus minus,
jiwa raga, kawin cerai, luar dalam, maju mundur.
- membongkar mesin itu mudah, tetapi memasangnya itu sulit.
- kakekku sudah lupa-lupa ingat pada peristiwa itu.
.
3. Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda.
Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur), bisa (racun) dan bisa (dapat/mampu). Selain
homonim terdapat pula homofon dan homograf. Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan yang sama,
tetapi makna dan bentuknya berbeda; misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang =
panggilan orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang. Homograf adalah dua kata yang
mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang = nama binatang,
beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai uang

4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain; misalnya merah
adalah hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim;
misalnya berwarna hipernim terhadap merah.
Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu
disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak pemakaian. Diantara perubahan makna yang penting
adalah sebagai berikut.
• Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu
hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
• Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang. Kata sarjana dahulu
dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar akademis.
• Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik
nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
• Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari
makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau,
sekarang maknanya menjadi tidak baik.
• Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan.
Contoh: kata-katanya manis. manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi dipakai untuk indera
pendengar. Contoh lain: mukanya masam, pidatonya hambar.
• Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata amplop yang berarti kertas
pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut
dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan cepat beres.
KESIMPULAN

Fonem adalah bunyi dari lambang suatu huruf yang dapat membedakan arti, misalnya perbedaan huruf /e/ pada kata
sate, pedas, dan enak. Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna; dan atau mempunyai
makna, misalnya di-per-main-kan. Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna, misalnya sepeda. Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif dan
bermakna leksikal, misalnya gunung tinggi. Klausa adalah satuan gramatikal yang memiliki tataran di atas frasa dan di
bawah kalimat, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, dan berpotensi untuk
menjadi kalimat.
Pembagian jenis kata ada lima, yaitu (1) verba/kata kerja; (2) adjektiva/kata sifat; (3) adverbia/kata keterangan; (4)
rumpun kata benda, meliputi nomina/kata benda dan nama, pronomina/kata ganti, numeralia/kata bilangan; (5) rumpun
kata tugas, meliputi preposisi/kata depan, konjungtor/kata sambung, interjeksi/kata seru, artikel/kata sandang, partikel.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang diacunya. Pembagian makna
ada dua macam, yaitu leksikal/denotasi (makna sebenarnya) dan gramatikal/konotasi (makna tidak sebenarnya).
Perubahan makna ada enam bentuk, yaitu Meluas, Menyempit, Amelioratif, Penyoratif, Sinestesia, dan Asosiasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai