MAKALAH
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
oleh
Ridhani Rida Ramadhan (115061100111009)
David Johan (115061100111013)
Afida Khofsoh (115061100111031)
Febrika Larasati (115061101111001)
Dewi Ariesi R. (115061105111007)
Adit Iqbal Iskandar (115061105111005)
KATA PENGANTAR
Kutipan dan catatan kaki merupakan salah satu hal yang penting
untuk dipahami, sehingga dapat diterapkan pada penulisan makalah atau
skripsi dengan tujuan untuk menegaskan isi uraian atau untuk
membuktikan apa yang dikatakan. Penjelasan tersebut penulis berikan
dengan bentuk makalah yang berjudul Kutipan dan Catatan Kaki.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan
kutipan dan catatan kaki, yang kami sajikan berdasarkan dari berbagai
sumber referensi.
Segala puji hanya milik Allah SWT. Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia. Dalam penyusunan tugas atau materi ini,
tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan ibu dosen, sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Teknik Kimia Universitas Brawijaya. Penulis sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya di masa yang akan datang dan mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................................
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Daftar Isi .........................................................................................................................
BAB I Pendahuluan .......................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................
D. Manfaat Hasil Penulisan ...........................................................................................
BAB II Pembahasan .......................................................................................................
A. Kutipan ......................................................................................................................
1. Tujuan Pembuatan Kutipan ..................................................................................
2. Jenis Kutipan ........................................................................................................
3. Prinsip-prinsip Mengutip ......................................................................................
4. Cara Mengutip ......................................................................................................
5. Tanggung Jawab Penulis ......................................................................................
B. Catatan Kaki ..............................................................................................................
1. Pengertian Catatan Kaki .......................................................................................
2. Tujuan Pembuatan Catatan Kaki ..........................................................................
3. Prinsip Membuat Catatan Kaki ............................................................................
4. Jenis Catatan Kaki ................................................................................................
5. Unsur-unsur Referensi ..........................................................................................
6. Cara Membuat Catatan Kaki ................................................................................
7. Singkatan-singkatan .............................................................................................
8. Penerapan Catatan Kaki dan Singkatan ................................................................
BAB III Penutup .............................................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran ..........................................................................................................................
Daftar Pustaka ................................................................................................................
i
ii
iii
1
1
1
1
1
2
2
2
2
3
4
11
12
12
12
13
15
15
17
23
24
26
26
26
27
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penulisan suatu makalah, skripsi atau karya ilmiah yang lain tidak terlepas dari
pengutipan teori sebagai penunjang ataupun penguat pernyataan penulis dari berbagai
sumber. Sumber tersebut dapat berupa teori tertulis maupun pendapat seseorang yang
lebih ahli dalam bidangnya.
Penulisan kutipan telah menjadi hal yang umum dan tidak dilarang.Tulisan yang
mengandung kutipan dari sumber terpercaya terkadang lebih meyakinkan di mata
pembaca. Di sisi lain, pernyataan yang dikutip juga sering
Adanya pernyataan yang dikutip, tentu saja terdapat aturan-aturan dalam
penulisannya.Selain berfungsi sebagai kemudahan pencarian rujukan oleh pembaca,
aturan-aturan ini juga dapat menyatukan kutipan dengan tulisan.Sehingga tulisan lebih
terlihat padu dan meyakinkan pembaca.Aturan-aturan ini direalisasikan dalam kutipan
dan catatan kaki (footnote).
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kutipan dan catatan kaki?
2. Bagaimana prinsip kutipan dan catatan kaki?
3. Bagaimana cara penulisan kutipan dan catatan kaki?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kutipan dan catatan kaki.
2. Mengetahui prinsip kutipan dan catatan kaki.
3. Mengetahui cara penulisan kutipan dan catatan kaki.
D.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kutipan
1.
2.
Jenis Kutipan
Menurut jenisnya, kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan
kutipan tak langsung (kutipan isi). Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat
dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari
sebuah teks asli. Sebaliknya, kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat
seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat
tersebut.
Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan
karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan dalam teks.
Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu
mengumpulkan data, akan sangat membantu. Seperti sudah diuraikan pada bab
mengenai pengumpulan data, semua kutipan langsung yang dicatat pada kartu
tidak harus dimasukkan dalam tanda kutip. Dengan cara yang demikian, penulis
tidak akan mengalami kesulitan pada waktu memasukkannya dalam teks.
2
3.
Prinsip-Prinsip Mengutip
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan pada waktu membuat kutipan adalah:
a. Jangan mengadakan perubahan
Pada waktu melakukan kutipan langsung, pengarang tidak boleh
mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya. Bila pengarang menganggap
perlu untuk mengadakan perubahan tekniknya, maka ia harus menyatakan atau
memberi keterangan yang jelas bahwa telah diadakan perubahan tertentu.
Misalnya dalam naskah tidak ada kalimat atau bagian kalimat yang diletakkan
dalam huruf miring (kursif) atau digaris-bawahi, tetapi oleh pertimbangan
penulis kata-kata atau bagian kalimat tertentu itu diberi huruf tebal, huruf
miring, atau direnggangkan. Pertimbangan untuk merubah teknik itu bisa
bermacam-macam: untuk memberi aksentuasi, contoh, pertentangan dan
sebagainya. Dalam hal yang demikian penulis harus memberi keterangan
dalam kurung segi empat [] bahwa perubahan teknik itu dibuat sendiri oleh
penulis, dan tidak ada dalam teks aslinya. Keterangan dalam kurung segi empat
itu misalnya berbunyi sebagai berikut: [huruf miring dari saya, Penulis].
b. Bila ada kesalahan
Bila dalam kutipan terdapat kesalahan atau keganjilan, entah dalam
persoalan ejaan maupun dalam soal-soal ketatabahasaan, penulis tidak boleh
memperbaiki kesalahan-kesalahan itu.Ia hanya mengutip sebagaimana adanya.
Demikian pula halnya kalau penulis tidak setuju dengan suatu bagian dari
kutipan itu.
Dalam hal terakhir ini kutipan tetap dilakukan, hanya penulis
diperkenankan mengadakan perbaikan atau catatan terhadap kesalahan
tersebut.Perbaikan atau catatan itu dapat ditempatkan sebagai catatan kaki, atau
dapat pula ditempatkan dalam tanda kurung segi empat [...] seperti halnya
dengan perubahan teknik sebagai telah dikemukakan di atas. Catatan dalam
tanda kurung segi empat itu langsung ditempatkan di belakang kata atau unsur
yang hendak diperbaiki, diberi catatan, atau yang tidak disetujui itu. Misalnya,
kalau kita tidak setuju dengan bagian itu, maka biasanya diberi catatan singkat:
[sic!] Kata sic! Yang ditempatkan dalam kurung segi empat menunjukkan
3
4.Cara-Cara Mengutip
Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung (kutipan isi)
akan membawa akibat yang berlainan pada saat memasukkannya dalam teks.
Begitu pula cara membuat kutipan langsung akan berbeda pula menurut panjang
pendeknya kutipan itu. Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih
jelas, perhatikanlah cara-cara berikut:
1 R. M. Koentjaraningrat, Beberapa Metode Antropologi, (Djakarta, 1958), hal. 355. Teks sudah
disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan.
4
1)
2)
3)
4)
Contoh
.............................................................................................................................
Pertama-tama harus dibedakan dahulu antara kata aksen dan tekanan.
Dalam tata istilah ilmu bahasa aksen tidak sama dengan tekanan. Aksen
lebih luas maknanya daripada tekanan. Tata aksen dalam suatu bahasa
memperbedakan suku-suku kata (yang sama bentuk fonemik-sementalnya)
dengan jalan titnada, kontur lagu, jangka bunyi, dan tekanan. Dengan perkataan
lain, tekanan itu hanya satu bagian dari tata aksen, di samping unsur titinada,
kontur dan jangka.21
.............................................................................................................................
Pada catatan kaki dengan nomor urut penunjukan 21 kita dapat membaca
penjelasan sebagai berikut:
21
Hockett, op. cit. hal. 33 35; dan selanjutnya juga Hockett, A Manual of
Phonology Indiana University Publications in Anthropology and Linguistics,
Memoir II, 1955; hal. 43 66.
Hal itu menunjukkan kepada kita bahwa inti dari teks tersebut di atas
sebenarnya adalah suatu sari dari uruian yang lebih panjang, sebagai dapat
dibaca dalam tulisan Hockett. Sebagai sudah diterangkan di atas, nomor pada
teks sama dengan nomor penunjukan yang terdapat pada catatan kaki halaman
yang bersangkutan.
d. Kutipan pada catatan kaki
Selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan di
atas, (baik kutipan langsung maupun kutipan tak langsung), ada pula kutipan
yang ditempatkan pada catatan kaki. Bila cara demikian yang dipergunakan,
maka kutipan demikian selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan
itu singkat saja. Demikian juga kutipan itu selalu dimasukkan dalam tanda
kutip, dan dikutip tepat seperti teks aslinya.
Walaupun di atas telah dikemukakan juga bahwa kutipan yang panjang
sekali lebih baik ditempatkan dalam Apendiks atau Lampiran, namun ada juga
pengarang yang beranggapan bahwa kutipan semacam itu lebih baik
ditempatkan pada catatan kaki, agar lebih mudah bagi pembaca untuk
memeriksanya.
Contoh:
.............................................................................................................................
Berbagai penyelidikan tentang akulturasi yang dilakukan oleh para sarjana
ilmu anthropologi-budaya bangsa Amerika memang telah menunjukkan bahwa
8
2
kata beliau: However desirable studies of change in whole culture may
thus be, it seems most advantageous in practice for the student to analyse into
its components the culture that has experienced contact. . . one can no more
study whole cultures than one take as the subject for a specific research
project the human body in its entirery. . . (M.J. Herskovits, 1948:536)
Sebagai tampak dari contoh di atas, kutipan itu dibuat dalam spasi rapat;
kata whole culture mempergunakan tanda kutip tunggal, karena tanda kutip
ganda sudah dipergunakan untuk seluruh kutipan itu. Begitu pula perhatikan
bagaimana bagian-bagian yang ditinggalkan dari teks asli diganti dengan tiga
titik berspasi.
e.Kutipan atas ucapan lisan
Dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainnya sering pula dibuat
kutipan-kutipan atas ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam
ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara. Sebenarnya
kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang
disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar
biasa, sertaa dapat diikuti oleh masyarakat luas.
Bila penulis ingin memasukkan juga kutipan-kutipan semacam itu di
dalam tulisannya, maka sebaiknya ia memperlihatkan naskah kutipan itu
terlebih dahulu kepada orang yang memberi keterangan itu untuk mendapatkan
pengesahannya. Kalau ada kekurangan atau kesalahan dapat diadakan
perbaikan terlebih dahulu oleh yang bersangkutan. Dengan demikian tidak
perlu timbul bantahan atau hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Sumber ucapan-ucapan lisan itu dapat dimasukkan langsung dalam teks,
dapat pula dimasukkan dalam catatan kami seandainya akan mengganggu
jalannya teks itu sendiri.
Cara yang pertama
............................................................................................................................
Dalam menjawab nota Keungan & RAPBD Daerah Khusus Ibukota tahun
1973, tanggal 2 Pebruari 1973, Gubernur Ali Sadikin mengatakan a.l.:. . .
Tetapi apabila kita jujur berkenan melihat persoalan itu pada perspektif yang
lebih luas dan pada proporsi yang wajar, maka aka terlihat bahwa kepentingan
umum memang benar menuntut adanya pengorbanan-pengorbanan itu. . .
............................................................................................................................
2
Guberbur Ali Sadikin, dalam menjawan nota Keuangan % RAPBD 1973,
tanggal 2 Pebruari 1973.
Jadi keterangan mengenai sumber dan kesempatan sumber itu diucapkan
dapat diintegrasikan dengan teks (cara pertama), dapat pula ditempatkan
sebagai keterangan pada catatan kaki (cara kedua).
f. Variasi membuat kutipan
Walaupun telah diuraikan secara terperinci cara-cara membuat kutipan
sebagaimana dapat dilihat dalam uraian di atas, namun perlu kiranya diingat
bahwa sebuah pola yang terus-menerus dipakai akan menimbulkan kebosanan.
Sebab itu pola-pola membuat kutipan akan lebih efektif kalau mengandung
variasi; variasi antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung, variasi antara
kutipan yang dimasukkan dalam teks dan kutipan yang dimasukkan dalam
catatan kaki.
Di samping itu masih ada beberapa cara lain untuk membuat kutipankutipan itu dirasakan lebih mantap. Salah satu cara (terutama untuk kutipan
yang singkat) adalah langsung mulai dengan materi kutipan hingga perhentian
terdekat (bisa koma, frasa yang bebasm bisa juga titik) disusul dengan sisipan
penjelas tentang ucapan atau pendapat itu, untuk mengetahui siapa yang
berkata demikian. Untuk itu perhatikan contoh berikut:
.............................................................................................................................
Jelaslah, demikian tulis Ny, Haryati Soebadio, bahwa pola tatabahasa
bahasa-bahasa fleksi sukar gpergunakan untuk bahasa Indonesia. Dengan pola
tersebut kita mendapat kesan, bahwa perasaan untuk membedakan kata kerja
dengan kata nama dalam bahasa Indonesia tidak sangat bertumbuh. . .
.............................................................................................................................
5.
Tanggung-jawab Penulis
Sebuah kutipan hendaknya dibuat dengan penuh tanggungjawab. Dalam
hubungan dengan persoalan tanggungjawab ini, harus diingat bahwa kutipan itu
dapat dibuat sekurang-kurangnya untuk dua tujuan yang berlainan; pertama,
10
kutipan dibuat untuk mengadakan sorotan, analisa, atau kritik, dan kedua, kutipan
dibuat untuk memperkuat sebuah uraian.
Kutipan jenis pertama tidak begitu banyak yang menuntut
pertanggunganjawab penulis. Pertanggungjawab penulis hanya bekisar pada
persoalan apakah bagian yang dikutip itu sepenuhnya mencerminkan gagasan
pengarang secara bulat, dan kutipan itu dikutip tanpa membuat kesalahan.
Di pihak lain, kutipan kedua di samping menuntut pertanggungan jawab
sebagai diuraikan di atas meminta pertanggunganjawab yang lebih besar.
Mengutip pendapat seseorang, berarti penulis menyetujui pendapat itu. Dengan
menyetujui pendapat itu berarti ia bertanggungjawab pula atas kebenarannya, dan
bersedia pula memberikan bukti-bukti untuk mempertahankan pendapat itu. Sebab
itu penulis harus dengan sungguh-sungguh mempertimbangkan kebenaran
pendapat yang dikutip itu dari segala sudut. Kutipan-kutipan itu akan turut
meletakkan dasar-dasar bagi kesimpulan yang akan diturunkannya, baik dalam
bab tersebut, maupun yang akan direkapitulasinya dalam kesimpulan terakhir dari
tulisan itu.
Kadang-kadang orang-orang terpesona dengan ucapan-ucapan atau faktafakta yang diajukan oleh orang-orang yang tinggi kedudukannya seolah-olah itu
dalah seluruh kebenaran yang harus diikuti tanpa mengadakan penilaian sejauh
mana ucapan itu dapat diterima. Begitu pula ahli-ahli yang kenamaan bisa saja
membuat kesalahan tertentu. Semua yang ditulis dalam buku, belum tentu dapat
diterima seluruhnya. Sebab itu mengutip sebuah pendapat harus disertai
kebijaksanaan dan ketajaman, untuk bisa mempertanggungjawabkannya seolaholah pendapat sendiri, bukan lagi pendapat pengarang yang dikutip.
11
Catatan Kaki
1.
Pengertian
Yang dimaksud dengan catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks
karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Bila
keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan, maka
catatan atau keterangan semacam itu disebut saja keterangan.
Seperti telah diuraikan di atas (lihat kutipan), semua kutipan, entah kutipan
langsung maupun kutipan tak langsung, harus dijelaskan mengenai sumber
asalnya dalam sebuah catatan kaki, kalau memang cara ini yang dipergunakan.
Catatan kaki sementara itu bukan semata-mata dimaksudkan untuk menunjuk
sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk
memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks. Sebab itu catatan kaki dan
bagian dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang
sangat erat.
Hubungan antara catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya
dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukan yang sama, baik yang terdapat
dalam teks maupun yang terdapat dalam catatan kaki itu sendiri. Selain
mempergunakan nomor-nomor penunjukan, hubungan itu kadang-kadang
dinyatakan pula dengan mempergunakan tanda asterik atau tanda bintang [*]. Dan
kadang-kadang dengan mempergunakan tanda salib [] pada halaman yang
bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua catatan atau lebih, maka
dipergunakan satu tanda asterik atau tanda salib untuk catatan yang pertama, dan
dua tanda untuk catatan yang kedua, dan seterusnya.
2.
Tujuan
Lepas dari persoalan hubungan antara kutipan dan catatan kaki yang
dinyatakan secara formal dengan tanda-tanda itu, apa sebenarnya tujuan sebuah
catatan kaki? Tujuan catatan kaki di sini tentu tidak akan terlepas dari kaitannya
dengan isi teks yang akan diberi penjelasan itu.
Pada dasarnya sebuah catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud berikut:
a. Untuk menyusun pembuktian
Semua dalil atau pernyataan yang penting, yang bukan merupakan
pengetahuan umum harus didukung oleh pembuktian-pembuktian. Pembuktian
itu dapat dibeberkan dalam teks, dapat pula dimasukkan dalam catatan kaki,
atau kedua-duanya. Khususnya dalam hal ini, kita menunjukkan kembali
kebenaran-kebenaran yang pernah dicapai oleh seorang pengarang lain dalam
bukunya atau tulisan-tulisannya. Sebab itu referensi atau penunjukan dalam
catatan kaki itu dimaksudkan untuk menunjukkan tempat atau sumber di mana
suatu kebenaran telah dibuktikan oleh orang lain.
4.
Sebuah catatan kaki terdiri dari dua bagian, yaitu pertama, angka
penunjukan yang ditempatkan agak ke atas setengah spasi, dan kedua, isi dari
catatan kaki itu. Isi dari catatan kaki akan memberi corak pula terhadap jenis atau
macam catatan kaki.
Sejalan dengan tujuan catatan kaki sebagai telah dikemukakan di atas, maka
dapatlah dikemukakan sekali lagi bahwa jenis catatan kaki ada tiga macam, yaitu:
a. Penunjukan sumber (referensi)
Macam catatan kaki yang pertama adalah menunjuk sumber tempat
sumber kutipan terdapat. Catatan kaki semacam ini disebut juga sebagai
referensi. Referensi itu harus dibuat oleh penulis bila:
1) mempergunakan sebuah kutipan langsung;
2) mempergunakan sebuah kutipan tak langsung;
3) menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca;
4) meminjam sebuah tabel, peta, atau diagram dari suatu sumber;
5) menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari
suatu sumber, atau beberapa sumber tertentu;
6) menyajikan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai
pengetahuan umum;
7) menunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan itu.
b. Catatan penjelas
Ada pula catatan kaki yang dibuat dengan tujuan untuk membatasi suatu
pengertian, atau menerangkan dan memberi komentar terhadap suatu
pernyataan atau pendapat yang dimuat dalam teks. Penjelasan ini harus dibuat
dalam catatan kaki, dan tidak dimasukkan dalam teks karena akan mengganggu
jalannya uraian dalam teks itu. Catatan semacam ini disebut catatan penjelas,
karena fungsinya hanya akan memberi penjelasan tambahan.
c. Gabungan sumber dan penjelas
Jenis yang ketiga adalah gabungan dari kedua macam catatan di atas, yaitu
pertama menunjuk sumber di mana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks,
dan kedua memberi komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat
atau pernyataan yang dikutip tersebut, atau keterangan-keterangan tambahan
yang ada hubungan dengan sumber itu.
5.
Unsur-unsur Referensi
Unsur-unsur catatan kaki yang menyangkut referensi, sama dengan materi
bibliografi; perbedaannya terletak dalam penekanan. Di samping itu ada suatu
perbedaan yang cukup penting yaitu referensi selalu mencantumkan nomor
halaman, di mana kutipan itu dapat diperoleh. Dalam bibliografi hal itu tidak ada,
kecuali penyebutan jumlah halaman dari karya itu.
Sebelum mengikuti secara terperinci cara pembuatan catatan kaki bagi tiap
jenis kepustakaan, hendaknya diketahui terlebih dahulu ikhtisar-ikhtisar unsurunsur referensi di bawah ini. Di samping unsur-unsur catatan kaki tersebut,
hendaknya diperhatikan pula konvensi-konvensi yang berlaku bagi catatan-catatan
kaki.
15
a. Pengarang
1) Nama pengarang dalam catatan kaki dicantumkan sesuai dengan urutan
biasa yaitu: gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Misalnya: Prof.
Dr. Muhammad Thalib, Dr. B.C. Hansip, dsb. Pada penunjukan yang
kedua dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat misalnya: Thalib,
Hansip, dsb.
2) Bila terdapat lebih dari seorang pengarang maka semua nama pengarang
dicantumkan kalau ada dua atau tiga nama pengarang, sebaliknya kalau
ada empat nama atau lebih cukup nama pertama yang dicantumkan,
sedangkan bagi nama-nama lain digantikan dengan singkatan et al. (et alii
= dan lain-lain). Pada penyebutan kedua dan selanjutnya cukup nama
singkat pengarang pertama, sedangkan nama-nama lain digantikan dengan
et al.
3) Penunjukan kepada sebuah kumpulan (bunga rampai, antologi), sama
dengan nomor (1) dan (2) ditambah singkatan ed. (editor) di belakang
nama penyunting atau penyunting terakhir, dipisahkan oleh sebuah tanda
koma. Singkatan ed. boleh ditempatkan dalam tanda kurung, boleh juga
tidak.
4) Jika tidak ada nama pengarang atau editor, maka catatan kaki dimulai
dengan judul buku atau judul artikel.
b. Judul
1) Semua judul mengikuti peraturan yang sama seperti pada bibliografi: judul
buku, judul majalah, harian, atau ensiklopedi digarisbawahi atau dicetak
dengan huruf miring; judul artikel ditempatkan dalam tanda kutip.
2) sesudah catatan kaki pertama, maka pada penyebutan kedua dan
seterusnya atas sumber yang sama, judul buku dsb. tidak perlu disebut lagi,
dan digantikan dengan singkatan: Ibid., Op. cit., atau Loc. cit. Bila ada dua
karya atau lebih dari seorang pengarang digunakan, maka satu bentuk yang
singkat dari judul biasanya dipergunakan untuk menghilangkan keraguraguan.
Misalnya: Thalib, Kemakmuran, hal. 76.
3) sesudah penunjukan pertama kepada sebuah artikel dalam majalah atau
harian, maka untuk selanjutnya cukup dipergunakan judul majalah atau
harian tanpa judul artikel, misalnya: Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia,
hal. 76; Kompas, hal. 6. Bila ada lebih dari satu nomor yang dipergunakan,
maka cara di atas tidak bisa dipergunakan.
c. Data Publikasi
1) Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada
referensi pertama; referensi-referensi selanjutnya (dalam kesatuan nomor
urut itu) ditiadakan. Dalam referensi yang pertama, tempat dan tahun terbit
ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan sebuah koma,
misalnya: (Jakarta, 1973). Nama penerbit yang juga merupakan sebuah
data publikasi biasanya ditinggalkan dalam referensi pertama, terutama
kalau ada bibliografi yang menyajikan semua data secara lengkap. Jika
nama penerbit harus dicantumkan juga, maka harus ditempatkan sesudah
16
nama tempat dengan didahului sebuah tanda titik dua, misalnya: (Jakarta:
Djambatan, 1967).
2) Data publikasi bagi sebuah majalah, tidak perlu memuat nama tempat dan
penerbit, tetapi harus mencantumkan nomor jilid dan nomor halaman,
tanggal, bulan (tidak boleh disingkat), dan tahun. Semua keterangan
mengenai penanggalan biasanya ditempatkan dalam tanda kurung,
misalnya: (April, 1970).
3) Data sebuah publikasi bagi artikel sebuah harian terdiri dari: bulan, hari,
tanggal, tahun, dan nomor halaman. Penanggalan tidak boleh ditempatkan
dalam tanda kurung.
d. Jilid dan nomor halaman
1) Untuk buku yang terdiri dari satu jilid, maka singkatan halaman (hal.)
dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya: hal. 78.
2) Jika sebuah buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan
nomor jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka
romawi, sedangkan untuk nomor halaman dipergunakan angka Arab, tanda
singkatan hal. Untuk karya-karya ilmiah biasanya dipergunakan cara lain,
yaitu baik normor jilid maupun nomor halaman ditulis dengan angka Arab
yang dipisahkan oleh titik dua. Misalnya: MISI, 1 (April, 1963) hal. 47 58 atau: MISI, 1: 47 - 58 (April, 1963).
6.
12
F. Graebner, Etnologie in die Kultur der Gegenwart (Leipzig, 1923), hal.
544.
Perhatikan:
1) Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik (karena referensi yang
pertama kali);
2) Antara nama pengarang dan judul buku dipergunakan tanda koma (pada
bibliografi dipergunakan titik). Antara judul buku dan data publikasi tidak
ada titik atau koma;
3) Tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung; Penerbit tidak
perlu diikut-sertakan.
b. Referensi kepada buku dengan dua atau tiga pengarang
.............................................................................................................................
dan menganalisa riwayat-riwayat hidup dari beberapa individu yang dipilih
dari antara semua penduduk desa Atimelang di Alor itu 5 dan dengan metodemetode penguji isi jiwa atau projective tests method. Hasil . . .
.............................................................................................................................
5
L. Gottschalk, C. Kluckhohn, R. Angell, The Use of Personal documents
in History, Anthropology and Sociology (New York: Social Science Research
Council, 1945), hal. 82 - 173. 2
Perhatikan:
Nama penerbit dimasukkan, sebab itu antara nama tempat dan penerbit diberi
titik dua. Yang lain-lain seperti pada nomor 1.
c. Referensi kepada buku dengan banyak pengarang
Mulai contoh ini dan seterusnya, kutipan teks beserta garis pemisah
ditiadakan, langsung diberikan bentuk dari referensi itu.
7
Alton C. Morris, et al., College English, the first year (New York, 1964),
hal. 51 - 56.
Perhatikan:
1) Hanya nama pengarang pertama yang disebut, nama-nama lainnya diganti
dengan singkatan et al.;
2) Antara nama pengarang dan singkatan et al., serta antara singkatan et al.
dan judul buku diberi tanda pemisah koma.
d. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan
8
H. A. Gleason, An Introduction to Descriptive Linguistics (rev. ed.; New
York, 1961), hal. 56.
1) Keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang diperbaharui diletakkan
dalam kurung sebelum tempat terbit;
2) Antara tempat terbit dan keterangan tentang ulang-cetak atau edisi yang
diperbaharui diberi tanda pemisah berupa titik koma.
e. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
9
A. H. Lightstone, Concepts of Calculus (Vol.I; New York: Harper & Row,
1966), hal. 75.
18
atau
A. H. Lightstone, Concepts of Calculus (New York: Harper & Row, 1966),
I, 75.
1) Keterangan tentang nomor jilid ditempatkan dalam kurung sebelum tempat
terbit, atau
2) ditempatkan di luar tanda kururng sebelum nomor halaman;
3) nomor jilid selalu dengan angka Romawi sedangkan nomor halaman
dengan angka Arab.
9
14
2
Metode tersebut terakhir ini, yang biasanya disebut Child training studies
sebenarnya berdasarkan jalan pikiran pokok dalam individu psychoanalyse,
ialah jalan pikiran bahwa tabiat seorang individu yang dewasa ini telah
dibangun oleh bahan-bahan pengalaman yang diterima oleh si individu dari
sejak waktu ia masih kanak-kanak. Ilmu Anthopologi-budaya melanjutkan
jalan pikiran ini dengan anggapan bahwa bahan pengalaman yang diterima oleh
anak-anak itu ditentukan oleh susunan dari lingkungan tempat kanak-kanak
bertumbuh; sedangkan susunan lingkungan itu tentu mendapat pengaruh
daripada masyarakat dan kebudayaan. Demikian apabila si penyelidik dapat
mempelajari bagaiman susunan hidup darpada kanak-kanak dalam
masyaarakat, maka ia akan mendapat keterangan tentang tabiat umum daripada
individu-individu dewasa di dalam masyarakat obyek penyelidikan itu.
p. Referensi dan Catatan Penjelas
Jenis catatan yang ketiga adalah penunjukan kepada sebuah sumber
ditambah penjelasan atau komentar-komentar. Seperti halnya dengan catatan
penjelas diatas, maka agar komentar dalam catatan kaki itu bisa lebih jelas
posisinya contoh berikut disertai pula oleh bagian terakhir dari teks yang
mengandung hal yang perlu dijelaskan itu.
.............................................................................................................................
Di dalam rangka kompleks pengertian yang dimaksud didalam faham tersebut,
J. Mallinckrodt menganggap amat penting, kepercayaan kepada kekuatan sakti
22
2
J. Mallickrodt, Het Adatrecht Van Borneo (Leiden: M. Dubbeldeman,
1928), I, 50. Demikianlha Mallinckrodt memberi pengertian yang lain sama
sekali kepada istilah magie, daripada misalnya J.G. Frazer atau sebagian besar
daripada sarjana ilmu anthropologi-budaya akan mengartikannya. Menurut
Mallinckrodt, kekuatan magie itu adalah kekuatan sakti. Menurut Frazer, magie
adalah ilmu gaib.
7.
Singkatan-singkatan
Dalam catatan kaki biasanya dipergunakan pula singkatan-singkatan yang
oleh para sarjana sudah diketahui maksudnya. Oleh sebab itu hendaknya
diperhatikan benar-benar bagaimana mempergunakan angkatan-singkatan itu
dalam setiap catatan kaki.
Singkatan yang paling penting yang harus diketahui adalah ibid., op. cit.,
dan loc. cit.
Ibid.: Singkatan ini berasal dari kata latin ibidem yang berarti pada tempat
yang sama. Singkatan ini dipergunakan bila catatan kaki yang berikut menunjuk
kepada karya atau aartikel yang telah disebut dalam catatan nomor sebelumnya.
Bila halamanya sama, maka hanya dipergunakan singkatan Ibid.; bila halamanya
berbeda maka sesudah singkatan Ibid. Dicatumkan pula nomor halamannya.
Singkatan Ibid. Selalu digarisbawahi atau dicetak dengan huruf miring.
Op. Cit.: Singkatan ini berasal dari kata Latin Opere Citato yang berarti
pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini dipergunakan bila catatan itu
menunjuk kepada semua sumber lain. Dalam hal ini sesudah nama pengarang
(biasanya nama keluarga atau nama singkat) terus dicatumkan singkatan op. cit.
Bila ada penunjukan kepada halaman atau jilid dan halaman, maka nomor dan
jilid halaman ditempatkan sesudah singkatan op cit.
Loc. Cit.: Singkatan ini berasal dari bahasa latin Loco Citato yang berarti
pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini biasanya dipakai untuk menyebut
atau menunjuk kepda semua artikel majalah, harian atau ensiklopedi yang telah
disebut sebelumnya, tetapi diselingi oleh sumber lainya. Karena artikel itu
merupakan sebagian dari buku, majalah, atau ensiklopedi, maka ia tidak
merupakan sebuah karya atau opus. Sebab itu hanya boleh dipergunakan kata
Locus yang berarti tempat.
Walupun demikian kadang-kadang loc. cit. dipakai juga untuk
menggantikan singkatan op. cit. Dalam hal ini singkatan loc. cit. tidak boleh
diikuti oleh nomor halaman, karena penunjukan itu tidak kepada karya atau opus
secara keseluruhan, tetapi merujuk bahwa kepada halaman tersebut.
Bagaimanapun juga pemakaian singkatan loc.cit. dengan pengertian pertama di
ataslah merupakan pemakaian yang paling baik.
Disamping singkatan-singkatan di atas, ada pula beberapa singkatansingkatan lainnya yang perlu diketahui karena biasa dipergunakan dalam naskahnaskah atau buku-buku, baik dalam catatan kaki maupun dalam teksnya.
23
Supra
Infra
8.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kutipan merupakan Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seseorang
pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku
maupun majalah-majalah. Sedangkan catatan kaki merupakan keteranganketerangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang
bersangkutan.
2. Pada penulisan kutipan tidak diperbolehkan untuk mengganti isi kutipan atau
merubah tulisan tersebut. Namun diperbolehkan dalam menghilangkan sebagian
dari kutipan, selama tidak merubah makna dari tulisan tersebut.
3. Perbedaan antara kutipan langsung dan kutipan tak langsung (kutipan isi) akan
membawa akibat yang berlainan pada saat memasukkannya dalam teks. Begitu pula
cara membuat kutipan langsung akan berbeda pula menurut panjang pendeknya
kutipan itu.
4. Catatan kaki sementara itu bukan semata-mata dimaksudkan untuk menunjuk
sumber tempat terdapatnya sebuah kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk
memberi keterangan-keterangan lainnya terhadap teks. Sebab itu catatan kaki dan
bagian dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang
sangat erat.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, seharusnya pembaca langsung mengaplikasikannya
agar lebih memahami materi ini.
26
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 1984. KOMPOSISI Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.
Yuwono, Trisno. 1994. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. Surabaya: Arkola.
27