INDONESIA
KELOMPOK 4:
i
KATA PENGANTAR
Terlebih dahulu kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, tuhan alam semesta,
tuhan yang telah mengajarkan apa yang tidak di ketahui oleh manusia, dan tuhan yang menggenggam
nyawa setiap insan di dunia. Serta salam dan salawat taklupa kami panjatkan kepada baginda
Rasulullah SAW.
Kami menyusun makalah dengan judul Satuan Bentuk Dalam Bahasa Indonesia, guna
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh Dosen Dian Angreani, S.s., M.Hum. untuk mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya kami mengalami banyak kesulitan mulai dari
kesulitan mencari sumber referensi yang benar-benar tepat dengan tugas kami, sampai dengan
kesulitan kesulitan lainnya. Namun semua kesulitan itu menjadi tidak berarti lagi, takklah kami
membangun kerja sama kelompok yang baik, dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak
lainnya. Maka dari itu kami juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Dan pada akhirnya kami berharap dengan hadirnya makalah ini, dapat memberikan manfaat
kepada kita semua, sehinggah dapat menambah wawasan kita khususnya dalam mendalami
pengetahuan Bahasa Indonesia.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAAN
A.
B.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bahasa Indonesia secara intensif sangat penting di dunia sekarang ini
pada saat ini. Penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam individu dan kelompok
upaya kami dalam bahasa nasional kami. Juga bahasa Indonesia ini adalah sarana komunikasi
resmi untuk seluruh penduduk nusantara. Namun, saat ini banyak orang berbicara bahasa
Indonesia setiap hari.
Saya tidak mengerti bentuk dan artinya. karena itu mungkin kurangnya pendidikan
dan faktor lingkungan. Jadi pelajari dan terapkan serta, mampu berbahasa Indonesia dengan
baik sangatlah penting.
Membangun bangsa dan negara, meningkatkan komunikasi dan sistem informasi
Sesuai. Pembekalan diperlukan sebagai langkah awal sebagai mahasiswa baru
Belajar bahasa Indonesia dengan baik dan benar. jadi kami merasa sangat nyaman
Penting untuk membahas judul "bentuk dan makna" dalam bahasa Inggris.
Kami berharap mahasiswa dapat memajukan sistem komunikasi dan informasi tanah air
dan negara.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk optimalisasi bagi mahasiswa dalam
mengetahui secara intensif mengenai mata kuliah bahasa indonesia dengan target sebagai
berikut:
1. Mahasiswa memperoleh wawasan dan mampu untuk mendefinisikan fonem,
morfem, kata, frasa, klausa, dan kalima beserta pembagianya.
2. Mahasiswa mengetahui pembagian jenis kata dan dapat menyebutkannya.
3. Mahasiswa mengetahui definisi makna beserta perubahannya.
iv
PEMBAHASAN
Unit bahasa formal terkecil adalah fonem, blok bangunan terbesar. Di antara fonem
dan konstituen terdapat banyak morfem, kata, frasa, kalimat, dan paragraf. Tujuh unit
dalam bentuk fonetik hanya diakui keberadaannya jika memiliki makna atau dapat
dipengaruhi oleh makna. Intinya, keberadaannya dapat mengubah makna atau menciptakan
makna baru. Hubungan antar bentuk dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang yang
sama, yaitu saling melengkapi
A. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan makna, sedangkan huruf
adalah lambang fonetik atau fonetik. Bunyi /i/ yang dilambangkan dengan huruf i dan
bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a itulah yang membedakan arti kedekatan dan
kejelekan. Bunyi /i/ dan /a/ disebut fonem /i/ dan /a/.
Fonem bukan huruf. Tetapi fonem adalah bunyi huruf, dan huruf adalah lambang
bunyi. Ada 26 karakter (huruf a sampai z). Lebih dari 26 fonem
(beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga ada fonem yang
dilambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.
Dalam kalimat sate pedas enak rasanya, huruf e melambangkan tiga fonem,
yaitu:
fonem /e/ dalam kata sate [sate] fonem /ә/ dalam kata pedas [pәdas] fonem /∑/
dalam kata enak [∑nak]
Dalam kalimat orang itu membawa beo, huruf o melambangkan dua fonem,
yaitu:
fonem /o/ dalam kata orang [orang] fonem /O/ dalam kata beo [beO]
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan adalah
dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Perhatikan fonem /ә/ dan / ∑/
sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut:
seret [sәrәt] = ‘tersendat-sendat; tidak lancar, seret [s∑r∑t] = ‘menarik suatu benda
menyusur tanah’ apel [apәl] = ‘nama buah’ apel [ap∑l] = ‘wajib mengikuti upacara;
melapor
Perhatikan pula peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini.
/c/ari--/j/ari--/l/ari--/m/ari--/t/ari /b/ayu--/k/ayu--/l/ayu--/r/ayu--/s/ayu
/k/erang--/p/erang--/s/erang--/t/erang
v
Dalam contoh di atas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna atau menimbulkan
makna baru.
B. Morfem
Morfem adalah satuan terkecil dari berbagai bentuk. Ini memiliki arti dan makna.
Morfem dapat berbentuk imbuhan, klitika, partikel, dan kata benda (misalnya -an, -lah, -kah,
-bawa). Misalnya, morfem -an, di-, me-, ter-, -lah dapat digabungkan dengan kata makan
untuk membentuk kata makan, makan, makan, makan, makan. Ini memiliki arti baru yang
berbeda dari makan. kata-kata.
1. Morfem bebas, yaitu morfem yang berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem
bebas. Contoh: makan, buku, sekolah, dsb.
2. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi makna.
Makna morfem terikat ini baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain.
Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran)
tergolong morfem terikat (termasuk partikel). Contoh: me-, ber-, di-, -an, -lah, dsb.6
C. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dari segi
makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Empat kata ini diakui sebagai kata karena
setiap kata mempunyai makna. Berbeda dengan adepes, libma, ningid, hailuk bukan diakui
kata karena tidak mempunyai makna.
D. Frasa
Frasa adalah kelompok kata (gabungan dua kata atau lebih) yang tidak mengandung
predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat. Seperti langit biru, baju batik, penyakit
yang sangat berbahaya. Cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna
lesikal kata pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang diperluas dengan
memberinya keterangan, inti maknanya tetap. Berbeda dengan (langit batik, biru baju, yang
berbahaya sangat penyakit) ini tidak dinamakan frasa karena tidak mempunyai kesatuan
makna.
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan tidak boleh
dibalik seperti: haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara; bukan kekuasaan haus, tempur
siap, wicara temu. Jika posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh.
seperti:
vi
-hari ini akan diadakan jumpa pers.
pada zaman jepang, dengan kereta api cepat, sebelum subuh, pada akhir
pertunjukan itu
penyakit yang sangat berbahaya, lembar jawaban ujian akhir semester, pembawa
5.Frasa preposisional (artinya sama dengan arti kata tugas, miasalnya preposisi dan
konjungsi) dari atas, oleh karena (itu), sampai dengan, dari muka, akan tetapi, ke tengah
E.KLAUSA
Klausa merupakan satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang- kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Berikut adalah ciri-ciri klausa yang membuatnya berbeda dengan frasa atau kalimat.
a.Bebas
vii
Klausa bebas merupakan klausa yang unsurnya lengkap, yaitu mengandung subjek dan
predikat. Klausa bebas ini umumnya akan digunakan sebagai kalimat utama dan juga dapat
berdiri sendiri tanpa adanya embel-embel kata penghubung, contoh klausa bebas antara
lain:
Nenek menyapu
Roni bermain
Nia menyanyi
Ridho berlatih
Ayah tidur, ibu memasak
Dompet terjatuh
Mobil tertabrak
Bola menggelinding
Lini tertidur
Yogi bersepeda
Gelas pecah
Komputer menyala
Kipas berputar
b.Terikat
Klausa terikat adalah suatu klausa yang tidak bisa menjadi kalimat karena tidak
mengandung subjek dan predikat. Klausa jenis ini disebut juga dengan anak kalimat. Klausa
terikat memiliki ciri-ciri, yaitu menggunakan konjungsi atau kata penghubung.
F.KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa yang berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan mengungkapkan suatu arti yang utuh.[1] Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam
bentuk lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras dan lembut, disela oleh
jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam bentuk tulisan latin, kalimat
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik (.) untuk menunjukkan kalimat berita
atau informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (! ) untuk
menyatakan kalimat perintah.
viii
Macam-macam kalimat berdasarkan tujuannya terbagi menjadi:
Kalimat perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Kalimat ini akan diakhiri tanda seru (!) yang pelafalannya dengan intonasi tinggi.
Contoh: Tolong buka pintu stoples itu!
Kalimat berita
Contoh: Kita akan berangkat menonton pertandingan sepak bola sore nanti. Baca
juga: Konjungsi dalam Bahasa Indonesia.
Kalimat seruan
Kalimat Tanya
Kalimat ini berakhir dengan tanda tanya (?) dengan di dalamnya terdapat kata tanya
seperti bagaimana, di mana, kemana, kapan, siapa, mengapa, dan berapa.
Kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang penulisannya menirukan omongan atau suara
orang lain. Ciri dari kalimat ini adalah terdapat dua tanda petik di awalan dan akhiran kalimat
(“…”).
Contoh: Budi berkata, “Kamu sungguh cantik.” Kalimat tidak langsung Kalimat tidak
langsung merupakan kalimat yang mengalami perubahan dari kalimat langsung yang
menggunakan tanda petik, ke bentuk berita yang tidak menggunakan tanda petik.
ix
Contoh: Rahman mengatakan bahwa ia menginginkan Rahma menjadi pasangannya.
Baca juga: Cara Penulisan Huruf Kapital Bahasa Indonesia Kalimat berdasarkan cara
penyajian.
Kalimat melepas Kalimat melepas adalah kalimat yang berbentuk kalimat majemuk
yang diawali dengan induk kalimat dan diikuti oleh anak kalimat.
Contoh: Adit diperbolehkan pulang dari kantor bila sudah menyelesaikan tugas
kantornya.
Kalimat klimaks
Kalimat klimaks merupakan kalimat yang berbentuk kalimat majemuk dengan diawali
anak kalimat lalu diikuti oleh kalimat utama.
Contoh: Karena tugas kantornya belum selesai, Adit tidak diperbolehkan untuk
pulang. Kalimat berimbang
Secara gramatikal dapat dibedakan menjadi dua jenis: (1) kata monomorfem seperti
rumah, buku, dan cerdas, dan (2) kata turunan (banyak kata morfem) seperti rumah,
akuntansi, dan intelektual.
Perubahan dari kata dasar menjadi kata turunan mengakibatkan perubahan jenis atau kelas
kata, serta perubahan bentuk dan makna. Distribusi atau kelas kata terbaru diusulkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1988) dalam Tata Bahasa
Indonesia Standar. Di dalamnya, Moeliono mengklasifikasikan kata menjadi lima jenisnya
yaitu:
a) Verba (Kata Kerja) adalah kata yang menyatakan perbuatan, atau tindakan,proses, dan
keadaan yang bukan merupakan sifat serta berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk
mengenali jenis kata kerja, dapat diuji dengan menambahkan dengan + KB (kata benda)/ KS
(kata sifat) di belakang kata yang diuji. Misalnya kata tulis dan pergi, tergolong sebagai kata
kerja karena jika digabungkan dengan konstruksi penguji tadi akan tercipta arti yang jelas.
x
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam: (1) kata kerja asal, yaitu
kata kerja yang berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks; misalnya tulis dan pergi;
(2) kata kerja turunan, kata kerja yang mempunyai afiks; misalnya menulis dan bepergian
TABEL 1
Selain bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja (verba) yang lain, di antaranya:
xi
verba berpreposisi (kata kerja intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu);
misalnya tahu akan, cinta pada, menyesal atas, tergolong sebagai;
b) Adjektiva (Kata Sifat) adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat
orang/binatang/benda. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat umumnya berfungsi sebagai
predikat, objek, dan penjelas subjek. Kata sifat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1)
kata sifat tunggal, dan (2) kata sifat berimbuhan.
1) dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang, dan paling; misalnya lebih
baik, kurang indah, paling pandai.
2) dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar, sekali, dan terlalu; misalnya
sangat senang, amat luas, mahal benar, sedikit sekali, terlalu berat.
3) dapat diingkari dengan kata ingkar tidak; misalnya tidak benar, tidak sehat.
Mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari
bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa indonesia.
xii
TABEL2
c) Adverbia (Kata Keterangan) adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva,
nomina predikatif, dan klausa. misalnya saya ingin segera melukis, paman hanya pegawai
biasa; kata segera dan hanya adalah adverbia yang menerangkan verba melukis dan nomina
predikatif pegawai biasa.
Adverbia dibedakan atas tiga macam, yaitu (1) adverbia tunggal (segera, sangat, hanya);
(2) adverbia turunan (agaknya, biasanya, rupanya, sebaiknya, sebenarnya); (3) adverbia
ulang; ada dua macam, a) mengulang kata dasar (diam-diam, lama-lama); b) mengulang kata
dasar dan menambah se-nya (setinggi-tingginya, sebaik-baiknya).16
Nomina (Kata Benda/Kata Nama) adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
konkret (buku, pohon, kunci) maupun abstrak (agama, pengetahuan, nafsu). Kata
benda juga akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, danketerangan dalam
kalimat. Kata benda dapat dikenali dengan cara menambahkan yang + KS (kata sifat)
atau yang sangat + KS (kata sifat), misalnya kata buku dan pengetahuan.17
Dan untuk mengetahui kata benda berimbuhan, dapat menggunakan tabel di bawah ini.
xiii
TABEL 3
Pronomina (Kata Ganti) adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina
lain.18 1) pronomia persona, seperti kamu, dia, mereka; 2) pronomia penanya,
seperti apa, mana, kapan; 3) pronomia penyapa, seperti pak, bu, dok; 4) pronomia
penunjuk umum, seperti ini, itu, anu.
Numeralia (Kata Bilangan) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya
orang, binatang, atau barang.19 Misalnya tiga, ketiga, satu-satu, banyak, para,
puluhan, setengah, dua lusin, tiga bersaudara.
a) Preposisi (Kata Depan) adalah kata tugas yang berada di depan kata benda, kata
sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa proposional),
misalnya di kantor, dengan memburuh, pada hari ini, sejak kecil.
b) Konjungtor (Kata Sambung) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua
kata atau dua kalimat.21 contoh: …..antara hidup dan mati.
xiv
contoh: - Ayo, maju terus!
-Aduh, gigiku sakit sekali!
-Sial, memancing seharian, cuma dapat sedikit!
Artikel (Kata Sandang) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau
benda. Ada tiga macam artikel, yaitu (1) artikel bermakna tunggal ( sang guru, sang suami,
sang juara); (2) artikel bermakna jamak (para petani, para pemimpin, para hakim); (3) artikel
bermakna netral (si hitam manis, si cantik, si dia)
Partikel bermakna unsur-unsur kecil suatu benda. yang dimaksud di sini adalah artikel
yang berperan membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah
dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan
(deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal) yang
diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu
a) Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan
dengan kata yang lain dalam sebuah struktur. Istilah leksikal berasal dari leksikon yang
berarti kamus. Dengan kata lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam kamus;
b) Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat proses
gramatikal (struktural). Makna gramatikal suatu kata adalah makna yang sudah bergeser
dari makna leksikal kata itu; misalnya kata hitam yang bermakna leksikal warna yang gelap,
makna gramatikalnya dapat menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah insyaf, dia tidak
mau membicarakan masa lalunya yang hitam. Maka gramatikal kata hitam akan berbeda lagi
dalam kalimat yang lain. Maka gramatikal biasanya digunakan sebagai pigura bahasa untuk
memperoleh makna estetis.
xv
contoh: -lembah hitam (daerah/tempat mesum)
Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah seperti sinonim, antonim, homonim, dan
hiponim.
1. Sinonim (padan makna) ialah ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan
lain. sinonim juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda atau pengertian lain
dari suatu ungkapan. Seperti kata nasib dan takdir.Sinonim dapat dibedakan menurut taraf
dimana ia terdapat.
a) Sinonim antarkalimat; misalnya saya melihat dia dan dia dia kulihat.
b) Sinonim antarfrasa; misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai.
c) Sinonim antarkata; misalnya nasib dan takdir, memuaskan dan
menyenangkan.
d) Sinonim antarmorfem; misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan
stabilitas.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis.
Hasil penggabungan tersebut melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk; misalnya
caci maki, gagah perkasa, sunyi senyap, jungkir balik.
2. Antonim (lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain.
Seperti kata mudah dan sukar.
3. Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang sama, tetapi
maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur), bisa
xvi
(racun) dan bisa (dapat/mampu). Selain homonim terdapat pula homofon dan homograf.
Homofon adalah dua kata yang mempunyai ucapan yang sama, tetapi makna dan
bentuknya berbeda; misalnya sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang =
panggilan orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan uang. Homograf
adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi bunyi/ucapan dan maknanya
berbeda; misalnya beruang = nama binatang, beruang = mempunyai ruang, beruang =
mempunyai uang.
4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang
lain; misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah.
Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim; misalnya berwarna hipernim terhadap merah.
Dalam proses perkembangan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan.
Perubahan itu disebabkan oleh perbedaan tempat, waktu, dan kehendak pemakaian.
Diantara perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.
a) Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata
putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja, sekarang dipakai untuk
menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
b) Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang sekarang.
Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya untuk gelar
akademis.
c) Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik
dari bini.
d) Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
rendah nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang
dianggap baik pada zaman lampau, sekarang maknanya menjadi tidak baik.
e) Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua
indera yang berlainan. Contoh: kata-katanya manis. manis sebenarnya tanggapan indera
perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam, pidatonya
hambar. f) Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata
amplop yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai sebagai pembungkus
uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri
dia amplop agar urusan cepat beres.
PENUTUP
xvii
1. Kesimpulan
Fonem adalah bunyi lambang huruf yang dapat dibedakan artinya. Misalnya perbedaan
huruf /e/ pada kata Sate, Pedas, dan Lezat. Morfem adalah satuan terkecil yang dapat
membedakan makna. dan/atau bermakna. Misalnya dimainkan. Kata adalah unit terkecil
(dari suatu kalimat) yang dapat berdiri dan memiliki makna. Misalnya, sepeda. Frasa adalah
kombinasi dari dua kata atau lebih yang memiliki makna leksikal daripada predikat. B. Alpen.
Ada lima jenis pemisahan kata. Yaitu, (1) kata kerja/verba. (2) kata sifat/kata sifat; (3)
deskripsi/kata keterangan; (4) kata benda/kata benda dan keluarga kata benda termasuk
nama, kata ganti/kata ganti, angka/angka; (5) Gugus kata tugas yang mengandung
preposisi/preposisi, konjungsi/konjungsi, interjeksi/interjeksi, artikel/artikel, dan partikel.
Makna adalah hubungan antara suatu bentuk bahasa dengan objek atau hal-hal yang
dirujuknya. Ada dua jenis pembagian semantiknya: leksikal/referensial (arti sebenarnya) dan
gramatikal/entailmen (arti salah). Ada enam bentuk perubahan makna: ekspansi, kontraksi,
perbaikan, penyembuhan, sinestesia, dan asosiasi.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Lamuddin Finoza, S.S., Komposisis Bahasa Indonesia, Cetakan X, Jakarta: Diksi Insan Mulia,
1993. Drs. Adam Normiles, Sri Sani Bagus, Drs. Imron, Kamus Bahasa Indonesia, Surabaya:
Karya Ilmu, 1992.
xix