Anda di halaman 1dari 134

BAHASA INDONESIA

SEMESTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

RINI QURRATUL AINI M.Pd


Penentuan Nilai Akhir (NA)
Mahasiswa
 Kehadiran (bobot 30%)
 Tugas (bobot 30%)
 UTS (bobot 20%)
 UAS (bobot 30%)
Rentang Nilai Akhir:
85-100 : A
70-84 : B
55-69 : C
45-54 : D
00-44 : E
FUNGSI BAHASA
 Sebagai alat berkomunikasi
 Sebagai alat mengekspresikan diri
 Sebagai alat berinteraksi dan beradaptasi
sosial
 Sebagai alat kontrol sosial (Keraf, 1994:3-
6)
RAGAM BAHASA
 Adalah variasi bahasa yang terjadi karena
pemakaian bahasa.
1. Berdasarkan media pengantarnya:
a. Ragam lisan
b. Ragam tulis
1. Berdasarkan situasi pemakaiannya:
a. Ragam formal
c. Ragam non formal
PERBEDAAN RAGAM LISAN DAN
RAGAM TULIS
 Ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang
siap mendengar apa yang diucapkan seseorang.
 Didalam ragam lisan, unsur-unsur fungsi gramatikal
seperti subjek, predikat, objek dan keterangan tidak
selalu dinyatakan dengan kata-kata.
 Ragam lisan terikat pada situasi, kondisi, ruang dan
waktu; sedangkan ragam tulis tidak terikat pada
situasi, kondisi dan waktu.
 Didalam ragam lisan, makna dipengaruhi oleh tinggi
rendah dan panjang pendeknya nada suara,
sednagkan didalam ragam tulis makna ditentukan
oleh tanda baca.
Keunggulan & kelemahan
berkomunikasi secara lisan dan tulis
Cara berkomunikasi Keunggulan Kelemahan
dan ragam bahasa
Komunikasi lisan/ragam 1. Berlangsung cepat 1. Tidak selalu
lisan 2. Sering dapat menmpunyai bukti
berlangsung tanpa autentik
alat bantu 2. Dasar hukumnya
3. Kesalahan dapat lemah
langsung dikoreksi 3. Sulit disajikan secara
4. Dapat dibantu matang/bersih
dengan gerak tubuh 4. Mudah dimanipulasi
dan mimik muka
Komunikasi tulis/ragam 1. Mempunyai bukti 1. Berlangsung lambat
tulis 2. Dasar hukumya kuat 2. Selalu memakai alat
3. Dapat disajikan lebi bantu
matang/bersih 3. Kesalahan tidak dapat
4. Lebih sulit langsung dikoreksi
dimanipulasi 4. Tdk dpt dibantu dgn
gerak tubuh & mimik
muka
PEMAKAIAN RAGAM NONFORMAL DAN
RAGAM FORMAL
Ragam non formal lisan Ragam formal lisan
Diapkai untuk Dipakai untuk
a. Berbicara sehari-hari dirumah a. Berceramah
b. Bergunjing b. Berpidato
c. Bercerita c. Berdiskusi
d. mengobrol d. Mempresentasikan sesuatu
Ragam non formal tulis Ragam formal tulis
Dipakai untuk Dipakai untuk
a. Menulis surat kepada kerabat a. Menulis surat resmi
b. Menulis surat kepada teman b. Menulis makalh, artikel
c. Menulis surat kepada pacar c. Menulis proposal
d. Menulis catatan harian d. Menulis laporan formal
Bahasa Indonesia yang baik dan benar
 Bahasa sudah dikatakan baik apabila
maknanya dapat dipahami oleh lawan
bicaranya dan ragamnya sudah sesuai
dengan situasi pada saat bahasa itu
digunakan.
EYD (ejaan yang disempurnakan)
 Ruang lingkup EYD mencakup 5 aspek:
1. pemakaian huruf
2. penulisan huruf
3. penulisan kata
4. penulisan unsur serapan
5. pemakaian tanda baca
Pemakaian huruf
membicarakan masalah yang mendasar dari
suatu bahasa, yaitu:
a.Abjad
b.Vokal
c. Konsonan
d. Pemenggalan
e. Nama diri
Penulisan huruf
 Membicarakan beberapa perubahan huruf
dari ejaan sebelumnya yang meliputi:
a. Huruf kapital
b. Huruf miring
Penulisan kata
Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan
jenisnya yang berupa:
 Kata dasar
 Kata turunan
 Kata ulang
 Gabungan kata
 Kata ganti kau, ku, mu dan nya
 Kata depan di, ke dan dari
 Kata sandang si dan sang
 Partikel
 Singkatan dan akronim
 Angka dan lambang bilangan
Penulisan unsur serapan
 Membicarakan kaidah cara penulisan
unsur serapan, terutama kosakata yang
berasal dari bahasa asing.
Pemakaian tanda baca/pungtuasi
 Membicarakan teknik kelimabelas tanda baca dalam penulisan dengan
kaidahnya masing-masing tanda baca itu adalah:
 Tanda titik (.)
 Tanda koma (,)
 Tanda titik dau (:)
 Tanda hubung (-)
 Tanda pisah (−)
 Tanda elipsis (...)
 Tanda tanya (?)
 Tanda seru (!)
 Tanda kurung ((...))
 Tanda kurung siku ([...])
 Tanda petik ganda (“...”)
 Tanda petik tunggal (‘...’)
 Tanda garis miring (/)
 Tanda penyingkat (‘)
Bentuk dan Makna
FONEM
 Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan
makna.
 Contoh variasi fonem huruf e
makanan favoritku adalah sate
Anik suka bumbu rujak yang pedas
makan nasi panas dicampur sambal, enak rasanya
 Contoh variasi fonem huruf o
selain bersekolah, ia juga aktif dalam organisasi sosial
pedagang burung beo itu berasal dari Solo
 Contoh variasi fonem huruf k
dahulu pak Hadi perokok berat
sehari beliau dapat menghabiskan tiga pak rokok
Contoh pelafalan huruf e, o dan k
Huruf Contoh pelafalan dalam Fonem
kata
e jahe, karatr, sate /e/
Emas, lepas, pedas /ə/
enak., engsel, elok /ɛ/
o sekolah, organisasi, sosial, /o/
beo, solo ‘sendiri’, trio penyanyi /Ʋ/
k bak ‘tempat air’, batok, periuk, /k/*)
anak, enak, ternak. /?/**)
Perhatikan peranan fonem /ə/ dan /ɛ/ sebagai
pembeda makna dalam deret kata berikut:

 Seret [sərət] = tersendat-sendat, ‘tidak


lancar’
 Seret [sɛrɛt] = menarik suatu benda
menyusur tanah
 Apel [apəl] = nama buah
 Apel [apɛ] = wajib mengikuti upacara;
melapor
MORFEM
 Adalah satuan bentuk terkecil yang dapat
membedakan makna dan atau mempunyai
makna.
 Wujud morfem dapat berupa imbuhan,
klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an,
-lah, -kah, bawa).
 Sebagai kesatuan pembeda makna, semua
contoh wujud morfem tersebut merupakan
bentuk terkecil dan tidak dapat dipecah lagi
menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil.
menurut bentuk dan maknanya morfem dapat
dibedakan atas dua macam:
 Morfem bebas: morfem yang dapat berdiri
sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem lain. Semua
kata dasar tergolong morfem bebas.
 Morfem terikat: morfem yang tidak dapat
berdiri sendiri dari segi makna. Makna
morfem terikan baru jelas setelah morfem
itu dihubungkan dengan morfem lain. Semua
awalan (awalan, akhiran serta kombinasi
awalan dan akhiran) tergolong sebagai
morfem terikat.
KATA
 Adalah satuan bentuk terkecil (dari
kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna.
 Dari segi bantuknya kata dapat dibedakan
atas dua macam, yaitu: 1) kata yang
bermorfem tunggal 2) kata yang
bermorfem banyak.
Jenis kata dalam bahasa Indonesia
 Kata benda (nomina)
 Kata kerja (verba)
 Kata sifat (ajektiva)
 Kata ganti (pronomina)
 Kata keterangan (adverbia)
 Kata bilangan (numeralia)
 Kata sambung (konjungsi)
 Kata sandang (artikel)
 Kata seru (interjeksi)
 Kata depan (preposisi)
Kata kerja (verba)
 Kata kerja atau verba adalah kata yang
menyatakan perbuatan atau tindakan,
proses, dan keadaan yang bukan
merupakan sifat.
 Kata kerja pada umumnya berfungsi
sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri-ciri kata kerja
 Dapat diberi aspek waktu, seperti akan,
sedang, dan telah. Contoh: akan, sedang,
telah.
 Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh:
tidak.
 Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan
+ KB/KS. Kata tulis, pergi, bicara,
lihat, menulis, berpergian, berbicara,
melihat tergolong sebagai kata kerja.
Perhatikan penggabungan dibawah
ini:
 Tulis + dengan pena (KB)
 Pergi + dengan adik (KB)
 Bicara + dengan dosen (KB)
 Lihat + dengan mata (KB)
 Menulis + dengan cepat (KS)
 Berpergian + dengan gembira (KS)
 Berbicara + dengan fasih (KS)
 Melihat + dengan jelas (KS)
AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk Afiks Contoh
Prefiks ber berkarya, bertemu
di- dibawa, dipakai, dibahas
per- perkuat, perindah
ter- tertawa, tersenyum
Sufiks -i namai, gulai, tandai
-kan maafkan, matikan, camkan
Konfiks Ber- + an Berpergian
Ber- + kan Beralaskan
di- + -i Diselimuti
di- + -kan Dibuatkan
ke- + -an Kejatuhan
memper-+-i Memperbaiki
memper- + -kan Mempertanyakan
me- + -kan Meluruskan
per- + -i Perbaiki
per- + -kan pertemukan
Bentuk kata kerja/ verba
 Verba reduplikasi/verba berulang dengan
atau tanpa pengimbuhan; misalnya makan-
makan, batuk-batuk,
 Verba majemuk yaitu verba yang
terbentuk melalui proses penggabungan
kata yang tidak berbentuk idiom: misalnya
terjun payung, tatap muka.
Kata sifat
 Kata sifat atau ajektiva adalah kata yang
menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat
orang/binatang/suatu benda.
 Didalam pembentukan kalimat kata sifat
umumnya berfungsi sebagai predika, objek
dan penjelas subjek.
 Kata sifat dapat dibedakan atas dua
macam: 1. kata sifat berbentuk tunggal dan
kata sifat berbentuk imbuhan.
Ciri kata sifat berbentuk tunggal :
 Dapat diberi keterangan pembanding
seperti lebih, kurang, dan paling.
 Dapa diberi keterangan penguat seperti:
sangat, amat, benar, sekali dan terlalu.
 Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
Kata sifat berbentuk tunggal dihimpun ke dalam
beberapa kelompok:
 Keadaan/situasi
 warna
 Ukuran
 Perasaan/sikap
 Cecapan/indera
Afiks pembentuk kata sifat
Bentuk Afiks Contoh
Sufiks -al Formal, nasional
-i Abadi, alami
-iah lahiriah, alamiah
-if Aktif, fiktif
-ik Magnetik
-is Praktis
-er Parlementer
-wi Manusiawi
Konfiks Ke- + an Keinggris-inggrisan
(dengan reduplikasi)

Se- + -nya Sebaik-baiknya, sepandai-pandainya


(dengan reduplikasi)
Kata keterangan
 Kata keterangan atau adverbia adalah kata
yang memberi keterangan pada verba,
ajektiva, nomina predikatif atau kalimat.
Perhatikan contoh berikut
 Saya ingin segera melukis
 Lukisannya sangat indah
 Ayah saya hanya pegawai biasa
 Agaknya dia kecewa
Kata benda (nomina)
 Kata yang mengacu kepada sesuatu benda
(kongkret maupun abstrak).
 Ciri kata benda:
1. dapat diingkari dengan kata bukan: gula,
saya, ikan, roti, kayu.
2. dapat diikuti oleh gabungan kata yang +
KS atau yang sangat + kata sifat.
Afiks pembentuk kata benda
Bentuk Afiks Contoh
Prefiks ke- Ketua, kekasih
pe- Petinju, pembela
ter- Terdakwa, tersangka
Sufiks -an Pikiran, tepian
-in Hadirin, muslimin
-wan Ilmuan, karyawan
Infiks -em- Kemuning, kemilau
-el- Telunjuk, pelatuk
-er- Serabut, seruling
-in- kinerja
Konfiks Ke- + -an Kehidupan
Pe- + -an Pegunungan
 Kata ganti pronomina : kata yang dipakai
untuk mengacu kepada nomina lain.
- pronomina penyanya
- pronomina penyapa
- pronomina mengacu kepada umum
 Kata bilangan numeralia: kata yang dipakai
untuk menghitung banyaknya orang, binatang
atau barang.
- tiga
- satu-satu
- berlima
Rumpun kata tugas (partikel)
 Anggota rumpun kata tugas meliputi:
1) kata depan (preposisi)
2) kata sambung (konjungsi)
3) kata seru (interjeksi)
4) kata sandang (artikel)
5) partikel
Kata depan (preposisi)
 Kata tugas yang selalu berada di depan kata benda,
kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk
gabungan kata depan (frasa preposional).
- di kantor
- dengan memburu
- oleh petuga sekretariat
- tentang peristiwa
- pada hari minggu
- buat orang tuamu
- bagi almamater tercinta
- sejak kecil
- dari timur
Kata sambung (konjungsi)
 Adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua
kata atau kalimat.
Contoh :
- ......antara hidup dan mati
- anda pasti berhasil kalau rajin belajar
- ....oleh presiden atau Wakil Presiden RI
- pengetahuannya terbatas karena kurang membaca
- ..... Bukan Amri, melainkan Amrin
- rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
- ....terhalang demonstran sehingga pertemuan
tertunda
- bersikaplah biasa agar mereka tidak curiga.
Konjungtor antar kalimat
 Selain itu
 Akan tetapi
 Setelah itu
 Meskipun begitu
 Walaupun demikian
 Oleh kerena itu
 Kemudian
 Namun
 Akan tetapi
 Setelah
 Selanjutnya
 Tambahan pula
 Kecuali itu
 Dengan demikian
 Oleh karena itu
 Bertalian dengan itu
Kata seru
 Kata tugas yang dipakai untuk
menungkapkan seruan hati seperti rasa
kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru
dipakai dalam kalimat seruan atau kalimat
perintah.
- ayo, maju terus, pantang mundur!
- aduh, gigiku sakit sekali!
- Ih, bau benar kamar mandi itu!
Kata sandang (Artikel)
 Kata tugas yang membatasi makna jumlah
orang atau benda.
 Tiga macam artikel:
- artikel yg bermakna tunggal : sang
- yang bermakna jamak : para
- yang bermakna netral : si hitam manis
Partikel
 Partikel yang berperan membentuk
kalimat tanya (introgatif) yaitu –kah dan
–tah ditambah dengan –lah yang dipakai
dalam kalimat perintah (imperatif) dan
kalimat pernyataan (deklaratif), serta pun
yang hanya dalam kalimat pernyataan.
FRASA
 Adalah kelompok kata atau gabungan kata
yang tidak mengandung predikat dan
belum membentuk klausa atau kalimat.
 Farasa dapat berfungsi sebagai subjek,
predikat, dan objek dalam kalimat.
Ciri frasa
 Konstruksinya tidak mempunyai predikat
(nonpredikatif)
 Proses pemaknaanya berbeda dengan
idiom
 Susunan katanya berpola tetap.
 Frasa tidak boleh mengandung predikat
karena kelompok kata yang mengandung
predikat akan membentuk kalusa.
 Predikat adalah kata atau kelompok kata
yang menerangkan perbuatan/tindakan
atau sifat dari subyek/pelaku.
Klausa Frasa
(Kelompok kata berpredikat ) (Kelompok kata tanpa predikat)

Belajar bahasa Indonesia Bahasa Indonesia

Meminum air mineral Air mineral dari pegunungan

Memakai baju batik Baju batik biru langit

Diratakan dengan buldoser Dengan buldoser besar.


Perluasan lima jenis kata menjadi
frasa
Contoh kata Perluasan menjadi frasa

Mengetik (verba) Mengetik cepat sepuluh jari (frasa verba)

Dingin (ajektiva) Dingin yang menusuk tulang (frasa ajektivsa)

Sekarang (adverbia) Pada waktu sekarang ini (frasa adverbial)

Sepeda (nomina) Sepeda gunung buatan Itali (frasa nominal)

Di (partikel) Di dalam (frasa partikel)


Contoh frasa verbal (artinya =
verba)
 Asik belajar
 Sedang berfikir
 Tidak akan datang lagi
 Harus menulis kembali
 Sudah melarikan diri
Contoh frasa ajektival
 Sudah baik
 Harus bijak
 Sudah tidak layak
 Tidak harus mahal
 Harus tidak kotor
 Sangat malu
 Benar sekali
 Sama sekali tidak sombong.
Contoh frasa adverbial
 Pada zaman jepang
 Di atas meja makan
 Sebelum subuh
 Karena cinta yang membara
 Satu sama lain
Contoh frasa nominal
 Cucu yang lucu dan menggemaskan
 Formulir pendaftaran calon mahasiswa
baru
 Manajer pemasaran yang sangat terampil
 Lembar jawaban ujian akhir semester
Ontoh frasa partikel
 Akan tetapi
 Bagi kita
 Sampai dengan
 Oleh karena
 Di atas
Makna dan perubahannya
 Adalah hubungan antara bentuk bahasa
dengan objek atau sesuatu (hal) yang di
acunya.
 Ada dua macam makna:
a. Makna leksikal
b. Makna gramatikal
Makna leksikal / makna denotasi
 Adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah
struktur. Ex:belah dapat mempunyai
makna 1. celah 2. patah menjadi dua 3.
setengah 4. sisi 5. pihak.
 contoh penggunaan: Surat-surat resmi,
surat-surat dagang, laporan dan tulisan
ilmiah.
Makna gramatikal/ makna konotasi
 Makna yang timbul akibat proses
gramatikal.
 Makna gramatikal suatu kata adalah makna
yang sudah bergeser dari makna leksikal
kata itu.
 Ex: kata hitam yang bermakna leksikal
‘warna yang gelap’ makna gramatikalnya
dapat menjadi ‘penuh kegetiran’
sinonim
 Adalah ungkapan yang maknanya hampir
sama dengan ungkapan lain.
 Kata nasib dan takdir dimisalkan seperti A
dan B, ungkapan A (nasib) adalah sinonim
ungkapan B (takdir), kalau A sinonim
dengan B maka B selalu sinonim dengan A.
Sinonim dapat dibedakan menurut
taraf dimana ia terdapat:
 Sinonim antarkalimat; misalnya saya
melihat dia, dan Dia kulihat
 Sinonim antar frasa; misalnya dua tangkao
bunga dan bunga dua tangkai
 Sinoim antar kata; misal nasib dan takdir
 Sinonim antar morfem; misalnya kestabilan
dan stabilitas
Contoh kata majemuk yang berupa
gabungan kata yang bersinonim
 Caci maki
 Fakir miskin
 Gagah perkasa
 sunyi sepi
 Kasih sayang
 Yatim piatu
Antonim atau lawan makna
 Ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain.
 Kata mudah dan sukar dimisalkan seperti
A dan B. Kalau A antonim terhadap B,
maka B selalu antonim terhadap A.
Antonim dapat dibedakan atas
tataran sistematis berikut ini:
 Antonim antar kalimat; misalnya dia sakit
dan dia tidak sakit
 Antonim antar frasa; misalnya secara
teratur dan secara tidak teratur
 Antonim antar kata; misalnya mustahil dan
mungkin, hidup dan mati
 Antonim antar morfem; misalnya
prasarjana dan pascasarjana.
Kata yang berantonim dapat digabungkan,
sehingga dapat melahirkan frasa.
 Atas bawah
 Bongkar pasang
 Jiwa raga
 Maju mundur
 Plus minus.
Contoh pemakaian kata majemuk
berantonim dalam kalimat.
 Membongkar mesin itu mudah, tetapi
memasangnya sulit
 Pak Budi menjual sawahnya untuk
membeli mobil
 Untung rugi perusahaan itu sulit diketahui.
 Homofon: terjadi jika dua kata mempunyai
ucapan yg sama tetapi makna dan
bentuknya berbeda, ex: sangsi + ‘ragu-
ragu’ dan sanksi = hukuman.
 Homograf: terjadi jika dua kata
mempunyai bentuk yang sama tetapi
bunyi/ucapannya berbeda; misalnya
beruang = nama binatang, dengan beruang
= ‘mempunyai uang’
Hiponim
 Terarjadi jika makna sebuah ungkapan
merupakan bagian dari makna ungkapan
yang lain; misalnya merah adalah hiponim
dari kata berwarna., hiponim hanya
berlaku satu arah, bila sebaliknya disebut
hipernim; misalnya berwarna hipernim
terhadap merah.
Perubahan Makna
 Meluas: yaitu jika cakupan makna lebih
dari makna yang lama. Kata putra-putri
dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,
sekarang dipakai untuk menyebut anak
laki-laki dan perempuan.
 Menyempit: yaitu jika cakupan makna
dahulu lebih luas dari makna yang
sekarang, misalnya kata sarjana dulu
dipakai untuk semua cindikiawan, sekarang
hanya untuk gelar akademis.
 Amelioratif: yaitu perubahan makna yang
mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi atau lebih baik nilai darimakna lama.
Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik
dari bini.
 Peyoratif: yaitu perubahan makna yang
mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
rendah dari makna lama (kebaikan dari
amelioratif), kata oknum dan gerombolan yg
dianggap baik pada zaman lampau sekarang
maknanya menjadi tidak baik.
 Sinestesia: yaitu perubahan makna yang
terjadi karena pertukaran tanggapan dua
indera yang berlainan. Contoh: kata-
katanya manis, manis merupakan
tanggapan indera perasa, tetapi dipakai
untuk indera pendengar, ex: mukanya
masam, pidatonya hambar.
 Asosiasi: yaitu perubahan makna yang
terjadi karena persamaam sifat. Kata
amplop yang berarti kertas pembukus
surat, dan sering juga dipakai sebagai
pembungkus uang, berdasarkan persamaan
tersebut dipakai untuk pengertian
memberi sogokan. beri dia amplop agar
urusan cepat beres
Unsur kalimat
 Adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-
buku tata bahasa Indonesia lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata,
yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel) dan keterangan (Ket).
Pembawa acara yang kocak itu
(S) pembawa acara yang kocak itu //
S
membeli // bunga
P O
(P) Indra // adalah pembawa acara yang
S P
kocak

(O) Maddona // menelpon // pembawa acara


S P O
yang kocak itu
(Pel) pesulap itu // menjadi // pembawa
S P Pel
acara yang kocak

(Ket) Si Fulan // pergi // dengan pembawa


S P Ket
acara yang kocak itu
Predikat
 Adalah bagian kalimat yang memberi tahu
melakukan tindakan apa atau dalam
kegiatan bagaimana S yaitu (pelaku atau
sosok di dalam suatu kalimat).
 Pdedikat juga menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jati diri S.
Contoh
 Kuda meringkik
 Ibu sedang tidur siang
 Putrinya cantik jelita
 Kota Jakarta dalam keadaan memanas
 Kucingku belang tiga
 Robby mahasiswa baru
 Rumah pak Hartawan lima
 *adik saya yang gendut lagi lucu itu...
 *kantor kami yang terletak di jalan Raya
Sering....
 *Mataram yang terkenal sebagai kota
seribu masjid
Subjek
 Adalah bagian kalimat yang merujuk pada
pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal,
atau suatu masalah yang menjadi
pangkal/pokok pembicaraan.
Contoh
 Ayahku sedang melukis
 Meja dekan besar
 Yang berbaju batik dosen saya
 Berjalan kaki menyehatkan badan
 Membangun jalan layang sangat mahal
Objek
 Adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
 Objek pada umumnya diisi oleh nominal
atau kalusa
 Letak O selalu dibelakang P yang berupa
verba transitif, yaitu verba yang menuntut
wajib hadirnya O. Contoh:
a. Nurul menimbang gula
b. Arsitek merancang apartemen
c. Juru masak itu sangat ganteng
 Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak
diperlukan dalam kalimat.
 Contoh:
a. Nenek pulang mandi
b. Komputerku rusak
c.Tamunya pulang
 Objek dalam kalimat aktif dapat berubah
menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.
Contoh :
1. a. Selena Gomes mengalahkan Ariana
Grande [O]
b. Ariana Grande dikalahkan oleh
Selena Gomes [S]
2. Orang itu menipu adik saya [O]
Adik saya [S] ditipu oleh orang itu
Pelengkap
 Adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
 Letak Pel umumnya dibelakang P yang
berupa verba.
 Kata yang mengisi Pel dan O juga sama
yaitu nominal atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
 Ketua MPR // membacakan // Pancasila
S P O

 Banyak orsospol // berlandaskan //


S P
Pancasila
Pel
 Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR
S P O
 * Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol
Perhatikan contoh dibawah ini
 Risa mendengarkan Rayhan cerita si
Kancil
 Sekretaris itu mengambilkan atasannya air
minum
 Nisa mengirimi kakeknya kopiah bludru
Keterangan
 Keterangan adalah bagian kalimat yang
menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya.
 Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S,
P, O, Pel.
 Posisinya bersifat manasuka, dapat diawal,
ditengah atau diakhir.
 Diana mengambilkan adiknya minum dari
kulkas
 Tono sekarang sedang belajar bernyanyi
 Lia memotong tali dengan gunting
 Polisi menyelidiki kasus narkoba dengan
hati-hati
 Budi pergi dengan teman-teman
menonton konser
 Karena malas belajar mahasiswa itu tidak
lulus
 Anak yang baik rela berkorban demi orang
tuanya
POLA DASAR KALIMAT
Tipe/ Subjek Predikat Objek Pel Ket
fungsi
1. S-P Orang itu Sedang tidur - - -
Saya Mahasiswa
2. S-P-O Ayahnya Membeli Mobil baru - -
Rani Mendapat Hadiah
3. S-P-Pel Beliau Menjadi - Presiden
pancasila Merupakan Dasar
negara kita
4. S-P-Ket Kami Tinggal - - Di Bali
Kecelakaa Terjadi Tahun
n itu 2014
5. S-P-O- Dia Mengirimi Ibunya Uang -
Pel Rian Mengambilkan Adiknya Air minum -
6. S-P-O- Pak Menyimpan Uang - Di Bank
Ket Raden - Dengan
Beliau Memperlakukan Kami baik
Kalimat dasar tipe S-P
 Kalimat bertipe S-P, verba transitif atau
frasa verbal lazim sebagai pengisi P, akan
tetapi, adapula pengisi P itu berupa
nomina, ajektiva, frasa nominal, dan frasa
ajektival.
Perhatikan contoh berikut:
S P
 Lisa tersenyum

 Lina anak pak Hadi tersenyum manis

 Kenalan saya dosen Bahasa

 Para pengungsi terlantar


Kalimat dasar tipe S-P-O
 Predikat dalam kalimat S-P-O diisi oleh
verba transitif yang memerlukan dua
pendamping, yakni S (disebelah kiri) dan O
(disebelah kanan). Jika kedua pendamping
itu tidak hadir, kalimat itu tidak gramatikal.
Perhatikan contoh berikut :
S P O
 AC Milan Mengalahkan Barcelona

 Korea utara telah mematuhi seruan PBB

 Tamu negara bertemu dengan tokoh


LSM terkenal
Kalimat dasar tipe S-P-Pel
 Seperti halnya tipe S-P-O, kalimat tipe S-P-
Pel mempunyai P yang memerlukan dua
pendamping, yakni S (disebelah kiri) dan
pel (disebelah kanan).
Perhatikan contoh berikut :
S P Pel
 Negara kita berlandaskan hukum

 Keputusan hakim sesuai dengan tuntutan jaksa

 Adik bungsu saya merasa tersisihkan


Kalimat dasar tipe S-P-Ket
 Predikat kalimat bertipe S-P-Ket
menghendaki dua pendamping yang
berupa S (disebelah kiri) dan Ket (di
sebelah kanan).
Perhatikan contoh berikut :
S P Ket
 Prabowo Subianto tinggal di Jakarta

 Anak tetangga saya mahasiswa di Lape

 Pertengkaran itu terjadi kemarin


Kalimat dasar tipe S-P-O-Pel
 Predikat kalimat tipe S-P-O-Pel menuntut
kehadiran tiga pendamping agar
konstruksinya menjadi gramatikal.
Pendamping yang dimaksud adalah S
(disebelah kiri) O dan Pel (disebelah
kanan )
Perhatikan contoh berikut :
S P O Pel
 Mahasiswa mengirimi rektor ayam betina

 Kadir menghadiahi pacarnya jam rolex

 Petani menanami sawahnya padi


Kalimat dasar tipe S-P-O-Ket
 Ada tiga pendamping yang diperlukan oleh
P kalimat bertipe S-P-O-Ket yakni S
(disebelah kiri), O dan Ket (di sebelah
kanan).
Perhatikan contoh kalimat berikut :
S P O Ket
 Mereka memperlakukan saya dengan sopan

 Melanie memasukkan bungkusan itu ke dalam


mobil
 Pemerintah menaikkan harga BBM mulai tanggal
9 Mei 2014
JENIS KALIMAT
 Menurut jumlah klausanya:
a. Kalimat tunggal
b. Kalimat majemuk
 Menurut fungsi isinya:
a. Kalimat berita
b. Kalimat tanya
c. Kalimat perintah
d. Kalimat seru
 Menurut kelengkapan unsurnya:
a. Kalimat lengkap (kalimat mayor)
b. Kalimat taklengkap (kalimat minor)
 Menurut susunan subjek predikatnya
a. Kalimat versi
b. Kalimat inversi
Jenis kalimat menurut jumlah
klausanya:
 Kalimat tunggal: kalimat yang tediri atas
satu klausa. Hanya mengandung satu unsur
S, P, O, Pel dan Ket.
 Contoh:
a. Kami mahasiswa Indonesia
b. Jawaban anak pintar itu sangat tepat
c. Sapi-sapi sedang merumput
Kalimat Majemuk
 Kalimat yang merupakan gabungan dari
dua atau lebih kalimat tunggal.
 Contoh :
a. Seorang menajer harus mempunyai
S P1
wawasan yang luas dan harus menjunjung tinggi
O1 P2
etika profesi
O2
 Anak-anak bermain layang-layang di halaman kampus
S1 P1 O1 Ket
ketika para dosen, karyawan, dan mahasiswa
S2
menikmati hari libur
P2 O2
Kalimat majemuk setara
 Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
 Kedudukan setiap kalimat sederajat
Contoh :
a. Rika mengonsep surat itu dan Rini
mengetiknya
b. Muridnya kaya tetapi ia sendiri miskin
c. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya
d. Ia memarkir mobil di lantai 3, lalu naik lift
ke lantai 7
Kalimat majemuk bertingkat
 Dia datang ketika kami sedang rapat
 Anda harus bekerja keras agar dapat
behasil
 Aku memahaminya sebagaimana ia
memahamiku
Jenis kalimat menurut fungsinya
 Kalimat berita
 Kalimat tanya
 Kalmat perintah
 Kalimat seru
Kalimat berita
 Adalah kalimat yang dipakai oleh penutur
untuk menyatakan suatu berita kepada
mitra komunikasinya.
 Isinya merupakan pemberitaan.
Contoh :
 Pembagian beras gratis di kampungku
dilakukan kemarin pagi.
 Tadi siang terjadi tabrakan mobil di
Lawang Gali
 Mahasiswa fisip akan melakukan
penyuluhan hukum bulan depan
Kalimat tanya
 Kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis
untuk memperoleh informasi atau reaksi
berupa jawaban yang diharapkan dari mitra
komunikasinya.
Contoh :
a.Apakah barang ini milik saudara?
b. Kapan kakakkmu berangkat ke Australia?
c. Siapa nama dosen Bahasa Indonesia?
d. Kamu sudah makan atau belum?
e. PR-mu dapat kamu kerjakan, atau tidak?
Kalimat perintah
 Dipakai untuk menyuruh atau melarang
orang berbuat sesuatu.
 Kalimat perintah:
a. kp halus: tolong bawa sepeda ini ke
bengkel
b. kp langsung: pergilah kamu sekarang
c. kp ajakan dan harapan: ayolah, kita belajar
d. kp larangan halus: terimakasih karena anda
tidak merokok!
e. kp pembiaran. Biarlah dia menemani orang
tuanya.
Kalimat seru
 Dipakai untuk mengungkapkan perasaan
emosi yang kuat, termasuk kejadian yang
tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan.
contoh:
a. Hai, ini dia orang yang kita cari!
b.Wah, pintar benar anak ini!
c.Aduh, pegangan saya terlepas!
Kalimat tidak lengkap
 Kalimat yang tidak ber-S dan ber-P disebut
kalimat minor.
contoh:
Mia : ada siapa di dalam?
Amira : ibu
Mia : apa ibu sudah tau rencana kita?
Amira : belum
Kalimat inversi
 Kalimat yang P nya mendahului S. Urutan
P-S dipakai untuk penekanan atau
ketegasan makna.
contoh :
a. Menangis pacarku karena sedihnya
b. Berlari adik mengejar layangan putus
c. Sepakat kami untuk membantu mereka.
Kalimat Efektif
 Adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan penutur/penulis
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula.
 Untuk dapat mencapai keefektifan
tersebut, kalimat efektif harus memenuhi
paling tidak enam syarat berikut: 1.
kesatuan 2. kepaduan 3. kepararelan 4.
ketepatan 5. kehematan 6. kelogisan.
Kesatuan
 contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan
gagasannya:
1. pembangunan gedung sekolah baru pihak
yayasan dibantu oleh bank yang memberikan
kredit. (terdapat subyek ganda dalam kalimat
tunggal)
2. dalam pembangunan sangat berkaitan
dengan stabilitas politik (memakai kata depan
yang salah sehingga gagasan kalimat menjadi
kacau)
Contoh kalimat yang jelas kesatuan
gagasannya
 Pihak yayasan dibantu oleh bank yang
memberikan kredit untuk membangun
gedung sekolah baru.
 Pembangunan sangat berkaitan dengan
stabilitas politik
Kepaduan (koherensi)
 Terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentuk kalimat.
 Contoh kalimat yang unsurnya tidak
koheren:
1. kepada setiap pengemudi mobil harus
memiliki surat izin mengemudi (tidak
mempunyai subjek, subjeknya tidak jelas)
2. saya punya rumah baru saja diperbaiki
(sturktur kalimat tidak benar/rancu)
Contoh kalimat yang unsurnya
koheren
 Setiap pengemudi mobil harus memiliki
surat izin mengemudi
 Rumah saya baru saja diperbaiki.
Kepararelan
 Terdapatnya unsur-unsur yang sama
derajatnya, sama pola atau susunan kata dan
frasa yang dipakai dalam kalimat.
contoh pararelisme yang salah.
1. kegiatan di perpustakaan meliputi
pembelian buku, membuat katalog, dan buku-
buku diberi label.
2. kakakmu menjadi dosen atau sebagai
pengusaha?
Contoh pararelisme yang benar
1. Kegiatan diperpustakaan meliputi
pembelian buku, pembuatan katalok, dan
pemberian label
2. Kakakmu menjadi dosen atau menjadi
pengusaha?
3. Kakakmu sebagai dosen atau sebagai
pengusaha?
Ketepatan
 Kesesuaian/kecocokan pemakaian unsur-
unsur yang membangun suatu kalimat
sehingga terbentuk pengertian yang bulat
dan pasti.
Kalimat yang tidak memperhatikan
ketepatan:
 Karyawan teladan itu memang tekun
bekerja dari pagi sehingga malam.
 Bukan saya yang tidak mau, namun dia
yang tidak suka
Penulisan kalimat yang
memperhatikan faktor ketepatan
 Karyawan teladan itu memang tekun
bekerja dari pagi sampai petang
 Bukan saya yang tidak mau, melainkan dia
yang tidak suka.
Kehematan
 Adanya upaya menghindari pemakaian
kata yang tidak perlu
 Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
1. saya melihatnya dengan mata kepala
saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian
dari pagi sampai petang.
2. Dalam pertemuan yang mana hadir
Wakil Bupati Sumbawa dilakukan suatu
perundingan yang membicarakan tentang
STP
Contoh kalimat yang hemat kata
 Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar
seharian
 Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil
Bupati Sumbawa dilakukan perundingan
STP
Kelogisan
 Terdapatnya arti alimat yang logis/masuk
akal.
contoh:
1. kucing sangat senang bermain hujan
2. karena lama tinggal di asrama putra
anaknya semua laki-laki
3. tumpukan uang itu terdiri atas pecahan
ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh
ribuan, dua puluh ribuan.
 Kepada bapak (Dekan), waktu dan tempat
kami persilahkan.
 Dengan mengucapkan syukur kepada
Tuhan, selesailah makalah ini tepat
waktunya.
ALINEA
 Alinea atau paragraf adalah satuan bentuk
bahasa yang biasanya merupakan gabungan
beberapa kalimat.
 Dalam upaya menghimpun beberapa
kalimat menjadi alinea, yang perlu
diperhatikan adalah adanya kesatuan dan
kepaduan.
 Kesatuan bebarti seluruh kalimat dalam
alinea membicarakan satu gagasan
(gagasan tunggal).
Perhatikan contoh berikut :
 Sampah yang setiap hari kita buang
sebenarnya bisa di sederhanakan menjadi
dua macam, yaitu sampah organic dan
sampah anorganik. Sampah organic adalah
sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan dan daun-daunan yang
umumnya basah. Sampah anorganik adalah
sampah yang sulit atau yang tidak bisa
membusuk, umpamanya plastik,
kaca,logam,kain dan karet.
Struktur Alinea
 Berdasarkan fungsinya, kalimat yang
membangun alinea pada umumnya dapat
diklasifikasikan atas dua macam, yaitu (1)
kalimat topik/kalimat pokok, dan (2)
kalimat penjelas/pendukung.
 Kalimat topik adalah kalimat yang berisi
ide pokok atau ide utama alinea. Adapun
kalimat penjelas/pendukung – sesuai
dengan namanya – adalah kalimat yang
berfungsi menjelaskan atau mendukung.
Ciri –ciri kalimat topik
 Mengandung permasalahan yang potensial
untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut.
 Merupakan kalimat lengkap yang dapat
berdiri sendiri
 Mempunyai arti cukup jelas tanpa harus
dihubungkan dengan kalimat lain.
 Dapat dibentuk tanpa bantuan kata
sambung.
Ciri-ciri kalimat penjelas :
 Sering merupakan kalimat yang tidak
dapat berdiri sendiri (dari segi arti)
 Arti kalimat ini kadang-kadang baru jelas
setelag dihubungkan dengan kalimat lain
dalam satu alinea.
 Pembentukannya sering memerlukan
bantuan kata sambung dan frasa transisi.
 Isinya berupa rincian, keterangan, contoh,
dan data tambahan lain yang bersifat
mendukung kalimat topik.
Syarat Alinea
 Kesatuan : Sebuah alinea dikatakan
mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat
dalam alinea hanya membicarakan satu ide
pokok, satu topik/masalah.
Perhatikan contoh berikut :
 Sampah yang setiap hari kita buang
sebenarnya bisa di sederhanakan menjadi
dua macam, yaitu sampah organic dan
sampah anorganik. Sampah organic adalah
sampah yang mudah membusuk seperti
sisa makanan dan daun-daunan yang
umumnya basah. Sampah anorganik adalah
sampah yang sulit atau yang tidak bisa
membusuk, umpamanya plastik,
kaca,logam,kain dan karet.

Anda mungkin juga menyukai