Anda di halaman 1dari 19

A.

Sistem Pendidikan Nasional

Pembangunan pendidikan ke depan didasarkan pada paradigma membangun manusia


Indonesia seutuhnya, yang berfungsi sebagai subjek yang memiliki kapasitas untuk
mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi
kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu:1

1. Afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk
budi pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis;
2. Kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali
dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi;
3. Psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis,
kecakapan praktis, dan kompetensi kinestetis.

Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia


secara holistik, yang memungkinkan ketiga dimensi kemanusiaan paling elementer di
atas dapat berkembang secara optimal. Dengan demikian, pendidikan seyogyanya
menjadi wahana strategis bagi upaya mengembangkan segenap potensi individu,
sehingga cita-cita membangun manusia Indonesia seutuhnya dapat tercapai. 2 Selain itu,
pembangunan pendidikan nasional juga diarahkan untuk membangun karakter dan
wawasan kebangsaan bagi peserta didik, yang menjadi landasan penting bagi upaya
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Dalam hal ini, pemerintah mempunyai kewajiban konstitusional untuk
memberi pelayanan pendidikan yang dapat dijangkau oleh seluruh warga negara. Oleh
karena itu, upaya peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih
berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan
tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu ― untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pendidikan telah mengidentifikasi nilai-nilai yang harus dimiliki oleh setiap


pegawai (input values), nilai-nilai dalam melakukan pekerjaan (process values) serta
nilai-nilai-nilai yang akan ditangkap oleh pemangku kepentingan (stakeholders)
pendidikan antara lain Pemerintah, DPR, pegawai, donatur, dan masyarakat.

Pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006, tentang penuntasan


wajib belajar dan pemberantasan buta aksara, sangat berharap dalam implementasinya
nanti mempunyai dampak yang bisa membawa perubahan dan perkembangan pendidikan
di Indonesia. Sebab berhasil tidaknya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
tentunya terletak pada bagaimana pelaksanaannya dilapangan.

1
Abdul Rahmad,pengantar pendidikan (
1
Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata
bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosialbudaya (yaitu penduduk
miskin, memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan daerah terpencil), maupun
hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu,
diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah
mereka yang belum bersekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak
melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh
layanan pendidikan. Di samping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk
meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat
yang menghadapi hambatan tersebut.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan


SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan
menengah. Dengan bertambahnya permintaan pendidikan menengah, Pemerintah juga
melakukan perluasan pendidikan menengah terutama bagi mereka yang karena satu dan
lain hal tidak dapat menikmati pendidikan SMA yang bersifat reguler, melalui SMA
Terbuka dan Paket C, sehingga pada gilirannya mendorong peningkatan APM-SMA.
Oleh karena SMA cenderung semakin meluas jauh di atas SMK, maka Pemerintah lebih
mempercepat pertumbuhan SMK diiringi dengan upaya mendorong peningkatan program
pendidikan kejuruan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang terus berubah.3

Beberapa kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas pemerataan


dan akses pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Memperluas akses bagi anak usia 0–6 tahun, baik laki-laki maupun perempuan untuk
memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai potensi yang
dimiliki dan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan dalam mengikuti
pendidikan di SD/MI.
b. Menghapus hambatan biaya (cost barriers) melalui pemberian bantuan operasional
sekolah (BOS) bagi semua siswa pada jenjang Dikdas baik pada sekolah umum
maupun madrasah yang dimiliki oleh pemerintah atau masyarakat, yang besarnya
dihitung berdasarkan unit cost per siswa dikalikan dengan jumlah seluruh siswa pada
jenjang tersebut. Di samping itu, dilakukan kebijakan pemberian bantuan biaya
personal terutama bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin pada jenjang Dikdas
melalui pemanfaatan BOS untuk tujuan tersebut. Secara bertahap BOS akan
dikembangkan menjadi dasar untuk penentuan satuan biaya pendidikan berdasarkan
formula (formula-based funding) yang memperhitungkan siswa miskin maupun kaya
serta tingkat kondisi ekonomi daerah setempat.
c. Membentuk ‖SD-SMP Satu Atap‖ bagi daerah terpencil yang berpenduduk jarang dan
terpencar, dengan menambahkan ruang belajar SMP di SD untuk menyelenggarakan
program pendidikan SMP bagi lulusannya. Untuk mengatasi kesulitan tenaga
pengajar dalam kebijakan ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan guru SD untuk

2
mengajar di SMP pada beberapa mata pelajaran yang relevan atau dengan
meningkatkan kompetensi guru sehingga dapat mengajar di SMP. Selain itu,
dilakukan upaya memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, baik ruang kelas maupun
bangunan sekolah dengan membuat jaringan sekolah antara SMP dengan SD-SD
yang ada di wilayah layanannya (catchment areas) serta menggabungkan SD-SD yang
sudah tidak efisien lagi.
d. Memperluas akses bagi anak usia sekolah 7–15 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak/belum terlayani di jalur pendidikan formal untuk memiliki
kesempatan mendapatkan layanan pendidikan di jalur nonformal maupun program
pendidikan terpadu/ inklusif bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus terutama
untuk daerah-daerah yang tidak tersedia layanan pendidikan khusus luar biasa. Di
samping itu, untuk memperluas akses bagi penduduk usia 13-15 tahun dikembangkan
SMP Terbuka melalui optimalisasi daya tampung dan pengembangan SMP Terbuka
model maupun melalui model layanan pendidikan alternatif yang inovatif.
e. Memperluas akses bagi penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas baik laki-laki
maupun perempuan untuk memiliki kesempatan mendapatkan layanan pendidikan
keaksaraan melalui jalur pendidikan nonformal. Perluasan kesempatan bagi penduduk
buta aksara dilakukan dengan menjalin berbagai kerjasama dengan stakeholder
pendidikan, seperti organisasi keagamaan, organisasi perempuan, dan organisasi lain
yang dapat menjangkau lapisan masyarakat, serta PT.
f. Memfasilitasi peran serta masyarakat dalam memperluas akses sekolah menengah
(SM), khususnya pada daerah-daerah yang memiliki lulusan SMP cukup besar. Di sisi
lain, juga mengembangkan SM terpadu, yaitu pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan umum dan kejuruan dalam satu satuan pendidikan. Bagi siswa yang
berkebutuhan khusus, dilakukan kebijakan strategis dalam melaksanakan program
pendidikan inklusif.
g. Memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan
keunggulan lokal. Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program
pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang
berkembang. Di samping itu, dilakukan upaya penambahan muatan pendidikan
keterampilan di SMA bagi siswa yang akan bekerja setelah lulus.
h. Memperluas daya tampung PT yang ada dengan memberikan fasilitasi pada
perguruan tinggi untuk membuka program-program keahlian yang dibutuhkan
masyarakat dan mengalihfungsikan atau menutup sementara secara fleksibel
program-program yang lulusannya sudah jenuh.
i. Memperluas kesempatan belajar pada perguruan tinggi yang lebih dititikberatkan
pada program-program politeknik, pendidikan tinggi vokasi dan profesi yang
berorientasi lebih besar pada penerapan teknologi tepat guna untuk kebutuhan dunia
kerja.
j. Memperluas kesempatan belajar sepanjang hayat bagi penduduk dewasa yang ingin
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan hidup yang relevan dengan
3
kebutuhan masyarakat melalui program-program pendidikan berkelanjutan. Perluasan
kesempatan belajar sepanjang hayat dapat juga dilakukan dengan mengoptimalkan
berbagai fasilitas pendidikan formal yang sudah ada sebagai bagian dari harmonisasi
pendidikan formal dan nonformal.
k. Memperhatikan secara khusus kesetaraan gender, pendidikan untuk layanan khusus di
daerah terpencil dan daerah tertinggal, daerah konflik, perbatasan, dan lain-lain, serta
mengimplementasikannya dalam berbagai program secara terpadu.
l. Melaksanakan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE), serta advokasi kepada
masyarakat agar keluarga makin sadar akan pentingnya pendidikan
m. serta mau mengirimkan anak-anaknya ke sekolah dan/atau mempertahankan anaknya
untuk tetap bersekolah.
n. Melaksanakan advokasi bagi pengambil keputusan, baik di eksekutif maupun
legislatif dari tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk memberikan
perhatian yang lebih besar pada pembangunan pendidikan.
o. Memanfaatkan secara optimal sarana radio, televisi, komputer dan perangkat TIK
lainnya untuk digunakan sebagai media pembelajaran dan untuk pendidikan jarak
jauh sebagai sarana belajar alternatif selain menggunakan modul atau tutorial,
terutama bagi daerah terpencil dan mengalami hambatan dalam transportasi, serta
jarang penduduk.

Kebijakan untuk pemerataan dan perluasan akses pendidikan dilakukan melalui


penguatan program-program sebagai berikut: 4

1. Pendanaan biaya operasi Wajar Dikdas 9 Tahun; adalah kebijakan yang menempati
urutan prioritas tertinggi dalam lima tahun ke depan. Hal ini sudah menjadi komitmen
nasional seperti yang tertera pada UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. BOS dimaksudkan untuk menutup biaya minimal
operasi pembelajaran yang secara minimal memadai untuk menciptakan landasan
yang kokoh bagi upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan. Dengan kebijakan
BOS tersebut, pemerintah akan mewujudkan ―pendidikan dasar gratis‖, yang
diartikan sebagai bebas biaya secara bertahap.
2. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan wajar; merupakan kebijakan strategis
berikutnya, yang akan dilakukan untuk mendukung perluasan akses dikdas dalam
program Wajar Dikdas. Penyediaan sarana/prasarana SD/MI/sederajat mencakup
penambahan sarana untuk pendidikan layanan khusus dan rehabilitasi serta
revitalisasi sarana/prasarana yang rusak. Untuk SMP/MTs/sederajat, kegiatan ini
diarahkan untuk membangun unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB),
laboratorium, perpustakaan, dan buku pelajaran, yang diharapkan juga akan
berdampak pada peningkatan mutu Dikdas.
3. Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan; juga merupakan kebijakan strategis
untuk mendukung program Wajar Dikdas 9 tahun. Rekrutmen tersebut dilakukan

4
dengan mempertimbangkan kecukupan jumlah dan kualifikasi guru profesional di
berbagai jenjang dan jenis pendidikan, pemerataan penyebaran secara geografis,
keahlian, dan kesetaraan gender. Pemerataan secara geografis mempertimbangkan
pengaturan mekanisme penempatan dan redistribusi guru, sistem insentif guru di
daerah terpencil, pengangkatan guru tidak tetap secara selektif, serta tenaga
pendidikan lainnya seperti pamong belajar pada jalur nonformal.
4. Perluasan pendidikan Wajar pada jalur nonformal; termasuk kebijakan strategis untuk
mendukung program Wajar. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan angka
partisipasi (APM/APK) Dikdas melalui program Paket A dan Paket B. Program ini
sangat strategis untuk menjangkau peserta didik yang memiliki berbagai keterbatasan
untuk mengikuti pendidikan formal, terutama anak-anak dari keluarga tidak mampu,
daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah konflik, atau anak-anak yang terpaksa
bekerja.
5. Perluasan akses pendidikan keaksaraan bagi penduduk usia >15 tahun; merupakan
kebijakan dalam rangka memenuhi hak memperoleh pendidikan bagi penduduk buta
aksara. Hal ini dimaksudkan mendorong penduduk usia >15 tahun untuk mengikuti
kegiatan keaksaraan fungsional agar memiliki kemampuan membaca, menulis,
berhitung sesuai dengan standar kompetensi keberaksaraan. Melalui kebijakan
strategis ini diharapkan akan menurunkan jumlah penyandang tiga buta, yaitu buta
aksara latin dan angka arab, buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar.
6. Perluasan akses SLB dan sekolah inklusif; merupakan kebijakan untuk
menyelenggarakan pendidikan khusus dan pendidikan inklusif sehingga memperluas
akses pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan belajar karena
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi bakat istimewa atau
kecerdasan luar biasa.
7. Pengembangan pendidikan layanan khusus bagi anak usia Wajar Dikdas di daerah
(bermasalah) terpencil, daerah berpenduduk jarang dan terpencar, daerah bencana,
daerah konflik, serta anak jalanan; adalah kebijakan untuk penduduk yang kesulitan
akses karena faktor sosial ekonomi, geografis, sarana transportasi dan komunikasi.
Kelompok penduduk yang kurang beruntung karena terisolasi atau hambatan lainnya,
mendapat pelayanan khusus, antara lain melalui SD/MI kecil/paket A, SMP/MTs
kecil/paket B, SMP terbuka dan SD-SMP ―satu atap‖, guru kunjung dan kelas
layanan khusus di SD (KLK), termasuk layanan dengan memanfaatkan TIK, seperti
radio, televisi, komputer dan internet.
8. Perluasan akses PAUD; merupakan kebijakan untuk mendorong terselenggaranya
pelayanan pendidikan bagi anak-anak usia 0-6 tahun baik pada jalur pendidikan
formal maupun nonformal. Kegiatan Pemerintah lebih diarahkan untuk memberikan
dukungan atau pemberdayaan bagi terselenggaranya pelayanan PAUD yang bermutu
oleh masyarakat secara merata di seluruh pelosok tanah air. Hibah (blockgrants) atau
imbal swadaya akan diberikan untuk pengembangan PAUD, PAUD model, dan
berbagai bentuk integrasi PAUD ke dalam berbagai pelayanan anak usia dini lainnya.
5
9. Pendidikan kecakapan hidup; merupakan kebijakan strategis bagi peserta didik yang
orang tuanya miskin dan orang dewasa miskin dan/atau pengangguran. Pendidikan ini
akan memberikan kompetensi yang dapat dijadikan modal untuk usaha mandiri atau
bekerja, mengingat masih besarnya jumlah mereka, maka kegiatan strategis ini
menjadi sangat penting peranannya bagi penanggulangan kemiskinan dan
pengangguran.
10. Perluasan akses SMA/SMK dan SM terpadu; arah kebijakan ini lebih untuk
memperluas SMK untuk mencapai komposisi jumlah SMA dan SMK yang seimbang.
Perluasan SMA lebih ditekankan pada partisipasi swasta. Kebijakan ini ditempuh
setelah melihat kenyataan bahwa bagian terbesar (65%) penganggur terdidik adalah
lulusan pendidikan menengah yang dapat diartikan sebagai kurangnya keterampilan
lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan kerja.
11. Perluasan akses perguruan tinggi; pemerataan dan perluasan akses pendidikan tinggi.
Investasi membangun institusi baru untuk pendidikan tinggi akademik (umum) lebih
didorong pada peran swasta, sementara peran Pemerintah lebih pada pengembangan
pendidikan vokasi dan pendidikan profesi pada perguruan tinggi yang sudah ada.
Pendidikan tinggi akademik akan diperluas melalui penambahan ruang belajar,
laboratorium, ruang praktikum, serta perpustakaan dalam rangka menambah daya
tampung.
12. Pemanfatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana pembelajaran jarak
jauh; kegiatan prioritas ini ingin mengembangkan sistem pembelajaran jarak jauh
(distance learning) di perguruan tinggi, pendidikan formal dan pendidikan nonformal
untuk mendukung perluasan dan pemerataan pendidikan tinggi, pendidikan formal,
dan pendidikan nonformal. Teknologi informasi dan komunikasi akan dimanfaatkan
secara optimal dalam fungsinya sebagai media pembelajaran jarak jauh, dan juga
untuk memfasilitasi manajemen pendidikan.
13. Peningkatan peran serta masyarakat dalam perluasan akses SMA, SMK/SM Terpadu,
SLB, dan PT; kegiatan ini termasuk dalam prioritas kebijakan yang didasarkan pada
beberapa pertimbangan: pertama, bahwa kemampuan keuangan pemerintah masih
terbatas untuk dapat memberikan pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya
sementara itu ada potensi yang cukup besar pada masyarakat; kedua, kecenderungan
arah pembangunan pendidikan yang ingin lebih banyak melibatkan partisipasi swasta
di segala aspek penyelenggaraan, termasuk investasi, pengelolaan, dan pengawasan;
ketiga, sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pemerintah Pusat akan lebih banyak memainkan perannya
sebagai fasilitator pelayanan publik yang bertugas membuat kebijakan-kebijakan
strategis, yang antara lain dilakukan melalui pengendalian dan penjaminan mutu,
pengembangan standar-standar, akreditasi, dan sertifikasi dalam rangka desentralisasi
pendidikan.

6
Gambar 1.1. Kebijakan Dalam Pemerataan Dan Perluasan Akses Pendidikan

Kualitas pendidikan merupakan tujuan akhir dari program pemerintah, sehingga dapat
berimbas pada kualitas masyarakat Indonesia itu sendiri, peningkatan mutu pendidikan
melalui pendidikan dasar yang terpadu harus dilakukan secara sistem yang terpadu yang
melibatkan semua unsur – unsur yang terkait dalam pendidikan. 32 Kesesuaian misi,
dalam pengertian upaya terus menerus untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Sedangkan setara terutama dalam soal perbaikan mutu penjaminan dan
akreditasi. 5

B. HAL HAL YANG MEMPENGARUHI SISTEM PENDIDIKAN ISLAM

1. Sistem ekonomi
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang di dasarkan hukum-hukum yang
didasarkan pada al Qur’an dan hadis untuk terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam.
Dari segi sistem, pendidikan Islam dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-
sub sistem yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam.
Dalam buku lain disebutkan sistem pendidikan Islam adalah keseluruhan yang
terpadu dari komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan.6
Pendidikan Islam dipengaruhi oleh beberapa sistem yang saling berkaitan
diantaranya sistem ekonomi, penduduk, politik, dan sosial budaya. Sistem adalah suatu
keseluruhan yang terdiri dari komponen -komponen yang masing-masing bekerja sendiri

7
dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen yang lainnya yang secara
terpadu bergerak menuju ke satu arah yang telah ditetapkan Sedangkan sistem ekonomi
merupakan aliran-aliran untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah
tangga, baik dalam rumah tangga rakyat maupun rumah tangga negara.
Pelaksanaan suatu sistem pendidikan sangat ditentukan oleh dukungan ekonomi
yang stabil guna pengembangan lembaga pendidikan yang berkualitas, sistem
perekonomian memberikan bantuan yang bersifat fisik material, seperti penyelenggaraan
lembaga pendidikan, sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan proses
pendidikan. Pemenuhan finansial tenaga pendidik (gaji) yang dapat menunjang
pelakasanaan pendidikan yang mapan.
Menurut Hasan Langgulung relevansi antara aspek ekonomi dan pendidikan
menyangkut investment dan hasilnya. Artinya apabila basis ekonomi suatu bangsa kuat
dan besar, maka akan berdampak positif bagi pelaksanaan pendidikan. Bila hal ini
tercipta, maka baik pula hasil pendidikannya.
Bahasa lain dapat dikatakan bahwa semakin tinggi input yang diperoleh dalam
pendidikan maka semakin baik pula output yang dihasilkan, karena dari sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai, akan menunjang untuk keberhasilan dalam
pendidikan. Sebaliknya bila ekonomi suatu bangsa rendah dan tidak menunjang
pendidikannya, maka mustahil suatu lembaga mampu memainkan peranannya dalam
memajukan peradaban. 7
Dari sejarah perkembangan pendidikan Islam di zaman pertengahan yakni pada
zaman kemajuan pengetahuan dalam Islam, dapat diketahui telah adanya suatu kesadaran
perlunya biaya yang besar untuk membangun dan mengelola institusi pendidikan yang
bermutu. Dalam beberapa buku sejarah pendidikan Islam dinyatakan bahwa Perdana
Menteri Nizam al Mulk telah mengeluarkan dana yang luar biasa untuk pengelolaan
pendidikan. Dana sebesar 600.000 dinar setiap tahun untuk membiayai seluruh madrasah
yang diasuh oleh negara dan sebanyak 600.000 dinar untuk membiayai madrasah
Nizamiyah Baghdad saja. Maka bila dihitung dengan emas, satu dinar 4,02 gram emas.
Maka untuk biaya madrasah Baghdad sekitar 240 kilogram emas setahun dan untuk
seluruh madrasah yang diasuh oleh negara menghabiskan lebih dari 2,4 ton emas setahun.
Dan bagi para ilmuan yang menulis karya ilmiah maka diberi imbalan dengan emas
seberat timbangan buku yang ditulisnya.
Hal tersebut bisa terjadi karena aktivitas ekonomi dalam Islam, pada masa itu
mencapai puncaknya, dan ilmu pengetahuan dianggap suatu hal yang sangat penting dan
mulia. Bait Al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan pertama yang dijadikan sebagai
lembaga pengajaran dan pengkajian pendidikan Islam di Baghdad.6 Dan para pemimpin
membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Serta didukung oleh sistem ekonomi yang pelaksanaannya adalah dengan
sistem ekonomi Islam yang menuntut keridhoan Allah swt semata.

8
2. Sistem penduduk

Peran serta masyarakat muslim Indonesia dalam pendidikan atau perguruan


keagamaan sangat penting bahkan sangat dominan. Sepanjang sejarah pendidikan Islam
di kawasan ini, masyarakat muslim mengambil posisi terdepan dalam pendirian,
pengembangan, dan pemberdayaan pendidikan keagamaan.
Dalam dasawarsa terakhir ini, terdapat dua kecendurangan lain dikalangan
masyarakat muslim.8 Kecenderungan pertama adalah mulai berkembangnya hasrat dan
keinginan dalam kalangan masyarakat muslim untuk memberikan porsi lebih besar
kepada pemerintah dalam upaya pendidikan/perguruan agama dalam berbagai segi. Hal
ini terlihat misalnya dalam tingginya minat dikalangan masyarakat untuk menegerikan
madrasah-madrasah swasta.
Kecenderungan kedua terjadinya konsolidasi sumber-sumber daya dan dana
dikalangan masyarakat Muslim sendiri untuk membangun perguruan yang berkualitas.
Dengan inisiatif dan dana sendiri, terdapat semakin banyak dikalangan masyarakat
muslim untuk mendirikan sekolah-sekolah Islam unggulan guna memenuhi kebutuhan
akan pendidikan Islam. Dalam pandangan kalangan muslimin, bukan saatnya lagi
mendirikan sekolah-sekolah atau madrasah yang asal-asalan, dengan kualitas yang
memprihatinkan. Sekarang saatnya mendirikan dan mengembangkan pendidikan Islam
yang berkualitas.
Masyarakat Muslim yang akan membawa perubahan dalam pendidikan Islam
memiliki wajah baru yang akan memunculkan masyarakat madani yakni masyarakat
berperadaban dengan menekankan kepada demokrasi dan hak-hak asasi manusia, serta
hidup dalam berkeadilan.
Menurut Nurcholis Majid masyarakat madani adalah masyarakat yang mengacu
kepada mayarakat Madinah. Muhammad Rasululah di Madinah membangun tatanan
masyarakat yang berperadaban. Ada beberapa ciri dari masyarakat Madinah itu, Pertama
Masyarakat Rabbaniyah, masyarakat religuis yang dilandasi semangat berketuhanan.
Kedua Masyarakat demokrasi menghidupkan suasana demokrasi di kalangan masyarakat
Madinah dan sahabat-sahabat beliau, hidup dalam suasana musyawarah dalam segala hal.
Ketiga masyarakat Madinah adalah masyarakat yang majemuk (plural) baik dari segi
suku maupun agama. Keempat berkeadilan. Kelima masyrakat berilmu.9
Kelima pilar inilah gambaran dari masyarakat Madinah yang sekaligus
merupakan gambaran masyrakat Madani. Jika demikian halnya maka masyarakat Madani
yang ingin diraih tersebut mestilah memiliki prinsip-prinip pokok yang mengacu kepada
lima pilar tersebut.
Tantangan globalisasi menuntut perhatian yang sungguh-sungguh dari semua
lapisan masyarakat untuk menghadapi dampak negatifnya. Tantangan pertama bagi
pendidikan adalah kualitas. Di era globalisasi pada dasarnya muncul era kompetensi.
Berbicara kompotensi adalah berbicara tentang keunggulan. Manusia yang unggul adalah
manusia yang mampu survive di dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan, maka
9
persolan yang muncul adalah bagaimana untuk meningkatkan kualitas masyarakat
Indonesia.
Membentuk manusia unggul parsipatoris yaitu manusia yang ikut secara aktif
dalam persaingan yang sehat untuk mencari yang terbaik. Keunggulan partisipatoris itu
dengan sendirinya adalah berkewajiban untuk menggali dan menggambarkan seluruh
potensi manusia yang akan digunakan dalam kehidupan yang penuh dengan persaingan
yang semakin hari semakin tajam.

3. Sistem politik

Politik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan mengenai


ketatanegaraan seperti sistem dasar pemerintahan.10 Secara sederhana politik dapat
diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan dalam suatu sistem kenegaraan,
menyangkut proses penentuan yang ada, menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah, serta melaksanakan berbagai ketetapan, sesuai dengan tujuan pendidikan
yang diinginkan.

Sistem politik merupakan pola hubungan masyarakat yang dibentuk berdasarkan


keputusan-keputusan yang sah dilaksanakan dalam masyarakat. Sistem politik dibedakan
dari sistem lain yang memiliki empat ciri khas, pertama, daya jangkau yang universal,
meliputi semua anggota, kedua kontrol mutlak atas pemakaian kekerasan fisik, ketiga,
hak membuat keputusan-keputusan yang mengikat dan diterima sebagai keputusan. Dan
keempat keputusannya bersifat otoritatif, artinya mengandung daya pengabsahan dan
kerelaan yang besar. Selajutnya sistem politik itu meliputi:10

a. Sistem pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan.


b. Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan atau terhadap negara lain.
c. Kebijaksanaan, cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa politik sebagai suatu sistem sangat erat
hubungannya dengan pola hubungan masyarakat dengan negara. Wujud dari hubungan
itu adalah lahirnya sebuah istilah demokrasi.

Dalam prakteknya demokrasi sebagai suatu sistem bagi sebuah masyarakat/negara


akan memberikan corak/karakteristik terhadap segala aspek kehidupan yang salah
satunya adalah pendidikan.

Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial politik di
setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya sering dilihat
sebagai bagian-bagian yang terpisah, padahal keduanya bahu membahu dalam proses
pembentukan karekteristik masyarakat suatu negara. Lebih dari itu keduanya saling

10
menunjang dan saling mengisi. Lembaga-lembaga dan proses pendidikan berperan
penting dalam membentuk prilaku politik masyarakat disuatu negara.11

Selain itu pemerintahan Belanda juga menempuh usaha yang mematikan


kegiatan-kegiatan Islam. Seperti dengan mempelajari hal ikhwal pribumi dan agama
Islam yang merupakan ilmu khusus yang dikenal dengan indologi yang diperdalam di
negeri Belanda. Belanda juga berusaha mencari kelemahan Islam untuk menghadapi
umat Islam Indonesia, dengan mengutus Prof.Dr,Christian Snouck Hurgronje ke Mekkah
untuk mempelajari Islam, dan namanya diganti dengan Abdul Gaffar. Belanda juga
menerapkan peraturan dan kebijaksanaan antara lain:12

1) Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk sutu badan khusus yang bertugas
mengawasi beragama dan pendidikan Islam yang mereka sebut Resterraden. Dari
nasehat badan inilah, maka pada tahun 1905 pemerintah Belanda mengeluarkan
peraturan baru yang isinya bahwa orang yang memberikan pengajaran atau pengajian
agama Islam harus terlebih dahulu kepada pemerintahan Belanda.
2) Tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan agama Islam
yaitu tidak semua orang kiai memberikan pelajaran mengaji terkecuali telah mendapat
semacam rekomendasi dari pemerintahan Belanda.
3) Pada tahun 1932 pemerintah Belanda mengeluarkan lagi peraturan yang isinya berupa
wewenang untuk memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada
izin, atau memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintahan Belanda yang
disebut Ordonansi Sekolah luar wilde School Orrdonantie.

Misi missionaris Belanda tidak hanya dilakukan lewat ekonomi saja tetapi juga
dilakukan lewat pendekatan pendidikan. Lembaga pendidikan dianggap sebagai sarana
yang paling baik dan efektif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Setelah Belanda angkat kaki dari bumi Indonesia, maka muncul pergerakan
Jepang. Jepang tidak begitu ketatnya terhadap pendidikan Islam di Indonesia. Jepang
memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di Indonesia, kesetaraan
penduduk pribumi sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan Jepang
mengajarkan ilmu-ilmu bela diri kepada pemuda Indonesia.

Pada masa penjajahan Jepang banyak berdiri lembaga-lembaga pendidikan dan


pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah, lembaga-lenbaga pendidikan dapat
dikembangkan dan anak-anak dibolehkan untuk belajar agama dan mengaji.

Masa kemerdekaan keadaan pendidikan Islam lebih baik terutama setelah


dibentuknya Departemen Agama dan Departemen Agama mengusul tiga hal yaitu: 13

1) Memberikan pelajaran agama di sekolah negeri dan partikulir


2) Memberikan pengetahuan umum di madrasah

11
3) Mendirikan pendidikan agama (PGA) dan pendidikan Hakim agama Islam
Negeri(PHIN)

Dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No.4 Tahun 1950 ditetapkan bahwa


di sekolah-sekolah negeri diselanggaran pelajaran agama dengan catatan orang tua murid
yang menetapkan keikutsertaan anaknya. Dengan demikian secara dejure posisi
pendidikan Islam relatif kuat atau minimal memiliki kekuatan hukum.

Pendidikan agama Islam benar-benar memiliki posisi yang kuat setelah Orde
Baru yang berhaluan anti komunis mengambil alih kekuasaan. Kebijaksanaan tentang
pendidikan agama dilaksanakan berdasarkan pokok kebijaksanan:14

1) Pemerintahan Orde baru lebih condong kepada Islam karena hanya Islam yang benar-
benar anti komunis. Pendidikan agama diwajibkan untuk semua jenjang dan jenis
pendidikan dan merupkan rangkaian pemberantasan komunisme sampai keakar-
akarnya.
2) Sebagai ucapan terima kasih kepada umat Islam yang bersama ABRI telah
menyelamatkan ideologi negara Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dari G.30.S.PKI yang hendak mengganti Pancasila dengan ideologi komunisme
3) Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhi tuntunan rakyat yang secara
obyektif sangat memerlukan pendidikan agama. Sebab fungsi pemerintahan
disamping mengemban amanah yang bersifat politis juga amanat di bidang edukatif,
termasuk didalamnya pendidikan agama.

Maka secara ekstrinsik, pengaruh politik terhadap pendidikan Islam adalah


adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintahan suatu negara yang memberikan
perhatian serta dukungan moral maupun material bagi kelangsungan pelaksanaan
pendidikan Islam. Situasi kondusif ini akan memberikan kesempatan dan pengaruh yang
sangat besar terhadap tumbuh atau tidaknya pendidikan Islam, akan tetapi, bila politik
suatu negara mengalami kegoncangan stabilitas, maka akan mustahil suatu lembaga
pendidikan akan mampu bertahan dan memerankan perannya dengan baik.

Secara implisit, pendidikan yang bermutu tinggi, juga akan ikut mempengaruhi
perkembangan politik yang ada, artinya, semakin baik pendidikan di suatu negara, maka
akan melahirkan generasi yang berkualitas, sehingga akan berimbas dengan tingginya
peradaban suatu bangsa. Bila ini terjadi, akan semakin baik pula sistem ekonomi negara
yang berarti akan memantapkan politik pemerintahanya.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa sistem politik yang berlaku pada suatu
negara cukup besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem pendidikan Islam, baik
terhadap kurikulum dan materi pelajaran dan pengadaan guru maupun kebijaksanaan lain
yang menyangkut identitas sebuah lembaga pendidikan Islam.

12
4. Sistem sosial budaya

Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial adalah masyarakat yang berkomunikasi


dalam usaha meningkatkan pembangunan. Bahasan demikian didasarkan pemikiran
bahwa perubahan sosial pada hakikatnya merupakan fenomena kebudayaan. Perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan dalam kebudayan. Perubahan kebudayaan
mencakup semua bagian kebudayan termasuk di dalamnya kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan seterusnya, maupun perubahan perubahan dalam bentuk serta
aturan–aturan organisasi sosial, walaupun secara teoritik konseptual pemisahan
pengertian keduanya dapat dirumuskan, namun dalam kehidupan yang nyata garis
pemisah tersebut sulit untuk dibedakan.
Dalam kehidupan masyarakat pendidikan sangat dibutukan khususnya dalam
berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian pendidikan dan mayarakat
sangat erat hubungannya.
Sistem budaya merupakan rangkaian hubungan komponen-komponen budaya
sebagai ungkapan prilaku, perbuatan, dan tindakan manusia sebagai makhluk budaya.
Namun demikian, dalam mekanisme tersebut, tidak terpisahkan dari hubungan antara
manusia sebagai makhluk sosial yang menghubungkan antar individu, antara individu
dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok lainnya. Disini terbentuklah suatau
tatanan konsep sebagai sistem sosial. Sistem ini terbentuk, sebagai akibat hubungan
sosial antar komponen-komponen sosial dalam bentuk tindakan,perbuatan dan prilaku
pendukungnya.
Dalam perkembangan pendidikan Islam di Indonesia kita bisa melihat betapa
besarnya pengaruh sosial budaya terhadap pendidikan Islam. Pada masa dahulu
pesantren banyak dipengaruhi oleh masyarakat tradisional yang identik dengan pola
pikir tradisionalnya juga beranggapan bahwa yang dikatakan pendidikan Islam itu
adalah belajr al-Qur’an dan ilmu agama semata. Masyarakat perkotaan yang identik
dengan pola pikir modern cenderung menyekolahkan anaknya ke sekolah umum. Seiring
dengan perkembangan zaman, orientasi tersebut telah berubah. Masyarakat berkembang
saat ini tidak hanya membutuhkan pendidikan agama yang komprehensif karena
tuntutan zaman demikian pesat dan kompetetif. Hal ini ditandai dengan munculnya
pesantren terpadu atau modern yang tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman,
tetapi juga mengajarkan sains dan teknologi
Sanafial Faisal mengemukakan bahwa hubungan antar sekolah (pendidikan)
dengan masyarakat paling tidak, bisa dilihat dari dua segi :
1. Sekolah sebagai mitra masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan. Dalam
konteks ini, berarti keduanya yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai pusat-
pusat pendidikan yang potensial dan mempunyai hubungan yang fungsional
2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani pesan-pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya. Berdasarkan hal ini, berarti antara masyarakat dengan sekolah
memiliki hubungan rasional berdasarkan kepentingan di kedua belah pihak.
13
Untuk mempertahankan tatahan kehidupan di masyarakat, maka generasi muda
harus meneruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya
yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap masyrakat. Setiap masyarakat meneruskan
kebudayaannya dengan beberapa perubahan kepada generasi berikutnya dengan
pendidikan dan interaksi sosial.

C. JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Di Indonesia secara garis lembaga pendidikan islam dibagi kedalam 3 jenis yaitu
lembaga pendidikan islam secara formal, non formal dan informal. Hal tersebut sesuai
dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa jalur pendidikan di Indonesia terbagi menjadi tiga: formal, non
formal dan informal. Atas dasar tersebut lembaga Pendidikan islam pun terbagi menjadi
3 jalur. Selain itu, menurut Bafadhol, 2017 dalam jurnal pendidikan islam menyebutkan
bahwa terdapat tiga jenis pendidikan islam yaitu pendidikan islam formal, pendidikan
islam non formal dan pendidikan islam informal.

1. Lembaga Pendidikan Islam Formal

Lembaga pendidikan islam yang diselenggarakan secara formal merupakan


lembaga pendidikan yang terstruktur dan berjenjang, dimana lembaga tersebut terbagi
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal tersebut juga
sesuai dengan yang disebutkan dalam Undang-undang nomor 23 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang melekat pada lembaga pendidikan
islam formal diantaranya:

a. Diselenggarakan dalam kelas terpisah menurut jenjangnya


b. Terdapat persyaratan Usia
c. Terdapat jangka waktu belajar
d. Proses pembelajaran diatur secara tertib dan trstruktur
e. Materi pembelajaran disusun berdasarkan kurikulum dan dijabarkan dalam silabus
tertentu
f. Materi pembelajaran lebih banyak bersifat akademis intelektual dan
berkesinambungan
g. Terdapat system raport, evaluasi pembelajaran dan ijazah h. Sekolah memiliki
anggaran pendidikan yang dirancang dalam kurun waktu tertentu.

14
Lembaga pendidikan islam formal yang diselenggarakan di Indonesia saat ini
terbagi kedalam tiga tahapan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pembagian tersebut dijabarkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Lembaga Pendidikan Islam Formal jenjang Pendidikan Dasar

Lembaga Pendidikan Islam (Format )


Jenjang Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar
Taman Kanak-Kanak (Tk)Islam Terpadu
Raudatul Athfal
Sekolah Dasar Islam Terpadu/Boarding School
Madrasah Ibtidaiyah (Mi)
Sekolah Menengah Pertama (Smp) Islam Terpadu/Boarding School
Madrasah Tsanawiyah (Mts)

Berdasarkan tabel diatas, lembaga pendidikan islam formal di Indonesia dibagi


berdasarkan jenjang pendidikan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan dibagi menjadi 6 macam
diantaranya taman kanak-kanak islam, RA, Sekolah Dasar islam terpadu atau boarding
school, madrasah ibtidaiyah (MI), SMP Islam/Boarding School dan Madrasah
Tasanawiyah. Dalam jenjang pendidikan dasar terdapat hal-hal yang menjadi pemicu
berkembangnya pendidikan islam saat ini. Jika kita melihat pendidikan islam formal
jauh ke belakang, dahulu pendidikan islam itu hanya didominasi oleh RA, MI, dan MTS
namun saat ini berkembang juga SD, SMP yang mengintegrasikan nilai-nilai islam pada
kurikulum dan proses pembelajarannya yaitu integrasi label boarding school atau islam
terpadu. Hal ini tentu menjadi titik perkembangan pendidikan islam saat ini.

Tabel 1.2 Lembaga Pendidikan Islam Formal jenjang Pendidikan Menengah

Lembaga Pendidikan Islam (Formal)


Jenjang Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah
Sekolah Menengah Atas (Sma) Islam Terpadu/Boarding School
Madrasah Aliyah (Ma)
Sekolah Menengah Kejurusan (Smk) Islam Terpadu/Bording School

Kedua, yaitu pendidikan menengah. Pada tingkatan pendidikan menengah, pendidikan


islam formal diisi oleh 3 macam lembaga pendidikan yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA)
islam terpadu atau boarding School, Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Islam terpadu atau boarding school. Pada tingkat pendidikan menengah, terjadi juga
15
perkembangan yang sama seperti pada pendidikan dasar. Integrasi pendidikan islam terpadu atau
boarding school menjadi salah satu indikasi perkembangan pendidikan islam pada tingkatan atau
jenjang pendidikan menengah.

Tabel 1.3 Lembaga Pendidikan Islam Formal jenjang Pendidikan Tinggi

Lembaga Pendidikan Islam (Formal)


Jenjang Pendidikan Tinngi
Pendidikan Tinggi
Akademi
Politeknik
Sekolah Tinggi
Institut
Universitas

Ketiga yaitu pendidikan tinggi. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan islam
tersebar hampir pada semua jenis perguruan tinggi. Setidaknya tersebar pada akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institute dan Universitas. Penerapan pendidikan islam di
tingkat pendidikan tinggi memiliki disparitas yang tidak terlihat jauh berbeda hal
tersebut dikarenakan pendidikan tinggi yang menerapkan pendidikan biasanya memiliki
persamaan yang lebih besar dengan pendidikan tinggi yang tidak menerapkan
pendidikan islam. Hal tersebut terlihat pada beberapa institusi yang tidak berlabel
pendidikan islam namun menyelenggarakan jurusan atau program studi mengenai studi
keislaman. Dan sebaliknya terdapat juga lembaga pendidikan tinggi islam yang
menyelenggarakan layanan pendidikan tidak hanya keilmuan islam namun keilmuan
umum pun banyak diselenggarakan. Sehingga hal ini menjadi factor yang mempertipis
perbedaan tersebut.

Dari ketiga jenjang pendidikan tersebut, perkembangan yang terjadi pada


lembaga pendidikan islam yang berada di jalur pendidikan formal yaitu semakin
banyaknya lembaga pendidikan umum yang mengintegrasikan pendidikannya dengan
menerapkan keilmuan islam sehingga hal ini menjadi perkembangan baik bagi kemajuan
institusi pendidikan islam itu sendiri. Kedua, semakin kecilnya disparitas pendidikan
yang terajdi antara lembaga pendidikan umum dengan lembaga pendidikan islam
sehingga kedua mampu berkolaborasi dan bersinergi di dalam memajukan pendidikan di
Indonesia.

2. Lembaga Pendidikan Islam Non Formal

Menurut UU No 20 Tahun 2003 pendidikan non formal ialah jalur pendidikan


yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal.
Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang ditunjuk oleh

16
pemerintah dengan berpedoman pada standar nasional pendidikan. Dan karena
berpedoman pada standar nasional pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal
tersebut dapat dihargai setara dengan pendidikan formal. Selain itu lembaga pendidikan
non formal juga dapat berasal dari program pembelajaran yang tumbuh dan berkembang
di Masyarakat.
Lembaga pendidikan islam yang diselenggarakan secara non formal
merupakan lembaga pendidikan islam yang banyak tumbuh dan berkembang ditengah
masyarakat. Bentuk pendidikan tersebut banyak ditemui sebagai salah satu program
keagamaan. Perkembangan lembaga pendidikan islam tersebut justru menjadi cikal
bakal berkembangnya pendidikan saat ini. Konsep belajar pendidikan sepanjang hayat
yang saat ini berkembang di dunia pendidikan atau disebut lifelong learning merupakan
konsep belajar yang mengutif hadis Rasulullah SAW yaitu tuntutlah ilmu dari buaian
hingga liang lahat. Konsep ini sangat erat melekat dan menjadi cikal bakal
berkembangnya segala bentuk pembelajaran saat ini baik yang diselenggarakan secara
formal maupun non formal. Joni R. Pramudia, 2013 dalam bukunya Belajar Sepanjang
Hayat menyebutkan bahwa konsep belajar sepanjang hayat merupakan konsep belajar
yang menjadi cikal bakal berkembangnya pembelajaran saat ini. Bedasarkan hal tersebut
dapat kita simpulkan bahwa keberadaan lembaga pendidikan islam yang berkembang
saat ini merupakan cikal bakal lahirnya berbagai layanan pendidikan saat ini.
Selain itu, berkembangnya layanan pendidikan nonformal berbasis
pendidikan islam juga sangat erat kaitannya dengan undang-undang system pendidikan
nasional nomor 20 tahun 2003 yang meyeb utkan bahwa peyelenggaraan pendidikan di
Indonesia terbagi atas tiga jalur pendidikan yang salah satunya adalah pendidikan non-
formal. Pernyataan tersebut semakin menguatkan pengakuan lembaga pendidikan non
formal secara hukum di Indonesia.

Menurut Badan akreditasi nasional pendidikan anak usia dini dan pendidikan
non formal atau BAN PAUD PNF, terdapat ciri-ciri yang melekat pada lembaga
pendidikan non formal diantaranya:15
a. Tujuan Dari indicator tujuan satuan lembaga pendidikan non formal memiliki tujuan
jangka pendek, artinya kemampuan yang diajarkan menekankan pada kemampuan
fungsional untuk kepentingan saat ini maupun masa depan. Selain itu menekankan
kepada kompetensi, dan tidak menekankan pentingnya ijazah.
b. Waktu Pada indicator waktu, konsep belajar pada lembaga pendidikan non formal
waktu pembelajaran relative berjalan singkat. Terdapat program pembelajaran yang
dilaksanakan dalam jangka waktu beberapa hari, beberapa minggu dan umunya
berjalan kurang dari setahun untuk setiap progreamnya.
c. Persyaratan Peserta didik Dalam program pendidikan non formal, persyaratan yang
ditetapkan dalam setiap program pembelajaran adalah kebutuhan, minat dan
kesempatan. Sehingga program yang dilaksanakan merupakan program yang tepat
sasaran.
17
d. Isi Program/ Kurikulum Isi program dan kurikulum yang berkembang pada satuan
PNF merupakan kurikulum yang berpusat pada kepentingan dan kebutuhan peserta
didik.
e. Program Pembelajaran Struktur program pembelajaran yang dialksanakan di satuan
pendidikan non formal memiliki sifat luwes sehingga ukuran dan jenis program
kegiatan bervariasi.
f. Proses Pembelajaran Pada tatanan proses pembelajaran, satua pnf menerapkan proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dipustakan di lingkungan masyarakat
dan lembaga serta berkaitan dengan kehidupan peserta didik dan masyarakat.
g. Hasil Belajar Hasil belajar yang rumuskan dalam satuan pendidikan non formal
emrupakan hasil pembelajaran yang diterapkan langsung dalam kehidupan dan
lingkungan pekerjaan atau masyarakat
h. Pengawasan Pengawasan yang dilakukan dalam satuan pendidikan non formal
dilakukan oleh pelaksana program dan peserta didik. Sehingga pembinaan program
dilakukan secara demokratik.
Di Indonesia sendiri, perkembangan lembaga pendidikan islam non formal
sejalan dengan satuan pendidikan yang ditetapkan oleh undang-undang Sisdiknas no 20
Tahun 2003 pasal 26 ayat 3 yang berbunyi:
“pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan
lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik”.
Kemudian pernyataan tersebut diperkuat oleh undang-undang Sisdiknas no
20 Tahun 2003 pasal 26 ayat 4 yang berbunyi:
“Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Majelis Taklim dan Satuan pendidikan yang
sejenis”
Berdasarkan kedua pasal tersebut sudah jelas bahwa satuan pendidikan non
formal terbagi atas 6 jenis satuan. Berikut jenis satuan pendidikan non formal:

Tabel 4. Satuan Lembaga Pendidikan Non Formal

Satuan Lembaga Pendidikan Non Formal


Lembaga Kursus
Lembaga Pelatihan
Kelompok Belajar
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Majlis Taklim
Satuan Pendidikan Sejenis : Pesantren Day Care, Bimbingan Belajar

18
Berdasarkan data pada table diatas bahwa satuan pendidikan non formal yang
mengintegrasikan dengan pendidikan islam terlihat pada satuan majlis taklim dan satuan
penddidikan sejenis seperti pesantren, day care dan bimbingan belajar. Selain itu saat ini
berkembang pesat integrasi pendidikan islam dengan satuan pendidikan non formal
seperti pendirian pusat kegiatan belajar berbasis tahfidz di pondok pesantren, day care,
bimbingan belajar dan kelompok belajar. Perkembangan tersebut merupakan suatu hal
yang positif bagi perkembangan pendidikan islam di sector pendidikan non formal.

3. Lembaga Pendidikan Islam Informal

Menurut Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 bahwa Pendidikan


informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Hasil pendidikan diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional. Selain itu menurut Coombs dalam
Hasbullah 2006 pendidikan informal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis
di luar persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta
didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung dalam
lingkup keluarga dan masyarakat. Pendidikan informal dalam ruang lingkup pendidikan
islam mempunyai keterkaitan erat dengan konsep keluarga sebagai sekolah pertama bagi
setiap manusia. Hal tersebut manjadi sebuah konsep pendidikan yang tidak terpisahkan
karena dalam islam pun dijelaskan bahwa sekolah pertama setiap manusia itu adalah
keluarga dan guru pertama dalam kehidupan adalah orang tua. Karena memiliki sifat
yang berbeda dengan pendidikan formal dan non formal, pendidikan informal merupakan
pendidikan yang banyak memberikan bekal soft skill kepada peserta didik. Terdapat
enam bentuk soft skill yang dibelajarkan pada saat anak melangsungkan pembelajaran
informal, yaitu: 1) Agama 2) Budi pekerti 3) Etika 4) Sopansantun 5) Moral 6) Sosialisasi
Keenam materi pembelajaran diatas merupakan materi yang menyangkut dengan
perkembangan pribadi seseorang, dimana proses pembangunan karakteristik itu
memerluakan waktu yang relative lama serta terdapat peran pendidikan agama yang lebih
besar.

19

Anda mungkin juga menyukai