Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BAHASA INDONESIA

“PENGGUNAAN BENTUK dan MAKNA KATA”

Disusun Oleh :

Y. Ernesto Darma Mahendra

Muhammad Alif A.

Hury Maulani

Alfina Zukhrifa

Meyvita Dzakiah Frira

Dosen : Prof. Dr. Hj. Nadra, M.S.

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang, sedikit sekali masyarakat / remaja yang mengenal bahasa
Indonesia secara benar. Kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa gaul sebagai
bahasa komunikasi. Sebenarnya itu adalah kesalahan besar masyarakat kita.
Masyarakat tidak bangga dengan bahasa resminya. Mereka lebih bangga dengan bahasa
yang telah mereka rusak sendiri. Seharusnya, kita sebagai warga negara Indonesia yang
baik, lebih bangga dengan bangsa resmi kita, tidak dengan bahasa gaul yang telah kita
ciptakan tanpa menggunakan kaidah EYD yang berlaku. Masalah ini telah menjadi
masalah yang serius bagi kita. Dan sudah seharusnya kita sebagai warga negara yang
baik mau mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Agar dapat
mencapapi tujuan itu, kosa kata yang cukup sangatlah dibutuhkan. Selain mempunyai
banyak kosakata, makna kata – kata tersebut juga harus dikuasai untuk lebih
memperkaya kosa kata yang dimiliki. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai makna kata.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu bentuk dan makna kata dalam bahasa Indonesia?


2. Apa macam-macam bentuk dan makna kata ?
3. Bagaimana pergeseran makna dan perubahannya?
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat bentuk dan makna kata

Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalah fonem dan yang terbesar adalah karangan.
Di antara satuan bentuk terkecil dan terbesar itu terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa,
kalimat dan alinea.

Ketujuh satuan bentuk bahasa itu diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau
dapat mempengaruhi makna. Dapat mempengaruhi makna maksudnya kehadirannya dapat
mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan antara bentuk dan makna dapat
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, yang saling melengkapi. Karena bentuk yang tidak
bermakna atau tidak dapat mempengaruhi makna tidak terdapat dalam tata satuan bentuk
bahasa.

2.2 Satuan bentuk kata dalam bahasa indonesia

A. Fenom

Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti (bunyi dan huruf), sedangkan
huruf adalah lambang bunyi atau lambang fonem. Jadi, fonem sama dengan bunyi (untuk
didengar), huruf adalah lambang (untuk dilihat). Jumlah huruf hanya 26, tetapi fonem bahasa
Indonesia lebih dari 26 karena beberapa huruf ternyata mempunyai lebih dari satu lafal bunyi,
yaitu e, o dan k. Misalnya, Pelafalan huruf “e” dalam kata Jahe, karate, sate.

B. Morfem

Morfem adalah satuan bentuk kecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai
makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-kan), klitika/partikel (mislanya –
lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan). Untuk membuktikan morfem sebagai
pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang
mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang
digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem. Morfem terbagi atas 2, yaitu :
1. Morfem bebas adalah bentuk kata yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada
yang lain Morfem ini bisa disebut juga kata dasar. Misalnya lari, sakit, dan pasir.
2. Morfem terikat adalah bentuk kata yang selamanya melekat atau menempel pada bentuk
lain, seperti imbuhan (ber-,se-, me-, -an, -isme.

C. Kata

Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna. Kata yang terbentuk dari gabungan huruf atau gabungan morfem; atau
gabungan huruf dengan morfem, baru diakui sebagai kata bila bentuknya mempunyai makna.
Dari segi bentuk, kata dibagi atas dua macam, yakni kata yang bermorfem tunggal (kata yang
belum mendapatkan imbuhan) dan kata yang bermorfem banyak(kata yang sudah
mendapatkan banyak imbuhan). Kata dibagi menjadi beberapa kelas dan jenis antara lain:
1. Kata Benda
adalah kata yang mengacu kepada suatu benda (konkret maupun abstrak). Kata benda
berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap dan keterangan dalam kalimat.Kata benda
memiliki ciri-ciri Dapat diingkari dengan kata bukan. Contohnya, gula (bukan
gula).Kemudian Dapat diikuti setelah gabungan kata yang + kata sifat atau yang sangat + kata
sifat. Contohnya, buku + yang mahal (kata sifat).
2. Kata Kerja
adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses dan keadaan yang bukan
merupakan sifat. Umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Ciri-ciri kata kerja
adalah:
a) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang dan telah. Contoh : (akan) mati.
b) Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh : (tidak) makan.
c) Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata benda /kata sifat. Contoh : tulis +
dengan pena (kata benda) . menulis + dengan cepat (kata sifat).
3. Kata Sifat
Adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan, watak, tabiat orang/binatang/suatu benda.
Umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas dalam kalimat. Dibedakan atas dua
macam, yaitu :
a) Dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang dan paling.
b) Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, sekali dan Dapat diingkari dengan kata
ingkar tidak.
c) Kata sifat berimbuhan. Contoh : manusiawi, kekanak-kanakan.
4. Kata Keterangan
Adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat.
Misalnya, Saya ingin segera melukis. Kata segera adalah adverbia yang menerangkan verba
melukis.
5. Kata Tugas (partikel)
Adalah kumpulan kata dan partikel. Lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas, yang terdiri
atas :
a) Kata Depan (preposisi) adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat
atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional). Contoh : di
kantor, sejak kecil.
b) Kata sambung (konjungsi) adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau
dua kalimat. Contoh : – …..antara hidup dan mati (dalam kalimat).
c) Kata seru (interjeksi) Adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati
seperti rasa kagum, sedih, heran dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau
kalimay perintah (imperatif). Contoh : Aduh, gigiku sakit sekali! Ayo, maju terus, pantang
mundur!.
d) Kata sandang (artikel) adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau kata
benda. Artikel ada tiga, yaitu :
- Yang bermakna tunggal, contoh : sang putri
- Yang bermakna jamak, contoh : para hakim
D. Frasa

Adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk kalusa
atau kalimat. Berfungsi sebagai subjek, predikat, objek dan keterangan di dalam kalimat.
Frasa tidak boleh mengandung majna predikat dan tidak sama dengan idiom, karena cakupan
makna yang dibentuk oleh frasa masih disekitar makna leksikal kata pembentuknya karena
hakikatnya frasa adalah kata yang diperhias dengan memberi keterangan. Contoh : jumpa
pers; berjumpa dengan pers. Ciri-cirinya : kontruksinya tidak mempunyai predikat, Proses
pemaknaannya berbeda dengan idiom, dan Susunan katanya berpola tetap.

2.3 Makna dan perubahannya

Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu :

A. Makna leksikal /makna denotasi/ makna lugas adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan
dengan kata lain dalam suatu struktur, misalnya kata belah dapat bermakna celah, pecah
menjadi dua sisi, dll. Makna ini biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-surat
dagang, laporan dan tulisan ilmiah agar makna menjadi pasti, sehingga tidak terjadi salah
tafsir. Contoh : Lembah hitam (daerah /tempat mesum)
B. Makna gramatikal atau makna konotasi, yaitu makna yang timbul akibat proses
gramatikal. Disebut juga makna struktural karena makna yang timbul bergantung pada
struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi dimana kata itu berada. Contoh :
Kuhitamkan negeri ini (kutinggalkan untuk selamanya)

Dalam kaitan dengan makna, ada istilah-istilah yang perlu kita pahami, yaitu :

1. Sinonim atau padan makna, yaitu ungkapan yang maknanya hampir sama dengan
ungkapan lain. Contoh : nasib = takdir
2. Antonim atau lawan makna, yaitu ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan lain.
Contoh : baik >< buruk.
3. Homomim, terjadi jika dua kata mempunyai ucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda.
Contoh : mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur)
4. Homofon, terjadi jika dua kata mempunyai ucapan yang sama, tapi makna dan bentuknya
berbeda. Contoh : sangsi (ragu-ragu) dan sanksi (hukuman).
5. Homograf, terjadi jika dua kata mempunyai bentuk yang sama, tapi beda makna dan
pengucapannya. Contoh : beruang (hewan) dan beruang (mempunyai uang)
6. Hiponim, terjadi jika makna sebuah ungkapan meruapakn bagian dari makna ungkapan
lain. Contoh : merah adalah hiponim dari berwarna.

Dan di antara perubahan makna yang penting, yaitu :

1. Meluas, jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Contoh : Putra-
Putri = anak-anak Raja (dahulu) = laki-laki dan perempuank sekarang.

2. Menyempit, jika cakupan makna dahulu lebih luas dari dari makna yang sekarang.
Contoh : sarjana = semua cendikiawan (dahulu) = gelar akademis (sekarang).
3. Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi dari makna lama. Contoh : wanita lebih tinggi nilainya daripada perempuan.

4. Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah
nilainya dari makna lama. Contoh : bunting diganti dengan mengandung

5.Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera
yang berlainan. Contoh : Mukanya masam

6. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh : Beri dia
amplop agar urusan cepat beres.

7. Metafora, yaitu perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Contoh : Putri
malam (untuk bulan)

8. Metomini, terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Satuan bentuk dalam bentuk bahasa Indonesia terdiri dari beberapa macam, yaitu :

1. Fonem

2. Morfem

3. Kata

4. Frasa

5. Makna dan perubahannya

Masing-masing dari mereka mempunyai fungsi yang berbeda tetapi saling berkaitan
dan mendukung terciptanya bahasa Indonesia yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin, 2006, Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta : Insan Media

Alwi, Hasan, dkk.1990. Tata Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai