GAYA KALIMAT
MATERI
PEMBELAJARAN
VI DAN VII
STRUKTUR KALIMAT
DAN GAYA KALIMAT
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat diperinci menjadi Pernyataan, Kalimat Perintah Dan Permintaan (Kalimat Imperatif)
Pertanyaan, Perintah, Permintaan dan Seruan. Dalam bahasa lisan, Perintah “menyuruh” atau “melarang”. Misalnya: Bukakanlah
intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah pintu, Sukalah menjawab surat ini dalam waktu dekat,
satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaan dijelaskan oleh Jangan ribut
bermacam – macam tanda baca.
Kalimat Pernyataan (Kalimat Deklaratif)
Kalimat Seruan (Kalimat Ekslamatif)
Pernyataan “menyatakan” sesuatu dengan lengkap pada waktu penutur
ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya (intonasi
Seruan “mengungkapkan” perasaan yang kuat atau yang
menurun; tanda titik). mendadak. Dalam karangan yang baik kalimat seruan jarang
Misalnya, kami sudah ditatar. dipakai (intonasi meningkat, menurun; tanda seru atau tanda
titik).
Kalimat Pertanyaan (Kalimat Interogatif)
Pertanyaan “ bertanya” atau “meminta”. Kalimat ini dipakai jika penutur Misalnya:
ingin memperoleh informasi atau reaksi (pembuatan, jawaban) yang
Bukan main,
diharapkannya (intonasi meningkat, menurun; tanda tanya). Pertanyaan
sering diawali oleh kata tanya: Apa, Kapan, Apakah, Bilaman, Siapa,
Cantiknya.
Yang Mana, Bagaimana, Di Mana, Mengapa, Berapa. Misalnya, Kapan Panasnya, hari ini!
saudara datang? Pukul berapa sekarang
JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut strukturnya, kalimat berjenis tunggal (simpleks) dan majemuk (kompleks). Yang
majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran
(koordinatif subordinatif). Semuanya dipakai dalam karangan yang baik sesuai dengan pokok
pikiran yang diajukan. Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi – segi diungkapkan dengan
kalimat majemuk.
• Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat, tetapi yang masing – masing dapat
berupa bentuk majemuk.
Misalnya:
Amin (dan saya) Menulis (dan membaca),
kami bekerja bakti
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terdiri atas dua suku kalimat (klausa), atau lebih. Tanda koma memisahkan suku kalimat itu jika subjeknya
berbeda, jika kata penghubungnya menunjukkan pertentangan, atau jika suku kalimat itu panjang – panjang. Gagasan yang segi –
seginya sama pentingnya (sejumlah kalimat tunggal) dituangkan ke dalam kaliamat setara.
Misalnya:
Penduduk Rt Kami Rata – Rata Masih Muda, Tetapi Warga Rt Komplek Sarana Indah Permai Pada Pada Umumnya Tua – Tua.
Kami Membaca, Dan Mereka Bermain Pingpong
Bentuk retoriknya di sini berarti rancangan, gaya, tata susunan, atau arsitektur kalimat
yang menentukan efeknya terhadap pendengar atau pembacanya. Kalimat yang secara
gramatikal sudah baik belum tentu memuaskan dari sudut retoriknya.
Unsur kalimat harus dikendalikan dan dikelompokkan; kata yang tepat harus dipilih dan
ditata, sehingga hasilnya menunjukkan keserasian.
Pendek kata, kalimat itu harus efektif. Menurut bentuk retoriknya, kalimat dapat
digolongkan jadi kalimat yang melepas (induk – anak), kalimat yang berklimaks (Anak
induk), dan kalimat yang berimbang (setara atau campuran)
1. Kalimat yang melepas (Loose Sentence)
2. Kalimat yang berklimaks (Priodic Sentence)
3. Kalimat yang berimbang (Balanced Sentence)
Kalimat Yang Melepas (Loose Sentence)
Kalimat melepas mulai dengan struktur S-P (atau suku induk) yang diikuti unsur tambahan yang sifatnya manasuka.
Kalimat itu sudah lengkap walaupun unsur tambahan itu dihilangkan.
Misalnya:
Saya tidak akan datang jika nanti hujan
Keefektifan kalimat diukur dari sudut padangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya.
Kalimat yang afektif dapat menyakinkan dan menarik perhatian pendengar dan pembaca karena memiliki ciri: keutuhan,
perpautan, penegasan, ekonomi dan variasi.
Keutuhan, kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang jalin menjalin. Kesatuan struktur
diperoleh dengan adanya subjek dan predikat.
Perpautan dalam kalimat menyangkut masalah pertalian diantara unsur – unsurnya. Pertalian itu dapat dijelaskan oleh
penataan kata, frasa, dan suku kalimat yang tepat. Perpautan itu akan lebih nyata jika:
1. Pemakai kata ganti diperhatikan
2. Gagasan yang sejajar dituangkan kedalam bangun yang sejajar
3. Jika sudut pandangan (ragam,orang)tetap, dipertahankan.
Penegasan, ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang terpenting. Penegasan dapat dicapai
dengan pengubahan urutan yang lazim, dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu (pasif,aktif) atau dengan
menggunakan pungtuasi khusus.
Ekonomi ialah penghematan dalam pemakaian kata. Hal itu tidak berati bahwa yang perlu, atau yang menambahkan nilai
artistik, boleh dihilangkan. Maksudnya ialah pembuangan kata yang mubazir dan kontruksi yang terbelit – belit
Variasi, kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat yang berurutan. Cara – caranya yaitu:
Pertama Pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan bentuk retorik, Kedua Pemakaian kalimat yang
panjangnya berbeda –beda, Ketiga Pemakaian urutan unsur – unsur kalimat yang berselang - seling
DAFTAR PUSTAKA
Achmad & Alek. 2017. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group