Anda di halaman 1dari 8

Pembelajaran 4

(Perkembangan dan Pemikiran Administrasi Publik)

Tujuan Pembelajaran:
Dalam pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
Perkembangan Pemikiran Administrasi Publik.

A. Tumbuh dan perkembangan ilmu administrasi publik


1. Latar belakang sejarah perkembangan ilmu administrasi negara.

Administrasi negara sebenarnya sudah ada semenjak dulu kala seperti yang di singgung
di muka, Iya akan timbul dalam suatu masyarakat yang terorganisasi dalam catatan sejarah
peradaban manusia maka di Asia Selatan termasuk di Indonesia Cina dan Mesir kuno dahulu
sudah di dapatkan suatu sistem penataan pemerintahan sistem penataan tersebut pada saat
sekarang ini dikenal dengan sebutan administrasi negara. Administrasi negara modern yang
dikenal sekarang ini adalah produk dari suatu masyarakat feodal yang tumbuh subur di
negara-negara Eropa.

Dengan semakin tumbuhnya perkembangan masyarakat maka sentralisasi kekuasaan dan


pertanggungjawaban dalam pemerintahan monarki menimbulkan suatu kebutuhan untuk
mendapatkan korps administrator yang cakep penuh dedikasi stabil dan integritas. Korps
administrator ini pada gilirannya nanti akan menjadi tenaga spesialis pada masing-masing
bidang dan jabatan yang beraneka dalam tataran pemerintahan nasional. Kebutuhan akan
suatu sistem mulai diresepkan yakni suatu sistem untuk menonton sentralisasi kekuasaan dan
bertanggung jawab pemerintahan.

2. Paradigma Administrasi Publik

Thomas S. Kuhn, mengatakan bahwa paradigma merupakan suatu cara pandang nilai-
nilai metode-metode prinsip dasar atau cara memecahkan suatu masalah yang dianut suatu
masyarakat ilmiah pada suatu masa tertentu. Dalam ruang lingkup ilmu administrasi publik
perubahan paradigma ini telah terjadi berulang kali. Perubahan perubahan paradigma penting
yang dapat disimak adalah yang dikemukakan oleh Frederickson (1976), dan Henry (1980).

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh frederickson (1979) dalam Ilmu Administrasi
Publik Terdapat 6 paradigma dalam pertumbuhannya.

a. Paradigma 1 adalah birokrasi klasik. Dalam paradigma ini terungkap secara jelas fokus
dan lokus Administrasi Publik fokus administrasi publik dalam paradigma ini adalah
struktur organisasi dan fungsi atau prinsip-prinsip manajemen sedangkan lokusnya
adalah birokrasi pemerintahan dan organisasi bisnis. Nilai yang dikejar oleh
Administrasi Publik pada paradigma ini adalah efisiensi efektivitas ekonomi dan
rasionalitas.
b. Paradigma 2 adalah birokrasi dan neoklasik. Fokus administrasi publik pada paradigma
ini adalah proses pembuatan keputusan dengan penerapan pendekatan ilmu perilaku
Ilmu Manajemen Analisis sistem dan riset operasi. Sementara itu lokusnya adalah
keputusan beroperasi pemerintah. Nilai yang ingin diwujudkan oleh Paradigma ini
sama dengan paradigma satu yaitu efisiensi efektivitas ekonomi dan rasionalitas.
c. Paradigma 3 adalah kelembagaan. Paradigma ini memusatkan perhatiannya pada
pemahaman terhadap perilaku birokrasi termasuk perilaku dalam pembuatan keputusan
yang bersifat gradual dan inkremental.
d. Paradigma 4 adalah hubungan kemanusiaan. Nilai yang ingin dicapai oleh paradigma
ini adalah partisipasi dalam pembuatan keputusan, minimalisasi perbedaan status dan
hubungan pribadi, keterbukaan, aktualisasi diri dan peningkatan kepuasan kerja. Fokus
paradigma ini adalah dimensi dimensi hubungan kemanusiaan dan aspek sosial
psikologis. Sementara itu lokusnya adalah organisasi atau birokrasi.
e. Paradigma 5 adalah pilihan publik. Fokus paradigma ini adalah pilihan pilihan untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Karena berkaitan dengan pilihan public
paradigma ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh politik.
f. Paradigma 6 adalah administrasi negara baru. Fokus paradigma ini adalah desain
organisasi yang searah dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial
pengembangan sistem desentralisasi demokrasi responsif antisipatif dan memberikan
secara merata jasa-jasa yang diperlukan masyarakat.
Henry (1986) mengklasifikasikan lima paradigma Administrasi Publik seperti di bawah
ini:

a. Paradigma 1 dikenal sebagai paradigma dikotomi antara politik dan Administrasi


Publik. Administrasi harus bebas nilai dan diarahkan untuk mewujudkan nilai efisiensi
dan ekonomi. Fokus paradigma ini adalah organisasi kepegawaian dan penyusunan
anggaran dalam birokrasi pemerintah sementara lokusnya adalah masalah pemerintahan
politik dan kebijakan.
b. Paradigma 2 disebut Paradigma prinsip-prinsip administrasi karena fokus paradigma ini
adalah planning organizing staffing directing coordinating reporting dan budgeting.
c. Paradigma 3 Administrasi Publik sebagai ilmu politik. Oleh karena itu muncul
paradigma baru yang menganggap administrasi sebagai ilmu politik di mana fokus
dalam paradigma ini adalah perumusan kebijakan publik dan lokusnya adalah birokrasi.
d. Paradigma 4 Administrasi Publik sebagai ilmu administrasi. Dalam paradigma ini
manajemen dan organisasi dikembangkan secara ilmiah perilaku organisasi analisis
manajemen penerapan teknologi modern seperti metode metode kuantitatif Analisis
sistem operasi ekonometrik dan sebagainya merupakan fokus paradigma ini. Fokus
yang dikembangkan di sini diasumsikan dapat diterapkan tidak hanya dalam dunia
bisnis tetapi juga dalam dunia Administrasi Publik. Sedangkan lokus dalam paradigma
ini menjadi tidak jelas atau di mana saja.
e. Paradigma 5 merupakan paradigma terakhir yang menyatakan Administrasi Publik
sebagai administrasi public paradigma ini diakui telah memiliki fokus dan lokus yang
tegas dan jelas fokusan tabligh dalam paradigma ini adalah teori organisasi teori
manajemen dan kebijakan publik sementara itu lokusnya adalah masalah-masalah dan
kepentingan kepentingan publik.

3. Aliran dalam administrasi publik.


Menurut Gerald E. Caiden (1982) menyebutkan beberapa aliran dalam administrasi
publik:
1. Aliran proses administrasi yang mengandalkan pada penerapan fungsi POSDCORB
dalam menyukseskan administrasi POSDCORB merupakan ankronim dari :
a. Planning: proses penentuan secara garis besar apa yang akan dikerjakan dan
metode apa yang digunakan untuk melakukannya agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
b. Organizing: kegiatan mengorganisasi setiap sumber daya yang ada untuk
dimanfaatkan bagi pencapaian tujuan organisasi berdasarkan pola hubungan yang
terdapat pada struktur organisasi.
c. Staffing: proses rekrutmen pemanfaatan penempatan pelatihan pengembangan
sumber daya manusia dalam organisasi.
d. Directing: tugas mengarahkan melalui berbagai instrumen peraturan keputusan
instruksi agar seluruh sumber daya manusia dapat bekerja dengan tidak
menyimpang dari tujuan yang akan dicapai.
e. Coordinating: upaya mengkoordinasikan (melakukan komunikasi, integrasi dan
sinkronisasi) kegiatan dari berbagai unit yang memiliki tugas dan fungsi berbeda.
f. Reporting: kegiatan pelaporan menyampaikan apa yang telah sedang dan akan
dikerjakan kepada pihak-pihak terkait terutama kepada pimpinan organisasi.
g. Budgetting: berkaitan dengan perencanaan pelaksanaan dan pengendalian serta
pertanggungjawaban anggaran.

Aliran POSDCORB Ini terbagi menjadi sebagai berikut:

a. Aliran empiris: mengenalkan berbagai kasus yang dapat dijadikan acuan dalam
menyukseskan administrasi publik tidak semata-mata menganggarkan teori dan
generalisasi yang dihasilkan.
b. Aliran pengambilan keputusan: memusatkan perhatian pada prinsip dan teknik-teknik
pengambilan keputusan dalam organisasi.
c. Aliran matematik: memanfaatkan model matematika dan statistika dalam analisis
masalah dan pengambilan keputusan dalam administrasi publik.

4. Aliran sistem administrasi yang holistik:


a. Aliran perilaku manusia: memusatkan pada komunikasi konflik motivasi
kepemimpinan status dan interaksi sosial karena unsur-unsur tersebut mendukung
pencapaian tujuan.
b. Aliran analisis birokrasi: memusatkan perhatian pada aplikasi prinsip-prinsip
birokrasi Weber.
c. Aliran sistem sosial: melihat organisasi sebagai sistem sosial yang bersifat terbuka
dan tertutup selanjutnya diperluas menyangkut hubungan antara administrasi publik
dengan masyarakat.
d. Aliran integratif: menggabungkan berbagai aliran diatas dalam praktek administrasi
publik.

A. Paradigma Birokrasi:
a. Paradigma birokrasi menekankan pada hal-hal berikut:
1. Kepentingan publik, efisiensi, administrasi dan kontrol, artinya kepentingan publik
menjadi prioritas utama yang harus diperjuangkan oleh birokrasi melalui
penyelenggaraan kerjasama yang efisien dengan pengawasan yang ketat.
2. Mengutamakan fungsi otoritas dan struktur maksudnya adalah penerapan fungsi-
fungsi administrasi merupakan landasan utama dalam pencapaian tujuan.
3. Menilai biaya yang menekankan tanggung jawab artinya gaya diperhitungkan secara
ketat untuk meraih efisiensi sehingga tanggung jawab individu ataupun kelompok
mendapat penekanan.
4. Ketaatan pada aturan dan prosedur artinya aturan dan prosedur kerja yang berlaku
harus dijalankan secara konsisten tanpa penyimpangan.
5. Beroperasinya sistem sistem administrasi. Administrasi Publik sebagai sistem terdiri
atas subsistem subsistem. Kegagalan pada subsistem menghambat operasional sistem
secara keseluruhan yang pada gilirannya menghambat pencapaian tujuan.

B. New Public Management (NPM)


Secara umum New Public Management (NPM) di pandang sebagai suatu pendekatan dalam
organisasi publik yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman dalam dunia manajemen bisnis
untuk memperbaiki efisiensi efektivitas dan kinerja pelayanan publik pada birokrasi modern.
Program-program publik lahirnya NPM bermuara pada:
1. Manajemen public modern yang memberikan perhatian lebih besar terhadap pencapaian
kinerja dan akuntabilitas para manajer.
2. Keinginan untuk meninggalkan model birokrasi klasik menuju model organisasi yang
lebih fleksibel.
3. Perlunya organisasi membuat tujuan secara jelas dan perlunya dilakukan pengukuran atas
prestasi yang dicapai melalui indikator kinerja dan evaluasi program secara sistematis.
4. Komitmen yang lebih besar dari staf senior/ pimpinan terhadap partai berkuasa/
pemerintah saat itu daripada bersikap Netral atau non partisan.
5. Fungsi pemerintah akan banyak berhadapan dengan pasar.
6. terdapat kecenderungan untuk mengurangi fungsi pemerintah melalui privatisasi dan
bentuk lainnya mereka mengadopsian mekanisme pasar.
1. Karakteristik New Public Mnagement
Karakteristik yang utama NPM adalah perubahan lingkungan birokrasi yang didasarkan
pada atura baku menuju sistem managemen publik yang fleksibel dan lebih berorientasi pada
kepentingan publik.
Cristopher Hood menyebutkan tujuh dokrin NPM yakni:
1. Pemanfaatn Mangemen Professional Dalam Sektor Publik.
2. Penggunaan Indikator Kinerja.
3. Penekanan Yang Lebih Besar Pada Control Output.
4. Pergeseran Perhatian Pada Unit – Unit Lebih Kecil Pada Sektor Publik.
5. Pergeseran Pada Kompetisi Yang Lebih Tinggi.
6. Penekanan Pada Penerapan Model Managemen Swasta Pada Praktik Managemen
Sektor Publik.
7. Penekanan Pada Disiplin Dan Penghematan Sumber Daya.
2. Krtik Terhadap NPM
konsep NPM berasal dari negara maju implementasinya pada negara berkembang dengan
tingkat keberhasilan yang bervariasi. Osborn (2010) menghimpun beberapa kritik berikut
yang dilontarkan pada ahli terhadap NPM:
a. NPM bukan merupakan sebuah fenomena dan paradigma tetapi sebuah kluster(Ferlie,
dkk, 1996)
b. Wilayah berlakunya NPM tidak universal terbatas pada wilayah Anglo – Amerika,
Australia, beberapa negara Skandinavia dan bebrapa negara lain (KIickert 1997 dan
Hood 1995).
c. Sifat NPM itu sendiri yang berbeda secara geografi, misalnya Amerika Serikat dan
inggris yang benar – benar berbeda satu sama lain baik dalam lokus maupun fokusnya
(Borins, 2002).
d. NPM pada kenyataannya adalah hanya sub mazhab dalam administrasi publik yang
memiliki pengaruh terbatas akibat kekurangan dasar teoritis dan konseptual
Fredericson dan Smith, 2003).
e. Kemanfaatan NPM bersifat parsial tidak universal dan masih perlu uji coba ( Pollitt
dan Boukaert, 2004).
f. NPM merupakan bencana yang menunggu untuk terjadi (Hood dan Jackson, 1992)
dan paradigma yang gagal (Farnham dan Horton, 1996).

C. Reinventing Government
Reinventing government berisi hal-hal berikut;
1. Pemerintah harus bersifat Katalitik berfokus pada pemberian arahan bukan ikut campur
mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakan sendiri oleh masyarakat.
2. Pemerintah milik masyarakat sehingga Pemerintah perlu memberdayakan masyarakat
bukan sekedar melayani.
3. Pemerintah perlu mendorong atau memunculkan semangat kompetisi dalam pemberian
pelayanan publik.
4. Pemerintah digerakkan oleh Messi mengubah pemerintah yang biasa digunakan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan misi.
5. Pemerintah berorientasi pada hasil dengan membiayai hasil bukan masukan.
6. Pemerintah berantas I pada pemenuhan kepentingan pelanggan bukan memenuhi
kepentingan birokrasi itu sendiri.
7. Pemerintah yang memiliki semangat wirausaha bukan sekedar membelanjakan.
8. Pemerintah yang antisipatif lebih berupaya mencegah masalah daripada mengobati.
9. Pemerintah yang terdesentralisasi (membagi kewenangan dari hierarki menuju
partisipasi dan kerjasama kelompok).
10. Pemerintah berinteraksi pada mekanisme pasar melakukan perubahan dengan
mendongkrak (insentif) bukan dengan mekanisme administratif yang prosedural dan
memaksa.
D. Banishing Bureaucracy
Banishing Bureaucracy merupakan memangkas birokrasi yang bersifat preskriptif, yaitu
menguraikan dan menjelaskan bagaimana cara atau strategi mentranformasikan organisasi
dan sitem birokrasi dari organisasi birorasi ke organisasi yang bersifat wirausaha.
Pembaharuan Banishing Bureaucracy berkaitan dengan restrukturisasi organisasi dan sitem
pemerintah dan mengubah tujuan , insentif, akuntabilitas, distribusi kekuasaan dan budaya
pada birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai