Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR JAWABAN TUTORIAL TUGAS 3

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI NEGARA

OLEH :

NAMA : NI KETUT AYU CITTA LESTARI


NIM : 048163212
SEMESTER : 1 (SATU)
PROGRAM STUDI : 50/ILMU ADMINISTRASI NEGARA
MATAKULIAH : ADPU4130/PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI
NEGARA

FAKULTAS ILMU HUKUM,SOSIAL,DAN POLITIK


UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
1. Jelaskan tujuan dari teori yang dirumuskan oleh Stephen Bailey dalam
konteks administrasi publik. Jelaskan empat empat kategori teori yang untuk
memperbaiki proses pemerintahan.

 Stephen Bailey mengajukan empat katagori teori yang dapat dipergunakan untuk
memperbaiki proses pemerintahan, yaitu :
1. Teori Deskriptif Eksplanatori

Teori deskriptif-eksplanatori memberikan penjelasan secara abstrak realitas


administrasi negara baik dalam bentuk konsep, proposisi, atau hukum (dalil). Misalnya,
konsep hirarki dari organisasi formal. Konsep ini menjelaskan ciri umum dari
organisasi formal yaitu adanya penjenjangan dalam struktur organisasi. Pada dasarnya
teori deskriptif–eksplanatif menjawab dua pertanyaan dasar : apa dan mengapa (apa
berhubungan dengan apa). Pertanyaan apa : menuntut jawaban deskriptif mengenai
suatu realitas yang dijelaskan secara abstrak ke dalam suatu konsep tertentu.
Misal : hirarki organisasi formal , konflik peran. Pertanyaan mengapa atau apa
berhubungan dengan apa menuntut jawaban eksplanatif atau diagnostik mengenai
keterkaitan antara konsep abstrak tertentu dengan konsep abstrak lainnya. Misalnya,
konflik peranan berhubungan dengan tipe kegiatan apakah departemental atau
koordinatif. Kegiatan yang dilaksanakan satu departemen kurang begitu menimbulkan
konflik peran dibanding jika kegiatan dilaksanakan secara koordinatif.

2. Teori Normatif

Tujuan teori normatif adalah untuk menetapkan keadaan di masa depan. Dalam
administrasi publik, teori normati mencerminkan satu utopia. Misalnya dengan
mengatakan bahwa seorang birokrat mencurahkan segenap hidupnya untuk melayani
masyarakat. Norma-norma yang diperlukan nampaknya dimaksudkan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan seperti efisiensi, sikap responsif, akuntabilitas, ekonomis,
moral pekerja, desentralisasi, kejujuran etis, komunikasi internal, inovasi, demokrasi
partisipatif, rentang pengawasan dan sebagainya. Kalau memang tujuan-tujuan tersebut
di atas yang harus direalisasikan, maka secara substansial teori normatif belumlah siap.
Mungkin hal ini disebabkan oleh sulitnya untuk benar-benar dapat memisahkan norma
yang berlaku dalam suatu organisasi dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya.
Kita pun cukup sulit untuk memutuskan pertentangan antara: pajak tinggi dengan pajak
rendah, otonomi daerah dengan kekuasaan pemerintah nasional, kepentingan pribadi
dengan publik, kemerdekaan pribadi dengan penegakan hukum, kontrol politik dengan
kontrol profesional, dan antara pengadilan dengan eksekutif. Satu hal lagi yang tak
boleh dilupakan, yakni: nilai-nilai administrasi publik merupakan hasil pencampuran
antara teori politik dengan praktek politik yang berlaku di seluruh lembaga-lembaga
politik dalam skala nasional. Karena itu tak terelakkan artikulasi nilai dalam
hubungannya dengan publik dianggap ambisius, kontekstual dan kontradiktif.
Kriteria-kriteria normatif dalam teori administrasi seringkali terkesan ambisius.
Kontradiktif dan relatif (dibatasi ruang dan waktu). Namun teori normatif tetaplah
penting karena kemajuan administrasi negara akan lebih terarah bila terlebih dahulu
ditentukan kriteria yang tepat untuk mengukur kemajuan tersebut.

3. Teori Asumtif
Teori asumtif menekankan pada prakondisi atau anggapan adanya suatu realitas
sosial dibalik teori atau proposisi yang hendak dibangun. Menurut Bailey teori
administrasi lemah dalam menyatakan asumsi-asumsi dasar tentang sifat manusia
dan institusi. Tanpa asumsi yang jelas membuat teori menjadi utopis atau ahistoris
karena tidak jelas dasar berpijaknya. Contoh teori asumtif dalam administrasi publik
adalah Teori X dan Y dari Douglas McGregor. Teori ini mengemukakan dua jenis
asumsi yang berlawanan tentang sifat manusia. Teori X berasumsi bahwa pada
dasarnya manusia malas dan suka menghindari pekerjaan, sedang teori Y
berasumsi bahwa manusia memiliki kemauan untuk bekerja dan memiliki
kemampuan untuk mengemban tanggungjawab yang dibebankan kepadanya.
Masing-masing asumsi ini mempunyai implikasi dalam pengembangan teori
manajemen atau kepemimpinan dalam organisasi.

4. Teori Instrumental

Jika teori deskriptif berkaitan dengan "apa" dan "mengapa", teori normatif
berkenaan dengan "apa yang seharusnya" dan "yang baik", teori asumtif
berhubungan dengan "pra-kondisi" dan "kemungkinan-kemungkinan", maka teori
instrumental berkaitan dengan "bagaimana" dan "kapan". Teori instrumental adalah
perwujudan dari dalil "jika--kemudian". Makna dari dalil ini tersirat dalam contoh-
contoh berikut : jika sistem administrasi berjalan menurut sesuatu jalan karena
sebab ini dan itu, jika manusia dan institusi dianggap penurut, kemudian: apakah
teknik, alat dan waktunya yang diperlukan bagi suatu kemajuan. Pertanyaan pokok
yang dijawab dalam teori ini adalah ’bagaimana’ dan ’kapan’. Teori instrumental
merupakan tindak lanjut dari proposisi “jika – karena”. Misalnya : Jika sistem
administrasi berlangsung secara begini dan begitu, karena ini dan itu atau jika
desentralisasi dapat meningkatkan efektivitas birokrasi, maka strategi, tehnik, alat
apa yang dikembangkan untuk menunjangnya. Analisis kebijakan adalah contoh
teori instrumentasl. Analisis kebijakan banyak menyumbangkan atau
mengaplikasikan tehnik baik kuantitatif – aplikasi regresi, riset operasi, analisis
biaya dan manfaat – maupun kualitatif (rasional maupun intuitif) untuk menjawab
pertanyaan ’bagaimana’ dan ’kapan’ Jawaban terhadap pertanyaan ini berguna
sebagai rekomendasi kepada pengambil kebijakan dalam menentukan langkah-
langkah konkrit dalam proses kebijakan publik.

2. Jelaskan bagaimana kebijakan publik dapat mempengaruhi tingkat


akuntabilitas dalam administrasi pemerintahan.
Kebijakan publik dapat memiliki dampak signifikan pada tingkat akuntabilitas
dalam administrasi pemerintahan. Berikut adalah beberapa cara bagaimana
kebijakan publik dapat mempengaruhi akuntabilitas:

1. Transparansi dan Keterbukaan:

Kebijakan publik yang mendorong transparansi dan keterbukaan dalam


penyelenggaraan pemerintahan dapat meningkatkan akuntabilitas. Informasi
yang mudah diakses oleh publik dapat memungkinkan masyarakat untuk
memantau kinerja pemerintah, membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan, dan meningkatkan kesadaran publik terhadap tindakan
pemerintah.

2. Hukum dan Peraturan:

Kebijakan publik seringkali tercermin dalam hukum dan peraturan. Peraturan


yang baik dan kuat dapat menciptakan kerangka kerja yang jelas untuk tindakan
pemerintah dan menetapkan standar yang dapat diukur untuk kinerja
administratif. Melalui implementasi hukum dan peraturan yang efektif,
pemerintah dapat memastikan akuntabilitas dalam menjalankan tugasnya.

3. Partisipasi Masyarakat:

Kebijakan yang mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses


pengambilan keputusan pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitas.
Masyarakat yang terlibat dapat mengawasi dan menilai kinerja pemerintah,
memberikan umpan balik, dan menuntut pertanggungjawaban jika diperlukan.

4. Evaluasi Kinerja:

Kebijakan yang mendorong evaluasi kinerja secara teratur dapat


mempromosikan akuntabilitas. Sistem evaluasi yang kuat dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang efektivitas kebijakan dan program
pemerintah, serta memberikan dasar bagi perbaikan dan inovasi.

5. Sistem Pengawasan Internal dan Eksternal:

Kebijakan yang memperkuat sistem pengawasan internal dan eksternal dapat


meningkatkan tingkat akuntabilitas. Auditor internal dan eksternal dapat
memeriksa dan menilai kepatuhan pemerintah terhadap kebijakan, prosedur, dan
regulasi yang berlaku.

6. Pemberian Sanksi dan Insentif:


Kebijakan yang menyediakan sanksi bagi pelanggaran etika atau hukum dapat
memberikan insentif untuk menjaga akuntabilitas. Sebaliknya, insentif untuk
kinerja yang baik dapat memotivasi pegawai pemerintah untuk bekerja dengan
lebih efisien dan bertanggung jawab.

Dengan implementasi kebijakan yang tepat, pemerintah dapat menciptakan


lingkungan yang mendukung dan meningkatkan akuntabilitas dalam administrasi
pemerintahan. Ini akan membantu membangun kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan
publik.

3. Bandingkanlah pendekatan studi kebijakan sebagai hasil dalam sistem


rasional dan pendekatan strategi inkrementalisme terpisah yang dirumuskan
oleh Robert Presthus.

4. Bagaimana pendekatan studi kasus dan pendekatan kebijakan sebagai satu


variabel independent dapat memberikan pandangan yang berbeda dalam
menganalisis kebijakan publik yang telah dirumuskan oleh Robert Presthus.

DAFTAR PUSTAKA

https://idtesis.com/teori-administrasi-publik-2/

Anda mungkin juga menyukai