Administrasi Publik merujuk pada disiplin ilmu dan praktek yang terlibat dalam merancang,
mengelola, dan melaksanakan kebijakan dan program-program pemerintah. Ini mencakup
berbagai kegiatan, seperti perencanaan, organisasi, pengawasan, dan evaluasi program.
Administrasi publik berfokus pada cara pengelolaan dan pelayanan publik dapat dilakukan
secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab.
Hubungan antara filsafat dan administrasi publik terletak pada cara pemikiran filosofis
membentuk dasar-dasar dan nilai-nilai yang mendasari praktik administratif. Beberapa aspek
hubungan ini termasuk:
- Filsafat Etika: Filsafat etika menciptakan dasar untuk pertimbangan etis dalam
pengambilan keputusan administratif. Nilai-nilai etis yang muncul dari pemikiran filosofis
dapat membimbing tindakan dan kebijakan di dalam administrasi publik.
- Pengaruh Filsafat Kritis: Pemikiran kritis dari bidang filsafat mempengaruhi cara
administrasi publik mengkritisi dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan pemerintah, serta
mempertanyakan dasar dan dampak sosialnya.
2. Tiga aspek utama dalam filsafat yang melibatkan pertimbangan mendasar tentang
eksistensi, pengetahuan, dan nilai adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi:
- Makna: Ontologi membahas tentang hakikat kenyataan atau eksistensi. Ini menelusuri
pertanyaan tentang apa yang nyata, apa yang ada, dan bagaimana objek atau fenomena eksis.
- Dalam Ilmu Administrasi Publik: Pertanyaan ontologis dalam administrasi publik dapat
melibatkan pertimbangan tentang eksistensi entitas seperti organisasi, kebijakan, dan
masyarakat, serta hubungan dan interaksi antara mereka. Misalnya, apakah organisasi
pemerintah merupakan entitas yang eksis di luar individu-individu yang bekerja di dalamnya?
2. Epistemologi:
- Makna: Epistemologi membahas tentang sumber, sifat, dan batas pengetahuan. Ini
mencakup pertanyaan tentang bagaimana kita tahu, apa yang dapat kita ketahui, dan
bagaimana validitas pengetahuan diukur.
3. Aksiologi:
- Makna:Aksiologi membahas tentang nilai dan etika. Ini mencakup pertanyaan tentang
nilai-nilai apa yang dianggap baik, benar, dan indah, serta pertimbangan etika dalam tindakan
dan kebijakan.
- Relevansi: Ontologi membantu memahami sifat dan hakikat entitas dalam administrasi
publik, membimbing cara melihat dan mendefinisikan organisasi dan fenomena lainnya.
- Pertanyaan: Bagaimana kita tahu bahwa suatu kebijakan efektif atau bahwa data yang
digunakan untuk pengambilan keputusan valid?
- Pertanyaan: Apa nilai-nilai yang harus dijunjung dalam pelayanan publik, dan bagaimana
etika dapat diterapkan dalam keputusan administratif?
Melihat ilmu administrasi publik dari tiga aspek filsafat ini membantu mendalaminya,
memberikan fondasi teoritis untuk pertimbangan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Hal ini mendukung refleksi mendalam terkait hakikat entitas, sumber pengetahuan, dan dasar
etis dalam konteks administrasi publik yang kompleks.
3. perbedaan antara Administrasi Publik dan Administrasi Negara dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Administrasi Publik (Public Administration):
Definisi Umum: Administrasi Negara lebih spesifik mengacu pada bagian dari
administrasi publik yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan fungsi
administratif oleh lembaga-lembaga pemerintah pusat (negara) atau lembaga-lembaga
di tingkat nasional.
Fokus: Lebih menekankan pada fungsi pemerintahan pusat, eksekutif, dan badan-
badan nasional yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan
sumber daya nasional.
Contoh: Departemen Keuangan di tingkat nasional yang mengelola keuangan negara,
merancang kebijakan fiskal, dan melaksanakan program-program ekonomi nasional.
Perbandingan Lengkap:
1. Cakupan Geografis:
o Administrasi Publik: Lebih luas dan mencakup administrasi di berbagai
tingkat pemerintahan, termasuk lokal, regional, dan nasional.
o Administrasi Negara: Lebih fokus pada administrasi di tingkat nasional atau
pemerintah pusat.
2. Fokus Tugas dan Tanggung Jawab:
o Administrasi Publik: Lebih luas dan mencakup berbagai tugas seperti
pengelolaan layanan publik, kebijakan, dan administrasi di semua tingkat
pemerintahan.
o Administrasi Negara: Lebih khusus dalam hal pelaksanaan kebijakan dan
fungsi administratif oleh lembaga-lembaga di tingkat nasional.
3. Contoh Aktivitas:
o Administrasi Publik: Pengembangan kebijakan, pengelolaan sumber daya
manusia, perencanaan strategis di tingkat pemerintahan, dan pengelolaan
layanan publik.
o Administrasi Negara: Pelaksanaan kebijakan nasional, manajemen keuangan
negara, dan pengelolaan administratif lembaga-lembaga pemerintah pusat.
4. Tujuan:
o Administrasi Publik: Memastikan efektivitas, efisiensi, dan tanggung jawab
dalam penyediaan layanan publik dan implementasi kebijakan di seluruh
sektor pemerintahan.
o Administrasi Negara: Menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan
nasional dan melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Perbedaan ini, meskipun ada, seringkali tergantung pada konteks negara dan penggunaan
terminologi di dalamnya. Dalam beberapa kasus, istilah ini dapat digunakan secara
bergantian, tetapi pemahaman konteks spesifik akan membantu mengartikan perbedaan
antara Administrasi Publik dan Administrasi Negara.
4. Etika administrasi publik adalah seperangkat nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral yang
menjadi dasar bagi perilaku para birokrat atau pegawai pemerintah dalam melaksanakan
tugas dan kewenangan mereka. Nilai-nilai ini membimbing tindakan para birokrat untuk
mencapai tujuan organisasi dengan memastikan integritas, keadilan, dan pelayanan publik
yang baik. Berikut adalah beberapa etika administrasi publik yang dianggap penting:
1. Integritas:
Definisi: Menunjukkan konsistensi antara nilai-nilai yang dianut dan tindakan yang
diambil. Birokrat harus jujur, tidak korup, dan menjalankan tugasnya dengan
kejujuran dan keberanian.
Contoh: Menolak suap atau gratifikasi, menghindari konflik kepentingan, dan
menjaga keterbukaan dalam pengambilan keputusan.
2. Pelayanan Publik:
3. Akuntabilitas:
Definisi: Bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil. Birokrat
harus dapat menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap tindakan atau
kebijakan yang diambil.
Contoh: Menerima umpan balik dari masyarakat, menghadiri pertanggungjawaban di
hadapan lembaga pengawas, dan melaporkan secara berkala tentang pencapaian dan
tantangan yang dihadapi.
4. Keadilan:
Definisi: Menjamin perlakuan yang adil dan setara kepada semua pihak, tanpa
memandang status sosial, ekonomi, atau politik.
Contoh: Memastikan kebijakan dan program menguntungkan semua lapisan
masyarakat, tidak diskriminatif, dan memberikan akses yang setara kepada layanan
publik.
5. Keterbukaan:
6. Kemandirian:
Definisi: Mampu membuat keputusan dan bertindak secara independen tanpa tekanan
eksternal yang tidak etis.
Contoh: Tidak terlibat dalam praktik-praktik korupsi atau nepotisme, dan
memutuskan berdasarkan prinsip-prinsip dan fakta yang objektif.
7. Kewajiban Moral:
Definisi: Kesadaran akan tanggung jawab moral dalam menjalankan tugas dan
keputusan sehari-hari.
Contoh: Menghormati hak-hak individu, menjaga kerahasiaan informasi yang
bersifat pribadi, dan menjalankan tugas dengan itikad baik.
Para birokrat yang memahami dan menerapkan etika administrasi publik ini dapat
memastikan bahwa mereka menjalankan tugas dan kewenangan mereka dengan integritas,
bertanggung jawab, dan memberikan pelayanan yang adil dan berkualitas kepada masyarakat.
Etika administrasi publik menjadi dasar untuk mencapai tujuan pemerintah yang berfokus
pada kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
5. Studi filsafat dan teori administrasi publik memiliki peran yang signifikan dalam
mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik atau good governance. Berikut adalah
beberapa manfaat mempelajari ilmu filsafat dan teori administrasi publik untuk mendukung
good governance:
Filsafat: Dengan memahami filsafat, para pemimpin dapat merancang sistem dan
proses pemerintahan yang lebih efisien dan efektif.
Teori Administrasi Publik: Teori administrasi publik memberikan alat konseptual
dan metodologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi
pemerintahan.