Dalam bidang hubungan, peristiwa dan gejala pemerintahan yang banyak ditulis
oleh para ahli pemerintahan, yaitu:
1. Administrasi Pemerintahan Pusat.
2. Administrasi Pemerintahan Daerah.
3. Administrasi Pemerintahan Kecamatan.
4. Administrasi Pemerintahan Kelurahan.
5. Administrasi Pemerintahan Desa.
6. Administrasi Pemerintahan Kotamadya.
7. Administrasi Pemerintahan Kota Administratif.
8. Administrasi Pemerintahan Departemen
9. Administrasi Pemerintahan Non-Departemen.
Dalam bidang kekuasaan yang banyak ditulis oleh para Ahli Ilmu Politik,
meliputi:
1. Administrasi Politik Luar Negeri.
2. Administrasi Politik Dalam Negeri.
3. Administrasi Partai Politik.
4. Administrasi Kebijakan Pemerintah.
Dalam bidang kenegaraan yang banyak ditulis oleh para ahli Ilmu Negara, yaitu:
1. Tugas dan Kewajiban Negara
2. Hak dan Kewajiban Negara.
3. Tipe dan Bentuk Negara.
4. Fungsi dan Prinsip Negara.
5. Unsur-unsur Negara.
6. Tujuan Negara dan Tujuan Nasional.
Di bidang pemikiran hakiki yang banyak ditulis oleh para ahli Ilmu Filsafat,
meliputi:
1. Etika Administrasi Publik.
2. Estetika Administrasi Publik.
3. Logika Administrasi Publik.
4. Hakekat Administrasi Publik.
Di bidang ketatalaksanaan yang banyak ditulis oleh para ahli Ilmu Administrasi
Publik, adalah:
1. Administrasi Pembangunan.
2. Administrasi Perkantoran.
3. Administrasi Kepegawaian.
4. Administrasi Kemiliteran.
5. Administrasi Kepolisian.
6. Administrasi Perpajakan.
7. Administrasi Pengadilan.
8. Administrasi Kepenjaraan.
9. Administrasi Perusahaan.
Istilah “Etika”, berasal dati kata Yunani ethos yang berarti “sifat” atau
“adat” dan kata jadian “ta ethika” yang dipakai filsuf Plato dan Aristoteles (384
- 322 SM) untuk menerangkan studi mereka tentang nilai-nilai dan cita-cita
Yunani. Jadi pertama-tama, etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi
apa yang kita sebut “menjadi orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat
keseluruhan segenap masyarakat yang disebut “ethos”nya. (Robert Solomon,
987:5) Menurut Bertens (2001: 6) berdasarkan penjelasan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988) dikemukakan tiga arti dari kata etika sebagai berikut.
1. Kata “etika “ dipakai dalam arti : nilai-nlai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya.
2. Etika sebagai kumpulan asas atau nilai moral , yaitu sebagai kode etik.
3. Istilah “Etika” digunakan untuk menunjuk bidang ilmu, yaitu pengkajian
secara reflektif tentang nilai-nilai moral dalam masyarakat dengan penelitian
sistematis dan metodis.
Dalam arti ini, maka etika adalah sebagai cabang filsafat yang
menjadikan moralitas sebagai kajiannya atau disebut filsafat moral.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penggunaaan istilah etika administrasi
publik bermakna ganda. Istilah itu dapat mengacu sebagai bidang studi yaitu
ilmu pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip etis (moral) yang mendasari
tindakan para aparat birokrasi pemerintahan khususnya dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya. Di samping itu terdapat pengertian tentang etika
administrasi publik sebagai “seperangkat nilai yang menjadi acuan atau
penuntun bagi tindakan manusia dalam organisasi “ sebagaimana dikemukakan
antara lain oleh Darwin (1999) dalam Widodo (2001:252).
Selanjutnya Widodo dengan Mengacu pada pendapat Bertens (l977) dan
Darwin (l999) tentang pengertian etika manarik kesimpulan bahwa etika
(termasuk etika birokrasi) mempunyai dua fungsi :
1. Sebagai pedoman, acuan, referensi bagi administrasi negara (birokrasi
publik) dalam menjalankan tugas dan kewenangannya agar tidakannya
dalam organisasi tadi dinilai baik, terpuji, dan tidak tercela.
2. Etika birokrasi (Administrasi Publik) sebagai standar penilaian apakah sifat,
perilaku dan tindakan birokrasi publik (Administrasi Publik) dinilai baik, tidak
tercela dan terpuji.
Pengertian Governance menurut UNDP terdiri dari tiga unsur yaitu: the
state, the private sector dan civil society organizations
Istilah governance menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur
ekonominya. Institusi dan sumber-sumber social dan politiknya tidak hanya
digunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi,
integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, kemampuan suatu
negara mencapai tujuan-tujuan pembangunan itu sangat tergantung pada
kualitas tata kepemerintahannya dalam melakukan interaksi dengan organisasi-
organisasi komersial dan civil society.
Hubungan tiga komponen tata keperintahan yang baik yaitu pemerintah
(government), rakyat (citizen ) dan usahawan (business)yang sama dan
sederajat serta saling control dalam hubungan yang saling bersinergi. Menurut
Mustopadidjaja (2003:51) upaya untuk mewujudkan good governance hanya
dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan (alligment) peran-peran
kekuasaan yang dimainkan oleh setiap unsur yang ada dalam governance.
I. sebagai unsur pertama, memainkan peran menciptakan lingkungan politik
dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain dalam governance Private
sector.
II. Unsur kedua, menciptakan lapangan kerja dan pendapatan. Dan society,
III. unsur ketiga, berperan menciptakan interaksi social, ekonomi dan politik.
Sektor Publik (Pemerintah) memiliki fungsi dalam menciptakan hukum dan
lingkungan politis yang kondusif dalam pembangunan negara; dengan
berkembang interaksi ABC. Masyarakat berperan aktif dan positif dalam seluruh
aktivitas kehidupan bernegara yang berkaitan langsung dengan kepentangan
warga masyarakat; dengan berkembang interaksi ACD Sektor bisnis mempunyai
peran dalam menciptakan peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat;
dengan berkembang interaksi BCD.
United Nations Development Programme (UNDP) sebagaimana dikutip LAN
dalam Widodo mengemukakan karakteristik good governance sebagai berikut:
1. Partipation
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang
mewakili kepentingannya. Partisipaasi seperti ini dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of law
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama
hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparancy.
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Proses-proses,
lembaga –lembaga dan informasi secara langsung dapat diterima oleh
mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
4. Responsiveness.
Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani setiap
“stakeholders”
5. Consensus orientation.
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity.
Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency.
Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin menghasilkan sesuai
dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia.
8. Accountability.
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat
(civil society)
bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga “ stakeholder
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
dibuat,apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal
organisasi.
9. Strategic vision.
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan sejalan dengan apa
yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
KESIMPULAN
Peran ilmu administrasi publik, adalah untuk menyeimbangkan ketiga
komponen tersebut, dengan jalan mengkaji dan melakukan program aksi dari tata
kepemerintahan yang demokratis dan berjalan secara baik. Lebih lanjut menurut
satu komponen yang sangat menentukan untuk melahirkan tata kepemerintahan
yang baik adalah moral.
Selain tiga komponen pemerintah, swasta dan rakyat. Moral merupakan
operasionalisasi dari sikap dan pribadi seorang yang beragama. Ajaran agama
melekat pada pribadi –pribadi yang berada di ketiga komponen tersebut.
Dengan melaksanakan ajaran agamanya pada masing-masing komponen
tersebut maka moral masing-masing pelaku akan berperan besar sekali dalam
membina tata kepemerintahan yang baik. Moral harus dijadikan faktor utama
yang menyinari sikap, perbuatan dan perilaku baik setiap individu maupun
sistem dari ketiga kompnen di atas
TUGAS
MATA KULIAH TEORI ADMINISTRASI DAN GOVERNANCE
OLEH
PRIMUS A. NABEN