Anda di halaman 1dari 13

TUGAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

SISTEM ADMINISTRASI DI NEGARA GOOD


GOVERNANCE

DOSEN PEMBIMBING: Dr. H. TASWIR EFFENDI, SH., MH

DISUSUN
OLEH:

MUSA SAHAT TOBING


NIM. 1874201066

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM


PERSADA BUNDA
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat
luas. Dalam kehidupan bernegara, maka pemerintah memiliki fungsi memberikan
berbagai kebijakan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari membuat
sampai menerapkan kebijakan itu dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat
dan lainnya. Berbagai gerakan reformasi publik yang dialami negara-negara maju
banyak diilhami oleh tekanan masyarakat akan perlunya peningkatan kualitas
kebijakan publik yang diberikan oleh pemerintah.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan
sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya,
sedangkan dalam arti sempit, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia
adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ Nasional
serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi
dengan faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan
pelaksanaan tugas negara diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-
masing dilaksanakan oleh Lembaga Negara yang telah ditetapkan dalam UUD
1945 dengan amandemennya. Di Indonesia dalam menigkatkan kesejahteraan
masyarakat pemerintah berusaha memperbaiki semua hal yang biasa
mensejakterakan rakyatnya, termasuk dalam perbaikan dalam kebijakan publik.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
“Bagaimanakah sistem administrasi di Negara Good Governance?”
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Administrasi Negara


Administrasi Negara adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga
elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif,
dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan
publik, manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika
yang mengatur penyelenggara negara. Secara sederhana, administrasi negara
adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pengelolaan suatu organisasi
publik. Meskipun sama-sama mengkaji tentang organisasi, administrasi negara ini
berbeda dengan ilmu manajemen, jika manajemen mengkaji tentang pengelolaan
organisasi swasta, maka administrasi negara mengkaji tentang organisasi
publik/pemerintah, seperti departemen-departemen, dan dinas-dinas, mulai dari
tingkat kecamatan sampai tingkat pusat. Kajian ini termasuk mengenai birokrasi;
penyusunan, pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan publik;
administrasi pembangunan; kepemerintahan daerah; dan good governance.
Administrasi adalah usaha dan kegiatan yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kebijaksanaan untuk mencapai tujuan. Berikut adalah beberapa pengertian tentang
administrasi negara menurut beberapa ahli:
1. Leonard D. White (1926) menyatakan bahwa administrasi negara terdiri dari
semua kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan kebijakan publik (public
policy). Pentingnya studi administrasi negara dikaitkan dengan kenyataan
bahwa kehidupan menjadi tak bermakna, kecuali dengan kegiatan-kegiatan
yang bersifat public. Segala hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang bersifat publik telah dicakup dalam pengertian
administrasi negara, khususnya dalam mengkaji kebijaksanaan publik.
2. Pengerian administrasi negara menurut Pfiffner dan Preshtus adalah suatu
proses yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan negara.
3. Definisi administrasi negara menurut Dimocks adalah kegiatan negara dalam
melaksanakan kekuasaan atau wewenang politiknya.
4. Menurut Prof Dr. Prajudi Atmosudirjo, definisi administrasi negara adalah
bantuan penyelenggaraan dari pemerintah, dengan kata lain pemerintah
(pejabat) tidak dapat menunaikan tugas-tugas kewajibannya tanpa administrai
negara.
5. Pengertian administrasi negara menurut Edward H. Litchfield adalah suatu
studi mengenai bagaimana bermacam-macam badan pemerintah diorganisir,
diperlengkapi dengan tenaga-tenaganya, dibiayai, digerakkan, dan dipimpin.
6. Menurut Dwight Waldo, definisi Administrasi negara adalah manajemen dan
organisasi dari manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah.
7. George J. Gordon mengatakan pengertian Administrasi negara dapat
dirumuskan sebagai seluruh proses, baik yang dilakukan organisasi maupun
perseorangan yang berkaitan dengan penerapan atau pelaksanaan hukum dan
peraturan yang dikeluarkan oleh badan legislatif, eksekutif, serta peradilan.

B. Hakikat Administrasi Negara


Perbincangan kita mengenai definisi administrasi Negara membawa kita
pada dua hal yang mendasar yaitu :
1. Administrasi negara tidak hanya berkaitan dengan aktivitas lembaga eksekutif
saja.
2. Bahwa administrasi Negara meliputi semua aktivitas manusia yang berkaitan
dengan pengaturan sumber daya manusia dan alam yang diperlukan untuk
mencapai tujuan masyarakat.
Administrasi bersifat universal. Administrasi dianggap sebagai ilmu apabila
administrasi negara kita cerna sebagai suatu bidang studi dalam lapangan ilmiah.
Disamping itu administrasi Negara memenuhi syarat-syarat untuk dapat dikatakan
sebagai ilmu. Adapun syarat tersebut adalah:
 Tersusun secara sistematis
 Obyektif rasional
 Menggunakan metode ilmiah.
 Mempunyai prinsip-prinsip tertentu.
 Dapat dijadikan teori.
Melihat hal tersebut diatas administrasi dengan sendirinya masuk kategori
ilmu sosial terapan (applied social science). Menurut Robert Presthus,
administrasi Negara dikatakan sebagai ilmu dan seni tatkala ia merancang dan
melaksanakan kebijaksaaan publik. Pendapat beliau didukung oleh Dimock, yang
mengatakan bahwa sebagai studi administrasi Negara membahas setiap aspek
kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk melaksanakan hukum dan
memberikan pengaruh pada kebijaksanaan publik. Sedangkan menurut Waldo,
Administrasi Negara dikatakan sebagai organisasi dan manajemen dari manusia
dan benda guna mencapai tujuan pemerintah. Administrasi Negara juga dikatakan
sebagai seni dan ilmu tentang manajemen yang digunakan untuk mengatur
urusan-urusan Negara.

C. Konsep Good Governance


1. Definisi Good Governance
Good Governance, dalam tinjauan kebahasaan, berarti tata laksana
pemerintahan yang baik, cita negara berdasarkan hukum, di mana masyarakatnya
merupakan self regulatory society. Kata Governance memiliki unsur kata kerja
yaitu governing yang berarti bahwa fungsi oleh pemerintah bersama instansi lain
(LSM, swasta dan warga negara) perlu seimbang atau setara dan multi arah
(partisipatif). Governance menunjukkan tata pemerintahan, penyelenggaraan
negara, atau pengelolaan (management) yang mengisyaratkan bahwa kekuasaan
tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah.
Adapun secara terminologis, dalam bahasa dan pemahaman masyarakat
termasuk di sebagian elit politik, istilah Good Governance seringkali dipahami
secara rancu. Untuk meluruskan pemahaman tersebut, setidaknya ada tiga
terminologi yang harus kita pahami dengan baik, yaitu Good Governance (tata
pemerintahan yang baik), Good Government (pemerintahan yang baik), dan Clean
Government (pemerintahan yang bersih).
Good Governance, menurut Bank Dunia (World Bank) adalah cara kekuasaan
digunakan dalam mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk
pengembangan masyarakat (The way state power is used in managing economic
and social resources for development of society). Sedangkan menurut UNDP,
Good Governance dimaknai sebagai praktik penerapan kewenangan pengelolaan
berbagai urusan penyelenggaraan negara secara politik, ekonomi, dan
administratif di semua tingkatan. Ada berbagai pemikiran tentang good
governance menurut para ahli, diantaranya Bintoro Tjokroamidjojo mengatakan
Good Governance ialah penyelenggaran peerintahan yang amanah. Tata
pemerintah yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan
bertanggung jawab (LAN) dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai
pemerintahan yang bersih.

2. Prinsip-Prinsip Good Governance


Tata laksana pemerintahan yang baik ini dapat dipahami dengan
memberlakukan delapan karakteristik dasarnya yaitu:
1) Partisipasi aktif
2) Tegaknya hukum
2) Transparansi
3) Responsif
4) Berorientasi akan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
5) Keadilan dan perlakuan yang sama untuk semua orang.
6) Efektif dan ekonomis
7) Dapat dipertanggungjawabkan

Berlakunya karakteristik-karakteristik di atas biasanya menjadi jaminan untuk


hal-hal di bawah ini.
 Meminimalkan terjadinya korupsi
 Pandangan minoritas terwakili dan dipertimbangkan
 Pandangan dan pendapat kaum yang paling lemah didengarkan dalam
pengambilan keputusan.
Selain itu, salah satu ukuran tercapainya derajat Good Governance adalah
tercapainya suatu pengaturan yang dapat diterima oleh sektor publik, sektor
swasta dan masyarakat madani dengan indikator sebagai berikut.
a. Pengaturan dalam sektor publik antara lain menyangkut keseimbangan
kekuasaan antara badan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pembagian
kekuasaan ini juga berlaku antara pemerintah pusat dan daerah.
b. Sektor swasta mengelola pasar berdasarkan kesepakatan bersama, termasuk
mengatur perusahaan dalam negeri besar maupun kecil, perusahaan
multinasional, koperasi dan sebagainya.
c. Masyarakat madani mencapai kesepakatan bersama guna mengatur kelompok-
kelompok yang berbeda seperti kelompok agama, kelompok olahraga,
kelompok kesenian, dan sebagainya.

D. Sistem Administrasi Negara Yang Bercirikan Good Governance


Dalam system administrasi Negara atau sering disebut dengan Administrasi
Publik, dewasa ini Konsep Good Governance telah dipakai juga. Penyelenggaran
administrasi Negara yang kurang mencerminkan pelayan prima sehingga
diperlukan reformasi administrasi Negara dalam rangka mewujudkan birokrasi
yang benar-benar melayani masyarakat dengan pelayanan yang berkwalitas,
transparansi, akuntabilitas publik, dan diciptakan pengelolaan pemeritahan yang
bersih bebas dari KKN.
Menurut Agus Dwiyono (2006: hal 20) bahwa pelayanan publik selama ini
menjadi ranah dimana Negara yang diwakili oleh pemerintah berinteraksi dengan
lembaga non pemerintah. Dalam ranah ini telah terjadi pergumulan yang sangat
intensif antara pemerintah dengan warganya, baik buruknya governance dalam
penyelenggaraan pelayanan publik sangat dirasakan oleh warga masyarakatnya.
Dalam sistem administrasi negara, ada bebarapa komponen penting dalam good
governance yaitu Pemerintah (governance), rakyat (citizen) atau civil Society dan
usahawan (business). Ketiga komponen ini mempunyai tata hubungan yang sama
dan sederajat. Bila ketiga komponen ini tidak terjalin hubungan yang baik maka
akan ada ketidakseimbangan dalam pelayanan.
Pemerintah melalui Lembaga-lembaga Negara berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Lembaga-lembaga Negara ini sebagai subsistem
dari system administrasi Negara Indonesia. Sehingga adanya interaksi dengan
pihak swasta ataupun masyarakat haruslah terjalin dengan baik. Dalam wujudnya,
good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan Negara yang solid dan
bertanggung jawab serta efesien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan
interaksi yang konstruktif diantara ketiga domain : Negara, sector swasta, dan
masyarakat (society). Oleh karena itu, good governance meliputi system
administrasi Negara, maka upaya mewujudkan good governance juga merupakan
upaya melakukan penyempurnaan pada system administrasi Negara yang berlaku
pada suatu Negara secara keseluruhan.
Di dalam disiplin atau profesi manajemen publik, konsep Good Governance
dipandang sebagai suatu aspek dalam paradigm baru ilmu administrasi publik.
Paradigm baru ini menekan pada peranan manejer publik (state) melalui lembaga-
lembaga Negara agar memberikan pelayanan yang berkwalitas kepada
masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali
mengurangi campur tangan control yang dilakukan pemerintah pusat,
Tujuan administrasi Negara sendiri berupaya untuk mewujudkan
penyelenggaran Negara yang mampu menyediakan public goods and service yang
disebut dengan Governance serta kepemerintahan yang baik (good governance).
Selain itu, pelayanan yang baik dari lembaga-lembaga Negara dalam rangka
mencapai efektivitas dan efesiensi pelayanan publik. Di sisi lain, konsepsi Good
Governance secara komprehensif terdiri dari 10 prinsip yang ditetapkan secara
kontinyu dan konsisten dalam penata-laksanaan sebuah pemerintahan. Maka dapat
dikatakan bahwa sebuah sistem administrasi Negara yang good governance
bilamana dalam penerapannya berpedoman pada prinsip-prinsip Good
Governance.
1) Partisipasi
Dalam hal ini, warga memiliki hak dan mempergunakannya untuk
menyampaikan pendapat dan bersuara dalam proses perumusan kebijakan publik,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2) Penegakkan Hukum
Keberadaan rules of law mewujudkan adanya penegakkan hukum yang adil
bagi semua pihak tanpa pengecualian, menjunjung tinggi HAM dan
memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

3) Transparansi
Demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan bersandar pada partisipasi
populis, konstitusionalisme bersandar pada disclosure dan keterbukaan tentang
berbagai persoalan politik. Dalam pengertian ini, konstitusionalisme merupakan
prasyarat bagi berhasilnya demokrasi, karena masyarakat tidak dapat
berpartisipasi secara rasional dalam pemerintahan kecuali mereka diinformasikan
dengan cukup tentang bagaimana cara kerjanya, kecuali jika mereka cukup tahu
tentang cara kerjanya. (Al Chaidar, 1419 H: 266).

4) Kesetaraan
Pemerintah memberi peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu perkara yang dapat
mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat, menurut Basri (1998: 225),
adalah pengembangan kelembagaan yang menopang peningkatan dinamika
perekonomian yang semakin sehat sehingga bisa menekan biaya transaksi.
Keberhasilan menekan biaya transaksi akan memperkukuh keunggulan
komparatif bangsa.

5) Daya Tanggap (Responsibilitas)


Responsibilitas suatu pemerintahan menuntut adanya upaya untuk
meningkatkan kepekaan para penyelenggara pemerintah terhadap aspirasi
masyarakat tanpa terkecuali.
6) Wawasan Kedepan
Pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan visi, misi, dan strategi
yang jelas. Dengan ini, pembangunan dan pengembangan kualitas daerah akan
berdasarkan visi dan strategi yang jelas dan mengikut-sertakan warga dalam
seluruh proses pembangunan, sehingga warga merasa memiliki dan ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan daerahnya.

7) Akuntabilitas (Pertanggung-jawaban)
Good Governance akan senantiasa meningkatkan akuntabilitas para
pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan
masyarakat.

8) Pengawasan
Good Governance dari sisi pengawasan (controlling) selalu berusaha untuk
meningkatkan daya pengawasan terhadap penyelenggaraan administrasi Negara
dan pembangunan dengan mengusahakan keterlibatan swasta dan masyarakat
luas. Artinya, hal ini harus mendorong terlibatnya warga dalam mengontrol
kegiatan pemerintah, termasuk parlemen.

9) Efisiensi dan Efektivitas


Efisiensi dan efektivitas menjamin terselenggaranya pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab. Indikatornya anatara lain pelayanan mudah, cepat, tepat, dan
murah.

10) Profesionalisme
Profesionalisme menunjukkan adanya upaya peningkatan dalam eksistensi
kemampuan dan moral penyelenggara pemerintahan agar mampu memberi
pelayanan yang mudah, cepat, dan tepat dengan biaya yang terjangkau.
E. Pendapat Pribadi
Good governance merupakan tata kelolah pemerintahan yang baik sehingga
menghasilkan good Governance (pemerintahan yang baik) serta Clean
Governance (pemerintahan yang bersih. Menurut penulis, Good governance
berarti pengelolaan pemerintah yang mengedepankan publik service yang mampu
menghasilkan pemerintahan yang baik serta pemerintahan yang bersih. Ada tiga
komponen utama dalam penyelenggaraan administrasi Negara yang good
governance yaitu Pemerintah (lembaga-lembaga Negara), warga Negara atau
masyarakat serta Pihak Swasta. Dalam mewujudkan sebuah sistem administrasi
yang bercirikan good governance bukanlah hal yang mudah. Namun bilamana
adanya itikad yang baik Pemerintah sebagai Pelayan atau abdi masyarakat,
Masyarakat dan pihak sebagai yang dilayani. Bila ketiga komponen ini berjalan
seimbang maka impian kita untuk mewujudkan sistem administrasi Negara yang
good governance dapat terwujud.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Administrasi Negara adalah suatu bahasan ilmu sosial yang mempelajari tiga
elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif,
dan eksekutif serta hal- hal yang berkaitan dengan publik yang meliputi kebijakan
publik, manajemen publik, administrasi pembangunan, tujuan negara, dan etika
yang mengatur penyelenggara negara. Sedangkan Good Governance, dalam
tinjauan kebahasaan, berarti tata laksana pemerintahan yang baik, cita negara
berdasarkan hukum, di mana masyarakatnya merupakan self regulatory society.
Tujuan administrasi Negara sendiri berupaya untuk mewujudkan
penyelenggaran Negara yang mampu menyediakan public goods and service yang
disebut dengan Governance serta kepemerintahan yang baik (good governance).
Konsepsi Good Governance secara komprehensif terdiri dari 10 prinsip yang
ditetapkan secara kontinyu dan konsisten dalam penata-laksanaan sebuah
pemerintahan. Maka dapat dikatakan bahwa sebuah sistem administrasi Negara
yang good governance bilamana dalam penerapannya berpedoman pada prinsip-
prinsip Good Governance.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mufiz. 2009. Pengantar Administrasi Negara, cet. Kesembilan. Universitas


Terbuka. Jakarta

AW Widjaja. 2004. Etika Administrasi Negara. Bumi Aksara. Jakarta.

I Ketut Suardita. 2016. Ilmu Administrasi Negara. Universitas Udayana. Bali

Anda mungkin juga menyukai