Anda di halaman 1dari 108

SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK

INDONESIA

MODUL 1 : ADMINISTRASI NEGARA SEBAGAI SUATU SISTEM


KB. 1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ADMINISTRASI NEGARA

A. Pengertian dan Prinsip Administrasi

1. Pengertian

a. Secara umum administrasi adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan manusia untuk mencapai suatu tujuan
yang dilakukan kerja sama antara individu-individu yang terlibatdi dalamnya.

b. Secara harfiah

1. Administratie (Belanda) Pertama, menunjuk kepada kegiatan yang dilakukan oleh orang orang dalam pekerjaan
pencatatan, korespondensi, perhitungan. kearsipan, dan semacamnya yang lazim dilakukan dalam tugas
kesekretariatan atau tata usaha suatu organisasi Kedua, menunjuk kepada penyelenggaraan pemerintahan (bestunur)
yang lebih menitikberatkan pada hukum.

ii. Administration (Inggris) aktivitas penyelenggaraan pemerintah disamping menyangkut dengan hukum juga
dalam hal-hal kebijakan.

iii. Administer (Perancis Kuno dan Latin) yakni mengendalikan atau memimpin dan melayani, melaksanakan atau
membagikan (kamus Webster: 1962)

c. Menurut Pendapat Para Ahli

i. Woodrow Wilson dalam bukunya "The Study of Administration" memopulerkan istilah administration di
Indonesia yang menyimpulkan bahwa administrasi adalah proses organisasi dan manajemen yang dilakukan secara
kerja sama berhubungan dengan pelaksanaan usaha untuk mencapai tujuan baik yang bersifat publik maupun
bisnis.

ii. Menurut Atmosudirdjo (1980) administrasi adalah sebagai kegiatan memberi bantuan dalam mengelola baik
informasi, manusia maupun harta benda ke arah suatu tujuan yang terhimpun dalam organisasi (Ulbert Silalahi,
2003).
iii. Dimock dan Dimock (1984) mengemukakah dalam pengertian yang luas administrasiadalah aktivitas kelompok
yang bekerja sama iv. Leonard D. White (1958) mengatakan administrasi adalah proses yang umum terdapat dalam
setiap usaha kelompok, negara ataupun swasta, sipil maupun militer, berskala besar atau kecil.

V. Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1980)

vi. Administrasi adalah segenap rangkaian penataan terhadap pekerjaan dilakukan oleh sekelompok orang dalam
kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu (The Liang Gie, 1978).

vii. James D. Carroll dalam satu simposium bulan November-Desember 1975 menyimpulkan administrasi adalah
pengetahuan, pengetahuan adalah kekuasaan dan administrasi adalah kekuasaan (Henry, 1988)

viii. Simon et al (1978) mengatakan bahwa administrasi lebih mengarah pada bagaimana sesuatu dilaksanakan atau
dipilih, dan seterusnya.

ix. Sugandha (1991) mengatakan mempelajari administrasi sebenarnya mempelajari bagaimana caranya agar kerja
sama orang-orang dalam mencapai tujuan lebih efektif, dan apa yang dapat menghalang-halangi keberhasilan kerja
sama tersebut.

Secara fungsi, administrasi dapat dilihat dalam arti sempit, yakni tata usaha dan arti luas.

yakni aktivitas kelompok yang bekerja sama. Pada hakikatnya administrasi adalah kegiatan atau aktivitas bersama
sekelompok orang-orang dengan cara bekerja sama dan bersemangat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dengan mengamati berbagai pengertian administrasi seperti yang dikemukakan di atas, apabila ditinjau dari segi isi
atau intinya, maka dimensi administrasi terdiri dari berikut ini :

a) Organisasi

b) Manajemen

c) Kepemimpinan

d) Pengambilan Keputusan

e) Komunikasi atau hubungan aktivitas kerja manusia.


2.Prinsip

Fayol telah meletakkan sejumlah prinsip-prinsip umum administrasidan menjadi dasar mikiran bagi perkembangan
administrasi yakni sebagai berikut (Hodgetts, 1975):

1. Pembagian kerja (division of work)

2. Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)

3. Disiplin (discipline)

4. Kesatuan perintah (unity of command)

7. Penggajian atau upahon)

5. Kesatuan arah dan tujuan (unity of direction)

6. Mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi (subordination of individual to general


interest)

7. Penggajian atau upah (remuneration)

8. Sentralisasi (centralization)

9. Skala hierarki (scula chain)

10. Tata tertib (order)

11. Keadilan (equity)

12. Stabilitas jabatan (stability of tenure)

13. Prakarsa/inisiatif (initiative)

14. Solidaritas kelompok kerja (la esprit de corps) Sebagai ilmu, administrasi merupakan bidang studi yang
mempelajari atau menelaah fenomena kerja sama manusia secara organisasional dan sifatnya universal. Sedangkan
sebagai seni. administrasi merupakan praktek dari kegiatan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Administrasi Negara Administrasi negara dapat ditelaah dari dua sisi yaitu
sebagai ilmu dan sebagai sistem. Dari sisi keilmuan administrasi negara mulai berkembang pada abad ke-19
sebagai perpaduan ilmu administrasi negara dengan ilmu politik. Sedangkan sebagai sistem, administrasi negara
dipraktekkan dan dikembangkan oleh bangsa untuk melakukan kegiatan atau mewadahi upaya bangsa yang
bersangkutan dengan dalam rangka mencapai tujuan bersama dalam bernegara.

➤ Lembaga Administrasi Negara secara prinsip mengartikan administrasi negara sebagai sistem dan proses kerja
sama rasional dan manusiawi yang dilakukan oleh para penyelenggara pemerintahan negara dan warga negara
dalam upaya mencapai tujuan-tujuan bersama dalam bernegara sesuai dengan posisi, peran, kepentingan, dan
tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan negara, bangsa dan sebagai disiplin yang mempelajari fenomena-
fenomena sistemik

➤ Public Administration adalah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan
pemerintah. Public Administration adalah suatu seni dan ilmu tentang manajemen yang dipergunakan untuk
mengatur urusan-urusan negara (Dwight Waldo, 1982) Administrasi negara adalah suatu proses yang bersangkutan
dengan pelaksanaan kebijakan kebijakan pemerintah, pengaruh kecakapan-kecakapan dan teknik-teknik yang tak
terhingga jumlahnya yang memberi arah dan maksud terhadap usaha-usaha sejumlah besar orang (JohnM Pfeiffer
dan Robert V. Presthus, 1960)

➤ Administrasi negara adalah berikut ini:

o Suatu kerja sama kelompok dalam lingkungan pemerintah. Meliputi ketiga cabang pemerintahan, eksekutif,
legislatif dan yudikatif.

o Mempunyai peranan penting dalam perumusan kebijakan umum/negara dan oleh karenanya merupakan sebagian
dari proses politik.

o Dalam beberapa hal berbeda dengan administrasi privat.

o Sangat erat berkaitan dengan berbagai macam kelompok swasta dan perorangan dalam menyajikan pelayanan
kepada masyarakat (Felix A Nigro, 1970)
➤ Administrasi negara adalah studi tentang seluruh proses, organisasi dan individu yang bertindak sesuai dengan
peranan dan jabatan resmi sehubungan dengan pelaksanaan peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh lembaga-
lembaga legislatif, eksekutif dan peradilan (Gordon, 1982).

➤ Nicholas Henry (1988) dengan memusatkan pengamatan atas lokus dan fokus dari ilmu administrasi telah
membagi perkembangan administrasi negara ke dalam 5 paradigma, khususnya di negara-negara Eropa dan
Amerika Serikat. Kelima paradigma tersebut adalah:

1. Dikotomi antara Politik dan Administrasi (1900-1926)

2. Prinsip-Prinsip Administrasi (1927-1937)

3. Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950-1970) 4 Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi (1956-
1970)

4. Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970) 5. Administrasi Negara sebagai Administrasi
Negara (1970)

➤ George Frederickson (1994) mengungkapkan ada 5 paradigma dalam bidang pengetahuan administrasi negara,
tetapi kemudian menambahkan satu paradigma ilmu lagi. Enam Paradigma tersebut adalah:

1. Paradigma Birokrasi Klasik

2. Paradigma Neo Klasik

3. Paradigma Kelembagaan

4. Paradigma Hubungan Kelembagaan

5. Paradigma Hubungan Kemanusiaan

6. Paradigma Pilihan Publik

7. Paradigma Administrasi Negara Baru

➤ Caloric dan White (Managing Development In The Third World. 1987) dalam mengkaji perkembangan
administrasi negara mengemukakah pendekatan yang dibagi dalam dua kelompok yaitu 1) Teori Organisasi yang
memandang organisasi sebagi sistem pembuat keputusan dan pencapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh
rasionalitas ekonomi dan organisasi sebagai bagian dari lingkungan sosiologi yang lebih luas dan mempengaruhi
berfungsinya organisasi dan 2) Teori Perilaku yang terbagi dalam model rasional, model sosiologis dan model
pembangunan hubungan manusia.

➤ Kastz dan Rosenzweig (1985) membagi perkembangan pemikiran paradigmatis dalam bidang pengetahuan
organisasi dan manajemen yaitu konsep organisasi dan manajemen tradisional. konsep perilaku dan ilmu
manajemen dan konsep organisasi dan manajemen modern.

➤ Menurut buku SANKRI (2003) ditinjau dari segi unsurnya yang pokok dalam kehadirannya sebagai disiplin dan
sebagai sistem, ruang lingkup perhatian administrasi negara tersebut meliputi pokok-pokok sebagai berikut:

1. Tata nilai

2. Organisasi dan Manajemen pemerintahan negara

3. Manajemen Pemerintahan Negara

4. Sumber Daya Aparatur Negara

5. Sistem dan Proses Kebijakan Negara

6. Posisi, kondisi dan peran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara. 7. Hukum Administrasi Negara

C. Perkembangan dan Peran Administrasi Negara

1. Masa Penjajahan Belanda

Pada masa ini peran administrasi negara masih sangat terbatas, terutama sebagai alat untuk menjaga keamanan dan
ketertiban hukum bagi usaha pengumpulan sumber daya dari bumi Indonesia (Hindia Belanda) untuk kepentingan
pemerintah dan rakyat Belanda. Administrasi negara hanya diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu sebagai
kegiatan tata usaha.

2. Masa Penjajahan Jepang

Pada masa pendudukan balatentara Jepang selama 3.5 tahun, administrasi negara di Indonesia mengalami
kehancuran karena para birokrat bangsa Belanda sengaja disingkirkan, di sisi lain pegawai yang berasal dari bangsa
Indonesia belum siap dan tidak diberi kesempatan mengisi posisi yang ditinggalkan oleh orang Belanda untuk
memenangkan Perang Dunia ke-2. Pada masa ini tidak terpikirkan pentingnya penerapan ilmu administrasi. Meski
demikian terdapat penerapan administrasi negara dalam praktek, hal ini ditandai dengan diterapkannya sistem tata
pemerintahan baru dengan mengorganisasi rukun-rukun kampung, organisasi pertahanan sipil dan kursus-kursus
ketata-prajaan.

3. Masa awal kemerdekaan sampai orde baru.

Pada masa awal kemerdekaan pengembangan administrasi negara lebih diarahkan pada upaya memenangkan dan
mempertahankan kemerdekaan sebagai suatu bentuk upaya membangun pemerintahan yang berdaulat. Segera
setelah perang kemerdekaan, yaitu pada tahun 1951 dimulailah usaha-usaha pengembangan administrasi negara
karena dipengaruhi oleh semakin besarnya peranan pemerintahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia seiring
dengan timbulnya permintaan perbaikan di segala sektor kehidupan sesuai dengan harapan terhadap negara yang
sudah merdeka. Perkembangan administrasi negara di Indonesia selanjutnya mengarah kepada pembedaan antara
administrasi negara yang mengurus kegiatan rutin pelayanan masyarakat dengan administrasi pembangunan fisik.

4. Masa Reformasi dan seterusnya

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh penyelenggara administrasi negara mencakup masalah internal dan
eksternal. Kendala internal meliputi masih adanya ketidakpastian hukum dan peraturan, sistem pengelolaan sumber
daya dan masalah keamanan Tantangan dan permasalahan eksternal meliputi lemahnya perekonomian global,
tingginya dan tidak stabilnya harga minyak dunia, meningkatnya persaingan dalam menarik investasi asing.
Tindakan yang harus dilakukan oleh penyelenggara administrasi negara adalah menjalankan prinsip good
governance, seperti Transparency, responsiveness, accountability, dan equity.

KB.2 PENDEKATAN SISTEM DALAM STUDI SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN


REPUBLIK INDONESIA (SANKRI)

A. Pengertian Sistem dan Pendekatan Sistem

➤ Dari bahasa Yunani sistem (systema) berarti menyebabkan berdiri bersama

➤ Dalam bahasa Inggris, sistem (system) mempunyai satu pengertian yaitu sehimpunan bagian atau komponen
yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

➤ Menurut pendapat para ahli sistem dapat diartikan sebagai sekelompok komponen yang terdiri dari manusia
dan/atau bukan manusia( non human) yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen
yang membentuk sistem tersebut dapat bertindak sebagai suatu kesatuan dalam mencapai tujuan, sasaran bersama
atau hasil akhir.

➤ Carl J. Friedrich menyatakan sistem adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional baik antara bagian maupun hubungan fungsional terhadap keseluruhan sehingga hubungan itu
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja
dengan baik akan mempengaruhi keseluruhan (Kusnardy dan Harmaily Ibrahim. 1980).

➤ Robbins (1994) menyatakan sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan
bergantung yang diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan satu kesatuan.

➤ Lembaga Administrasi Negara (1987) mendefinisikan sistem sebagai suatu totalitas yang terdiri dari subsistem-
subsistem dengan atribut-atributnya yang satu sama lain saling berkait. saling ketergantungan satu sama lain, saling
berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi sehingga keseluruhannya merupakan suatu kebulatan yang utuh
serta mempunyai peranan dan tujuan tertentu. Suatu sistem merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar"

➤ Dalam arti luas, sesuatu dapat disebut sistem apabila:

1. Umumnya bersifat terbuka

2. Terdiri dari berbagai unsur, elemen atau bagian terkecil

3. Elemen-elemen, unsur-unsur atau bagian-bagian yang terbentuk saling tergantung, pengaruh mempengaruhi, ada
interaksi dan interdepensi

4. Mempunyai kemampuan menyesuaikan diri melalui mekanisme umpan balik

5. Mempunyai keandalan mengatur dirinya sendiri

6. Mempunyai tujuan/sasaran yang ingin dicapai

7. Melakukan fungsi prosesor atau transformator, yakni mengubah masukan menjadi keluaran

8. Menyatu secara terpadu menjadi satu kesatuan yang utuh

9. Bersifat entropi, tidak bersifat abadi

10. Memiliki kekuatan mengatur, hierarki, diferensiasi, dan equinefinality, terbuka sekaligus berbatasan serta
berinteraksi dengan lingkungannya. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analitis organisatoris yang
mempergunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Pendekatan sistem merupakan penerapan teori sistem
umum dari kibernetika terhadap problem-problem sosial dan industrial (ekonomi).

B. Warga Negara, Wilayah Negara, dan Pemerintahan Negara

Administrasi Negara adalah administrasi mengenai negara Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok
atau beberapa kelompok manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui
adanya pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok manusia yang ada di wilayahnya.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain karena negara memiliki
kekuasaan. Untuk dapat menjadi suatu negara harus ada rakyat, yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan
suatu negara. Syarat lain keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara tersebut berada.
Hal lain adalah pemerintah yang berdaulat, yakni negara yang diakui oleh warga negaranya sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara tersebut berada.

Keberadaan negara adalah untuk memudahkan anggotanya mencapai tujuan bersama yang dirumuskan dalam
suatu dokumen, yakni konstitusi. Negara dibutuhkan oleh rakyat untuk menjamin suatu hidup yang bahagia,
tenteram dan damai. Beberapa elemen yang membentuk pengertian negara antara lain :

1. Warga Negara

Unsur warga negara sangat penting dalam suatu negara manusia sebagai individu yang dan anggota masyarakat
yang berkepenti organis berjalan baik. Menurut pasal 26 UUD 1945 yang menjadi warga negara adalah orang
bangsa Indonesia dan orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara.

2. Wilayah Negara Wilayah negara diartikan sebagai ruang yang batas negara dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional Wilayah suatu negara umumnya terdiri dari wilayah
daratan, wilayah lautan, dan wilayah udara.

3. Pemerintahan negara Istilah pemerintahan negara secara konseptual dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti
luas. Pemerintahan Negara dalam arti sempit adalah lembaga negara yang menyelenggarakan kekuasaan eksekutif.
Sedangkan dalam arti luas adalah keseluruhan lembaga negara yang menyelenggarakan administrasi negara sesuai
dengan wewenangnya masing-masing untuk mencapai tujuan negara. Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara.
adalah pemerintahan memiliki kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara
dan berada dalam wilayah suatu negara. Ada 4 (empat) teori tentang kedaulatan yang dimiliki oleh negara, yakni
teori kedaulatan tuhan, kedaulatan negara. kedaulatan hukum dan kedaulatan rakyat..
C. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia Sistem administrasi negara dari suatu negara
memiliki keunikan tertentu. Bagi Indonesia sebagai negara kesatuan dengan sistem pemerintahan yang berbentuk
republik yang demokratis dan konstitusional maka yang berlaku adalah Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (SANKRI) dan berperan sebagai sistem penyelenggara kebijakan negara. Dalam eksistensinya
sebagai sistem dan sesuai dengan konstitusi negara yang mendasarinya, SANKRI pada dasarnya mengandung
unsur-unsur sebagai berikut:

a. Unsur nilai yang meliputi landasan atau dasar negara yaitu Pancasila, cita-cita dan tujuan negara, serta nilai dan
prinsip yang terkandung dalam bentuk negara dan sistem penyelenggaraan pemerintah negara

b. Unsur Struktur, merupakan tatanan kelembagaan yang terbentuk dalam kehidupan NKRI yang demokratis dan
konstitusional berupa tatanan organisasi pemerintahan negara dan organisasi yang berkembang dalam dinamika
kehidupan masyarakat bangsa.

c. Unsur Proses yang tercermin dalam berbagai kegiatan manajerial dan saling hubungan antar lembaga negara.

Menurut Mustopadidjaja (2003), strategi dan program aksi yang terarah pada proses pencapaian sasaran dan
tujuan pembangunan dalam rangka SANKRI memerlukan suntikan aktivitas, pada pokoknya meliputi aktualisasi
tata nilai, penyesuaian struktur, proses dan kualitas sumber daya aparatur. Semua itu dikembangkan dalam rangka
mengemban perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI, terwujudnya kepemerintahan yang baik,
berdaya guna, berhasil guna, bersih. bertanggung jawab dan bebas KKN berupa sebagai berikut:

1. Transformasi nilai

2 Penataan Organisasi dan Tata kerja

3. Pemantapan Sistem Manajemen

4. Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional, sesuai dengan sistem pemerintah negara berlandaskan
Undang-Undang dasar 1945 penyelenggaraan pemerintah pusat dan daerah dilakukan melalui SANKRI Dengan
demikian, SANKRI dapat dirumuskan sebagai keseluruhan tatanan organisasi dan proses manajemen dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa guna mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara sesuai dengan
nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan yang diamanatkan dalam konstitusi negara.
KB.3 DIMENSI DIMENSI NILAI DALAM SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA (SANKRI)

A. Tata Nilai Dalam Penyelenggaraan Negara Unsur tata nilai yang ada dalam masyarakat atau bangsa perlu
dijadikan pedoman sikap perilaku dalam melakukan pemikiran, berfikir dan bertindak dari setiap aktor
penyelenggara negara dalam mencapai suatu tujuan atau mewujudkan harapan dan cita-cita kehidupan yang
mengarah kepada kesejahteraan hidup. Sikap adalah kecenderungan merespons sesuatu dengan konsisten untuk
mendukung atau tidak mendukung dengan memperhatikan suatu objek tertentu. Sementara nilai mewakili
keyakinan yang mempengaruhi perilaku pada seluruh situasi, sikup hanya berkaitan dengan perilaku yang
diarahkan pada objek, orang atau situasi tertentu.

Berbagai dimensi nilai dan sikap yang melekat dalam SANKRI harus diperhatikan dalam sistem dan proses
penyelenggara negara dan pembangunan bangsa, serta diwujudkan dalam kenyataan hidup masyarakat bangsa dan
dalam hubungan antar bangsa ugar cita-cita dan tujuan NKRI benar-benar tercapai. SANKRI harus mampu
menjalankan berbagai model perilaku yang bisa menjamin kerja sama berbagai etnis secara sinergis agar kesatuan
dan persatuan terpelihara.

1. Falsafah Negara

a. Pancasila, falsafah bangsa dalam bernegara.

Pancasila sebagai nilai dasar yang hakiki dan berperan sebagai kaidah dan prinsip penyelenggara negara, harus
dipandang sebagai suatu kesatuan nilai yang utuh dan menjadi pedoman dalam setiap pengelolaan kebijakan dan
pelayanan publik, baik pada tahap formulasi dan proses pelaksanaan dan pengawasan serta pertanggungjawabannya
penentuan kebijakan maupun dalam pertanggungjawaban.

b. Akulturasi Pancasila dalam penyelenggaraan negara.

Dari sudut disiplin dan sistem administrasi negara efektivitas aktualisasi nilai-nilai Pancasila ditandai dengan
adanya konsistensi perilaku individu dan institusi dalam penyelenggaraan negara yang dimanifestasikan dalam
sistem dan proses pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik dan dibuktikan dengan kinerja yang dicapai atau
dirasakan masyarakat. Dalam menerjemahkan nilai nilai Ithur Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
para penyelenggara negara dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik haruslah dilandasi dan
memanifestasikan ke lima nilai secara utuh dan berkeseimbangan yang memerlukan komitmenkan kompetensi
yang tinggi. dan didasari serta dihikmati keimanan dan ketakwaan.
2. Cita-cita dan Tujuan Bernegara

Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia berpangkal dari dan bersesuaian dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
peradaban yang luhur yang terkandung dalam falsafalvy negara, bersifat hakiki dan universal Cita-cita bangsa
dalam bernegara tersurat pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur", dan yang merupakan tujuan bernegara adalah "melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan. perdamaian
abadi dan keadilan sosial:

Perjuangan mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI merupakan kewajiban bangsa Indonesia dan mengatasi
berbagai tantangan yang dihadapi dalam perjuangan tersebut merupakan tanggung jawab aparatur negara dan
masyarakat bangsa.

B. Bentuk Dan Sistem Pemerintahan Negara Dimensi-dimensi nilai SANKRI juga terkandung dalam bentuk
dan sistem pemerintahan negara i yang ditetapkan dan tertuang dalam Pasal 1 UUD 1945. Di dalamnya tercantum
dengan jelas bentuk dan istem pemerintahan negara Indonesia adalah menganut bentuk negara kesatuan serta
negara yang kedaulatannya ada di tangan rakyat (demokrasi) sebagai sistem pemerintahan negaranya.

1. Negara Kesatuan Para pendin Negara Republik Indonesia telah menentukan negara kesatuan sebagai bentuk
negaranya. Hal im sesun dengan Pasal UUD 1945 yang menentukan bahwa Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan yang berbentuk Republik Secara horizontal dalam suatu negara kesatuan, beban kekuasaan pemerintahan
negara terletak pada beberapa lembaga negara. Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan. Aparat
pemerintah lainnya tidak mempunyai hak dan wewenang menyelenggarakan pemerintah.

2. Negara Hukum

Sistem pemerintahan negara Indonesia telah dicuntumkan dengan jelas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945 Dalam pasal tersebut tercantum pernyataan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Pengertian
negara hukum menurut Undang-Undang Dasar 1945 mengandung makna:

- Negara dengan produk hukumnya bukan saja melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, tetapi juga harus memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Konstitusi merupakan hukum dasar, bisa berbentuk tertulis (UUD 1945) maupun tidak tertulis (nilai-nilai dan
norma-norma yang hidup) Sumber hukum menyangkut seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Negara Demokrasi
Nilai-nilai pokok yang terkandung dalam pengertian demokrasi meliputi nilai-nilai kebersamaan, kebebasan,
pluralistik dan anti anarkis. Demokrasi yang menjadi dasar dari UUD 1945 ialah demokrasi konstitusional. Corak
khas demokrasi Indonesia adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan" Hal ini mempunyai makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan bangsa
didasarkan dan melalui kebijakan publik yang ditetapkan menurut aturan perundang-undangan dan secara
keseluruhan tahupun dan prosesnya dilakukan demokratis mengacu kepada prinsip dari, oleh dan untuk rakyat.
Demokrasi bukanlah satu faset tetapi menyangkut hal lain seperti perangkat keras, perangkat lunak dan lingkungan
(Nugroho:2001).

Persyaratan dasar pertama perangkat keras demokrasi adalah lembaga politik yang terpisah, sebagaimana
diperkenalkan oleh Montesquieu yang terkenal dengan Trias Politika, yakni Legislatif. eksekutif dan yudikatif atau
dengan kata lain parlemen, pemerintah dan otoritas hukum. Sedangkan persyaratan kedua dalam pembicaraan
masalah perangkat keras demokrasi adalah adanya aturan main yang demokratis. Hal ini diatur dalam konstitusi
yang menjamin hal tersebut yakni UUD 1945 dengan dilengkapi berbagai undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya yang dijadikan sebagai acuan.

Selain adanya perangkat keras dalam persyaratan dasar politik demokratis dukungan lain yang tak kalah
pentingnya adalah apa yang disebut perangkat lunak, yaitu persyaratan dasar politik demokrasi. Dalam hal ini
banyak dikenal isu-isu dalam pembahasan mengenai piranti lunak demokrasi, yakni:

1. Penyelenggaraan pemilu secara jujur, rahasia, dan langsung

2. Permasalahan akuntabilitas (tanggung jawab pemegang jabatan)

3. Hak-hak dasar, misalnya hak berkumpul, berserikat dan mengeluarkan pendapat

4. Kesamaan di depan hukum

5. Kompetensi (kompetensi sistem, kompetensi sosial dan kompetensi lembaga ekonomi)

6. Adanya keterbukaan

7. Integrasi antar elit, integrasi antar elit-massa, guna menjamin efisiensi berjalannya demokrasi dalam sistem
politik.

MODUL 4 : MANAJEMEN ADMINISTRASI NEGARA INDONESIA


1. PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

A. Perencanaan menurut para ahli

• Luther H.Gullick dan Lyndall Urwick yang menyampaikan tujuh prinsip POSDCORB (Planning,
Organizing, Staffing, Directing, Coordinating. Reporting, dan Budgeting) menyatakan perencanaan sebagai
kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan penyusunan garis-garis besar yang memuat apa yang harus dikerjakan
dan metode- metode untuk melaksanakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

• Harold Koontz dan O'Donnel menjelaskan bahwa perencanaan berkaitan dengan pemilihan Di antara
beberapa alternatif usaha kegiatan untuk masa yang akan datang bagi setiap unit yang berada di dalam suatu
organisasi secara keseluruhan.

• Kast dan Rosenzweig (dalam Widodo 20021) menyatakan perencanaan adalah proses memutuskan apa yang
akan dilakukan dan bagaimana caranya, perencanaan mencakup misi, identifikasi bidang dan menentukan
serangkaian tujuan khusus serta menyusun kebijakan, program, dan prosedur untuk mencapainya.

• Perencanaan komprehensif adalah suatu kegiatan yang terpadu yang berusaha untuk memaksimalkan
efektivitas keseluruhan organisasi sebagai suatu sistem yang sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Dari berbagai
literatur mengenai arti perencanaan maka dapat dibuat suatu batasan dari perencanaan, dimana perencanaan adalah
sebagai suatu: Proses, Keputusan, dan Fungsi Manajemen

B. Pentingnya Perencanaan: untuk efisiensi, memperkirakan dan membatasi kondisi ketidakpastian di masa 1
di masa datang, pengukur/standar kegiatan pengawasan/penilaian

C. Ciri Perencanaan yang Efektif: harus jelas tujuannya, sederhana tidak rumit, mudah dianalisis dan
diklasifikasikan, fleksibel, tersedianya sumber-sumber dalam perencanaan, menjawab pertanyaan apa, mengapa,
bilamana, di mana, siapa dan bagaimana, operasional, ambisius. bisius tapi realistis, berkelangsungan, punya skala
prioritas.

D. Tahapan Perencanaan: perincian tujuan lengkap dan jelas, ada perumusan kebijakan, ada analisis dan
penetapan cara dan sarana, ada penunjukan pelaksanaan, ada penentuan sistem pengendalian.

E. Perencanaan Program: yakni suatu aktivitas penyusunan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan. Program sendiri artinya adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga yang mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi
anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

F. Jenis-Jenis Perencanaan: jangka panjang long-range planning policy planning. organizational planning,
long-term plan or master plan, menengah. medium range planning, intermediate planning: 3-10 tahun atau
umumnya 5 tahun, jangka pendek: annual planning, perencanaan kerja, perencanaan untuk memecahkan masalah
yang mendesak.

G. Perencanaan Berdasar Materi, terbagi 2: a) perencanaan kebijakan/policy planning. berhubungan dengan


pengembangan garis besar/tujuan umum yang harus dilakukan pemerintah demi kepentingan umum; b)
perencanaan program/program planning, tugas utama pimpinan dalam pemerintahan, mencerminkan kegiatan nyata
dan terperinci.

H. Perencanaan dan Penganggaran: penganggaran dibuat dalam perencanaan untuk memastikan agar yang
direncanakan dapat dilaksanakan. Dalam penyelarasan perencanaan dan penganggaran harus dipastikan keserasian
hubungan kerja sama dan koordinasi antara unit perencanaan dan unit penganggaran dan penyusunan anggaran
dengan lembaga-lembaga yang memerlukan persetujuan bersama kedua unit organisasi tersebut. Harus diatur
secara jelas peran DPR/DPRD dan Pemerintah dalam proses dan penyusunan dan penetapan anggaran.

I. Problem dalam Perencanaan: i)kejadian yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, ii)kekurangan informasi,
iii) kebijakan pemerintah, iv) pelaksana kebijakan memerlukan waktu yang lebih lama atau biaya yang lebih besar.
v)kendala ketika melibatkan beberapa unit atau lembaga (ada unit yang lepas tanggung jawab dan takut
disalahkan), vi) terlalu menekankan segi kuantitatif, viiterlalu dilihat dari aspek hasilnya sehingga cara mencapai
tujuan tidak diperhatikan.

2. KOORDINASI

A. Pengertian Koordinasi: sistem dan proses interaksi untuk mewujudkan keserasian dan keterpaduan berbagai
kegiatan inter dan antar lembaga-lembaga negara di institusiataupun dengan menggunakan sistem manajemen
dengan TI atau MIS

B. Pentingnya Koordinasi: i) karena unit tidak berdiri sendiri, tapi kesatuan/sistem dari organisasi yang lebih
besar; ii) adanya ketergantungan dalam masalah pekerjaan yang menimbulkan hambatan pelaksanaan pekerjaan; iii)
karena keberhasilan organisasi secara keseluruhan harus diprioritaskan; iv) kecenderungan menganggap spesialisasi
pekerjaannya sendiri lebih penting, bidang lain tidak; v) terbatasnya sumber daya, harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin: vi) terutama di daerah, koordinasi dan konsistensi pelaksanaan kebijakan dan rencana nasional dengan
daerah perlu senantiasa diusahakan dan ditingkatkan. Hendaknya kebijakan daerah melengkapi rencana nasional
dan diusahakan keserasian pelaksanaannya. Kepala Daerah berwenang mengoordinasikan pelaksanaan
pembangunan daerah.

C. Fungsi Koordinasi

1) fungsi manajemen:

2) usaha menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen

dalam organisasi;

3) mengarahkan dan menyatukan kegiatan satker organisasi agar bergerak

sebagai kesatuan yang bulat

4) faktor dominan bagi kelangsungan hidup organisasi: 5) bukan hanya masalah

teknis semata, tetapi dilakukan terus menerus dari pemegang fungsi organik:

6) berperan penting dalam merumuskan pembagian tugas, wewenang, dan tanggungJawab;

7) mengantisipasi pertumbuhan organisasi seperti penambahan jabatan dan pejabat;

8) mengatasi kerumitan yang semakin bertambah dengan munculnya spesialisasi.

D. Jenis Koordinasi

a) Koordinasi vertikal: dari pejabat pimpinan instansi kepada pejabat/pegawai atau instansi bawahannya,
terdapat hubungan hierarkis karena berada pada suatu garis komando

b) Koordinasi Fungsional Horizontal: dilakukan oleh instansi yang secara fungsional bertanggung jawab atas
suatu masalah/program terhadap instansi lain yang turut terlibat dalam penanganan masalah/program tersebut,
dilakukan pejabat suatu unit/instansi terhadap pejabat unit/instansi lain yang setingkat dengannya.

c) Koordinasi Fungsional Diagonal: dilakukan instansi yang mempunyai struktur lebih tinggi, yang dalam
struktur organisasinya dan secara operasional bukan atasannya, namun secara fungsional mengoordinasikannya.
Contoh: BKN ke BKD
d) Koordinasi Fungsional Teritorial: dilakukan pejabat pimpinan/suatu instansi dalam wilayah/teritorial
tertentu terhadap pejabat /instansi lain di mana semua urusan berada di wilayah tersebut menjadi wewenang atau
tanggung jawabnya. Koordinasi efektif bila: ada kejelasan penanggung jawab kegiatan, tujuan organisasi
memperhatikan tujuan satker, kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas satker. koordinasi dalam penyusunan
anggaran, menjaga hubungan baik antar institusi Hambatan dalam Koordinasi

.a. Kurangnya pemahaman pentingnya fungsi koordinasi

b. Kurangnya kemampuan menjalankan koordinasi: kurang kecakapan, kewibawaan dan kemampuan manajerial
lainnya.

c. Pimpinan unit kerja menganggap tugasnya sendiri paling penting dibanding lainnya

d. Pimpinan unit kurang menyadari koordinasi adalah bagian dari tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai
tujuan organisasi secara menyeluruh

e. Prosedur dan tata kerja kurang jelas dan berbelit-belit

f. Kurang tersedianya sarana melakukan komunikasi antar para pejabat

3. Pengawasan dalam Administrasi Negara

A. Pengertian Pengawasan : segenap kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa pekerjaan dilakukan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan, kebijakan yang telah digariskan dan perintah yang telah diberikan dalam
rangka pelaksanaan rencana tersebut Hasil pengawasan: untuk bahan penyempurnaan terhadap unsur aparatur
negara dan untuk melakukan penindakan penertiban bagi tindakan penyelewengan yang melanggar peraturan per
UU yang berlaku

B. Jenis Pengawasan

a. Pengawasan Melekat Sistem Pengendalian Internal (Waskat-SPI): merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat
pengendalian yang terus menerus oleh atasan langsung terhadap bawahannya, baik preventif (sebelum tindakan
dilaksanakan) atau represif (setelah tindakan dilaksanakan terhadap penyimpangan yang terjadi dari tata kerja,
prosedur kerja dan peraturan per UU yang berlaku).

b. Pengawasan Fungsional (Wasnal): dilaksanakan aparat yang ditunjuk khusus untuk melakukan audit secara
independen terhadap objek yang diawasinya. Fungsinya membantu tugas pimpinan dalam bidang manajemen,
waskat atau pengendalian tugas secara efektif dan efisien. Wasnal wajib melaporkan temuannya kepada pimpinan
serta memberi saran dari hasil pengawasan tsb. Terdiri dari;

i) BPKP, Itjen di Departemen, Inspektorat di LPND, Bawasda di Prop, Bawasda di Kab/Kota, SPI di
BUMN/BUMD.:

ii) Pengawasan Eksternal Pemerintah bid. Keuangan dilakukan BEPEKA.

c. Pengawasan Legislatif (Wasleg/Pengawasan Politik (Waspol): Sesuai UUD 1945, DPR wajib melakukan
pengawasan terhadap Pemerintah. Di daerah, wasleg dilakukan oleh DPRD.

d. Pengawasan oleh Lembaga Lainnya: contohnya KPKPN (Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara)
yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap kekayaan penyelenggara negara untuk mencegah KKN.
Bertanggung jawab langsung kepadaPresiden, dan bebas dari pengaruh eksekutif, legislatif dan yudikatif.

e. Pengawasan Masyarakat (Wasmas): dilakukan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan dan


pembangunan.

C. Pengawasan Keuangan Negara

Dilakukan baik eksternal maupun internal.

1) BEPEKA: bebas dan mandiri, tidak dipengaruhi pemerintah dan instansi lain, dalam melaksanakan tugas
memperhatikan dan memanfaatkan hasil pekerjaan aparatpengawasan intern pemerintah yang wajib menyampaikan
hasil pengawasannya ke BEPEKA.

2) BPKP: harus memperhatikan hasil pengawasan BAWASDA.

3) BAWASDA: mengawasi internal keuangan Pemda. Hasil pengawasan disampaikan kepada BPKP dan BEPEKA
untuk ditindaklanjuti

4. Kontrol Birokrasi

✓ Metode Organisasi: terbagi 2: a) publisitas: bermanfaat dalam kaitannya dengan tindakan individu baik tindakan
melebihi batas atau terlalu patuh pada prosedur dan peraturan. b) disiplin internal: alat yang efektif melakukan
kontrol adm birokrasi tanpa harus membebani kontrol politik eksternal. c) tekanan kelompok dan publik (public
and group pressure): kontrol adm tanpa menimbulkan konflik antara institusi melalui kelompok penekan dan
pendapat publik.
✓ Metode Kontrol Politik: oleh Lembaga Legislatif melalui penganggaran (funding): dengan cara penetapan
APBN yang diusulkan pemerintah, investigasi (investigation): hakinterpelasi, hak angket, dan hak menyatakan
pendapat, dan posadit (post audit), melalui pemeriksaan pembukuan pemerintah.

✓ Perizinan Perizinan Merupakan satu bentuk pelaksanaan fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian vang
dimiliki pemerintah, seperti: pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin melaksanakan sesuatu
(license) yang harus dimiliki atau diperoleh suatu perusahaan atau seseorang sebelum dapat melakukan suatu
kegiatan.

✓ Dalam memberikan perizinan, pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai segi seperti aspek sosial, ekonomi
dan keamanan.

MODUL 8 : STRATEGI PENYEMPURNAAN ADMINISTRASI NEGARA

1. Strategi Penyempurnaan Administrasi Negara

A. Pengertian Strategi : yakni pola tujuan, kebijakan program, keputusan atau alokasi sampai dengan yang dapat
menentukan apakah sebuah organisasi itu, apa yang dikerjakan, dan mengapa organisasi memiliki tujuan.
Merupakan perpanjangan dari misi organisasi untuk menjembatani organisasi dengan lingkungannya, dan strategi
bisa bersifat jangka menengah dan panjang. Strategi penyempurnaan administrasi negara ditua dituangkan dalam
GBHN 1999-2004 dan Propernas 2000-2004.

B. Propernas 2000-2004 : Program penyempurnaan adm negaranya sebagai berikut: i) program pengawasan
aparatur negara; ii) program penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan; iii) program peningkatan kualitas
pelayanan publik;; iv) programpeningkatan kapasitas SDM.

C. RUU APBN 2006:

✓ Upaya penyempurnaan adm negara tersirat dalam penjabaran agenda 2, yaitu menciptakan Indonesia yang adil
dan demokratis.

✓ Pemerintah bertekad untuk meningkatkan keadilan dan penegakan hukum, memberantas korupsi dan
melaksanakan reformasi birokrasi, serta terus MisiPembangunan Nasional: a. Mewujudkan Indonesia yang Maju
dan Mandiri; b.Mewujudkan Indonesia yang Adile. Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Bersatu.
• Prinsip-prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan operasional bagi seluruh aparatur negara: a.
Pengarusutamaan partisipasi masyarakat; b. Pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan; c. Pengarusutamaan
gender: d. Pengarusutamaan tata pengelolaan yang baik. (good governance).

• Penegakan hukum dan HAM. pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi, dengan sasaran: a. Meningkatnya
upaya pemberantasan korupsi; b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik; c. Meningkatnya kualitas SDM
aparatur. Tersusunnya kebijakan pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat; f. Meningkatnya
akses partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

• Mencapai sasaran dalam penegakan layanan dan penegak hukum; d. Diterapkannya E Services di setiap instansi
publik; hukum dan HAM, pemberantasan korupsi, dan reformasi birokrasi, ditempuh arah kebijakan pembangunan
sebagai berikut: a. Optimalisasi pelaksanaan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi; b. Percepatan
penyelesaian kasus korupsi dan pelanggaran HAM, c. Percepatan penguatan kelembagaan hukum. d. Percepatan
pelaksanaan reformasi birokrasi; e. Peningkatan akuntabilitas institusi politik dan publik.

2. Ruang Lingkup Penyempurnaan Administrasi Negara

● Penyempurnaan adm negara tidak hanya berkutat pada aparatur negara saja, tapi juga pada sistem yang
dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara,

● Penyempurnaan adm negara tidak hanya berkutat pada aparatur negara saja, tapi juga pada sistem yang
dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara; Penyempurnaan ini dijabarkan dari UUD 1945 dan perundangan
pelaksanaannya sehingga mampu berperan sebagai sistem yang menyerasikan dan mengharmoniskan serta
memadukan operasi sistem-sistem lainnya dalam interaksi yang sinergis menuju pencapaian tujuan nasional
Penyempurnaan sistem ini didasarkan pada unsur-unsur pokok adm negara, yaitu ditinjau dari dimensi organisasi
dan dimensi mana.

A. Dimensi Organisasi: • sistem organisasi administrasi negara harus mampu mewujudkan format dan desain
kelembagaan pemerintah negara yang sesuai kebutuhan, yaitu sebagai wadah penyelenggaraan unisan pemerintahan
yang merupakan amanah bangsa melalui konstitusi, baik di tingkat pusat maupun pemerintahan daerah. Khusus di
tingkat daerah, kelembagaan tersebut harus mampu menjamin efektivitas pelaksanaan kebijakan desentrasi
penyelenggaraan pemerintah yang dijiwai oleh persatuan bangsa Dalam wadah NKRI.

B. Dimensi Manajemen
● Pengembangan dimensi ini meliputi manajemen kebijakan publik, manajemen PNS. manajemen keuangan
negara, manajemen pelayanan, manajemen pelayanan,manajemen hukum, serta pengawasan akuntabilitas dengan
didukung teknologiinformasi dan komunikasi yang berlandaskan prinsip-prinsip good governance yang bermuara
pada pelayanan publik yang prima.

● Manajemen PNS dikembangkan dalam rangka membina, memelihara dan mengembangkan kapasitas, serta
kesejahteraan PNS sebagai pelayan masyarakat.

3. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

A. Asal-Usul dan Definisi Akuntabilitas

● Sejarah akuntabilitas sudah dimulai sejak zaman Mesopotamia tahun 4000 SM, dikenal dengan adanya hukum
Hammurabi yang mewajibkan raja mempertanggungjawabkan segala tindaka a tindakannya kepada pihak yang
memberi wewenang atau wangsit kepadanya.

● Akuntabilitas dalam pengertian yang lebih luas, menyangkut pengertian pelayanan pada publik dalam hal ini
berarti yang menjadi konsumen pertanggungjawaban pegawai pemerintah kepada publik pelayanannya.

B. Akuntabilitas dan Good Governance

● Mewujudkan good governance dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan (alignment) peran-peran kekuasaan
yang dimainkan oleh setiap unsur yang ada dalam governance: state, private sectors dan society.

● State memainkan peran untuk menciptakan lingkungan politik dan hukum private: sectors yang kondusif bagi
unsur lain dalam governance; menciptakan lapangan kerja dan pendapatan; society mempunyai kompetensi untuk
memasuki lapangan kerja danmempunyai pendapatan (income) sehingga dapat berperan menciptakan interaksi
sosial. ekonomi dan n politik secara dinamis, konstruktif dan bermanfaat.

● Hubungan yang sinergis dan dinamis di antara ketiga unsur tersebut akan tercipta jikamasing-masing institusi
mampu menciptakan akuntabilitas kinerjanya.

C. Fungsi Pertanggungjawaban

✓ Selain untuk mengomunikasikan hasil-hasil yang telah dicapai atau tugas pokok dan fungsi suatu organisasi,
juga untuk mengurangi kesenjangan informasi yang terjadi antara pihak pelaksana dengan pihak yang menugaskan.
Merupakan perwujudan semangat pemerintah untuk bersikap transparan dengan mengungkapkan pelaksanaan
kepercayaan yang diterimanya.

D. Tujuan Pertanggungjawaban

1. Memotivasi ind lu/organisasi untuk mencapai kinerja yang tinggi dengan menyampaikan informasi tentang
tingkat efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya:

2. Menilai kekuatan dan kelemahan organisasi:

3. Mengetahui posisi pencapaian kinerja organisasi;

4. Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang:

5. Menjadikan organisasi lebih transparan;

6. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi organisasi;

7. Mendorong tercapainya good governance.

E. Jenis dan Bentuk Akuntabilitas

1. Akuntabilitas manajerial (internal): yaitu pertanggungjawaban instansi bawahan kepada pimpinan (manajemen):

2. Akuntabilitas publik, yaitu akuntabilitas instansi pemerintah kepada publik yang dilayani. Pertanggungjawaban
dapat berbentuk lisan maupun tertulis.

F. Akuntabilitas Eksekutif

Pertanggungjawaban kepala pemerintahan (eksekutif) dalam sistem demokrasi perwakilan yang dianut banyak
negara, pada umumnya dilakukan melalui media pelaporan pertanggungjawaban pihak eksekutif pemerintahan di
hadapan lembaga perwakilan rakyat (legislatif). Dalam sistem administrasi Negara pada hakikatnya merupakan
kewajiban mematuhi asas-asas umum pemerintahan sebagaimana tertuang dalam pasal 3 UU No 28 tahun 1999
yang meliputi :

1. Asas kepastian hukum.

2. Asas tertib penyelenggaraan negara


3. Asas kepentingan umum

4. Asas keterbukaan

5. Asas profesionalitas

6. Asas akuntabilitas , Keseluruhan asas-asas dimaksud merupakan perwujudan penerapan kepemerintahan yang
baik bersih dan bebas KKN dalam sistem administrasi negara.

MODUL 9 : APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN


PEMERINTAHAN

E-Gov mulai diperkenalkan mulai menjelang abad ke-20, dekade akhir 1990-an di negara negara industri maju.
Pada lembaga pemerintah, aplikasi teknologi merupakan upaya untuk merevitalisasi pelaksanaan tupoksi adm
publik dalam pengelolaan kebijakan ataupun pemberian pelayanan sebagai respons terhadap perubahan lingkungan
yang menuntut adanya adm publik yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel.

A. Pengertian. Kegunaan dan Perkembangan E-Government

1. Pengertian E-Government

a. Program pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan berbasis elektronik
serta melakukan transformasi guna memfasilitasi kegiatan masyarakat dan kalangan bisnis untuk mewujudkan
perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge-based economy).

b. Penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan pemerintah dan pihak-pihak lain.

c. Penggunaan teknologi berdasarkan web (jaringan), komunikasi internet, dan dalam beberapa kasus merupakan
aplikasi interkoneksi untuk memfasilitasi informasi pemerintah kepada penduduk, dunia usaha, pencari kerja, dan
pemerintah lain, baik institusional maupun antarnegara. Selain itu juga untuk meningkatkan efisiensi. efektivitas,
dan kinerja dan proses pelaksanaan layanan dan tupoksinya.

2. Kegunaan dan Peran

Pelayanan servis yang lebih baik kepada masyarakat, meminimalisir kontak fisik
antara petugas dan masyarakat:

✓ Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan masyarakat umum dengan adanya keterbukaan.

✓ Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.

✓ Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efisien.

✓ Penyelenggaraan pemerintahan lebih bertanggung jawab (accountable) dan transparan kepada masyarakat.

3. Perkembangan E-Government

Dalam aplikasinya, ada dua sisi penting e-gov yang harus diperhatikan, yakni:

a. Kepentingan publik (front-end):website, display, interaktif dan transaksi on-line.

b. Kepentingan manajemen (back end): bagaimana mengefektifkan proses internal individu instansi, proses internal
antar instansi dan manajemen publiknya.

Secara paradigmatik, ada dua jenis layanan yang operasionalisasinya bisa menggunakan e-gov, yakni:

a. Layanan wajib: layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup bermasyarakat. mestinya tidak dipungut biaya,
ex. surat meninggal, KTP, dll.

b. Layanan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (opsional): diperlukan biaya yang sesuai.ex. paspor,
pendirian badan hukum, STNK, SIM, izin usaha.biaya yang sesuai.ex. paspor, pendirian badan hukum, STNK,
SIM. izin usaha.

✓ Contoh komunitas yang sukses menerapkan e-gov adalah Uni Eropa: memiliki official website yang modern
sehingga masyarakat dapat mengakses informasi terbaru dan kebijakan serta dasar hukum kebijakan pemerintah,
dapat berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan melalui fasilitas chatting (www. Europe, eu. int),
dapat melamar pekerjaan, magang di institusi, dsb.

✓ Contoh best practise. Belanda, adm bea cukai on-line; Inggris, administrasi dan pembaruan paspor on-line:
Prancis, pembayaran kembali biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan oleh perusahaan asuransi on-line:
Bonn (Jerman), informasi dan pendaftaran TK on-line.

✓ Tantangan e-gov di Indonesia: kultur berbagi masih rendah, kultur mendokumentasi belum lazim, langkanya
SDM yang handal, infrastruktur belum memadai, tempat akses terbatas.

✓ Pelunya membudayakan e-government is not just about technology but change of culture
B. Revitalisasi Manajemen Pemerintahan

✓ Upaya untuk mendorong tingkat efektivitas pengelolaan informasi menjadi titik sentraldalam kepentingan
pengambilan keputusan adalah dengan memakai konsep aplikasi komputer yaitu sistem pendukung keputusan
(decision supporting system)

✓ Tujuan aplikasi SPK adalah membantu pimpinan membuat keputusan guna memecahkan masalah semi struktur,
mendukung manajemen tapi bukan menggantikannya, meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.

✓ Tiga prinsip dasar sistem SPK struktur masalah, dukungan keputusan, efektivitas keputusan.

1. Pengelolaan Kebijakan

✓ Akibat dari perubahan mendasar pada reformasi 1998. maka semakin banyak pihak yang dapat atau ingin
terlibat dalam proses pengambilan keputusan yang memang semakin terbuka a lebar.

✓ Terjadinya pergeseran dari eksekutif ke legislatif sering dengan proses demokratisasi. DPR, masyarakat sipil,
LSM, media masa, stakeholders. pengamat politik semakin aktif dan kritis terhadap masalah pemerintah.
Pemerintah harus lebih responsif.

✓ E-Gov harus dapat menjadi wahana yang efektif bagi akurasi pengambilan keputusan, dengan 6 titik tolak:
akurasi, kecepatan, nasional nasional, internasional. daerah, antara pusat dan daerah.

✓ Dalam e-gov, pembagian hierarki, geografi maupun administratif sudah tidak ada lagi. Sepanjang semua sudah
terkoreksi secara logis maka dengan siapa pun dan di mana pun komunikasi dapat dilakukan.

2. Pelayanan Informasi

✓ Dalam konsep e-gov, paradigma pelayanan harus berubah total: impersonalitas dan keserentakan berlakuannya.

✓ Pelayanan informasi dalam e-gov prinsipnya bahwa sebelum dielektronikan maka sesuatunya telah distandarkan
secara manual, termasuk keterlibatan pihak ketiga.
✓ E-Gov dibangun tidak semata-mata untuk mengejar citra agar tercipta suatu mekanisme elektronis. Harus ada
sesuatu yang lebih dulu ada, telah lama distandarisasi, berlaku rutin, berulang, frekuentif. Ada tuntutan agar
pelayanan lebih efisien, lebih efektif, lebih murah, lebih baik, lebih cepat, lebih nyaman.

3. Pelayanan Publik

✓ Konsep pelayanan tidak selalu harus dikaitkan dengan pemberian layanan langsung kepada pengguna jasa
(front-end), tetapi juga di salam internal pemberi jasa itu sendiri (back-end).

✓ E-Gov harus lebih banyak memberi atensi pada front-end karena memang esensi pemerintah adalah untuk, tanpa
mengabaikan kepentingan internalnya, dalam rangka memberikan pelayanan terbaik.

✓ E-Gov tercipta utamanya adalah terjalin suatu hubungan antara pemerintah dengan warga negara, dapat
dilakukan dengan teknik: a) talking to citizen: b) listening to citizen: c) improving public service.

✓ Dalam perspektif publik, tidak dikenal institusi x atau y. tapi yang ada adalah pemerintah. Untuk itu diperlukan
kesiapan SDM. peralatan. kebijakan dan manajerial di institusi-institusi pemberi pelayanan secara keseluruhan.
Diperlukan juga kepemimpinan yang visioner dan komitmen top manajemen.

C. Pengembangan E-Government di Indonesia

✓ Contoh inisiatif implementasi e-gov di Indonesia:a) penayangan hasil pemilu 2004; b) RI Net: c)
www.indonesia.go.id; d) Sistem Informasi di Kementerian/LPNK: d) Internet di Pemda-pemda

✓ Enam strategi untuk mencapai tujuan strategis e-gov:

1. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta terjangkau masyarakat luas;

2. Menata sistem dan proses kerja pemerintah dan pemda secara holistik,

3. Memanfaatkan TI secara optimal;

4. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri telekomunikasidan TI:
5. Mengembangkan kapasitas SDM baik Pemerintah Pusat maupun Pemda Otonom, disertai dengan meningkatkan
e-literacy masyarakat

6. Melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui tahapan yang realitas dan terukur

✓ Pengalokasian anggaran untuk pengembangan e-gov harus dilakukan secara berhati-hati dan bertanggung jawab
sehingga menghasilkan daya ungkit yang kuat bagi pembentukantata pamong yang baik.

KEBIJAKAN PUBLIK

Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan Publik

Setiap masalah kebijakan memiliki karakteristik nya sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang
lain hal ini harus disadari oleh perumus kebijakan agar mereka mampu merumuskan masalah kebijakan
dengan baik dan benar, misalnya menyatakan dengan tegas bahwa dia bila kita ingin berhasil dalam
mengatasi masalah maka kita perlu mendapatkan solusi yang benar atas masalah yang telah
diidentifikasikan dengan benar pula. Oleh karena itu maka kita perlu mencermati karakteristik setiap
masalah agar dapat kita definisikan masalahnya dengan benar dan kemudian kita temukan solusi yang
benar pula dunia misalnya menyebutkan adanya 4 karakter masalah kebijakan :
1 saling ketergantungan masalah
2 subjektif
3 artifisial atau buatan manusia dan
4 dinamis
ke empat karakteristik tersebut di atas tidak terpisah satu sama lain tetapi saling terkait oleh karena itu
perumus kebijakan perlu menyadari akan hal ini agar ia dapat mendefinisikan masalahnya dengan baik
dan benar perumus kebijakan publik agar mampu melaksanakan proses perumusan masalah kebijakan
publik dengan baik, maka selain harus memahami dengan baik karakteristik masing-masing masalahnya
juga perlu memahami jenis pendekatan yang tepat yang akan dipakai sebagaimana misalnya yang
dianjurkan oleh Hoogwood dan gun.

Jones (1977) menanamkan situasi atau kondisi sebagaimana disebut oleh Anderson di atas sebagai
peristiwa. Peristiwa itu menurut konsepsi Jones adalah sebagai Aktivitas manusia dan alam yang
dipersepsi memiliki konsekuensi terhadap kehidupan social atau masyarakat. Dari kalimat diatas sudah
mulai Nampak tanda-tanda betapa sulitnya merumuskan masalah kebijakan tersebut. Sebagaimana juga
telah dijelaskan sebelumnya bahwa bidang atau wilayahdan ruang lingkup masalah kebijakan sangat
beragam dan terdapat level pemerintahan manapun.
Kebijakan kebijakan strategi isu Mayor atau besar adalah masalah-masalah yang secara tipikal
dikemukakan pada level yang tertinggi yang berada pada atau dalam Yurdis sedikitnya pemerintahan
Federal negara bagian dan lokal itu Mayor ini mencakup masalah-masalah misi organisasi pemerintahan
yang berkenaan dengan tupoksi yang utama organisasi pemerintahan misalnya tupoksi Kementerian
Kesehatan pendidikan dan kesejahteraan untuk mengatasi masalah penyebab munculnya kemiskinan.

Isu sekunder adalah masalah-masalah yang terletak pada program-program yang ada di tingkat Federal
negara bagian dan lokal misalnya penetapan prioritas program kelompok sasaran dan mereka yang bakar
menerima manfaat dari adanya program tersebut itu fungsional adalah masalah-masalah yang ada pada
program dan proyek misalnya masalah anggaran atau budget keuangan pengadaan barang dan sebagainya.

Isu minor atau kecil adalah masalah-masalah yang sering dijumpai pada level proyek-proyek yang
spesifik seperti misalnya masalah kepegawaian penetapan staf gaji tambahan pegawai waktu libur jam
kerja produser kerja ataupun aturan kerja dan sebagainya selain itu juga membedakan tiga klasifikasi
masalah kebijakan yaitu, masalah yang terstruktur dengan baik 2 masalah yang agak terstruktur 3 masalah
yang tidak jelas strukturnya.
Proses perumusan masalah kebijakan adalah sebuah proses yang dinamis artinya dalam hal tertentu
pemerintahlah yang berperan merumuskan masalah pada situasi ketika masyarakat merasa tidak mampu
menerjemahkan masalahnya sendiri, pemerintah merasa memiliki amanah untuk melakukannya.

Pandangan Hoogwood dan gun tentang beberapa pendekatan dalam mendefinisikan masalah berikut ini
dapat memberikan arahan kepada perumus kebijakan untuk bisa mengidentifikasikan masalah kebijakan
dengan baik yang pertama adalah:
1. Siapa yang mengatakan kita mempunyai masalah, Mengapa?
2 Apakah hal itu benar-benar masalah?
3 Apakah ada kesepakatan atau persetujuan tentang masalah tersebut ?
4 Apakah Mengidentifikasikan masalah itu bisa dilakukan dengan cepat atau segera ?
5 Apakah mereka yang sedang Mengidentifikasikan masalah itu memiliki suatu frame kebijakan
khusus tertentu ?
6 Apakah ada alternatif kerangka kebijakan yang lain ?
7 Bagaimanakah tingkat agregat prestasi atau pengelompokan masalahnya ?
8 Apakah telah dipahami adanya struktur sebab akibat dari suatu masalah ?
9 Dapatkah implikasi masalah ?
10 kapan dan bagaimanakah masalah itu akan ditinjau kembali?

Menyusun Agenda Kebijakan

Agenda kebijakan berisi tuntutan agar pemerintah memberikan perhatian yang aktif dan serius terhadap
masalah yang dihadapi masyarakat, dan kemudian mengatasinya terdapat sejumlah besar masalah di
masyarakat ada yang mendapat perhatian yang serius dan aktif dari pemerintah,
kemudian didefinisikan diperjuangkan masuk menjadi agenda kebijakan dan selanjutnya dipakai untuk
mengatasi masalah yang sudah didefinisikan tadi akan tetapi ada banyak pula masalah yang tidak
mendapat perhatian yang aktif dan serius dari pemerintah tersisihkan dan kalah bersaing dengan masalah
lain dan kemudian mati.

Cobb and Elder menjelaskan adanya 4 tingkat agenda, mulai dari yang terbesar adalah agenda Universe,
kemudian agenda sistematik, agenda institusional dan agenda kebijakan yang sudah siap dipakai untuk
mengatasi masalah. Sedangkan Lester dan Stewart menjelaskan adanya beberapa jenis isu yang berbeda
pada agenda sistematik maupun agenda institusional yaitu isu subjek, isu kebijakan, isu proyek, isu baru,
isu siklikal, dan isu yang muncul kembali.

Memformulasi Kebijakan

Proses formulasi kebijakan publik mempunyai korelasi dan kaitan yang kuat dengan proses-proses
kebijakan yang lainnya, seperti yang telah diuraikan pada bagian bagian sebelumnya inti kegiatan
memformulasikan kebijakan publik adalah proses memilah dan memilih alternatif solusi masalah dari
sekian banyak alternatif yang saling bersaing seiring dengan dinamika dan perkembangan kebutuhan
manusia, untuk meningkatkan kualitas hidupnya maka jenis dan kualitas masalah yang ada dalam
masyarakat juga semakin beragam dan tinggi. Hal ini juga ikut berpengaruh dengan pendekatan yang
dipakai untuk merumuskan kebijakan publik para pakar kebijakan publik seperti Simmons dan Dvorin
mengategorikan lima macam model perumusan kebijakan public, yang pertama yaitu model deskriptif
perspektif eksplanatoris normatif dan evaluatif masing-masing memiliki karakteristiknya sendiri ada pula
pakar yang membagi model perumusan kebijakan publik hanya menjadi tiga macam yaitu model rasional,
inkremental dan system, ketiga model ini banyak diteliti dan dimanfaatkan oleh para praktisi kebijakan
publik

Mengimplementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah salah satu bagian dari proses kebijakan setelah kebijakan berhasil
dirumuskan dengan baik. Ini adalah proses yang sulit dan kompleks. Oleh karena itu, kita perlu mengenal
karakteristik utama implementasi kebijakan, model implementasi, syarat syarat implementasi yang efektif,
instrumen kebijakan yang aka dipakai, aktor pelaksana, dan sebagainya.

Brinkerhoff dan Crosby mengidentifikasi 4 (empat) karakteristik implementasi kebijakan, yakni tidak
linier, banyak agensi yang terlibat, ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan, dan kebijak'an baru
kekurangan anggaran. Model implementasi yang diaplikasikan, yaitu model kegagalan, atas-bawah,
bawah-atas, dan sinergi atau hibrida atau model lainnya seperti model komando atau model ekonomi-
politik. Jenis dan karakter serta kualifikasi aktor pelaksana kebijakan juga sangat penting, yaitu apakah
mereka memiliki komitmen yang kuat, keinginan, dan profesionalisme yang memadai untuk
melaksanakan kebijakan secara berhasil. Keberhasilan implementasi kebijakan juga ikut ditentukan oleh
pilihan instrutmen kebijakan yang hendak dipakai untuk mengimplementasikan kebijakan. baik
instrumen wajib, sukarela ataupun instrumen campuran wajib dan sukarela.

Mengevaluasi Hasil dan Dampak Kebijakan

Evaluasi kebijakan yaitu proses untuk menilai kinerja kebijakan adalah juga merupakan salah Satu bagian
dari proses kebijakan yang sangat penting. Pandangan lama melihat aktivitas menilai kebijakan hanya
dilakukan pada bagian akhir proses pelaksanaan kebijakan, tetapi kemudian pandangan tersebut berubah
di mana seluruh proses kebijakan yaitu:

formulasi, implementasi, dan evaluasi perlu juga dinilai untuk mengetahui kinerjanya.
Banyak arti atau definisi evaluasi kebijakan yang telah diberikan oleh para pakar, mulai dari yang singkat
atau sederhana, misalnya dari Dye "Evaluasi kebijakan adalah proses pembelajaran tentang konsekuensi
kebijakan publik" sampai dengan yang panjang dan kompleks, misalnya dari Weiss: "Evaluasi program
atau kebijakan adalah penilaian secara sistematis terhadap pelaksanaan dan atau dampak
program/kebijakan dibandingkan dengan sejumlah standar penilaian baik yang eksplisit maupun implisit
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu program atau kebijakan". Sehubungan dengan itu terdapat
setidaknya 3 (tiga) macam pendekatan evaluasi kebijakan, yaitu pendekatan deskriptif, normatif, dan
dampak. Selain itu, ada 3 (tiga) tipologi kebijakan, yaitu evaluasi formulasi , implementasi, dan dampak
kebijakan. Semua jenis evaluasi tujuannya adalah untuk menilai kinerja proses kebijakan.
PENGEMBANGAN ORGANISASI

Modul 2 : Diagnosis Organisasi


Untuk mengetahui faktor penyebab secara akurat diperlukan analisis yang tepat. Analisis ini dapat
dilakukan melalui diagnosis. Mendiagnosis organisasi merupakan salah satu komponen utama dalam
melakukan perencanaan perubahan. Diagnosis adalah proses untuk mengerti suatu fungsi dari arus sistem,
yang pada kegiatan tersebut melibatkan pengumpulan informasi besangkutan tentang operasi organisasi
yang sedang berjalan, meneliti data tersebut, dan menggambarkan penarikan kesimpulan untuk
peningkatan dan perubahan yang potensial. Hasil diagnosis yang efektif menyediakan pengetahuan yang
sistematis bagi organisasi untuk mendesain intervensi yang sesuai. Banyak organisasi-organisasi lainnya
dalam melakukan pengembangan dan perubahan organisasi tidak melakukan diagnosis organisasi secara
benar, sehingga menyebabkan keterhambatan dalam proses perubahan dan perkembangan. Apapun
bentuk dari perubahan yang dilakukan oleh organisasi, baik itu secara Radical Change ataupun
Incremental change, kebutuhan akan mendiagnosis organisasi perlu untuk merencanakan langkah
selanjutnya yang lebih strategis. Diagnosis adalah suatu proses mengerti bagaimana fungsi organisasi saat
ini dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk mendesaian intervensi perubahan.
Hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan diagnosis organisasi, agar adanya suatu kesuksesan
dalam melakukan diagnosis, serta mendapatkan hasil yang optimal dalam melakukan perubahan dan
pengembangan. Pertama, nilai dan kepercayaan etis yang mendasari pengembangan organisasi
menyatakan bahwa anggota organisasi seluruhnya dan agen perubahan harus dilibatkan dalam
menemukan faktor penentu dari efektivitas organisasi sekarang. Dengan cara yang sama, kedua-duanya
harus dilibatkan dengan aktif di dalam mengembangkan intervensi yang sesuai dan menerapkannya.
Kedua, model diagnosis media juga menyiratkan sesuatu yang salah dengan pasien dan membutuhkan
sesuatu untuk membongkar penyebab penyakit. Dalam kasus ini dimana organisasi mempunyai masalah
spesifik, diagnosis dapat mengorientasikan masalah, mencari pertimbangan untuk masalah. Sondang P.
Siagian menyatakan diagnosis merupakan sarana untuk menemukan sumber penyakit yang diderita dan
tidak hanya mengenali gejala-gejala yang segera tampak. Dalam kaitannya dengan kegiatan diagnosis
sondang P. Siagian menyatakan diagnosis terhadap suatu permasalahan menuntut pendekatan yang
sistematis yang meliputi seluruh proses yang terjadi dalam pengelolaan organisasi.

Di dalam melakukan diagnosis terhadap permasalahan suatu organisasi dituntut suatu pendekatan yang
sistematis. Hal ini ditujukan agar diketahui secara jelas percobaan apa yang akan dipecahkan dan strategi
apa yang akan digunakan untuk memecahkannya. Pendekatan yang sistematis dapat dilakukan dengan
menggunakan suatu model yang merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya.

Segala informasi yang diperoleh dalam proses diagnosis harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu
yaitu melalui analisis data. Kegiatan penganalisian data ini akan melibatkan konsultan dan klien secara
bersama-sama. Analisis terhadap data akan menghasilkan identifikasi terhadap permasalahan, dan temuan
terhadap hubungan kausal yang bersifar kritis. Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis adalah :
mengidentifikasi wilayah permasalahan sementara, mengumpulkan data, analisis data, umpan balik data,
mengidentifikasi wilayah permasalahan yang dianggap menjadi sumber, memotivasi klien menyelesaikan
masalah, mendiagnosis permasalahan yang telah ditemukan dan mencarikan jalan keluar untuk
menentukan perubahan.

Modul 4 : Intervensi Organisasi

Moekiyat (1986) menyatakan istilah intervensi menunjukkan serangkaian kegiatan programmatic


terencana yang di dalamnya klien dan konsultan mengambil bagian selama berjalannya program
pengembangan organisasi. Kegiatan-kagiatan tersebut dimaksudkan dalam rangka menata dan
memperbaiki kembali fungsi organisasi dengan memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk
bekerja dalam tim ataupun mereka mengelola suatu tim serta memelihara (sustainable) organisasi agar
tetap berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan organisasi.

Dalam merencanakan kegiatan intervensi yang perlu mendapat perhatian adalah kesiapan klien untuk
melakukan perubahan, kepastian bahwa perubahan tersebut masih dalam batas kekuasaan dan
kewenangan organisasi, kesiapan sumber-sumber internal untuk membantu mengatur, memonitor, dan
memelihara proses perubahan. 3 pendekatan dalam proses intervensi tersbut adalah pendekatan yang
bersifat struktural, teknikal, dan pendekatan yang bersifat perilaku atau yang terfokus pada aspek
manusia. perubahan dengan bantuk intevensi struktural tersebut mencakup :

1. Restrukturisasi organisasi atau reorganisasi


2. Penerapan sistem imbalan yang baru
3. Perubahan yang menyangkut kultur organisasi.

Ada 4 macam teknik intervensi dalam mengelola perubahan di dalam suatu kelompok/antarkelompok,
dalam rangka pengembangan keorganisasian, yaitu (1) pembinaan tim(team budding), (2) pengembangan
hubungan antarkelompok (intergroup training), (3) pertemuan konfrontasi keorganisasian (organizational
confrontation meeting), (4) pencerminan organisasi (organiational mirroring).

Tujuan pembinaan tim adalah dapat menciptakan tingkat dan intensitas interaksi yang tinggi di
antara para anggota kelompok yang diikuti dengan terjaganya suasana saling mempercayai dan sifat
saling terbuka. Apa yang menjadi fokus perhatian dari pembinaan tim tergantung dari sasaran dan tujuan
yang ingin dicapai serta persepsi tentang masalah yang dihadapi dan harus diselesaikan oleh kelompok
tersebut. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam rangka pengembangan kerja sama kelompok
adalah pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan masalah dapat dilaksanakan dengan cara masing-
masing kelompok kerja membuat suatu daftar yang menggambarkan pandangan serta persepsi kelompok
terhadap kinerja dirinya sendiri, persepsi kelompok tentang kelompok lain dan anggapan kelompok
tersebut mengenai persepsi kelompok-kelompok lain mengenai kelompok tersebut. Salah satu tujuan dari
pengembangan kerja sama antarkelompok adalah dimaksudkan untuk mengubah sikap dan persepsi yang
ada dalam suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain dalam organisasi. Koordinasi merupakan
aspek yang penting dalam suatu organisasi karena apabila suatu kelompok atau unit kerja yang karena
memandang atau mempersepsikan secara keliru mengenai kelompok lain akan dapat menghambat
kegiatan organisasi secara keseluruhan.

Modul 7 : Teknologi dan Struktur Kerja

Perkembangan teknologi berpengaruh signifikan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Betapa tidak,
bila selama ini pekerjaan kantor dikerjakan secara manual, dengan majunya teknologi, pekerjaan-
pekerjaan kantor dapat dikerjakan secara elektronis. Tentunya hasilnya akan berbeda dengan pekerjaan
yang dikerjakan dengan cara manual. Pekerjaan yang dikerjakan secara manual akan menghabiskan waktu
yang lama dan boros tenaga. Sementara itu apabila dikerjakan secara elektronis, hasilnya akan sempurna
serta efisiensi dari segi waktu dan tenaga.

Akibat pesatnya perkembangan teknologi, saat ini banyak organisasi baik organisasi publik, privat
maupun nirlaba berlomba-lomba mengadaptasi organisasinya dengan teknologi perkantoran terkini. Mulai
dari teknologi yang menggunakan kabel maupun nirkabel. Teknologi kabel maksudnya jenis teknologi
yang menggunakan kabel untuk mengoperasikannya, sementara teknologi nirkabel adalah jenis teknologi
yang tidak menggantungkan pada kabel untuk mengoperasikannya sehingga memiliki mobilitas tinggi,
dan dapat digunakan di mana saja. Di sinilah pentingnya mengidentifikasikan jenis-jenis teknologi yang
berguna dalam pencapaian tujuan organisasi. Tanpa teknologi, pencapaian tujuan organisasi akan
terhambat oleh kendala operasionalisasi pekerjaan sehari-hari.

MANFAAT TEKNOLOGI DALAM ORGANISASI

Manfaat yang paling nyata dengan hadirnya teknologi dalam organisasi adalah keberadaan teknologi
komputer. Secara sederhana komputer mampu menggeser keberadaan mesin tik (manual dan elektrik)
yang lebih dulu dikenal. Meski baru populer pada era 1980-an di Indonesia, sejumlah organisasi telah
berlomba-lomba menggunakan teknologi komputer terkini dengan spesifikasi yang semakin lengkap dan
sempurna. Pada organisasi besar, teknologi komputer digunakan bersamaan dengan otomatisasi.
Otomatisasi adalah tahap terkini dari suatu trend jangka panjang ke arah sistem teknik yang lebih
kompleks dan canggih untuk menghasilkan barang-barang. Fungsi komputer telah sampai pada proses
produksi barang barang secara terpadu. Akibat otomatisasi tersebut, komputer mampu mengendalikan
mesin-mesin dengan nomor-nomor, robot industrial dan sistem manufaktur yang lebih fleksibel.

Komputer dapat memprogram untuk melakukan berbagai operasi industri pada berbagai unit-unit
secara terpadu. CAM (computer-aided manufacturing/fabrikasi yang dibantu komputer) adalah
penggabungan mesin-mesin yang berbasis komputer. CAD (computer-aided design/rancangan bantuan
komputer) adalah contoh lain dari teknologi elektronika modern yang diterapkan pada proses produksi.
Kegunaannya, dapat meningkatkan efisiensi dan keunggulan desain produk. Teknologi komputer
merupakan sarana vital dalam operasi dan koordinasi, seperti pengawasan inventaris, pengawasan kualitas
barang, perencanaan produksi, dan sistem pemantauan. Komputer telah dipakai secara luas dalam
melakukan perancangan dan desain produk. Komputer sangat berperan dalam sistem produksi, seperti
pembelian, pengawasan inventaris, penjadwalan produksi hingga pengawasan kualitas dan distribusi
barang produksi.

Penggunaan teknologi komputer ternyata sangat berguna baik di dalam kantor maupun di dalam
pabrik. Dalam kantor, sistem arsip internal organisasi seperti gaji pegawai, pangkat dan rekam jejak
pegawai, telah dikomputerisasi. Organisasi yang mengandalkan produk jasa, seperti bank, perusahaan
asuransi, perusahaan kredit, perusahaan telekomunikasi dan organisasi sejenisnya telah menggunakan
komputer sebagai basis penyimpanan data klien perusahaan. Hal ini terjadi karena komputer
memungkinkan penyimpanan data yang sangat besar. Kegunaan sistem komputerisasi adalah kemudahan
dalam pencarian kembali data-data yang telah disimpan bila diperlukan kembali. Dengan demikian,
fungsi utama komputer sebagai alat pengumpul, penyimpan, penyortir dan penyampai data.
Perkembangan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang pesat telah membuat semakin
canggih dan mudah dalam pengambilan keputusan organisasi.

MODUL 8 : Konsep Teknostruktur Organisasi


Pengertian Struktur Organsiasi

Menurut Lubis & Huseini (1987), struktur organisasi adalah bentuk organisasi secara keseluruhan
yang merupakan gambaran mengenai kesatuan dari berbagai segmen organisasi, yang masing-masing
dipengaruhi oleh salah satu dari faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang
digunakan dan sasaran yang hendak dicapai. Struktur organisasi merupakan bentuk organisasi yang
dirancang dengan memperhatikan akibat dari pengaruh keseluruhan faktor-faktor tersebut di atas secara
bersama. Menurut John Child, terdapat empat komponen dasar yang merupakan kerangka dalam
memberikan definisi dari struktur organisasi, yakni:

1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas tugas serta tanggungjawab
kepada individu maupun bagian-bagian pada suatu organisasi.

2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan pelaporan yang ditetapkan secara resmi
dalam suatu organisasi. Tercakup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyaknya tingkatan hierarki
serta besarnya rentang kendali dari semua pimpinan di seluruh tingkatan dalam organisasi.

3. Struktur organisasi menetapkan pengelompokan individu menjadi bagian dari organisasi dan
pengelompokan bagian-bagian tersebut menjadi bagian suatu organisasi yang utuh.

Komponen-komponen dasar struktur organisasi menurut Child ada empat. Tiga komponen pertama
dari definisi merupakan elemen-elemen yang bersifat statis, sedang komponen keempat elemen yang
bersifat dinamis. Ada dua bentuk/model struktur organisasi yakni struktur fungsional dan struktur produk.
Dua bentuk dasar organisasi yaitu struktur fungsional dan struktur produk kadang-kadang terpaksa
disesuaikan bentuknya karena tuntutan dari lingkungan. Dikenal dua macam bentuk penyesuaian yaitu
struktur geografis dan struktur campuran (hibrida) dengan karakteristik masing masing.

PELIBATAN STAF DALAM MANAJEMEN

Pengertian staf dan manajemen

Pengertian staf selalu mengacu pada adanya beberapa orang pegawai yang memiliki seperangkat
aturan kerja dan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Sedang manajemen adalah inti dari
administrasi. Administrasi sendiri sering diartikan sebagai adanya kerjasama antara dua orang atau lebih
untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau ketrampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain
(Sondang P. Siagian).

Apabila dilihat dari segi fungsional administrasi mempunyai dua tugas utama, yakni: pertama,
menentukan tujuan menyeluruh yang hendak dicapai (organizational goal); kedua, menentukan kebijakan-
kebijakan umum yang mengikat seluruh organisasi (general and overall policies). Sebaliknya manajemen
pada hakikatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
rangka pencapaian tujuan dalam batas-batas kebijakan umum yang telah ditentukan pada tingkat
administrasi. Jelas hal ini tidak berarti bahwa manajemen tidak boleh menentukan tujuan, akan tetapi
tujuan yang ditentukan pada tingkat manajemen hanya boleh bersifat departemental atau sektoral.
Sekaligus hal ini (di bidang penentuan kebijakan) tidak pula berarti bahwa pada tingkat manajemen tidak
ada proses penentuan kebijakan. Hanya saja kebijakan yang ditentukan pada tingkat manajemen hanya
boleh bersifat khusus. Sedang pengertian manajemen organisasi menurut Suit & Almasdi adalah suatu
upaya mendayagunakan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya modal maupun teknologi
yang ada untuk mewujudkan suatu tujuan yang telah diprogramkan. Tanpa manajemen, semua daya yang
tersedia tersebut akan menjadi sia-sia begitu saja. Program hanya berfungsi sebagai penunjang
manajemen.

Manajemen berfungsi untuk menggerakkan berbagai kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan,
menata kehidupan serta menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul ke arah yang sesuai dengan
maksud dan tujuan pendirian organisasi. Demikian pula halnya dengan kehidupan individu, diperlukan
manajemen untuk menata perilaku diri agar menjadi manusia seutuhnya yang mampu memimpin diri dan
menyelesaikan berbagai permasalahan menyangkut perilaku kehidupan pribadi. Ada tiga pendekatan
dalam strategi kerja/perancangan kerja yakni pendekatan mekanik, pendekatan faktor manusia, dan
pendekatan motivasi Falsafah Taylor adalah memisahkan secara tegas antara kerja fisik (back work) dan
kerja otak (brain work) yang lebih menekankan pada gagasan bahwa pengumpulan dan analisis data yang
sistematis merupakan cara terbaik untuk mempelajari cara menyelesaikan suatu pekerjaan seefisien
mungkin. Manajer/pimpinan semestinya mengetahui bagaimana agar organisasinya bergerak maju.
Pimpinan harus menyaring berbagai metode untuk pengukuran prestasi. Bermacam-macam alat
pengendalian perlu diketahui sehingga dia mengetahui sejauh mana dia telah mencapai sasaran.
Berdasarkan studi/penelitian ditemukan bahwa pada organisasi yang besar, hubungan teknologi
dengan struktur ternyata bersifat terbatas, juga pengaruh teknologi terhadap struktur lebih terasa pada
bagian dari suatu organisasi ataupun pada organisasi yang ukurannya kecil.

TEORI ORGANISASI

MODUL 3 : Struktur Organisasi

Menurut pandangan kontingensi, desain organisasi yang baik adalah desain yang sesuai dengan karakteristik
lingkungan. Untuk itu, organisasi harus selalu melakukan penyesuaian-penyesuaian agar tetap bisa mengikuti
perubahan lingkungan. Komponen penting dalam desain adalah struktur. Tujuan dari desain tentang struktur adalah
menyediakan perangkat agar tujuan organisasi dapat dicapai dan tuk memenuhi kepentingan stakeholders. Langkah
awal dalam mendesain organisasi adalah menetapkan tujuan organisasi dan kemudian melakukan pembagian kerja
atau diferensiasi. Diferensiasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu diferensiasi spasial, vertikal, dan horizontal.
Diferensiasi menghasilkan bagian bagian organisasi. Bagian-bagian ini agar dapat bekerja dengan baik harus ada
mekanisme integrasinya sehingga setiap bagian yang terpisah dapat dikoordinasikan ke arah pencapaian tujuan.

Konsep dasar lainnya dalam mendesain organisasi adalah pertama, menciptakan keseimbangan antara
diferensiasi dan integrasi. Kedua, menyeimbangkan sentralisasi dan desentralisasi. Ketiga, menyeimbangkan antara
standardisasi dan mutual adjustment. Keempat, mengoordinasikan organisasi formal dan organisasi informal.
Kelima, memilih antara struktur organis dan mekanis. Kelima konsep dasar dalam desain organisasi tersebut pada
dasarnya merupakan suatu pilihan yang dapat dipasang-pasangkan oleh para manajer. Pilihan mana yang akan
ditentukan adalah tergantung dari desain organisasi seperti apa yang diinginkan oleh manajer. Mencocokkan
pilihan-pilihan tersebut dengan kondisi lingkungan adalah merupakan dasar desain organisasi berdasarkan
pendekatan kontingensi. Tujuan organisasi, kepentingan stakeholder, ketersediaan sumber daya dan persepsi para
manajer tentang lingkungan akan menentukan pilihan yang paling tepat menurut manajer.

KEGIATAN BELAJAR 2 : Dasar-dasar dan Pilihan Desain

Sebenarnya, secara umum sangat sulit untuk memetakan konfigurasi struktur yang sekarang ini banyak
digunakan orang. Pertama, konfigurasi terbentuk karena adanya tekanan yang begitu kuat dari lingkungan.
Kemudian, pengambil keputusan berusaha melakukan penyesuaian struktur organisasinya terhadap tekanan
lingkungan. Kedua, ada usaha dari pengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian kondisi internal mereka
dengan kondisi eksternal. Tujuannya adalah untuk mencapai konsistensi antara struktur internal dengan kondisi
eksternalnya. Usaha ini dilakukan terus menerus sampai tercapai suatu keseimbangan. Ketiga, ada kecenderungan
sebagian pengambil keputusan untuk mengikuti mode. Keputusan untuk menerapkan struktur organisasi
disesuaikan dengan arus utama (mainstream) wacana perkembangan teori-teori organisasi dan manajemen. Namun,
tujuan dari ketiga alasan tersebut adalah mencari suatu konfigurasi yang paling efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Salah seorang teoretisi organisasi yang konsepnya tentang konfigurasi struktur
organisasi cukup banyak diikuti adalah Henry Mintzberg yang dituangkan dalam buku yang berjudul Structure In
Fives: Designing Effective Organizations. Mintzberg membagi konfigurasi struktur organisasi menjadi lima, yaitu
struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi profesional, struktur divisional, dan adhocracy.

ELEMEN-ELEMEN UTAMA YANG UMUMNYA ADA DALAM ORGANISASI

Organisasi-organisasi pada umumnya memiliki elemen-elemen seperti berikut.

1. Strategic Apex
Strategic apex, yaitu, bagian yang menduduki posisi tertinggi dalam organisasi. Strategic apex ini bertugas
untuk mendorong pencapaian misi dengan cara-cara yang efektif serta melakukan memiliki kekuasaan
paling tinggi dalam organisasi. pengawasan dan yang Strategic apex bertanggung jawab atas keseluruhan
operasi organisasi. Strategic apex terdiri chief executive officer, dan termasuk juga dalam hal ini sekretaris
direktur, asisten direktur. Orang-orang yang menduduki jabatan dalam strategic apex memiliki tugas:
a. melakukan supervisi langsung;
b. melakukan hubungan dengan lingkungan;
C. mengembangkan strategi organisasi
2. Middle Line
Dengan kewenangan formal yang dimilikinya, middle line (manajer menengah) bertugas untuk
menghubungkan antara operating core dengan strategic apex. Hubungan antara operating core dengan
strategic apex dijembatani oleh middle line melalui hierarki. Tugas middle line adalah mengoperasionalkan
strategi yang telah dibangun dalam level strategic apex untuk disampaikan kepada operating core, dan
sebaliknya ia berkewajiban pula menyampaikan kondisi yang dihadapi oleh operating core kepada strategic
apex. Tugas lainnya adalah menjalin hubungan dengan manajer menengah yang lainnya.

3. Operating Core
Operating core adalah unit operasional terbawah yang langsung berhubungan dengan produksi barang dan
jasa. Tugas operating core adalah:
a. menjamin tersedianya input untuk produksi;
b. memproses input menjadi output; mendistribusikan output;
C. menyediakan layanan untuk menjamin input, pemrosesan, dan layanan purna jual.

4. The Support Staff (Staf Pendukung)


Unit-unit yang memiliki tanggung jawab memberikan dukungan tidak langsung kepada organisasi. Unit-
unit pendukung dapat saja berada di seluruh hierarki organisasi tergantung pada ada tidaknya permintaan
atas jasa-jasa mereka. Unit-unit pendukung ini banyak diisi oleh para spesialis sehingga mekanisme
koordinasi yang sering diterapkan adalah standardisasi keahlian.

5. Teknostruktur
Teknostruktur adalah para analis yang bertanggung jawab untuk melaksanakan standardisasi dalam
organisasi. Dalam melakukan pekerjaannya, teknostruktur menggunakan teknik-teknik analisis pekerjaan.
Mereka melakukan analisis atas pekerjaan-pekerjaan yang ada dalam organisasi dan kemudian
distandardisasi untuk kemudian diterapkan dalam organisasi. Mereka juga bertanggung jawab atas
pelatihan-pelatihan anggota organisasi. Dalam organisasi besar um nya ada tiga jenis analis, yaitu: a. analis
studi kerja (work-study analyst), yang bertugas menganalisis dan menstandarisasi proses kerja; b. analis
perencanaan dan pengendalian (planning and control analyst), yang bertugas menstandarisasi ou put; analis
personel (personnel analyst), yang bertugas menstandardisasi keahlian.
KEGIATAN BELAJAR 3 : Pilihan Desain (Bagian 2)

STRUKTUR DIVISIONAL

Minztberg (1983) menyatakan bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa organisasi fungsional perlu
mengubah strukturnya menjadi divisional. Kelima alasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keanekaragaman Pasar (Market Diversity) Kondisi pasar yang berbeda-beda menuntut penanganan yang berbeda
pula. Keanekaragaman tersebut berupa keanekaragaman barang dan jasa yang dihasilkan, konsumen, dan wilayah.
Keanekaragaman kondisi pasar ini tidak bisa lagi dipecahkan dengan sentralisasi pengambilan keputusan. Dengan
demikian, perlu adanya diversifikasi. Salah satu cara yang lazim digunakan dalam melakukan divisionalisasi adalah
dengan menambah unit/divisi, yang oleh Minztberg diberi nama carbon copy bureaucracy, yaitu memindahkan
begitu saja desain suatu divisi untuk diterapkan pada divisi/region lain. Contoh divisionalisasi dengan model carbon
copy bureaucracy adalah organisasi desa yang seragam di seluruh Indonesia, dan organisasi francise.

2. Sistem Teknis Divisionalisasi hanya mungkin jika sistem teknisnya dapat dipecah pecah dan kemudian dari
bagian-bagiannya merupakan bagian yang saling lepas satu sama lain (otonom). Dengan demikian, tidak terjadi
ketergantungan sistem teknis antara divisi satu dengan lainnya.

3. Lingkungan Ketika setiap segmen organisasi berhadapan dengan lingkungan yang berbeda-beda maka
divisionalisasi adalah jawaban yang paling tepat. Pada awalnya divisionalisasi dilakukan dengan menerapkan
desain birokrasi mesin untuk divisi-divisi yang dibentuknya, namun saat ini konfigurasinya telah berkembang
menjadi konfigurasi yang multidivisional, yaitu masing-masing divisi memiliki struktur yang berbeda tergantung
pada lingkungan yang dihadapinya.

4. Ukuran dan Umur Organisasi

Semakin besar ukuran organisasi, diversifikasi semakin diperlukan. Dengan demikian, diversifikasi mendorong
lahirnya divisionalisasi. Sementara itu, semakin tua umur organisasi biasanya organisasi akan melakukan
intervensi. Intervensi ini akan melahirkan divisionalisasi.

5. Kekuasaan

Umumnya ketika organisasi tumbuh besar maka kantor pusat sudah tidak mampu lagi melakukan kontrol secara
efektif terhadap kinerja departemen-departemennya. Mulailah kantor pusat mendelegasikan kewenangannya kepada
departemen-departemen. Dengan demikian, kekuasaan yang semula dipegang oleh pusat sebagian diserahkan
kepada divisi-divisi (departemen). Dalam sektor publik konsep ini mirip dengan desentralisasi.
Modul 5 : Teknologi

KEGIATAN BELAJAR 1 : Pentingnya Teknologi bagi Organisasi

Stephen P Robbins mendefinisikan bahwa teknologi adalah sistem informasi, peralatan, teknik, dan proses yang
diperlukan untuk mengubah input menjadi output dalam organisasi. Sementara itu Gareth R. Jones mendefinisikan
teknologi sebagai kombinasi dari berbagai keterampilan, pengetahuan, teknik, material, mesin, komputer, dan alat-
alat lain yang digunakan oleh manusia dalam usahanya mengubah bahan mentah menjadi barang atau jasa yang
lebih bernilai. Pada buku lain Richard L Daft mendefinisikan teknologi sebagai berbagai macam peralatan, teknik,
dan tindakan yang digunakan organisasi untuk mengubah input menjadi output. Dari bermacam-macam definisi
tentang teknologi di muka sebenarnya inti dari definisi teknologi adalah semua perangkat lunak dan keras yang
digunakan oleh organisasi untuk mengubah input menjadi output.

Perangkat lunak meliputi pengetahuan, keahlian, metode kerja, dan strategi. Sedangkan perangkat keras,
meliputi mesin-mesin produksi, komputer, dan material. Teknologi amat menentukan struktur organisasi, sebab
teknologi akan memengaruhi prosedur kerja, memengaruhi cara berproduksi, mem pengaruhi budaya organisasi,
dan memengaruhi jumlah tenaga kerja.

KEGIATAN BELAJAR 2 : Para Pengkaji Teknologi

Didasarkan pada tiga yaitu membahas tentang teknologi umumnya pembahasannya alam oleh Woodward,
Perrow, dan Thompson. Ketiganya mewakili paradigma yang berbeda. Woodward memfokuskan penelitiannya
pada teknologi produksi. Perrow memfokuskan pada teknologi pengetahuan. Baik Woodward maupun Perrow
keduanya menyimpulkan bahwa teknologi memengaruhi struktur, sedangkan Thompson berusaha menunjukkan
bahwa teknologi dapat digunakan sebagai instrumen untuk meredam ketidakpastian. Menurut Thompson, teknologi
akan memengaruhi pemilihan strategi dan pengaturan struktur untuk mengurangi ketidakpastian. Berikut adalah
temuan penelitian dari ketiga ahli organisasi tersebut.

Woodward memfokuskan penelitiannya pada teknologi produksi. Perrow memfokuskan pada teknologi
pengetahuan. Baik Woodward maupun Perrow keduanya menyimpulkan bahwa teknologi memengaruhi struktur,
sedangkan Thompson berusaha menunjukkan bahwa teknologi dapat digunakan sebagai instrumen untuk meredam
ketidakpastian. Menurut Thompson, teknologi akan memengaruhi pemilihan strategi dan pengaturan struktur untuk
mengurangi ketidakpastian. Dari penelitiannya, Woodward menyimpulkan bahwa teknologi industri dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu teknologi unit, teknologi massal, dan teknologi proses. Ketiga tipologi teknologi
ini akan memengaruhi karakteristik struktur organisasi. Kelemahan penelitian Woodward adalah tingkat
generalisasi penelitiannya rendah. Perrow mencoba melihat teknologi dari sisi kemungkinan analisis terhadap
pekerjaan untuk dianalisis (task analyzability) dan tingkat keragaman pekerjaan (task variability). Tinggi rendahnya
task analyzability dan task variability akan memengaruhi teknologi yang digunakan. Oleh Perrow, berdasarkan task
analyzability dan task variability teknologi dikelompokkan menjadi empat, yaitu teknologi craft, rutin, non-rutin
dan engineering.

Thompson mencoba melihat bahwa tingkat ketergantungan tugas-tugas yang berbeda dalam organisasi. Tingkat
ketergantungan ini akan memengaruhi teknologi dan struktur organisasi. Menurut Thompson, jika tingkat
ketergantungan antar satuan tugas adalah rendah maka orang-orang dan departemen-departemen akan cenderung
dispesialisasi, sebab mereka dapat bekerja sendiri dan mencapai tujuan organisasi tanpa tergantung pada unit yang
lain. Sebaliknya, apabila tingkat ketergantungan antartugas cukup tinggi maka orang-orang dan departemen akan
saling tergantung sehingga untuk mencapai tujuan organisasi mereka harus saling tukar-menukar sumber daya.
Berdasarkan asumsi tersebut Thompson mengklasifikasikan teknologi menjadi: Mediating technology, Long link
technology, dan Intensive technology.

KEGIATAN BELAJAR 3 : Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi informasi telah merasuki organisasi. Organisasi banyak mengalami perubahan terutama
organisasi yang banyak mengadopsi teknologi informasi yang sudah canggih. Saat ini kecenderungan
perkembangan teknologi informasi adalah mengarah pada adanya pembauran teknologi, aliansi strategis,
pembentukan jaringan global, dan teleconference pribadi.

Pada umumnya organisasi menggunakan teknologi canggih adalah untuk mendukung sistem informasi para
eksekutif, membentuk dan memperkuat jaringan kelompok, serta memperbaiki informasi alir kerja. Seperti diyakini
oleh para teoretisi organisasi bahwa adopsi teknologi akan memengaruhi struktur organisasi. Penggunaan teknologi
informasi juga berpengaruh pada desain organisasi, yaitu struktur menjadi lebih datar, sentralisasi atau
desentralisasi menjadi lebih tinggi, koordinasi menjadi semakin baik, tugas administratif akan berkurang, rasio staf
administrasi bertambah. Demikian pula dengan desain pekerjaan. Pekerjaan akan berubah menjadi semakin
sederhana (job simplification) dan menjadi semakin kaya (job enrinchment).

MODUL 7 : Organisasi, Kekuasaan, dan Konflik


KEGIATAN BELAJAR 1 : Perspektif Organisasi sebagai Arena Politik

Pengaruh politik dalam organisasi adalah cukup besar walau demikian pengaruh politik tersebut merupakan
sesuatu yang sulit untuk diukur. Politik dan kekuasaan adalah benda abstrak, tidak terlihat, namun dapat dirasakan
kehadirannya. Umumnya para manajer cenderung untuk menghindari penggunaan kata "politik" sebab politik
memiliki konotasi negatif. Hasil survei berikut merupakan reaksi para manajer terhadap perilaku politik organisasi.

1. Kebanyakan manajer memiliki pandangan yang negatif tentang politik, dan percaya bahwa politik hanya akan
membawa kesulitan bagi organisasi ketimbang membantu organisasi dalam mencapai tujuan.

2. Para manajer meyakini bahwa praktik politik dalam organisasi adalah sesuatu yang umum terjadi.

3. Kebanyakan manajer meyakini bahwa perilaku politik lebih banyak dilakukan oleh para manajer level atas
dibandingkan dengan manajer level bawah.

4. Perilaku berpolitik lebih umum dilakukan pada isu-isu tertentu yang sensitif yang akan menentukan masa depan
orang, seperti perubahan struktur organisasi.

Definisi politik seperti yang ditulis oleh Mirriam Budihardjo adalah berbagai macam kegiatan proses
menentukan dan cara mencapai tujuan atau kebijakan. Termasuk di dalam kegiatan tersebut adalah proses
penyusunan prioritas tujuan, pembagian sumber daya dan penentuan siapa yang akan melaksanakannya. Agar
kebijakan tersebut dapat dilaksanakan maka pelaksana perlu memiliki kekuasaan (power) dan wewenang
(authority).

Menurut Kamus Ilmu-ilmu Sosial kekuasaan atau power didefinisikan sebagai kemampuan untuk
mengendalikan tindakan orang atau kekuasaan khusus yang melekat pada suatu jabatan. Pengertian kekuasaan
menurut kamus ilmu sosial tersebut menunjukkan bahwa kekuasaan dapat diperoleh melalui jabatan formal namun
juga di luar jabatan formal. Intinya adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain
baik dalam jabatan formal atau tidak berarti orang tersebut memiliki kekuasaan.

PERBEDAAN KEKUASAAN, KEWENANGAN, DAN PENGARUHNYA

Kewenangan adalah hak untuk memanipulasi orang lain, sedangkan kekuasaan tidak memerlukan legitimasi.
Grimes seperti dikutip oleh Luthans membedakan kekuasaan dan kewenangan sebagai berikut. Suatu kewenangan
akan diakui (dilegitimasi) jika kewenangan tersebut digunakan untuk mengejar atau mewujudkan sasaran-sasaran
kolektif artinya berhubungan dengan konsensus kelompok, sedangkan kekuasaan adalah hanya semata-mata
mengejar sasaran-sasaran pribadi atau sasaran sebagian anggota kelompok. Kekuasaan berhubungan dengan
kepatuhan, bukan kesepakatan kolektif. Definisi Grimes tersebut secara implisit menunjukkan bahwa dalam
kewenangan terdapat unsur penerimaan bawahan dan pengakuan (legitimasi), sedangkan kekuasaan terdapat unsur
pemaksaan dan kepatuhan.

Berbeda dengan kekuasaan, pengaruh memiliki jangkauan yang lebih luas. Pengaruh dapat dilakukan melalui
lebih banyak cara, seperti mencoba mengubah tingkat kepuasan dan kinerja. Jadi, dalam membahas organisasi
dilihat perspektif politik akan melibatkan pembahasan mengenai kekuasaan dan wewenang, serta pengaruh. Dalam
menggunakan kekuasaan dan wewenang ada dua sisi pandang yang berbeda, yaitu politik dipandang sebagai alat
mengejar kekuasaan pribadi dan politik dipandang sebagai alat pemersatu.

DEFINISI POLITIK ORGANISASI

Daft mendefinisikan politik organisasi sebagai kegiatan-kegiatan mengejar, mengembangkan, dan menggunakan
kekuasaan dan sumber sumber yang lain untuk meraih sesuatu yang diinginkan oleh organisasi ketika tidak ada
kepastian atau kesepakatan tentang pilihan-pilihan yang perlu diambil. Definisi ini menyatakan bahwa politik
organisasi sebenarnya merupakan alternatif kedua ketika pilihan-pilihan yang rasional sulit diraih. Organisasi
memandang politik sebagai sesuatu yang netral dan tidak perlu ditakuti. Kedua pendekatan ini, yaitu rasional dan
proses politik, umum digunakan dalam organisasi.

Menurut Herbert A. Simon rasionalitas menyangkut masalah memilih alternatif-alternatif perilaku yang
diinginkan berdasarkan sistem nilai di mana konsekuensi-konsekuensi dapat dinilai. Rasionalitas sulit untuk dicapai
sebab seperti berikut.

1. Ketidaklengkapan pengetahuan. Informasi yang tidak lengkap akan menyebabkan munculnya kesulitan dalam
memprediksi konsekuensi konsekuensi dari keputusan tersebut.

2. Kekurangan informasi yang akan digunakan untuk membaca konsekuensi akan ditutupi dengan pengalaman dan
imajinasi dari pembuat keputusan. Imajinasi ini tentu sangat subjektif dan tidak sempurna.

3. Rasionalitas mengharuskan dipilihnya satu di antara semua kemungkinan-kemungkinan perilaku alternatif.


Dalam kenyataannya, tidak semua keputusan itu dipilih dari alternatif-alternatif yang telah dikembangkan.
Umumnya keputusan itu merupakan satu-satunya keputusan yang dihasilkan, tanpa melalui tahap pengembangan
alternatif.

WILAYAH ORGANISASI YANG MERUPAKAN ARENA POLITIK

Menurut Daft, ada empat wilayah organisasi yang biasanya merupakan arena permainan politik. Masing-masing
adalah sebagai berikut.
1. Perubahan Struktural
Perubahan struktur akan membawa dampak bagi pembagian tanggung jawab dan tugas. Para manajer akan
melakukan bargaining, pengumpulan dukungan, dan negosiasi untuk memperkuat basis kekuasaan dan
tanggung jawabnya. Struktur yang baru terbentuk pada akhirnya merupakan hasil kompromi antara pihak-
pihak yang berkepentingan.

2. Koordinasi Antar departemen Koordinasi antardepartemen umumnya tidaklah dirumuskan secara baik.
Padahal setiap departemen dalam usahanya mencapai tujuan sering kali tergantung pada departemen
lainnya. Koordinasi antar departemen dicapai dengan melalui lobi dan bargaining. Dengan demikian,
konflik dan ketidakpastian akan selalu muncul dalam melakukan koordinasi antardepartemen. Proses
politik akan membantu departemen-departemen dalam menetapkan batas-batas tugas dan tanggung
jawabnya.

3. Suksesi Manajemen
Suksesi manajemen akan melibatkan tindakan merekrut, promosi, dan rotasi manajer. Keputusan
rekruitmen, promosi, dan rotasi ini adalah arena proses politik tingkat tinggi bagi organisasi. Koalisi,
aliansi, dan bahkan suap sering kali terjadi untuk memperebutkan dukungan. Tingkat ketidakpastian dalam
organisasi menjadi tinggi. Manajer baru umumnya akan membawa serta orang-orang kepercayaannya
untuk ditempatkan dalam pos-pos penting dalam organisasi. Penempatan orang-orang baru akan membawa
ketidakpastian dalam organisasi.

4. Alokasi Sumber Daya Prinsip ekonomi selalu mewarnai dalam alokasi sumber daya. Prinsip tersebut
adalah maximizing, memaksimalkan. Para anggota organisasi akan berupaya memaksimalkan perolehan
sumber daya bagi dirinya atau bagiannya. Sumber daya yang diperebutkan, seperti keuangan,
perlengkapan, gaji, pekerja yang handal, peralatan kerja, jatah penerbangan.

KEGIATAN BELAJAR 2 : Sumber Kekuasaan dalam Organisasi

SUMBER KEKUASAAN

John French dan Bertram Raven seperti ditulis kembali oleh Fred Luthans mengidentifikasi ada lima sumber
kekuasaan, yaitu sebagai berikut.

1. Reward Power
Seseorang memiliki kekuasaan karena ia mampu memberikan imbalan kepada orang lain. Dengan catatan
imbalan tersebut memiliki nilai tinggi bagi penerimanya. Dalam konteks organisasi, imbalan yang memiliki
nilai tinggi, misalnya kekuasaan yang dimiliki oleh manajer, antara lain memberikan kenaikan gaji,
promosi jabatan, pengakuan, penugasan pada tugas-tugas yang disukai oleh penerima tugas, pemberian
peralatan baru, memberikan umpan balik dan pujian.
2. Coercive Power
Sumber kekuasaan ini adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan ketakutan. Orang-orang yang
memiliki kekuasaan coercive ini memiliki kemampuan untuk memaksa, menekan, mengintimidasi, dan
menghukum orang. Dalam konteks organisasi, kekuasaan ini diwujudkan dalam bentuk. misalnya
pemecatan, pembatalan promosi, penahanan gaji, pemotongan insentif, dan mutasi ke tempat yang tidak
disukai oleh karyawan.
3. Legitimate Power
Kekuasaan ini ada karena adanya pengakuan atas hak orang lain untuk berkuasa. Ada sebagian yang
menerima kekuasaan karena merasa ada kewajiban untuk menerima kekuasaan tersebut. Kekuasaan yang
legitimate berhubungan dengan posisi atau peranan bukan pada kualitas hubungan seperti yang ditunjukkan
oleh reward dan coercive power. Misalnya seorang mahasiswa dengan senang hati mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan oleh dosennya adalah lebih karena mereka (mahasiswa dan dosen) berada dalam
posisi yang berbeda. Mahasiswa yang bersangkutan merasa berkewajiban untuk menerima kekuasaan
dosen untuk memberikan tugas dan tes. Ada tiga sumber yang dapat memberikan legitimate power, yaitu
sebagai berikut.
Pertama, nilai budaya masyarakat, organisasi, dan kelompok. Masyarakat, organisasi dan kelompok
umumnya memiliki definisi tersendiri tentang kekuasaan. Dalam masyarakat, misalnya ada nilai bahwa
orang yang lebih tua memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan yang lebih muda. Dalam
organisasi, ada nilai yang diakui bersama bahwa seorang yang menduduki jabatan, memiliki kekuasaan atas
posisi yang ada di bawahnya. Kedua, kekuasaan yang berasal dari struktur sosial yang telah diterima
bersama. Contoh dalam organisasi, misalnya seseorang yang baru saja diangkat menjadi pejabat maka ia
akan memiliki kekuasaan atas bawahannya yang sebelumnya tidak dimilikinya. Kekuasaan yang ia miliki
diperoleh dari struktur organisasi. Ketiga, kekuasaan yang dimiliki karena kepercayaan dari orang-orang
yang memilihnya. Contohnya, kekuasaan para komisaris adalah karena ia dipercaya untuk mewakili para
pemegang saham. Anggota parlemen memiliki kekuasaan karena mereka dipilih dan mewakili rakyat
pemilihnya.
4. Referent Power
Sumber kekuasaan dari referent power adalah kedekatan hubungan dengan orang yang memiliki kelebihan-
kelebihan tertentu, seperti penampilan yang menarik, penguasaan atas sumber daya, dan karakteristik
personal. Contoh: Michael Jordan, Magic Johnson, Desy Ratnasari, Andre Agassi, dan Ade Rai adalah
beberapa nama yang menjadi bintang iklan karena penampilannya yang sudah banyak dikenal orang.
Dalam konteks organisasi, ada sedikit perbedaan dengan referent power pada konteks di luar organisasi.
Para manajer yang memiliki referent power harus memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat dijadikan
contoh para bawahannya. Karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki manajer, bawahan akan berusaha
meniru atau mengidentifikasikan dirinya dengan manajer yang dijadikan panutan tersebut. Dalam konteks
ini, kemampuan para manajer untuk memberikan ganjaran dan hukuman serta legitimasi yang dimilikinya
tidak dijadikan bahan pertimbangan dalam menilai referent power.
5. Expert Power
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang karena keahlian yang dimilikinya. Pada umumnya kekuasaan ini
hanya pada satu bidang tertentu saja, sebab umumnya orang-orang yang ahli adalah para spesialis.
Kekuasaan keahlian ini hanya akan diberikan kepada orang-orang yang mampu, dapat dipercaya dan
relevan. Untuk melihat sifat kemampuan, dapat dipercaya dan relevansi keahliannya maka orang perlu
melihat dahulu bukti bahwa seseorang tersebut dapat membuktikan kemampuannya. Dalam organisasi,
kekuasaan keahlian ini hanya akan diberikan pada spesialis-spesialis, tetapi hanya sebatas pada wilayah
fungsionalnya. Seorang ahli komputer hanya akan eksis jika dia melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan komputer, bukan pada masalah penjualan komputer. Jadi, kekuasaan keahlian hanya
akan diberikan sebatas wilayah fungsionalnya, di luar wilayah itu tidak.

MENGENDALIKAN KEKUASAAN

Persoalan dalam pengendalian kekuasaan sebenarnya adalah berkaitan dengan struktur. Para ahli organisasi
sepakat bahwa struktur dapat mengendalikan perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, kekuasaan
dalam organisasi dapat dikendalikan maka struktur organisasi perlu didesain agar dapat mengurangi kebebasan
anggota organisasi dalam pengambilan keputusan. Beberapa hal yang berkaitan dengan masalah pengendalian
kekuasaan adalah sebagai berikut.

1. Teknologi
Ada dua kutub tentang pembagian jenis teknologi, yaitu teknologi rutin dan teknologi non-rutin. Telah
dibahas dalam bab terdahulu bahwa jenis teknologi yang mana yang digunakan adalah tergantung pada
pilihan para pengambil keputusan. Jika teknologi rutin yang dipilih maka akan terjadi mekanisasi dan
otomatisasi. Mekanisasi dan otomatisasi akan memudahkan pengoperasian teknologi karena semua menjadi
rutin dan terstandardisasi. Otomatisasi dan standardisasi kerja akan memudahkan pengoperasian teknologi.
Akibatnya, tenaga kerja akan lebih mudah diganti-ganti. Tenaga kerja berada dalam posisi yang rawan dan
karena mudah diganti-ganti, posisi bargaining-nya menjadi kecil. Sebaliknya, otomatisasi dan mekanisasi
memudahkan para manajer melakukan kontrol. Standardisasi memudahkan para manajer mengambil
keputusan. Akibatnya, sentralisasi menjadi tinggi. Selanjutnya para manajer akan memiliki kekuasaan yang
lebih besar dalam membuat keputusan.

2. Lingkungan Masalah slack organisasi menjadi faktor penentu pengaruh lingkungan terhadap kekuasaan.
Slack organisasi adalah akses terhadap sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang memungkinkan
organisasi menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Sumber daya yang melimpah akan
memudahkan manajer dalam melakukan pengambilan keputusan sebab pengawasan biasanya kendur.
Sebaliknya, semakin langka sumber daya yang dimiliki oleh organisasi,pengawasan terhadap pengambilan
keputusan akan semakin ketat. Sehingga gerak para pengambil keputusan akan semakin terbatas.
3. Kompleksitas
Manajemen selalu berusaha untuk dapat melakukan kontrol atas seluruh sumber daya organisasi.
Kompleksitas yang tinggi akibat semakin meningkatnya kompleksitas spasial, horizontal maupun vertikal
akan menjauhkan jarak antara manajemen dengan sumber daya yang harus diawasinya sehingga untuk
dapat meningkatkan pengawasan maka manajemen akan mengurangi atau mempertahankan kompleksitas
sampai pada tingkat efektif untuk dikendalikan. Semakin majunya teknologi informasi semakin
memudahkan para manajer untuk melakukan pengawasan. Manajer dapat membuka akses informasi sampai
ke seluruh sisi organisasi sehingga manajer dapat mengawasi dan mengendalikan sumber daya organisasi
dengan lebih mudah, sebab penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan sentralisasi.

4. Formalisasi
Seperti yang telah disinggung pada bahasan tentang teknologi, formalisasi yang tinggi memungkinkan para
manajer meningkatkan sentralisasi dalam pengambilan keputusan. Namun, tingkat formalisasi akan
tergantung pada pilihan teknologi, kompleksitas dan kepastian lingkungan. Semakin tidak rutin teknologi,
kompleksitas semakin tinggi dan ketidakpastian lingkungan juga semakin tinggi, formalisasi yang tinggi
sulit dilakukan. Para manajer umumnya lebih suka tingkat formalisasi yang tinggi yang akan
memungkinkan sentralisasi yang tinggi. Sebaliknya, para pegawai akan lebih menyukai tingkat formalisasi
yang rendah, sebab formalisasi yang rendah memungkinkan mereka memiliki ruang yang cukup untuk
berkreasi dan berinovasi.

5. Sentralisasi
Manajer akan lebih suka tingkat sentralisasi yang tinggi sebab dengan sentralisasi yang tinggi mereka lebih
mudah dalam melakukan pengendalian sumber daya. Jika sentralisasi memperoleh tantangan maka manajer
dapat mengembangkan apa yang dinamakan pseudo desentralisasi, yaitu desentralisasi semu. juga manajer
menggunakan teknologi informasi untuk memantau umpan balik dan keputusan-keputusan pada level di
bawahnya.

6. Struktur Organisasi
Ada dua pilihan struktur organis dan mekanis. Pilihan struktur organis berarti memberikan kewenangan
yang besar bagi anggota-anggota organisasi untuk melakukan inovasi dan kreativitas. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya basis kekuasaan bawahan. Sebaliknya, pilihan atas struktur mekanis akan
menyebabkan para manajer memiliki kekuasaan yang begitu besar, sebab struktur mekanis memberi
kemungkinan para manajer melakukan sentralisasi yang tinggi. Struktur mana yang lebih disukai?
Umumnya struktur akhir tergantung dari hasil bargaining para pengambil keputusan.

KEGIATAN BELAJAR 3 : Konflik dalam Organisasi

Ada dua pandangan tentang konflik (seperti diidentifikasi oleh Robbins). Pandangan tradisional. Pandangan
tradisional memandang konflik sebagai sesuatu yang merusak sehingga harus dihindari. Konflik dipersamakan
dengan irasionalitas, kekerasan, dan kehancuran. Jika dalam suatu organisasi muncul konflik maka manajemen
harus segera bisa memadamkan konflik. Pandangan Interaksionis. Para penganut interaksionis memandang bahwa
konflik adalah sesuatu yang perlu ada dalam organisasi, sebab konflik akan merangsang perubahan dalam
organisasi dan mendorong organisasi untuk terus-menerus belajar (learning). Namun, tidak semua konflik akan
menciptakan perubahan. Hanya konflik yang fungsional saja yang mampu merangsang terjadinya perubahan,
artinya konflik yang muncul akan mampu memunculkan adanya cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.

JENIS DAN SUMBER KONFLIK

Louis R. Pondy mengembangkan suatu model untuk mengindentifikasi konflik. Menurutnya, model ini dapat
digunakan untuk membaca tanda-tanda dan arah konflik sehingga para manajer dapat mengendalikan dan
mengelola konflik dalam organisasinya. Pondy membagi tahapan konflik menjadi lima, yaitu sebagai berikut.

1. Konflik laten (latent conflict)


Pada tahapan ini konflik belum muncul, tetapi faktor-faktor yang potensial untuk menimbulkan konflik
telah muncul.
2. Tahap munculnya bibit-bibit konflik (percieved conflict) Ditandai oleh munculnya kesadaran bahwa
konflik telah muncul di dalam organisasi. Organisasi mulai menganalisis konflik dan mencoba memerangi
sumbernya.
3. Tahap munculnya kelompok-kelompok yang konflik (felt conflict) Konflik telah menciptakan polarisasi
(pengelompokan) antara kelompok kelompok yang berkonflik. Setiap kelompok akan merespon setiap
tindakan kelompok lawannya. Rangsangan yang kecil saja akan mampu memunculkan konflik terbuka.
4. Tahap terjadi saling serang antarkelompok (manifest conflict) Kelompok-kelompok yang bertikai saling
menyerang. Pada tahap ini kinerja organisasi sangat buruk.
5. Akibat dari konflik (aftermath conflict) Ada dua kemungkinan dampak dari sebuah konflik, yaitu pertama,
konflik akan selesai damai, artinya pihak-pihak yang berkonflik kembali bekerja sama atau kedua, konflik
tidak selesai dengan meninggalkan suasana "perang" di dalam organisasi. Konflik yang tidak selesai ini
akan menjadi bibit-bibit konflik baru bagi organisasi (latent conflict).

MODUL 9 : Organisasi yang Belajar

KEGIATAN BELAJAR 1 : Gambaran tentang Organisasi Belajar (OB)/ Learning Organization


(LO)

Sejak berdirinya tahun 1984, Universitas Terbuka terus-menerus berupaya melakukan perubahan. Tujuannya
adalah untuk menemukan bentuk yang pas model pendidikan tinggi jarak jauh dalam konteks Indonesia. Mulai
tahun 2001 upaya perubahan yang dilakukan menjadi lebih terarah, yaitu untuk mencapai kualitas Asia. Upaya-
upaya tersebut, antara lain implementasi sistem jaminan kualitas, perubahan struktur organisasi, perubahan budaya
organisasi, implementasi sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, serta perubahan sistem kerja
menjadi berbasis teknologi komunikasi dan informasi. Upaya penerapan sistem jaminan kualitas merupakan
langkah awal dalam proses perubahan di UT. Tujuan implementasi sistem jaminan kualitas adalah untuk mencapai
standar kerja sesuai Standard Internasional, Standard Agency, dan International Standard Organitation. Untuk
mencapai tujuan tersebut terdapat enam langkah sistematis yang dilakukan, yaitu (1) pengembangan quality
assurance (QA) framework beserta instrumennya; (2) sosialisasi sistem QA; (3) evaluasi diri kualitas dan penetapan
prioritas; (4) integrasi evaluasi diri kualitas dan prioritas ke dalam rencana kerja tahunan; (5) implementasi sistem
QA; dan (6) evaluasi (Zuhairi, Purwanto & Isman, 2002). Implementasi sistem QA telah mengubah budaya kerja
dari budaya kerja birokratis kepada budaya kerja yang berorientasi pada kualitas.

Dalam kesimpulan penilaian disebutkan bahwa UT mampu mencapai standar kualitas yang tinggi karena UT
telah bertransformasi menjadi OB/LO. 14 temuan ICDE beserta rekomendasinya jika dirunut ke belakang adalah
UT telah bertransformasi menjadi LO yang merupakan hasil integrasi dari berbagai komponen organisasi dan
manajemen yang diciptakan, didesiminasikan, dilaksanakan, dan dikendalikan oleh pimpinan UT. Menjadi LO
berarti (Senge, 1990), UT merupakan organisasi yang mampu menciptakan dan memperluas secara terus-menerus
masa depannya sendiri. LO lebih dari sekadar menjadi adaptif, namun generatif, yaitu organisasi yang mampu
menciptakan pengetahuan sendiri.

Menurut Senge (1995), untuk membangun LO dimulai dengan membangun arsitektur pengetahuan pada tingkat
individu, tim kerja, dan organisasi. Komponen arsitektur ketiga adalah infrastruktur. Infrastruktur berarti sumber
daya yang disediakan organisasi, yaitu ide-ide penuntun, teori, metode, dan peralatan, serta inovasi dalam
infrastruktur. Ide-ide penuntun berbentuk visi, misi, nilai-nilai, dan tujuan. Ide penuntun akan menuntun seluruh
pegawai untuk mencapai aktualisasi diri dan memberikan arah yang akan dicapai serta pegawai mampu melihat
proses secara keseluruhan. Kepemimpinan berperanan besar dalam memberikan ide penuntun ini. Ide ide penuntun
akan menjadi dasar dalam pembentukan norma dan nilai organisasi yang harus diikuti oleh seluruh pegawai. Teori,
metode, dan peralatan yang diterapkan akan membantu pembentukan pengetahuan dengan mendorong munculnya
aspirasi, refleksi, percakapan, dan konseptualisasi organisasi untuk mendukung pegawai dalam bekerja.
Infrastruktur ini, meliputi waktu, dukungan manajemen, dan dana.

KEGIATAN BELAJAR 2 : Kajian tentang Organisasi yang Belajar

PENGERTIAN ORGANISASI BELAJAR

Menurut Marquardt dan Reynolds, learning adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam usahanya
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru untuk mengubah perilaku dan tindakannya. Marquardt dan Reynolds
menekankan bahwa belajar (learning) adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang
berbasis pada individu. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengetahuan kemudian menggunakannya.
Penggunaan pengetahuan adalah untuk mengubah persepsi, nilai, sikap, dan perilaku individu. Belajar bukan tujuan
yang kemudian lulus atau selesai, tetapi suatu proses terus-menerus.

Senge menjelaskan bahwa belajar memiliki tujuan yang lebih jauh dari sekadar mengubah perilaku. Menurut
Senge belajar harus mampu mengubah manusia menjadi sama sekali baru, manusia yang mampu bermetaformosis
seseorang menjadi "manusia baru." Melalui belajar, manusia akan memiliki pandangan yang baru tentang
hubungan manusia dengan lingkungannya. Kelompok yang belajar (team learning/KB) dapat terjadi jika belajar
pada tingkat individu telah berlangsung. Inti OB adalah adanya proses belajar pada tingkat individu. Beberapa
individu yang secara bersama-sama mempelajari sesuatu dengan tujuan yang sama dan difasilitasi oleh manajemen
akan memunculkan apa yang disebut sebagai kelompok yang belajar. Proses dalam KB dilakukan dengan
bagaimana kelompok dan organisasi mampu memikirkan dan mengobservasi dan menyerap realita yang ada di
sekitarnya. Proses tersebut dilakukan melalui diskusi yang kolaboratif melalui kerja sama yang harmonis untuk
meraih hasil yang diharapkan bersama.

Proses belajar oleh kelompok dan organisasi memerlukan dukungan manajemen dalam bentuk (Mabey & Iles,
1994) iklim yang mendukung, budaya belajar, strategi pengembangan sumber daya manusia, dan meletakkan
organisasi dalam proses transformasi yang kontinu. Tanpa adanya fasilitas dan iklim yang mendukung maka belajar
pada tingkat individu tidak akan berubah menjadi proses belajar pada tingkat kelompok atau organisasi. Dukungan
diberikan (Peters & Waterman) dalam bentuk struktur organisasi yang mendukung proses belajar, strategi
organisasi yang mengharuskan adanya proses belajar dalam pelaksanaannya,staf yang termotivasi, keahlian staf
yang beragam, sistem manajemen yang mendukung, dan adanya nilai-nilai bersama (shared values).

KEGIATAN BELAJAR 3 : Penciptaan Pengetahuan

Crawford menuliskan bahwa dalam masyarakat industri nilai-nilai sosial lebih menekankan pada konformitas,
elitisme, dan kelas. Pendidikan dilaksanakan secara massal dan berakhir setelah manusia menginjak dewasa.
Sementara itu, dalam masyarakat berpengetahuan, tata nilai sosial berbasis pada keragaman, kesamaan, dan
individualisme. Pendidikan dilaksanakan secara individual dan berkelanjutan. Human capital merupakan sumber
utama kemakmuran.

Apa yang dikemukakan oleh Crawford (1991) menunjukkan bahwa terjadi perkembangan yang luar biasa dari
kehidupan manusia. Perkembangan menjadi semakin cepat dari waktu ke waktu. Telah terjadi revolusi dalam
kehidupan. Dryden dan Vos (1999) mengemukakan bahwa dalam bidang komunikasi terjadi lompatan yang luar
biasa dalam pengiriman berita dari 3000 berita dalam sekali kirim pada tahun 1988 menjadi 10 juta berita dalam
sekali kirim pada tahun 2000. Bandingkan dengan penemuan tulisan pada tahun 6000 SM dan penemuan alfabet
pada tahun 4000 SM. Rentang waktu yang semakin pendek untuk setiap peningkatan kemampuan teknologi
menuntut peningkatan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut. Proses
penyesuaian diri tidak akan terjadi dengan sendirinya. Manusia perlu dituntun agar dapat melakukan proses
penyesuaian diri. Manusia dituntut mampu melakukan proses penyesuaian diri dan pengendalian teknologi serta
penciptaan sistem sosial agar membawa manusia pada kemakmuran.

MAKNA DAN PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah apa yang orang atau kelompok ketahui atau dianggap tahu. Ada lima elemen pengetahuan,
yaitu kepercayaan, asumsi, fakta, persepsi, dan proyeksi (Fahey, 1999). Ada dua jenis pengetahuan (Hope dan
Hope, 1997), yaitu eksplicit knowledge dan tacit knowledge. Dengan memperhatikan berbagai pendapat tentang
strategi mencapai OB, nampak bahwa tujuan belajar adalah menciptakan pengetahuan. Penciptaan pengetahuan
adalah kemampuan perusahaan sebagai keseluruhan untuk menciptakan pengetahuan baru, menyebarkannya ke
seluruh organisasi dan pengetahuan ini muncul dalam produk, pelayanan, dan sistem (Nonaka dan Takeuchi, 1995).

1. Nolan dan Croson


Proses penciptaan pengetahuan selalu melibatkan kegiatan observasi, analisis, dan pembelajaran. Secara
skematis proses penciptaan pengetahuan dapat digambarkan sebagai berikut (Nolan dan Croson). Sumber
pengetahuan adalah kejadian atau fakta atau pengalaman. Kejadian tersebut lalu diobservasi atau diteliti.
Observasi dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan atau kontemplasi. Hasilnya adalah deskripsi dari
kejadian atau pengalaman. Deskripsi merupakan data yang akan analisis lebih lanjut. Analisis dilakukan
dengan mengaplikasikan data ke dalam pengambilan keputusan. Hasil analisis berupa informasi. Informasi
ini kemudian diterapkan ke dalam pekerjaan sehari-hari. Penerapan informasi dalam kebijakan strategi
amat memerlukan bantuan pengalaman. Pengalamanlah yang akan membantu orang dalam memilih,
menyaring, mengolah, dan mengimplementasikan informasi baru tersebut. Hasil penerapan inilah yang
disebut pengetahuan.

2. Nonaka dan Takeuchi


Menurut Polanyi, ada dua dimensi pengetahuan, yaitu yang bersifat tersembunyi (tacit knowledge) dan
yang eksplisit (explicit knowledge). Tacit knowledge bersifat personal, spesifik, dan sulit untuk
dikomunikasikan; sedangkan explicit knowledge bersifat sebaliknya mudah dikomunikasikan dan dalam
bahasa yang lebih sistematis. Pada dasarnya tidak ada pemisahan antara tacit dan explicit knowledge.
Keduanya saling berinteraksi dan saling melengkapi. Dengan anggapan bahwa pengetahuan diciptakan
melalui interaksi antara tacit dan explicit knowledge maka terdapat empat cara proses konversi
pengetahuan, yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Sosialisasi adalah proses berbagi
pengalaman melalui magang, observasi, dan peniruan. Eksternalisasi adalah proses mengungkapkan tacit
knowledge ke dalam konsep yang eksplisit melalui, misalnya penganalogian dan pengembangan model.
Kombinasi adalah proses menyistematisasikan konsep ke dalam sistem pengetahuan. Proses kombinasi
dapat dilakukan melalui media, seperti dokumen, rapat, jaringan komunikasi komputer, dan telepon.
Terakhir adalah proses internalisasi. Internalisasi adalah proses mengendapkan explicit knowledge menjadi
tacit knowledge. Proses ini mirip dengan konsep learning by doing. Operasionalisasi empat cara proses
konversi pengetahuan dilakukan melalui lima fase proses penciptaan pengetahuan. Kelima fase tersebut
adalah berbagi tacit knowledge (sosialisasi), menciptakan konsep (eksternalisasi), menilai konsep,
membangun model, dan menyebarkan pengetahuan ke berbagai level (cross leveling knowledge).
3. Dorothy Leonard-Barton
Barton mengemukakan bahwa kapabilitas utama organisasi dapat diperoleh dari praktik masa kini maupun
masa depan. Di samping itu, ia juga mengemukakan bahwa kapabilitas dapat dikembangkan dari dalam
organisasi maupun mengambil dari luar organisasi. Penciptaan pengetahuan menurut Barton dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu pemecahan masalah secara kreatif, mengimplementasikan dan
mengintegrasikan peralatan, serta metodologi baru, percobaan-percobaan baik secara formal maupun
informal, dan menarik pengetahuan dari luar organisasi.

4. David A. Garvin
Garvin menyatakan bahwa agar terjadi proses belajar, organisasi pertama, harus mengumpulkan informasi
dan data, merangkai fakta, dan melakukan observasi. Kedua, organisasi harus menginterpretasikan
informasi, menghasilkan perspektif, posisi, dan menyesuaikan pengertian. Ketiga, organisasi
mengaplikasikan informasi, menggunakannya dalam tugas-tugas, aktivitas, dan membentuk perilaku baru.
Metode digunakan dalam menciptakan pengetahuan adalah metode intelijen, pengalaman, dan eksperimen.
a. Metode intelijen
Melakukan pengumpulan dan interpretasi informasi yang berasal dari luar organisasi. Inti dari metode
ini adalah melakukan pengumpulan informasi. Informasi tentang pesaing, pelanggan, teknologi,
regulasi, dan trend social demografi merupakan informasi yang wajib dimiliki organisasi agar
keputusan yang diambil efektif. Pengumpulan informasi dilakukan melalui penelitian. Data
dikumpulkan dari berbagai sumber bisa melalui observasi, membaca data sekunder, wawancara atau
melakukan surveil dengan kuesioner (silakan perdalam pengetahuan Anda tentang penelitian dengan
membaca bahan ajar Metode Penelitian).
b. Pengalaman
Pengalaman adalah guru terbaik. Praktik adalah sumber kesempurnaan. Demikian sering dikatakan
oleh orang. Dalam organisasi pengalaman adalah sumber pengetahuan yang tidak ada akhirnya.
Pengetahuan diperoleh melalui proses keterlibatan dalam pekerjaan tidak melalui sekolah atau kursus
atau pelatihan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menetapkan pekerjaan baru, memberikan
target yang menantang, dan berada dalam situasi yang baru; proses ini dilakukan berulang-ulang dan
biasanya keberhasilan akan dapat dicapai, serta pengetahuan baru akan diperoleh. Kegiatan yang
berulang ini akan menghasilkan banyak sekali informasi yang menjadi sumber penciptaan
pengetahuan. Proses tersebut dapat dilakukan secara individual maupun organisasional, direncanakan
atau spontanitas. Proses belajar dari pengalaman dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pengulangan
atau eksposur. Pengulangan kegiatan akan menghasilkan kemampuan dan pengetahuan untuk
mengerjakan sesuatu secara lebih efektif dan efisien, sedangkan eksposur dilakukan melalui
pengembangan bakat.
c. Eksperimen
Eksperimen, artinya tindakan untuk selalu mencoba sesuatu atau membuktikan asumsi atau hipotesis
dengan menggunakan metodologi keilmuan yang sudah diakui. Tujuannya adalah untuk menemukan
yang belum diketahui. Ada dua macam eksperimen, yaitu eksperimen eksploratori dan eksperimen
untuk menguji hipotesa. Eksperimen eksploratori digunakan untuk menemukan sesuatu, mencari atau
melihat apa yang akan terjadi. Biasanya metode ini digunakan apabila pengetahuan atau teori tentang
hal ini belum mencukupi. Cara ini banyak digunakan oleh organisasi dalam mengembangkan cara-cara
yang sama sekali baru.
Metode kedua adalah menguji hipotesis. Metode ini digunakan untuk membedakan alternatif yang telah
disusun dan mengkonfirmasikan suatu pendapat atau ide. Hasilnya adalah hipotesis yang diajukan
terbukti atau tidak.

5. Kurt Lewin
Model perubahan awal dikemukakan oleh Kurt Lewin. Menurut Lewin, proses belajar mencakup usaha-
usaha pertama, unfreezing yaitu proses mempertanyakan asumsi, kepercayaan, pengetahuan atau sikap-
sikap yang saat ini dianut. Nilai dan asumsi yang sudah lama mengendap dipertanyakan lagi apakah masih
relevan dengan kondisi saat ini. Misalnya, mempertanyakan nilai yang hidup dalam masyarakat atau
pikiran kita bahwa pegawai negeri umumnya malas dan lambat dalam memberikan pelayanan? Cocokkan
asumsi tersebut dengan fakta yang ada? Ataukah konfirmasi dengan peluang yang ada? Kemudian
cocokkan hasilnya. Apakah asumsi tersebut masih benar? Contoh lain, asumsi tentang bahwa pegawai yang
sudah tua akan sulit belajar teknologi baru. Cocokkan asumsi ini dengan fakta di sekitar Anda atau Anda
sendiri mencoba untuk belajar program baru menggunakan komputer atau menggunakan perangkat baru,
misalnya blackberry. Setelah Anda mencoba ternyata tidak sulit maka asumsi bahwa orang tua sulit belajar
menggunakan teknologi baru sudah tidak valid lagi.

6. Margareth Reid
Secara lebih matematis Mumford dan Sutton mengajukan formula tentang learning. Menurut Mumford L
(Learning) = Q1 (Questioning Insight)+P (Programmed Knowledge) + Q2. Q2 adalah proses
mempertanyakan masalah, isu atau kesempatan (Sutton dalam Mumford, 1997). Terdapat tiga komponen
learning yang dikemukakan oleh Mumford dan Sutton, Q1 dan Q2 adalah daya kritis seseorang untuk
selalu mempertanyakan atau meragukan suatu gejala. Misalnya, terlihat gejala pegawai selalu merasa
kantuk antara pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 atau pegawai A selalu datang pukul 09.30, padahal
jam kerja dimulai pukul 08.00. Kemampuan untuk selalu menandai dan mempertanyakan setiap gejala
adalah suatu dasar kemampuan belajar seseorang. Seseorang tanpa memiliki kemampuan untuk selalu
mempertanyakan/memiliki daya kritis maka kemampuan belajarnya akan rendah, sedangkan programmed
knowledge mengacu pada knowledge yang diperoleh melalui cara-cara formal, seperti sekolah dan
pelatihan. Secara bersama-sama programmed knowledge dan kemampuan untuk selalu menandai dan
mempertanyakan setiap gejala akan meningkatkan kemampuan belajar individu. Programmed knowledge
akan membantu individu dalam merumuskan, mendeskripsikan, menganalisis, dan menarik kesimpulan
dari suatu gejala.

KEPEMIMPINAN
Peran Perumusan Visi
Visi adalah suatu statemen yang berisikan arahan yang jelas tentang apa yang akan diperbuat
oleh
organisasi di masa yang akan datang. Secara sederhana Burt Nanus (1992) mengatakan: "a vision is a
realistic, credible, atiractive future for your organization".
Wibisono (2006: 43) mengatakan bahwa visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita
atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan
bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan.
Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi or anisasi atau perusahaan untuk menjamin
kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi, dan
kebutuhan organisasi di masa depan, seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi
(2000: 122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan
pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani,
nilai-nilai yang diperoleh dan aspirasi serta cita-cita masa depan.
Visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untuk masa depan
organisasi. Pernyataan visi harus (dapat menarik perhatian, tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran.
Pernyataan visi organisasi haruslah jelas, tidak terlalu abstrak, dan mudah dimengerti. Visi menjelaskan
role organisasi. Pernyataan visi organisasi harus luas untuk perkembangan dan pertumbuhan organisasi
namun cukup untuk membuat jalannya organisasi tetap fokus dan terkendali. Dalam kaitan dengan visi
ini, dapat dikatakan bahwa esensi dari kepemimpinan adalah visi, yaitu pemimpin mempunyai visi yang
jelas ke mana para pengikutnya diarahkan. Dengan kata lain, salah satu peran utama dari pemimpin
adalah merumuskan visi.
Para pemimpin merumuskan visi dengan berbagai cara yang terpenting, pernyataan visi harus
measurable, terukur sehingga setiap anggota or anisasi bisa mengetahui apaka tm a n yang
dilakukannya dalam ran ka mencapai visi orgam_sasr atau tidak. pernyataan visi yang baik harus
memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut.

1. Succinct

Pernyataan Visi harus singkat.


2. Appealing
Visi harus jelas dan memberikan gambaran tentang masa depan yang akan memberikan
semangat pada customer, stakeholder, dan anggota organisasi.
3. Feasible

Visi yang baik harus dapat dicapai dengan resource, energi, waktu. Visi haruslah menyertakan
tujuan dan sasaran yang jelas bagi anggota organisasi.
4. Meaningful

Pernyataan visi harus dapat menggugah emosi positif anggota organisasi, namun tidak boleh
menggunakan kata-kata yang mewakili sebuah emosi.

5. Measurable
Pernyataan visi harus dapat diukur sehingga dimungkinkan untuk melakukan pengukuran
kinerja sehingga setiap anggota organisasi dapat mengetahui apakah visi sudah dapat dicapai
atau belum.

A. PERNYATAAN DAN TINDAKAN


Sebagaimana disinggung di muka bahwa pemimpin hendaklah dapat melihat jauh
permasalahan-permasalahan dan rencana-rencana yang berhubungan langsung dengan
organisasinya untuk menentukan arah perkembangan organisasi dan para anggotanya kelak.
Ketika orang lain melihat sesuatu sebagai batu maka seorang pemimpin hendaklah melihatnya
sebagai bagian dari sebuah bangunan. Ketika orang lain melihat sebagai sebuah langit biru,
seorang pemimpin hendaklah melihatnya sebagai sebuah rencana. Ilustrasi tersebut dapat
dikatakan sebagai sebuah visi. Menurut Robert L. Swigget, "Tugas seorang pemimpin adalah
bagaimana menciptakan sebuah visi." Pemimpin-pemimpin menunjukkan visi dari organisasinya.
Suatu pernyataan visi dapat menjadi sebuah filosofi yang dalam.

Tetapi visi biasanya baru bermakna bila diaplikasikan pada organisasi. Sebuah visi adalah
pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau arahan untu masa depan
organisasi. Agar diterima di dalam sebuàh organisasi, pernyataan VISI harus jelas dari status quo.

Pemimpin yang mendukung pernyataan visinya dengan risiko penderitaan, memiliki


peluang untuk diterima para pengikutnya. Apalagi pemimpin yang menunjukkannya dalam
tindakan-tindakan, sangat memungkinkan para pengikut untuk menggunakan pernyataan visi inl'
Socrates, menyatakan "Kenali orang yang bijaksana dengan mengetahui cara hidupnya."

B. PENYUSUNAN TUJUAN DAN MOTIVASI

1. Tujuan
Agar visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus
menyusun dan menafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja. Hal ini dapat
menjadi sama luasnya dengan hasil target secara keseluruhan atau sama istimewanya
dengan Management by Objective/MBO (tujuan kinerja yang disetujui oleh yang berada di
atasnya dan di bawahnya). Dalam sistem MBO, tujuan-tujuan yang ingin dikerjakan mengacu
5 faktor berikut.
1) Apa yang ingin dikerjakan organisasi?
2) Dengan batasan apa (termasuk waktu, kualitas, sumber daya, dan lainlain) pekerjaan
tersebut harus diselesaikan?
3) Sumber-sumber daya apa yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut?
4) Bagaimana kinerja tersebut akan diukur?

2. Motivasi
Para pemimpin hendaklah bertindak untuk mengarahkan usaha para pengikutnya melalui
motivasi. Dari beberapa pendekatan motivasi, ben tuk yang terkenal dan berguna adalah
motivasi pengharapan. Dengan membangun dan menahan harapan-harapan, para pemimpin
meningkatkan keinginan para pengikut untuk mengejar aktivitas yang diarahkan pada tujuan.
Dalam bisnis supermarket, sebagai contoh, aktivitas yang diarahkan pada tujuan bagi
karyawan, dari sisi produk dapat saja meliputi menjaga agar buah-buahan, dan sayur-
sayuran tetap segar, menjaga lantai dan ataP' dan memperlakukan konsumen dengan minat
personil. Para karyawan kadangkadang melakukan tugas yang berat dengan tujuan untuk
mendapatkan aktivitas yang memenuhi tujuan. Di dalamnya termasuk menerima bonus
tahunan berdasarkan total penjualan, tanggapan dari karyawan bagian lalfl' dan sanjungan
dari manajer gudang. Para pemimpin berusaha memaksimumkan harapan para pengikutnya
untuk berkonsentrasi pada aktivitas yang diarahkan pada tujuan daripada penghargaan pada
akhirnya•

3. Saran Kepemimpinan
a. Susunlah dan tafsirkanlah tujuan-tujuan organisasi, lalu (lebih sering dengan pemberian
wewenang) diskusikanlah kinerja khusus dalam pencapaian tujuan dengan karyawan-
karyawan secara personal.
b. Motivasilah para karyawan dengan menggunakan pengharapan mereka sendiri terhadap
pemenuhan tujuan dan penghargaan.
c. Jangan beranggapan bahwa sesuatu yang dapat memotivasi seseorang juga dapat
digunakan untuk memotivasi orang lain dalam suatu organisasi.

Peran Pengendalian dan Hubungan Organisasional


Dalam manajemen, fungsi pengendalian memiliki kaitan yang sangat erat dengan fungsi
perencanaan yang memuat standar dan upaya pengendalian organisasi sesuai visi dan misi
organisasi. Oleh sebab itu, sering dikatakan dalam ilmu manajemen bahwa fungsi perencanaan
dan pengendalian menjadi tiang utama dilakukannya fungsi-fungsi manajemen bagi suatu
organisasi sehingga kaitan antara fungsi perencanaan dan pengendalian, seperti halnya "satu
mata uang dengan dua sisi". Untuk itu, peran pengendalian yang dilakukan pemimpin didasarkan
kepada perencanaan organisasi, baik yang menyangkut perencanaan strategis maupun yang
berjangka pendek. Sikap pemimpin yang selaras dengan peran pengendalian dan peran dalam
hubungan organisasional merupakan peran aktif, inovatif, kreatif dan motivator bukan reaktif dan
provokati€ Seperti yang dikatakan Jenderal Patton (seorang panglima perang Amerika Serikat
yang terkenal pada perang dunia kedua) dalam Axelrod, 2003:2 : Secara umum, pemimpin suatu
organisasi akan menghadapi tantangan situasi dan kondisi internal dan eksternal yang
membutuhkan tindakan manajemen. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif kepemimpinannya
adalah pemimpin yang mampu menyesuaikan aturan, nilai-nilai, dan prosedur dengan situasi
kondisi yang ada. Teknik kepemimpinan adalah teknik mempertahankan keseimbangan antara
mendorong dan menuntun (Axelrod,2003:26).

C. PERAN PEMIMPIN DALAM PENGENDALIAN ORGANISASI

Dalam kenyataan sehari-hari, peran pemimpin tak pernah lepas dari pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam organisasi, mulai dari fungsi planning termasuk budgetting, organizing,
staffing, actuating or leadership, coordinating, dan controlling atau evaluation. Akan tetapi,
setiap perjalanan operasional suatu organisasi akan menemui kendala atau masalah akibat
dinamika lingkungan internal dan eksternal organisasi. Untuk menyiasati situasi dan kondisi
tersebut maka diperlukan seni memimpin yang cerdas untuk mencapai efektivitas
kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif bagi pemimpin dalam melaksanakan peran
pengendalian organisasi memiliki kontribusi besar bagi keberhasilan orang-orang yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Seperti yang diajarkan
oleh Sun-Tzu dan dijabarkan oleh Roger T. Ames. Sehubungan dengan peran pengendalian,
Axelrod (2003:99-100) mengemukakan bahwa manajer (pemimpin) yang efektif harus bermain
dalam wilayah kekuatannya, di mana pemimpin tersebut harus mengerjakan sebanyak mungkin
bisnis di wilayah dan pasar di mana ia mempunyai Pengalaman terbanyak dan sumber daya
paling intensif sehingga pemimpin harus mengendalikan situasi dan kondisi pada bidang atau
wilayah operasional yang dipimpinnya.

PERAN PEMBANGKIT SEMANGAT

A. PUJIAN
1 believe that you shouldpraise people whenever you can; it causes them to respond as a
thirsty plant responds to water. Berikanlah pujian kepada siapa pun kapan saja Anda bisa
lakukan, sebab pujian itu laksana air yang disiramkan ke atas tanaman yang layu. Mary Kay
Ash, pendiri Mary Kay Cosmetics.
Pujian, bagi siapapun adalah sesuatu yang menyenangkan. Dalam dunia kerja, pujian
atasan kepada bawahan, pujian dari sesama teman adalah sesuatu yang penting karena akan
dapat menumbuhkan rasa bangga terhadap pekerjaan dan terhadap organisasi yang pada
akhirnya dapat membangkitkan produktivitas kerja anggota organisasi dan organisasi secara
keseluruhan. Seorang pemimpin harus mampu mendorong produktivitas organisasi melalui
pujian. Dalam kegiatan belajar ini, akan dibahas materi tentang pujian sebagai salah satu
peran pemberi dorongan untuk bangkit (encouragement role) dari seorang pemimpin.
Pujian, dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain berikut ini.
1. Penghargaan (recognition), seperti ucapan terima kasih seca ra individual maupun di depan
publik, ungkapan rasa bangga, pemberian penghargaan dalam bentuk surat penghargaan,
dan sebagainya.
2. Insentif, termasuk di dalamnya gaji, promosi, rekreasi, keangg otaan dalam klub-klub profesi
maupun olahraga, cuti yang dibaya% dan sebagainya.

3. Kiat dalam Memberikan Pujian

Insentif tidak perlu berupa barang mahal, banyak, atau besar. Siapa yang memberikan,
bagaimana diberikan, dan kapan diberikan lebih bernilai daripada harga atau jumlah. Insentif
yang diberikan oleh pimpinan tertinggi atau paling dihormati yang diberikan di hadapan
publik dalam acara khusus, akan jauh lebih membanggakan dibanding insentif yang diberikan
secara massal tanpa ada upacara khusus, walaupun jumlahnya lebih besar. Pastikan bahwa
insentif yang diberikan sudah didasarkan pada peraturan atau komitmen yang sudah
disepakati bersama dan diketahui oleh semua karyawan. Hindari memberikan insentif yang
tidak didasarkan pada komitmen bersama, walaupun secara subjektif karyawan tersebut
pantas menerimanya.

Usahakan memberikan insentif yang sesuai dengan tingkat kebutuhan karyawan yang
akan menerimanya. Jika tidak mungkin dilakukan secara personal atau perorangan, lakukan
menurut level atau golongan. Artinya, buatlah perkiraan umum tingkat kebutuhan masing-
masing golongan atau level lebih dulu sebelum memberikan insentif. Pada kasus khusus,
misalnya karyawan yang akan menerima insentif itu adalah orang yang benar-benar pantas
dihargai pada organisasi itu, dan hanya satu maka bentuk, cara, dan waktu pemberian harus
benar-benar disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

B. DUKUNGAN (SUPPORT)
"You have to be very careful that you don 't punish people for taking chances You make it
very clear that the people who go out there and are the pioneers who try things shouldn 't be
punished if it fails "
"Anda harus betul-betul yakin bahwa Anda tidak menghukum orang hanya karena ada
me
kesempatan; orang-orang yang berusaha merintis atau ngembangkan sesuatu tidak
seharusnya dihukum jika usahanya gagal"
1. DESAIN KOMUNIKASI DAN MONITORING
Desain Komunikasi Dałam mengembangkan desain komunikasi, ada 3 hal Yang dapat
dijadikan pedoman, seperti berikut.
- Tidak ada satupun informasi yang tidak dapat dikomunikasikan Bawahan yang tidak pernah
menerima informasi dari atasannya tidak akan pernah berpikir bahwa memang tidak ada
informasi penting Yang perlu disampaikan oleh atasannya, tetapi umumnya mereka akan
menganggap atasannya adalah orang 'tersingkir' dari lingkungan perusahaan, atau orang
yang tidak mengetahui kebutuhan perusahaan dan karyawan, atau orang yang tidak peduli
dengan perusahaan.
- Semakin banyak komunikasi bukan berarti semakin baik komunikasi Dałam era sekarang
setiap manajer merasakan 'banjir kata-kata' baik melalui telepon, e-mail, fax, pager, surat,
memo, dan laporan. Berbagai macam informasi atau komunikasi tersebut bagaimanapun
juga membutuhkan waktu untuk mempelajarinya dan bahkan dapat menjadi sumber
masalah jika informasi tersebut tidak akurat. Adalah tugas pimpinan untuk mengatur saluran-
saluran informasi agar tidak 'mbludag' dan saling tumpang tindih.
- Data bukan Informasi
Segala macam data atau fakta tidak selalu merupakan informasi, kecuali jika data tersebut
betul-betul menginformasikan fakta. Dałam menyuSUll desain komunikasi harus
dipertimbangkan faktor-faktor perlu-tidaknya informasi disampaikan, kapasitas interpretasi,
dan kemampuan menerima informasi dari khalayak yang ingin dituju.

2. INFORMING, CONSULTING, DAN MENTORING

1. Informing
Menyampaikan informasi yang dimaksud di sini adalah menyampaikan dan berbagi
informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan yang terdapat di
lingkungan internal dan eksternal organisasi atau perusahaan kepada semua karyawan atau
anggota organisasi. Banyak keuntungan yang dapat dipetik dari kegiatan informing tersebut,
sepertl berikut Meningkatkan motivasi kerja karyawan karena mereka menyadari betapa
pentingnya sumbangan mereka terhadap keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang
a. Mempercepat penyesuaian karyawan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
dalam perusahaan,
b. Meningkatkan semangat kebersamaan dan kesadaran bahwa mereka semua merupakan
bagian dari keluarga besar perusahaan,
c. Menumbuhkan kinerja yang lebih baik karena para karyawan mengetahui betul tentang
posisi dan kondisi perusahaannya, cita-cita yang ingin diraih bersama, tantangan yang
ada, dan bagaimana cara menghadapinya.

2. Consulting

Konsultasi ada 2 macam, yaitu internal dan eksternal. Konsultasi internal biasanya dilakukan
secara perorangan, melalui rapat-rapat pimpinan, kelompok, dan sebagainya. Dalam forum
ini, biasanya pimpinan menyampaikan secara gamblang masalah-masalah penting yang
dihadapi perusahaan, prospek ke depan, kemajuan-kemajuan yang dicapai, dan kapabilitas
yang dimiliki perusahaan. Kemudian, pimpinan meminta anggota kelompok untuk
mendiskusikan masalah-masalah tersebut. Misalnya, pimpinan meminta dilakukan kajian
untuk penyusunan rencana strategis dan rencana operasional, rencana kerja tahunan,
rencana kerja unit tahunan, dan sebagainya. Setelah rencana tersebut tersusun, pimpinan
dapat melakukan pembagian tugas dalam bentuk kontrak kerja atau kontrak tugas, yaitu hal
Yang disepakati bersama harus dikerjakan dan target yang harus dicapai oleh setiap
karyawan. Kontrak kerja ini akan mempermudah pimpinan memberikan arahan atau
bimbingan, termasuk menentukan kriteria standar kinerjanya sehingga kinerja yang dicapai
dapat dinilai dengan lebih mudah.

3. Mentoring

Mentoring adalah suatu kegiatan membantu bawahan atau rekan sekerja untuk
mengembangkan keterampilan kerja demi untuk mencapai hasil kerja terbaik.
Kekuasaan dan Konflik dalam Kepemimpinan

Kepemimpinan terdapat pada setiap organisasi mulai tingkat yang paling kecil seperti keluarga,
sampai ke tingkat desa, kota, negara; mulai tingkat lokal, regional sampai nasional dan internasional, di
mana pun dan kapan pun juga. Keberhasilan setiap organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung
kepada kepemimpinannya, yaitu kemampuan pemimpin dalam menggerakkan semua sumber daya
manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu secara efektif efisien serta terpadu dalam proses
manajemen.

Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin.
Kepemimpinan muncul dan berkembang sebagai hasil dari Interaksi di antara pemimpin dan individu-
indfiidu yang dipimpin. Kepemimpinan bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk
mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian
suatu tujuan tertentu. Jadi, dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia, yaitu hubungan
mempengaruhi dari Pemimpin dan hubungan kepatuhan-ketaatan para pengikuftawahan karena
dipengaruhi oleh kekuasaan pemimpin.

A. PENGERTIAN KEKUASAAN
Istilah kekuasaan, seperti halnya istilah "cinta" merupakan kata yang tidak pernah
bosan-bosannya dipakai dalam pembicaraan sehari-hari. Secara intuitif mudah dipahami,
tetapi tidak mudah untuk didefinisikan dengan lengkap. Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kekuatan dan kekerasan sehingga sering kali di benci orang karena penyalahgunaannya
menimbulkan sesuatu yang dikutuk orang. Walaupun demikian, tetap diperlukan para
pemimpin karena tanpa kekuasaan mereka menjadi tidak berdaya. Istilah kekuasaan atau
power dalam bahasa Inggris memiliki padanan dengan kata social power.
B. SUMBER DAN JENIS K'EKUASAAN
Untuk memahami kekuasaan, tidak cukup hanya dengan memahami pengertian
kekuasaan, tetapi perlu pula kita cermati berbagai jenis dan sumber kekuasaan. Kalau kita
telusuri sejarah, berbagai jenis dan sumber kekuasaan itu bermula dari pernyataan Machiavelli
pada abad ke-16 yang menyatakan bahwa hubungan yang baik tercipta jika didasarkan atas
cinta dan ketakutan. French dan Raven (1959) telah mengembangkan sebuah taksonomi untuk
mengklasifikasi berbagai jenis kekuasaan berdasarkan sumber- sumbernya. Menurut French
dan Raven, sumber kekuasaan ada lima, yaitu paksaan, imbalan, keahlian, legitimasi, dan
referensi. Berdasarkan sumbernya, kekuasaan terdiri dari 5 jenis sebagai berikut.
1. Kekuasaan imbalan (reward power)
2. Kekuasaan paksaan (coercive power)
3. Kekuasaan legitimasi (legitimate power)
4. Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
5. Kekuasaan referensi (referent power)

C. DINAMIKA KEKUASAAN

Kekuasaan, bukanlah suatu kondisi yang statis, melainkan dinamis sesuai dengan kondisi yang
berubah dan tindakan-tindakan individu. Berkaitan dengan hal ini, marilah kita cermati Social
Exchange Theory dan Strategic Contingencies Theory.

D. PENGGUNAAN KEKUASAAN

Untuk dapat mengerti bagaimana penggunaan kekuasaan oleh pemimpin yang dapat
mempengaruhi para pengikut, terlebih dahulu perlu memperhatikan proses yang
mencampurinya, seperti motivasi dan usaha. Hasil motivasional dari usaha mempengaruhi oleh
pemimpin dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu komitmen, menurut, dan perlawanan dari Para
pengikut. Jika para pengikut penuh komitmen, mereka bersemanzat melaksanakan permintaan
pemimpin dan berusaha semaksimal mungkin. Para pengikut yang memiliki komitmen akan
menerima sasaran pemimpin dan akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Sikap
menurut mencerminkan keberhasilan sebagian dari pengaruh pemimpin. Dalam kaitan ini Para
pengikut melaksanakan permintaan pemimpin tanpa menerima sasaran pemimpin. Mereka tidak
bersemangat dan mungkin hanya mengeluarkan usaha minimal dalam melaksanakan permintaan
tersebut, Sedanzkan perlav.anan menunjukkan ketidakberhasilan pemimpin.
PENGARUH

A. PENGERTIAN PENGARUH

Istilah pengaruh merupakan istilah yang kelihatannya semua orang mengerti secara intuitif.
Dalam istilah umum, pengaruh mengacu pada efek dari suatu pihak terhadap pihak lain.
Pengaruh tersebut dapat menyangkut orang, hal-hal atau peristiwa-peristiwa. Dalam
kaitannya dengan kepemimpinan, seseorang atau kelompok akan mengalami perubahan
akibat adanya suatu perilaku yang ditetapkan Oleh pemimpin.

B. PROSES-PROSES MEMPENGARUHI

Proses mempengaruhi adalah proses di mana orang yang mempengaruhi berusaha mengubah
sikap, perilaku, nilai-nilai, norma, kepercayaan, pikiran, dan tujuan dari orang yang
dipengaruhi secara sistematis (Wirawan, 2002: 135).

I. Instrumental Compliance

Orang yang dipengaruhi melaksanakan suatu tindakan yang diminta dengan tujuan
untuk memperoleh suatu imbalan yang berwujud atau untuk menghindari hukuman yang
dikontrol oleh orang yang mempengaruhi. Motivasi perilaku seperti ini adalah instrumental.
Alasan patuh terhadap yang mempengaruhi adalah untuk memperoleh beberapa keuntungan
yang berwujud. Apabila orang yang mempengaruhi kehilangan kontrol terhadap imbalan dan
hukuman atau bila karena sesuatu hal imbalan tidak lagi menarik bagi Yang dipengaruhi dan
hukuman tidak lagi berarti apa-apa, kepatuhan mungkin akan hilang.

2. Internalization

Orang yang dipengaruhi menjadi terikat untuk mendukung atau melaksanakan usulan
yang didukung oleh orang yang mempengaruhi kate secara intrinsik dirasakan sebagai
sesuatu yang memang diinginkan dan benar dalam hubungannya dengan nilai-nilai,
kepercayaan, dan rasa harga diri. Komitmen terjadi tanpa memperhatikan apakah suatu
keuntungan berwujud diharapkan atau tidak. Kesetiaan dari orang yang dipengaruhi ditujukan
pada gagasan-gagasan itu sendiri, bukan kepada orang yang mempengaruhi. Internalisasi
kernungkinan akan terjadi bila orang mempengaruhi dianggap sebagai sumber informasi dan
nasihat yang dapat dipercaya serta terampil dalam membuat pernuntaan-perrnintaan
rasional dan emosional.

3. Identification
Orang yang dipengaruhi meniru perilaku orang yang mempengaruhi atau mengambil
alih sikap yang sama untuk menyenangkan orang yang mempengaruhi dan agar sama, seperti
orang yang mempengaruhi. MotÅasi dari orang yang dipengaruhi kemungkinan berkaitan
denuan kebutuhannya agar diterima dan dihormati. Dengan melakukan sesuatu yang dapat
diterima oleh orang yang mempengaruhi maka orang yang dipengaruhi mampu untuk
mempertahankan hubungan yang memenuhi suatu kebutuhan untuk dapat diterima.
Mempertahankan suatu hubungan yang dekat dengan orang yang mempengaruhi dapat juga
membantu untuk mernenuhi kebutuhan akan rasa dihormati dari orang yang dipengaruhi bila
orang lain menganggap orang yang dipengaruhi tersebut menjadi Iebih tinggi karena
hubungan tersebut• Menjadi, seperti orang yang mernpengaruhi, juga dapat mernbantu
memuaskan orang yang dipengaruhi untuk rnempertahankan rasa harga dirinya. Pengaruh
yang disebabkan oleh identitikasi dapat disengaja dan dapat pula tidak disengaja. Perubahan
pada perilaku orang yang dipengartlhi dapat terjadi sebagai tanggapan terhadap suatu usaha
untuk mempengartlhi dari orang yang mempengaruhi. Namun, identifikasi dapat pula terjadi
tanpa usaha dari orang yang mempengaruhi.

C. TAKTIK-TAKTIK MEMPENGARUHI

Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengidentifikasi sebagai kategori-kategoritaktik-


taktik perilaku mempengaruhi, yang lebih dikenal mempengaruhi. Yukl dan Falber telah
(1990), mengidentifikas, Lepsinger dan sembilan Lucia (1992)taktik Yukl dan Tracey (1993)
mempengaruhi. Taktik-taktik tersebut menggambarkan perilaku pemimpin dalam upaya untuk
mengubah sikap, pendapat, perilaku, kepercayaan, nilai_ nilai, dan tujuan pengikut serta
kondisi-kondisi yang mendukung penggunaannya.

1. Taktik Mengesahkan (Legitimating Tactics)


2. Taktik Persuasi Rasional (Rational Persuasion)
3. Taktik Permintaan Berinspirasi (Inspirational Appeal)
4. Taktik Konsultasi (Consultation Tactics)
5. Taktik Pertukaran (Exchange Tactics)
6. Taktik Permintaan Pribadi (Personal Appeals)
7. Taktik Menjilat (Ingratiation Tactics)
8. Taktik Menekan (Pressure Tactics)
9. Taktik Berkoalisi (Coalition Tactics)
KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Kepemimpinan adalah gejala universal dalam setiap kelompok makhluk hidup,


termasuk manusia. Apalagi manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socious)
yang senang berkelompok, bukan makhluk solitaire atau makhluk yang senang menyendiri.
Dalam perkembangannya, kelompok manusia menjadi semakin besar dan rumit sehingga
berkembang menjadi organisasi formal yang kompleks. Semakin maju peradaban manusia,
semakin banyak jenis organisasi yang muncul. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila
manusia modern disebut pula sebagai makhluk berorganisasi (homo organismus).

Dalam konteks organisasi, kepemimpinan merupakan inti dari suatu organisasi. Begitu
juga kepemimpinan pemerintahan merupakan sesuatu Yang melekat pada keberadaan
pemerintahan, bahkan dapat dianggap sebagai inti dari pemerintahan itu sendiri. Sistem
pemerintahan yang secara teoritik baik, hanya akan berjalan baik apabila dikendalikan oleh
pemimpin yang memiliki komitmen untuk mengoptimalkan fungsi, peranan, dan tanggung
jawabnya.

Karakteristik Kepemimpinan Pemerintahan

A. LINGKUP KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Secara sederhana, kepemimpinan pemerintahan atau kepemimpinan dalam urusan


publik selama ini hanya dikaitkan dengan kegiatan kerja seharihari dalam bentuk pelayanan
publik. Kepemimpinan pemerintahan berkaitan dengan bagaimana seharusnya kekuasaan
dikelola, bagaimana kehandalan pemimpin dalam melayani masyarakat demi tegaknya
keadilan, memberdayakan masyarakat agar kemandiriannya terus menguat di dalam mengejar
kemajuan bersama serta membangun untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari
waktu ke waktu.

B. KARAKTERISTIK PEMIMPIN PEMERINTAHAN

Kepemimpian pemerintahdapat dibedakan kedalam kepemimpinan organisasional dan


kepemimpinan sosial. Fungsi pemimpin pemerintah adalah mengidentifikasi dan
menganalisi,menetapkan tujuan dan merumuskan kebijakan dan membangun dan
menggerakkan semangat.

Kepemimpinan Birokrasi Pemerintahan

A. BIROKRASI PEMERINTAHAN

Pemimpin merupakan pemegang peranan yang sangat strategis dalam setiap


organisasi termasuk dalam birokrasi pemerintahan. Keberhasilan suatu birokrasi
pemerintahan di dalam menjalankan tugas-tugasnya sangat ditentukan kualitas dari
pemimpinnya sehingga kedudukan pemimpin sangat mendominasi setiap aktivitas yang
dilakukan. Menurut Ryas Rasyid (2002), kualitas kepemimpinan pemerintahan dalam kaitan ini
merujuk pada kapasitas seseorang untuk membangun kesadaran kolektif dari suatu komunitas
atas keperluan mewujudkan cita-cita tertentu. Ia berkenaan dengan kemampuan
menggerakkan seluruh potensi dan energi yang dimiliki oleh komunitas itu agar dapat secara
konsisten mendukung pencapaian tujuan.

B. KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH.

Pemerintahan modern selalu mengorientasikan tindakan-tindakannya pada


pencapaian sesuatu hasil. Dalam kaitan ini, manajemen pemerintahan diarahkan agar
mendefinisikan hasil apa yang ingin dicapai dengan uang, peralatan, keahlian, dan tenaga
kerja yang dikerahkan. la berhubungan dengan target yang ingin dicapai oleh setiap unit
pemerintahan dalam periode tertentu. Schein (1992) menyatakan bahwa pemimpin
mempunyai pengaruh yang beşar terhadap keberhasilan organİsasİ dalam menghadapi
tantangan yang muncul. Tuntutan akan kualitas dan kinerja kepemimpinan dalam
penyelenggaraan pemerintahan mengemuka dan terus meningkat telah menjadi patron
seorang pemimpin dan calon pemimpin di dalam membawa perubahan dalam organisasi,
serta memotivasi anggotanya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan menjadi basis
dalam manajemen sumber daya manusia yang diharapkan tidak saja pada aspek operasional,
yaitu dalam pembentukan kualitas kehidupan kerja tetapi juga pada aspek stratejik yang
mendasari terbentuknya kondisi kehidupan kerja tersebut.
ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

MODUL 7 : ETIKA JABATAN

KEGIATAN BELAJAR 1 : DILEMA ETIKA JABATAN

BERBAGAI KASUS PELANGGARAN ETIKA JABATAN

Berdasarkan catatan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama tahun 2005 sebanyak 69 Kasus
korupsi dengan 239 orang terdakwa yang diperiksa dan diputus oleh pengadilan di seluruh Indonesia
mulai dari tingkat pertama (pengadilan negeri), banding (pengadilan tinggi), kasasi hingga peninjauan
kembali (MA). Dari segi aktor, jumlah kasus yang menimpa terdakwa yang berasal dan eksekutif dan
yudikatif hampir berimbang. Selama tahun 2005, jumlah kasus yang melibatkan para terdakwa dari
lingkungan eksekutif (kepala daerah, mantan kepala daerah, dinas, sekda) adalah sebanyak 27 kasus.
Para anggota atau mantan anggota dewan (legislatif) sedikit lebih unggul, sebanyak 28 kasus korupsi
yang telah diproses di pengadilan. Sedangkan kasus korupsi yang melibatkan pihak swasta hanya
sebanyak 14 kasus. Dari 69 kasus sebanyak 27 kasus yang divonis bebas oleh pengadilan, dan hanya
42 kasus yang akhirnya divonis bersalah. Namun, dari kasus korupsi yang akhirnya diputuskan
bersalah oleh pengadilan, dapat dikatakan belum membenikan efek jera bagi para pelaku korupsi
karena hampir separuhnya (23 kasus) diputus di bawah 2 tahun penjara.

Dari beberapa kasus korupsi yang akhirnya divonis bebas, barangkali NH bisa dikatakan "orang
paling beruntung" di tahun 2005. Dari tiga kasus korupsi (Bulog, beras ilegal, gula ilegal) yang
menimpa dirinya dan diadili di pengadilan, dua kasus akhirnya divonis bebas pada tahun 2005. Dalam
kasus korupsi penyalahgunaan dana Bulog sebesar Rp169 miliar meskipun oleh jaksa dituntut 20
tahun penjara, majelis hakim PN Jakarta Selatan yang dipimpin oleh I Wayan Rena menjatuhkan
vonis bebas. Pertimbangannya bahwa kasus ini merupakan kasus perdata. Begitu pula terhadap kasus
korupsi gula ilegal yang diadili di PN Jakarta Utara. Dengan pertimbangan bahwa BAP NH cacat
hukum, majelis hakim yang dipimpin Hamuntal Pane menyatakan NH dinyatakan tidak bersalah.
Padahal jaksa menuntut NH dinyatakan bersalah dan dituntut selama 7 tahun penjara. Meskipun
dikecam banyak pihak dan dikabarkan para hakim dalam dua kasus NH tersebut diperiksa oleh MA,
namun tidak jelas basil dan pemeriksaan tersebut.

Harus diakui tidak semua terdakwa kasus korupsi beruntung dengan vonis bebas ataupun hanya
divonis di bawah 5 tahun penjara, namun secara umum tidak semuanya langsung di bui. Setidaknya
ada tiga orang paling tidak beruntung di tahun 2005. Mereka adalah AHW terdakwa kasus korupsi
pembobolan BNI 46 Kebayoran Baru senilai Rpl.214 Triliun yang divonis seumur hidup oleh majelis
hakim PN Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Roki Panjaitan. Walikota Blitar non-aktif IM adalah
satu-satunya pejabat negara saat ini yang dijatuhi vonis penjara paling berat. PN Blitar secara
mengejutkan menjatuhkan vonis 15 tahun penjara terhadap IM yang didakwa melakukan korupsi dana
APBD tahun 2002-2004 sebesar Rp 97 miliar. Terakhir PN Pekanbaru telah menjatuhkan vonis 14
tahun penjara bagi NT yang didakwa melakukan penyelewengan kredit dan Bank Mandiri sebesar Rp
35,9 miliar. Secara umum apa yang telah ditunjukkan oleh institusi pengadilan selama tahun 2005
sangat memilukan dan jauh dari harapan semua orang yang menghendaki para koruptor dihukum
seberat-beratnya. Di saat pemerintah bersemangat dalam memberantas korupsi, apa yang dilakukan
oleh pengadilan justru sebaliknya, bersemangat membebaskan terdakwa korupsi. Jika tidak ada
sinkronisasi antara eksekutif dan yudikatif seperti ini, sampai kapan pun usaha pemberantasan korupsi
di Indonesia tetap akan berjalan di tempat bahkan bisa jadi mundur ke belakang. Dari kasus-kasus
koruptor atau pelanggaran etika jabatan yang sudah Anda baca di atas, terlihat bahwa penanganan
oleh pihak yudikatif belum maksimal. Komitmen pemberantasan korupsi sangat lemah. Apa
sebenarnya yang menjadi kendala?

B. BERBAGAI KENDALADALAM PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA JABATAN

Mekanisme izin pemeriksaan terhadap pejabat negara yang sedang menghadapi masalah hukum
merupakan kendala tersendiri bagi percepatan pemberantasan korupsi. Dalam pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono proses pengurusan izin pemeriksaan boleh dibilang tidak mengalami hambatan
berarti. Ratusan orang anggota DPR/DPRD, bupati, walikota, dan gubernur sudah diterbitkan izin
pemeriksaannya.

Namun demikian, ratusan izin pemeriksaan yang telah dikeluarkan oleh Presiden Yudhoyono
tidak serta merta membuat persoalan ini menjadi selesai Kemauan Presiden untuk secara objektif
menyetujui pemeriksaan terhadap siapa pun pejabat negara yang diduga terlibat korupsi sangat
mengesankan, setidaknya jika dibandingkan dengan presiden-presiden sebelumnya. Angka hingga
ratusan izin pemeriksaan pejabat yang telah ditandatangani Yudhoyono merupakan jumlah yang
fantastis.

Namun, kebijakan untuk secara mudah memberikan izin pemeriksaan belum bisa dijadikan
ukuran untuk mengatakan program pemberantasan korupsi dianggap berhasil. Sebab, dalam din aturan
izin pemeriksaan terdapat diskresi bagi seorang presiden. Pasalnya, presiden memiliki hak untuk tidak
atau memberikan izin pemeriksaan bagi pejabat negara yang hendak diperiksa aparat penegak hukum.
Dengan tidak memberikan izin, presiden tidak dianggap bersalah atau tak dapat dikenai sanksi.
Hanya, pada masa ini kebetulan Presiden Yudhoyono tidak memiliki kepentingan subjektif untuk
tidak memberikan persetujuan izin pemeriksaan. Akan tetapi, hal ini tidak dapat dijamin ketika
presiden sudah berganti, ketika kekuasaan sudah mengalami rotasi.

Pendek kata, program pemberantasan korupsi sebagai bagian dari upaya untuk mendorong proses
demokratisasi masih sangat bertumpu pada kemauan politik seorang pemimpin. Selain itu, program
pemberantasan korupsi masih berada pada format politik lama yang sewaktu-waktu dapat mengancam
momentum pemberantasan korupsi, terutama jika kemauan politik pemimpin bergeser sesuai dengan
kepentingan politiknya. Tentu saja hal ini juga ikut andil mengakibatkan kinerja pemberantasan
korupsi justru berjalan di tempat bahkan mundur. Catatan Akhir Tahun Masyarakat Transparansi
Internasional (MTI) 2005 menyebutkan bahwa mantan menteri, gubernur, bupati, jenderal, pengusaha
dan ketua lembaga negara menjadi pelaku utama korupsi di Indonesia. Kinerja lembagi pemberantas
korupsi, seperti Komisi Pemberantas Korupsi (KPK). Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi
(Timtas Tipikor) juga berjalan di tempat karena birokrasi yang masih mendewakan ketertutupan atas
nama rahasia negara.

Pemberantasan korupsi di Negara kita masih banyak mengalami kendala. Coba Anda sebutkan
apa yang menjadi kendala dalam pemberantasan korupsi tersebut!

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk melepaskan diri dari program pemberantasan korupsi yang
sangat diskresional, perlu diupayakan beberapa perbaikan dalam ranah kebijakan publik. Dengan kata
lain, izin pemeriksaan sebagai prasyarat untuk memeriksa pejabat negara harus dieliminasi dan
berbagai peraturan perundang-undangan yang ada. Menurut Adnan Topan Husodo (2006), setidaknya,
ada beberapa argumentasi yang mendasari penghapusan itu.

Pertama, mekanisme izin pemeriksaan yang hanya dikhususkan bagi pejabat negara telah
mendistorsi prinsip nondiskriminasi dalam pelaksanaan hukum. Jika kita sepakat untuk menjunjung
tinggi sistem negara hukum, regulasi seharusnya tidak diciptakan untuk menguntungkan salah satu
pihak, apalagi melindungi kepentingan kekuasaan tertentu. Pejabat negara yang sedang berperkara
tidak ada bedanya dengan rakyat jelata yang menghadapi kasus kriminal. Mereka bukanlah kelompok
istimewa yang ketika berurusan dengan hukum harus melalui proses yang rumit dan berbelit-belit
sehingga sulit disentuh. Justru sebaliknya, mereka adalah pelaksana mandat kekuasaan dan rakyat,
pejabat negara yang diduga melanggar hukum harus menjadi prioritas untuk diperiksa. Bukan justru
proses pemeriksaan itu dihalangh alangi dengan memberikan persyaratan adanya izin pemeriksaan.

Kedua, sampai saat ini tidak pemah mencuat argumentasi yang sangat kuat untuk tetap
mempertahankan adanya mekanisme izin pemeriksaan bagi pejabat negara yang akan diperiksa. Baik
DPR maupun pihak eksekutif yang telah membuat beberapa kebijakan menyangkut keharusan adanya
izin pemeriksaan dan pejabat tertentu tidak pernah bisa menjelaskan urgensi dan persyaratan itu.
Dengan demikian, patut ditengarai bahwa latar belakang dibuatnya kebijakan tersebut semata-mata
hanya untuk melindungi kepentingan kelompok yang sedang berkuasa. Di sinilah sebenarnya
pertanyaan apakah sistem demokratis yang tengah kita kembangkan sudah menyentuh isu yang
sensitif, khususnya pada warisan politik lama yang terkesan memberikan banyak kekebalan hukum
bagi pejabat negara.

Ketiga, adanya izin pemeriksaan kerap disalahgunakan oleh aparat penegak hukum untuk tidak
memproses perkara korupsi yang melibatkan pejabat negara. Tameng yang paling mudah digunakan
aparat penegak hukum ketika masyarakat menagih kinerja penanganan perkara korupsi, khususnya
kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara adalah izin pemeriksaan belum keluar. Di satu sisi,
masyarakat sulit melacak kebenaran alasan tersebut karena mekanisme permohonan izin sangat
tertutup, hanya diketahui oleh aparat penegak hukum dan pihak yang memiliki otoritas untuk
memberikan izin.

Keempat, izin pemeriksaan menciptakan kontradiksi dengan kebijakan percepatan


pemberantasan korupsi yang dicanangkan Yudhoyono. Tidak dapat dimungkiri bahwa mekanisme
izin pemeriksaan telah menghambat upaya aparat penegak hukum untuk melanjutkan proses
pemeriksaan. Hal ini terjadi di banyak daerah tempat kepala daerah atau DPRD-nya tengah berurusan
dengan hukum dalam kasus korupsi. kemacetan menjadi fenomena jamak. Oleh karena alasan belum
keluarnya izin pemeriksaan dari otoritas terkait.

Sesungguhnya, apabila percepatan pemberantasan korupsi dimaknai sebagai usaha untuk


mempermudah dan mempersingkat proses penanganan kasus korupsi, khususnya yang melibatkan
pejabat negara, mekanisme izin pemeriksaan adalah penghambat yang utama.

Apalagi dalam pertemuan semua kepala kejaksaan tinggi se-Indonesia di Ciloto pada Desember silam,
telah disepakati bahwa salah satu indikator kinerja kejaksaan dalam memberantas korupsi adalah
penanganan perkara korupsi yang berbobot dan menjadi perhatian masyarakat luas. Dengan demikian,
mekanisme izinpemeriksaan tetap dipertahankan sebagai sebuah kebijakan, sebenarnya pemerintah
sedang menerapkan standar ganda dalam pemberantasan korupsi.

Padahal tidak ada alasan untuk menghalalkan perilaku tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan.
Kecurangan, pemborosan, dan penyalahgunaan (korupsi) tidak mempunyai tempat dalam
pemerintahan. Bahkan, harga dan kualitas pelayanan yang rendah mengharuskan kita untuk menolak
tingkah laku tidak etis dalam berbagai tingkatan pejabat pemerintahan. Imbalan yang harus dibayar
akibat kemerosotan kepercayaan pada budaya hidup demokratis mengharuskan masing-masing kita
untuk menuntut tingkah laku etis di kalangan pejabat-pejabat, baik para pejabat yang dipilih maupun
yang diangkat.
KEGIATAN BELAJAR 2

MOTIVASI PELANGGARAN ETIKA JABATAN

Banyak pejabat penyelenggara negara melakukan perbuatan tidak etis dengan banyak alasan, antara
lain alasan yang sama versinya dengan ke serakahan atau ideologi. Pembelaan -pembelaan berkisar
pada ketidakt ahuan hukum, alasan pribadi, atau berbagai alasan lainnya. Alasan-alasan tersebut
serupa dengan alasan yang diberikan oleh kalangan pegawai nonpemerintah atas tindakan tidak etis
yang mereka lakukan atau dalam menjalankan berbagai urusan sehari-hari mereka. Namun, pegawai
pemerintah mencerminkan lintas bagian masyarakat umum. Kita dapat menganggap bahwa mereka
memiliki standar yang sama dan mudah terkena godaan. Akan tetapi, tuntutan moral yang diemban
oleh pegawai negeri terfokus pada kepercayaan akan kejujuran pemerintah dan wibawa pejabatp
ejabat yang dipilih, diangkat, dan meniti karier. Oleh sebab itu, tidak ada orang yang memaksa para
pejabat untuk menyandang jabatan dan memaksa mereka bekerja dalam jabatan-jabatan itu, Suka atau
tidak suka, pegawai negeri harus menerima Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Bentuk Perbuatan Tidak Etis Penyelenggara Negara

Menurut Nigro dan Nigro (dalain Joko Widodo, 2001) terdapat 8 bentuk penyimpangan/perbuatan
tidak etis yang sering dilakukan oleh para penyelenggara negara, Kedelapan bentuk penyimpangan
yang dimaksud dapat dijelaskan berikut ini.

1. Ketidakjujuran (Dishonesty) Ketidakjujuran merupakan suatu tindakan yang tidak jujur. Banyak
contoh ketidakjujuran yang dilakukan oleh para penyelenggara negara,misalnya :

a. Mencantumkan hari bertugas di luar lebih banyak dan yang senyatanya dalam Surat Perintah
Perjalanan Dinas/SPPD (lebih parah lagi tanpa pergi, titip SPPD kepada teman yang sedang tugas
luar).

b. Bentuk lain ketidakjujuran yang tidak secara langsung berhubungan dengan uang, misalnya
memalsu tanda tangan atau cap (stempel) kantor, mengisi presensi secara tidak benar, melaporkan
yang baik-baik saja dan menyembunyikan yang jelek-jelek.

Ketidakjujuran merupakan tindakan penyimpangan yang berbahaya karena dapat menimbulkan


ketidakpercayaan (distrust) dan dalam beberapa kasus sangat merugikan kepentingan masyarakat dan
institusi.

2. Perilaku yang Buruk (Unethical Behaviour)


Pegawai mungkin saja melakukan tindakan dalam batas-batas yang diperkenankan hukum, tetapi
tindakan tersebut dapat digolongkan sebagai tidak etis, namun secara hukum tidak dapat dituntut.
Misalnya, Seorang pejabat yang berpengaruh meminta kepada kepala personalia supaya familinya
diluluskan dalam seleksi pegawai. Di sini semua calon pegawai diseleksi secara sama melalui
prosedur formal tertentu. Akan tetapi. dalam melakukan penilaian dan pengambilan keputusan, bagian
personalia meloloskan calon bosnya meskipun secara objektif nilai tesnya tidak memenuhi syarat
kelulusan. Walaupun dalam kasus ini bos atau bagian personalia tidak mungkin dituntut karena
permintaan bos diajukan secara lisan (tidak ada bukti tertulis), tetapi juga tidak ada unsur
penyogokan, mungkin pula kalimat yang digunakan bos sangat tersamar (misalnya, "aku titip
keponakanku"), tetapi tindakan demikian jelas tidak etis karena mengorbankan objektivitas penilaian
dalam seleksi pegawai.

3. Mengabaikan Hukum (Disregard of The Law)

Pegawai dapat mengabaikan hukum atau membuat tafsiran hukum yang menguntungkan
kepentingannya. Misalnya, Pegawai A menggunakan mobil dinas untuk mengantar sekolah anaknya,
meskipun ia tahu bahwa keluarga pegawai tidak berhak menggunakan fasilitas kantor yang secara
hukum hanya diperuntukkan pegawai negeri dan hanya untuk kepentingan dinas.

4. Favoritisme dalam Menafsirkan Hukum

untuk menguntungkan kepentingan tertentu. Misalnya, Seorang pejabat menyatakan bahwa gubernur
harus

5. Perlakuan yang Tidak Adil terhadap Pegawai

Pejabat atau pegawai suatu instansi tetap mengikuti hukum yang berlaku, tetapi hukum tersebut
ditafsirkan bersikap netral dalam pemilu, tetapi sebagai kader partai A maka yang bersangkutan harus
merasa terpanggil untuk memenangkan partai tersebut.

Tindakan tidak etis lainnya adalah memperlakukan pegawai secara tidak adil. Contohnya, Pemimpin
suatu instansi menghambat karier bawahannya yang berprestasi karena merasa disaingi Sebaliknya. in
memperlakukan seorang pegawai lainnya secara istimewa karena bawahan tersebut pandai "melayani"
kemauan pemimpin tersebut.

6. Inefisiensi Bruto (Gross Inefficiency)

Kadang-kadang para pegawai suatu instansi dengan menggunakan celah-celah kelemahan Pejabat
melakukan pemborosan dana secara melanggar peraturan perundang-undangan yang melakukan
inefisiensi bruto suatu peraturan, misalnya berlebihan meskipun tidak berlaku.
7. Menutupi Kesalahan

Pimpinan atau pegawai negeri kadang-kadang menutupi kesalahan sendiri atau kesalahan bawahannya
atau melarang pers meliput kesalahannya atau instansinya. Contohnya Sikap para pejabat dalam kasus
Marsinah.

8. Gagal Menunjukkan Inisiatif

Sebagian pegawai kadangkadang gagal membuat keputusan yang positif atau menggunakan diskresi
(keleluasaan) yang diberikan hukum kepadanya. Contohnya, setelah keluarnya suatu peraturan,
beberapa pejabat tidak berani mengambil inisiatif dalam mengatasi suatu permasalahan menurut
peraturan tersebut dan cenderung menunggu jukiak atau juknis dari instansi induknya.

Setelah kita pelajari delapan bentuk penyimpangan/perbuatan tidak etis para penyelenggara negara,
dapatkah Anda mencari contoh perilaku tidak etis yang secara hukum tidak bisa dituntut yang Anda
temui di sekeliling Anda?

Mari kita memperhatikan alasan-alasan besar yang melatar belakangi memotivasi tindakan tidak etis
yang terjadi selama beberapa tahun terakhir ini, di mana tindakan tersebut kebanyakan menunjuk
pejabat-pejabat yang dipilih, diangkat, dan meniti karier di semua tingkat pemerintahan.

1. Itikad Baik

Pegawai-pegawai pemerintah sering merasa kesal karena lambatnya proses pekerjaan di instansi
mereka. Mereka ingin mempercepat sesuatu yang berharga demi kepentingan masyarakat. "Apa
salahnya memotong sedikit proses birokrasi? Tidak ada pengaruhnya untuk saya dan pekerjaan pun
perlu dikerjakan. Jadi, kita langgar saja sedikit aturannya, Bukankah pemerintah diharapkan untuk
membantu?" Salah. Mungkin salah. Benar. Demikian urutannya. Memang, pemerintah diharapkan
membantu dan pekerjaan itu perlu dikerjakan. Mungkin memang tidak ada pengaruhnya untuk Anda
atau memang birokrasinya terlalu berbelit-belit. Akan tetapi, tidak ada seorang pun yang berwenang
untuk mengabaikan undang-undang atau mengesampingkan kebijakan dan prosedur yang ada.
Rasanya tindakan tersebut dianggap benar.

2. Ketidaktahuan akan Hukum, Kode Etik, dan Kebijakan Prosedur

"Saya tidak tahu" atau saya tidak tahu bahwa saya tidak boleh berbuat demikian merupakan
alasan-alasan yang digunakan oleh para pegawai negeri bila mereka dihadapkan pada pelanggaran
ketentuan hukum, kode etik atau kebijakan prosedur instansi. Dalih ini sering digunakan untuk
menerangkan kerahasiaan suatu instansi yang mungkin atau memang mempengaruhi keputusan suatu
instansi. Dengan kata lain, situasi mungkin tidak mempunyai dampak pada suatu keputusan.

3. Egoisme

Egoisme pribadi atau kelompok telah berkembang menjadi virus ganas yang menumbuhkan
anarki dan melahirkan sosok kepemimpinan yang bercorak premanisme dan pameran adu kekuatan.
Kekuasaan tidak berakar lagi kepada kepentingan rakyat, kekuasaan hanya untuk dinikmati,
dimanfaatkan, dan disalahgunakan. "Persoalan-persoalan bangsa yang strategis, serius dan luas
sekalipun, tidak lagi dipersepsikan sebagai kepentingan nasional. Oleh karena semakin terbiasa
mementingkan kelompok, partai. daerah dan hal lain-lain yang sangat parsial (Edi Sudradjat, 2003)

4. Keserakahan

Menurut Lopa (1998), salah satu hal yang mendorong terjadinya pelanggaran hukum atau
perbuatan yang tidak etis oleh pejabat negara ini adalah tabiat mereka yang serakah. Mungkin juga
sikap itu dilandasi rasa takut bercampur malu yang pada oknum pejabat tinggi dan pengusaha kuat
yang berkolusi sudah jarang ditemukan. Rasa berkuasa itulah yang sering membuat seseorang
memandang remeh orang lain dan berani bertindak apa saja (harlan Bisnis Indonesia edisi 21
November 1998). Lebih lanjut Lopa menegaskan keserakahan ini tumbuh subur karena lemahnya
penegakan hukum, serta manajemen yang tidak rapi sehingga kebocoran tidak bisa segera diketahui
dan dikendali kan.

5. Kewenangan dan Kekuasaan

Kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh para pejabat negara dalam penyelenggaraan
negara sering disalahgunakan. Misalnya, pada masa pemerintahan Soeharto banyak tindakan yang
dilakukannya dapat dikategorikan penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan, antara lain (1) Pada
1970 Secharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi, (2) Pada
1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau
para pengusaha untuk menyumbang 2% dan keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandini (3)
Tindakan pembersihan dan unsur-unsur komunis (PKI) membawa tindakan penghukuman mati
anggota Partai Komunis di Indonesia yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu
tersangka komunis, kebanyakan warga sipil, dan kekerasan, terhadap minoritas Tionghoa Indonesia
(http://id.wikipedia.org/wiki/Socharto).

6. Persahabatan

"Bukankah hal itu tidak ada salahnya? Saya hanya menolong seorang teman dan saya tidak
mendapat keuntungan apa pun. Ungkapan ini biasa atau dapat dijadikan alasan bagi pejabat
penyelenggara negara untuk melakukan pembelaan diri ketika ia melakukan perbuatan tidak etis
Misalnya, ketika yang bersangkutan meminjamkan kendaraan dinasnya atau alat-alat kantor kepada
seorang teman untuk kepentingan pribadi. Contoh lain karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi
atau ingin menyelamatkan diri, beberapa orang pejabat rela mencelakakavimengkhianati sahabatnya
sendiri atau melakukan perbuatan tidak etis. Hal ini tenjadi pada kasus jatuhnya Suharto dan jabatan
presiden Di mana ia harus meletakkan jabatan secara tragis , bukan semata-mata karena desakan
demonstrasi mahasiswa (1998), melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya.
Sejumlah menteri yang sebelumnya asal bapak senang (ABS), tiba-tiba pada saat kritis menanik diri
dari kabinet. Akihasnya, Sulsarto kehilangan dukungan, dan terpaksa mengundurkan diri

7. Keuntungan Pribadi dan Keluarga

Untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan keluarga, seorang pejabat negara mungkin dapat
melakukar perbuatan tidak etis, misalnya kasus korupsi di KPU. Kasus korapsi KPU menarik karena
indikasi korup dilakukan oleh oknum yang berasal dari berbagai latar belakang seperti dan perguruan
tinggi, akty lembaga swadaya masyarakat, dan barokrat. Dengan perbedaan latar belakang itu, kasus
korupsi KPL memperlihatkan bagaimana kolaborasi antara cendekiawan, aktivis, dan birokrat dalam
korupsi. Kolaborasi itu semakin luas karena uang panas KPU juga mengalir sampai ke anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan (Saldi Isra, 2005).

Contoh lain adalah kasus penggunaan dana abadi umat (DAU) di Departemen Agama. Kasus DAU
memperlihatkan betapa bobroknya mentalitas pejabat di negeri ini. Pejabat dengan begitu
gampangnya menggunakan dana umat untuk kepentingan pribadi. Selain karena ajl mumpung, tidak
ada alasan yang dapat membenarkan pejabat menggunakan DAU untuk menunaikan ibadah haji.
Sama dengan kasus korupsi KPU, berdasarkan hasil penyidikan Tim Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, dann haji ini juga mengalir sampai ke DPR (Koran Tempo, 22/06).

8. Kebodohan

Orang tentu mengira bahwa ketika seorang pegawai negeri atau pejabat negara mencapai jabatan
tingkat tinggi, ia akan mempunyai pengertian yang jelas mengenai perbedaan antara perilaku yang etis
dan perilaku yang tidak etis. Apabila kita beranggapan bahwa perbedaan tersebut sangat jelas, kita
harus berkesimpulan bahwa tindakan tidak etis (penyelewengan) tertentu disebabkan oleh kebodohan.
Contoh perilaku bodoh, antara lain berikut ini.

a. Menggunakan alat-alat tulis, telepon, mesin fotokopi, dun kendamin kantor untuk kepentingan
pribadi.

b. Menggunakan jasa sopir pemerintah/kantor secara tidak salt tumtuk bepergian menuju dan pulang
dari tempat kerja.
c. Memanfaatkan pegawai-pegawai pemerintah pada jam-jam kerja resmi untuk mengerjakan sesuatu
dala rangka kampanye memperoleh suatu jabatan

d. Seorang kepala negara/presiden menyebut anggota-anggota DPR sebagai taman kanak-kanak

9. Ikut Arus

Lemahnya perlindungan atau jaminan hukum terhadap abdi-abdi negara (pelapor) yang mencoba
memprotes penilaku tidak etis atau membeberkan penyimpangan yang dilakukan oleh penyelenggara
negara kepada wartawan/media, mengakibatkan si pelapor sering menghadapi ancamana ncaman.
Sesudah itu, mereka pun akan diselidiki karena diangrap melakukan pembocoran-pembocoran" tanpa
izin. Tentu saja hal ini dapat mempengaruhi kesetiaan kaum birokrat (abdi negara). Dengan kata lain,
dalam waktu yang singkat jelaslah bahwa sebaiknya orang mengambil sikap ikut arus" saja atau
melindungi diri sendiri secara mental. Sebagai pemecahannya, pejabat-pejabat abdi negara melakukan
pekerjaan mereka meskipun tidak terlalu bersemangat, bahkan mereka pun berhati-hati untuk tidak
membuat kehebohais.

10. Saya Hanya Mengikuti Perintah

"Setiap bawahan berkewajiban untuk patuh dan taat pada perintah atasan" kalimat ini sering
dijadikan pembelaan utama dalam proses pengadilan jika seorang oknum pejabat dinyatakan bersalah
atau melakukan perbuatan tidak etis. Misalnya, pada kasus Trisakti, Semanggi I dan II merupakan
pelanggaran HAM berat. karena dalam peristiwa itu terjadi penembakan oleh militer terus-menerus
dan berlangsung sampai 10 jam. sehingga banyak sekali jatuh korban. Adapun alasan anggota milker
yang melakukan penembakan tersebut adalah mengikuti perintah utusan.

MODUL 9 : MASALAH PENGEMBANGAN ETIKA ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

KEGIATAN BELAJAR 1

TRANSPARANSI, LAPORAN KEKAYAAN, DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN


PEMERINTAHAN

A. TRANSPARANSI

Untuk terwujudnya good governance atau Kepemerintahan yang baik maka setiap badan publik
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya wajib menerapkan asas transparansi kepada masyarakat.
Asas transparansi yang dimaksud mencakup aspek transparansi informasi, transparansi prosedur, dan
transparansi proses pengambilan kebijakan dan pelaksanaannya.
Penerapan asas transparansi tersebut dilaksanakan melalui penyebarluasan informasi kepada
masyarakat melalui berbagai media baik secara aktif maupun pasif serta disediakan setiap saat atau
disampaikan segera Penyelenggaraan transparansi dan kebebasan memperoleh informasi harus
diarahkan guna mendorong partisipasi akiif masyarakat baik terhadap proses pengambilan kebijakan
maupun terhadap pengawasan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang bermuara kepada
percepatan pembangunan. Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, setiap daerah kabupaten, kota,
dan provinsi perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan
masing-masing. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah sudah berapa banyak pemerintah daerah
saat ini yang telah memiliki Perda transparansi dan telah secara konsisten mengi mplementasikannya?

Apabila masih sedikit Pemda yang memiliki dan memberlakukan Perda transparansi dalam
penyelenggaraan. pemerintahan, berarti pengembangan etika administrasi pemerintahan kita masih
bermasalah.

Tujuan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah untuk memberikan dan


menjamin hak masyarakat pengguna subjek hukum untuk mendapatkan informasi publik dalam
rangka:

1. akuntabilitas publik yang menjamin hak setiap orang untuk mengetahui rencana dan proses
pengambilan. keputusan publik serta alasan pengambilan kebijakan publik;

2. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik:

3. mendorong peningkatan kualitas aspirasi masyarakat dalam memberikan masukan bagi


pengambilan kebijakan publik:

4. memastikan bahwa setiap orang atau subjek hukum mengetahui alasan dibuatnya kebijakan publik
yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;

5. meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

Adapun informasi yang wajib diumumkan secara aktif oleh badan publik atau pemerintah daerah,
meliputi berikut ini.

1. Proses perencanaan pembangunan pemerintahan daerah.

2. APBD mulai dari tahap perencanaan, pembahasan sampai penetapan.

3. Rencana tata ruang mulai dari tahap perencanaan sampai penetapan.

4. Pelaksanaan kegiatan pembangunan baik fisik maupun nonfisik.

5. Nama, struktur, tugas, dan fungsi badan publik terkait


6. Prosedur dan tata cara untuk mendapatkan informasi publik di badan publik yang bersangkutan.

7. Jadwal kegiatan Badan Publik sesuai fungsi dan misi masing-masing.

8. Proses pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah.

Informasi publik yang wajib tersedia setiap saat di Badan Publik, meliputi berikut ini.

1. Daftar seluruh informasi publik yang berada di bawah penguasaannya, kecuali yang berada dalam
kategori pengecualian.

2. Hasil keputusan dan kebijakan Badan Publik

3. Realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran.

4. Perjanjian, kesepakatan dengan pihak lain.

5. Prosedur pelayanan publik.

6. Laporan akuntabilitas kinerja Badan Publik.

7. Informasi Daftar Aset Pemerintah Daerah.

8. Laporan hasil studi banding dan sejenisnya.

9. Proses pengawasan dimulai dari rencana objek yang diawasi, pengawasan serta hasil audit. X

10. Informasi lain yang perlu diketahui publik, yang tidak termasuk dikategorikan pengecualian.

Informasi yang wajib diumumkan secepatnya oleh badan publik/pemerintah daerah tanpa
penundaan adalah: suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak, dan dilakukan
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat dan dengan cara-cara yang dapat menjamin
masyarakat luas menjangkau dan mendapatkannya secara merata.

Sedangkan informasi yang dikecualikan berikut. diumumkan oleh badan publik atau Pemda
adalah sebagai

1. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang dapat menghambat proses
penegakan hukum, yaitu informasi publik yang dapat:

a. mengungkapkan identitas informan, pelapor, pengadu, saksi, dan atau korban yang mengetahui
adanya kejahatan
b. mengungkapkan data intelijen kriminal, dan rencana-rencana yang berhubungan dengan
pencegahan dan penanganan kegiatan kriminal dan terorisme

c. membahayakan keselamatan dan kehidupan petugas penegak hukum dan atau keluarganya;

d. membahayakan keamanan peralatan, sarana/prasarana penegak hukum.

2. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang yang dapat mengganggu
kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dan persaingan usaha tidak
schat.

3. Informasi publik yang apabila dibuka dan diberikan kepada orang yang dapat melanggar
kerahasiaan pribadi dan menimbulkan kerugian, yaitu:

a. mengungkapkan riwayat, kondisi, dan perawatan kesehatan fisik. psikiatrik, psikologi seseorang:

b. mengungkapkan kondisi keuangan, aset pendapatan, rekening bank seseorang.

4. Data/informasi hasil pengawasan yang dilakukan oleh lembaga pengawasan fungsional yang
belum final

5. Data/informasi yang menurut ketentuan yang berlaku dan sifatnya dirahasiakan.

1. Hak dan Kewajiban Pengguna Informasi Publik

a. Hak masyarakat pengguna (Subyek hukum) informasi publik, meliputi: melihat informasi:

b. menghadiri pertemuan publik yang dinyatakan terbuka untuk umum oleh pimpinan pertemuan:

c. mengetahui informasi;

d. mendapatkan salman informasi:

e. diberitahu dan diinformasikan mengenai suatu hal

f. menyebarluaskan informasi.

Kewajiban masyarakat pengguna (subyek hukum) informasi publik di dalam mengajukan


permintaan informasi publik (informasi yang wajib diumumkan secara aktif oleh badan publik,
informasi publik yang wajib tersedia setiap saat di Badan Publik dan informasi yang wajib
diumumkan secepatnya oleh badan publik/pemerintah daerah tanpa penundaan) wajib berlaku tertib
dan mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Prosedur Memperoleh Informasi

Prosedur untuk memperoleh informasi adalah sebagai berikut.

a. Permintaan informasi dari masyarakat tidak perlu mencantumkan kepentingan mendapatkan


informasi.

b. Dalam hal permintaan informasi dan masyarakat kurang jelas maka untuk dapat memberikan
informasi yang sesuai, pemohon perlu menyampaikan kepentingan penggunaan informasi tersebut.

c. Pemenuhian permintaan informasi oleh masyarakat harus dapat diberikan waktu selambatambatnya
1 minggu setelah permintaan.

d. Apabila dalam minggu belum dapat dipemihi maka dapat dipenuhi paling lambat satu minggu
setelah itu dengan ketentuan bahwa pejabat badan publik yang bersangkutan harus memberitahukan
terhadap belum dapat dipenuhinya permohonan dalam tenggang waktu I minggu.

3. Komisi Transparansi

Untuk menangani masalah sengketa antara pengguna informasi dengan Badan Publik dibentuk
Komisi Transparansi Komisi Transparansi berkedudukan di daerah Komisi Transparansi terdin atas 5
orang anggota Komisi Transparansi dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota dan didampingi
oleh seorang sekretaris merangkap anggota Ketua dan sekretaris dipilih dari dan anggota Komisi
Transparansi yang dilakukan dengan musyawarah oleh anggota Komisi Transparansi, apabila tidak
tercapai kesepakatan dilakukan pemungutan suara. Dalam menjalankan tugasnya Komisi Transparansi
didukung oleh staf sekretariat. Untuk dapat diangkat sebagai anggota Komisi Transparansi, seorang
calon harus memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut.

a. Warga Negara Indonesia berusia minimal 2.5 tahun.

b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Sehat jasmani dan rohani.

d. Pendidikan minimal SLTA atau sederajat.


e. Memiliki integritas dan tidak sedang terpidana.

f. Tidak sedang menjadi anggota/pengurus partai politik , Bukan Anggota TNI POLRI atru PNS aktif.

h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman tahun atau
lebih, kecuali dengan pidana dengan alasan pertentangan ideologis dan politik

i. Memiliki pemahaman di bidang Hak Asasi Manusia dan kebijakan publik.

Untuk menetapkan calon anggota Komisi Transparansi dibentuk Panitia Seleksi Calon yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. Jumlah Panitia Seleksi Calon Komisi Transparansi 7 orang
terdiri dan unsur legislatif 2 orang, eksekutif 2 orang, unsur masyarakat 2 orang, dan perguruan tinggi
1 orang. Calon Anggota Komisi Transparansi yang diajukan berdasarkan hasil seleksi maksimal 10
orang yang disertai dengan keterangan dan penjelasan tertulis.

Anggota Komisi Transparansi dipilih oleh DPRD dan ditetapkan dengan Keputusan Gubernur. DPRD
memilih calon anggota Komisi Transparansi yang diusulkan setelah melakukan konsultasi publik
yang diawali dengan uji kelayakan dan kepatutan. Pilihan DPRD wajib disertai penjelasan. Pemilihan
anggota Komisi Transparansi dilakukan secara transparan. Anggota Komisi Transparansi diangkat
setiap 3 tahun sekali dan tidak dapat diangkat kembali untuk penode berikutnya. Anggota Komisi
Transparansi berhenti dan jabatannya karena:

a.telah habis masa jabatannya;

b. mengundurkan diri,

c. meninggal dunia.

Anggota Komisi Transparansi diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh Gubernur atas
persetujuan DPRD , apabila :

a. terbukti telah melakukan tindak pidana, yang mempunyai kekuatan hukum tetap:

b. sakit jasmani atau rohani atau sebab lain yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan tugas
selama 6 bulan:

c. tidak mengikuti rapat penyelesaian sengketa berturut-turut sebanyak 6 kali rapat atau sidang
Anggota Komisi Transparansi dapat diberhentikan sementara apabila sedang berada dalam proses
penyidikan pidana yang ancaman hukumannya 5 tahun atau lebih.
Kondisi anggota komisi yang sakit jasmani/rohani dan berturut-turut sebanyak 6 kali tidak
menghadin rapat sidang dilaporkan oleh Komisi Transparansi kepada Gubernur secara tertulis dengan
tembusan kepada Ketua DPRD.

Penyerahan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain yang diperlukan
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan dengan membuat dan menandatangani berita acara
penyerahan sehingga segala tugas dan kewenangan kepolisian atau kejaksaan pada saat penyerahan
tersebut beralih kepada KPK.

Pengambilalihan penyidikan dan penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan, dilakukan oleh KPK dengan alasan:

a. Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi tidak ditindaklanjuti;

b. proses penanganan tindak pidana korupsi secara berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan

c. penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak pidana korupsi yang
sesungguhnya;

d. penanganan tindak pidana korupsi mengandung unsur korupsi: e: hambatan penanganan tindak
pidana korupsi karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif atau legislatif;

f. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak pidana
korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan

Dalam melaksanakan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi, KPK berwenang:

a. melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;

b. memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri;

c. meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan
tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa;

d. memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang
diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait:

e. memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka
dari jabatannya;
f. meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi yang terkait,

g. menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya
atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka
atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak
pidana korupsi yang sedang diperiksa;

h. meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan
pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri; i. meminta bantuan kepolisian
atau instansi lain yang terkait untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani.

Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi menjadi wewenang KPK
apabila:

a melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara;

b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat, dan/atau

c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Dalam melaksanakan tugas pencegahan tindak pidana korupsi, KPK berwenang melaksanakan
langkah atau upaya pencegahan sebagai berikut:

a. melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

b. menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi (pembenan dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya);

c. menyelenggarakan program pendidikan anti korupsi pada setiap jenjang pendidikan;

d. merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan tindak pidana korupsi,

e. melakukan kampanye anti korupsi kepada masyarakat umum;

f. melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.
Dalam melaksanakan tugas monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara, KPK
berwenang:

a. melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan
pemerintah

b. memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk melakukan perubahan jika
berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi;

c. melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,
dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi Pemberantasan Korupsi mengenai usulan
perubahan tersebut tidak diindahkan.

1. Komisi Pemberantasan Korupsi berkewajiban:

a. memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun
memberikan keterangan mengenai terjadinya tindak pidana korupsi.

b. memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau memberikan bantuan untuk
memperoleh data lain yang berkaitan dengan hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang
ditanganinya;

c. menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden Republik Indonesia. Dewa
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan

d. menegakkan sumpah jabatan:

e. menjalankan tugas, manggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan asas-asas , yaitu :

1) "kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan tugas dan
wewenang KPK:

2) "keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang kinerja KPK dalam menjalankan tugas
dan fungsinya;

3) "akuntabilitas" adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan
Komisi Pemberantasan Korupsi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku,

4) "kepentingan umum" adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cam yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif

5) "proporsionalitas" adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang,


tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

Dari pengamatan Anda terhadap kasus-kasus korupsi yang ditangani KPK apakah KPK sudah
bekerja optimal sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya? Jelaskan alasannya!

2. Susunan Organisasi KPK

Susunan Komisi Pemberantasan Korupsi terdiri atas Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan 4
orang Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Di dalam KPK ada 4 bidang, yaitu:

a. Bidang Pencegahan;

b. Bidang Penindakan

c. Bidang Informasi dan Data:

d. Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat.

a. Bidang Pencegahan KPK membawahi:

1) Subbidang Pendafuran dan Pemeriksaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.

2) Subbidang Gratifikasi.

3) Subbidang Pendidikan dan Pelayanan Masyamkat.

4) Subbidang Penelitian dan Pengembangan

b. Bidang Penandakan KPK membawaht

1) Subbidang Penyelidikan.

2) Subbidang Penyidikan

3) Subbidang Penuntutan.
c. Bidang informasi dan Data KPK inernbawaht

1) Subbidang Pengolahan Informasi dan Data:

2) Subbidang Pembinaan Jaringan Kerja Antarkomisi dan Instansi;

3) Subbidang Monitor.

C. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan harus dilakukan untuk
menjaga agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam rangka
pencapaian tujuan. Melalui pengawasan dapat dilakukan penilaian apakah suatu entitas telah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara hemat, efisien, dan efektif, serta
sesuai dengan rencana, kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan yang berlaku. Dengan
demikian, melalui pengawasan dapat diperoleh informasi mengenai kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan. Informasi tersebut dapat digunakan untuk penyempurnaan kegiatan
dan pengambilan keputusan oleh pimpinan.

Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tersebut dapat dilakukan melalui berikut


ini.

1. Pengawasan melekat.

Pengawasan melekat atau built in control merupakan pengawasan yang diwujudkan dalam
berbagai upaya yang terjalin dalam tata laksana kegiatan yang dilakukan organisasi. Pengawasan ini
secara keseluruhan menyatu dengan sistem manajemen dalam suatu organisasi. Pengawasan melekat
telah diatur secara khusus dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman
Pelaksanaan Sistem Pengawasan Melekat. Pengawasan melekat dapat dilakukan antara lain melalui
pengawasan atasan langsung terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh unit kerja yang berada di
bawahnya.

2. Pengawasan Masyarakat

Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat yang


dilakukan antara lain dalam bentuk pemantauan dan evaluasi yang dilakukan oleh lembaga
perwakilan rakyat, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi nonpemerintah, serta pengaduan dan
pemberian informasi baik secara langsung maupun melalui media masa atau opini publik mengenai
pelayanan terhadap masyarakat dan penyelenggaraan pemerintahan. Pengaduan atau pemberian
informasi oleh masyarakat secara langsung telah diakomodir melalui Kotak Pos 5000 serta kotak-
kotak pengaduan dan saran yang disediakan oleh instansi pemerintah. Bahkan Presiden sendiri telah
menyediakan Kotak Pos dan sarana SMS untuk menampung pengaduan/pemberian informasi dan
masyarakat

3. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/aparat pengawasan


yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara independen
terhadap objek yang diawasi, Pengawasan fungsional tersebut dilakukan oleh lembaga badan unit
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan fungsional melalui audit, investigasi, dan
penilaian untuk menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan rencana dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan fungsional dilakukan baik oleh pengawas ekstem
pemerintah maupun pengawas intern pemerintah. Pengawasan ekstern pemerintah dilakukan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sedangkan pengawasan intern pemerintah dilakukan oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah tendin atas pengawasan fungsional, pengawasan


legislatif dan pengawasan masyarakat (Pasal 2-4 Keppres No. 74 Talum 2001), Pengawasan ini
dilakukan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi, Pemerintahan Kabupaten dan
Pemerintahan Kota yang meliputi seluruh kewenangan Daerah berdasarkan asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

a. Pelaksanaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemda Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non


Departemen melakukan pengawasan fungsional terhadap:

(1) pelaksanaan wgas dekonsentrasi dan tugas pembantum di bidangnya:

(2) efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaran Pemerintahan Daemah sesuai bidang tugasnya.
Misalnya, Menteri Dalam Negeri selain melakukan pengawasan fungsional juga melakukan
pengawasan represif terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan kinerja Daerah (honom.
Gubernur selaku Kepala Daerah Otonom melakukan pengawasan fungsional terhadap kinera Aparatur
Pemerintah Daerah Provinsi Dan Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan pengawasan
fungsional penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten dan Kota yang dilimpahkan pada Badan
Lembaga Pengawasan Daerah Provinsi. Bupati dan Walikota melakukan pengawasan fungsional atas
kegiatan Pemerintah (kinerja) Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kota yang dilimpahkan pada
Badan/Lembaga Pengawas Daerah Kabupaten/Kota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi melakukan pengawasan legislatif atas pelaksanaan
kebijakan Daerah Provinsi dan pelaksanaan kerja sama internasional Daerah Provinsi yang
bersangkutan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota melakukan pengawasan legislatif
atas pelaksanaan kebijakan Daerah Kabupaten Kota dan pelaksanaan kerja sama internasional Daerah
Kabupaten/Kota, yang dilakukan oleh Fraksi-fraksi, Komisi-komisi dan alat kelengkapan lain yang
dibentuk sesuai dengan peraturan tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Masyarakat dapat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi


danPemerintahan Daerah Kabupaten Kem. Pengawasan ini dapat dilakukan secara perorangan,
kelompok maupun organisasi masyarakat.

Pelimpahan pelaksanaan kewenangan pengawasan fungsional oleh Menteri Pimpinan Lembaga


Pemerintah NonDepartemen kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah dilakukan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri. Pelimpahan pelaksanaan kewenangan pengawasan
fungsional ini harus disertai dengan tata cara, standar dan kriteria pengawasan

b. Cara Pengawasan

Menteri Pimpinan Lembaga Pemerintah NonDepartemen, Gubemus, Bupat Walikota melakukan


pengawasan fungsional melalui kegiatan:

1) pemeriksaan berkala. pemeriksaan insidental maupun pemeriksaan terpadu

2) pengujian terhadap laporan berkala dan atau sewaktu-waktu dari unit satuan kerja

3) pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi dan
nepotisme:

4) penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program, proyek serta kegiatan.

Dalam melaksanakan pengawasan fungsional tersebut. Menteri/ Pimpinan Lembaga Non


Pemerintah Departemen, Gubernur, Bupati/Walikota dapat:

1) meminta, menerima dan mengusahakan memperoleh bahan-bahan dan atau keterangan dan pihak
yang dipandang perlu;

2) melakukan atau menyuruh melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan di tempat-tempat


pekerjaan;
3) menerima, mempelajari dan melakukan pemeriksaan atas kebenaran pengaduan

4) memanggil pejabat-pejabat yang diperlukan untuk diminta keterangan dengan memperhatikan


jenjang jabatan yang berlaku;

5) menyarankan kepada pejabat yang berwenang mengenai langkah langkah yang bersifat preventif
maupun represif terhadap segala bentuk pelanggaran.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota melakukan pengawasan legislatif melalui:

1) pemandangan umum Fraksi-fraksi dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

2) rapat pembahasan dalam sidang komisi

3) rapat pembahasan dalam Panitia-panitin yang dibentuk berdasarkan tata tertib Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah;

4) rapat dengar pendapat dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak lain yang diperlukan;

5) kunjungan kerja.

Dalam melaksanakan pengawasan legislatif, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dapat:

1) mengundang pejabat-pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah untuk diminta keterangan, pendapat


dan saran,

2) menerima, meminta dan mengusahakan untuk memperoleh keterangan dan pejabat/pihak-pihak


yang terkait:

3) meminta kepada pihak-pihak tertentu melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan:

4) memberi saran mengenai langkah-langkah preventif dan represif kepada pejabat yang berwenang.
Masyarakat melakukan pengawasan atas penyelenggara Pemerintahan Daerah melalui:

1) pemberian informasi adanya indikasi terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan
Pemerintah Daerah maupun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah:

2) penyampaian pendapat dan saran mengenai perbaikan, penyempurnaan baik preventif maupun
represif atas masalah yang disampaikan. Pengawasan masyarakat tersebut, disampaikan kepada
pejabat yang berwenang dan atau instansi yang terkait. Masyarakat berhak memperoleh informasi
perkembangan penyelesaian masalah yang diadukan kepada pejabat yang berwenang tersebut.
c. Koordinasi Pengawasan Fungsional

Kebijakan pengawasan fungsional penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ditetapkan setiap tahun


oleh Menteri Dalam Negeri berdasarkan masukan dari Menteri Pimpinan Lembaga Pemerintah
NonDepartemen. Untuk memperoleh masukan tersebut Menteri Dalam Negen menyelenggarakan
rapat koordinasi pengawasan fungsional. Menteri/Pimpinan Lembaga NonDepartemen berkoordinasi
dengan Menteri Dalam Negeri dalam menyusun perencanaan dan pelaksanaan pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi. Sedangkan perencanaan dan pelaksanaan
pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dikoordinasikan oleh Gubernur.

d. Pelaporan

Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Menteri Pimpinan Lembaga Pemerintah


NonDepartemen dilaporkan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.
Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Gubemur dilaporkan kepada Presiden
melalui Menteri Dalam Negeri dengan tembusan kepada instansi terkait.

Bupati/Walikota melaporkan hasil pengawasan kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota


kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri.

e. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan

Pimpinan Unit Kerja Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, mengambil langkah-langkah
tindak lanjut hasil pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Tindak lanjut hasil
pengawasan tersebut terdiri atas:

1) tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan:

2) tindakan tuntutan perbendaharaan atau tuntutan ganti rugi:

3) tindakan tuntutan/gugatan perdata:

4) tindakan pengaduan perbuatan pidana:

5) tindakan penyempurnaan kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan

Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Gubernur. Bupati/Walikota melakukan


pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan.

f. Sanksi
Gubernur, Bupati/Walikota dan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang menolak
pengawasan dan tidak melaksanakan tindak lanjut hasil pelaksanaan pengawasan dikenakan sanksi
administratif dan atau sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

KEGIATAN BELAJAR 2 : PEMBERLAKUAN PERATURAN DALAM PENGENDALIAN


ETIKA

A. PENIUP PELUIT (WHISTLE BLOWERS)

Whistleblowing (peniup peluit atau pengadu masalah/saksi pelapor) adalah tindakan pegawai
pemerintah yang melaporkan perbuatan tidak etis yang dilakukan oleh pegawai pemerintah lainnya,
sering kali laporan tersebut dianjurkan adanya undang-undang yang melindungi si peluit. Akan tetapi,
tidak jarang anjuran ini terhapus oleh pemecatan yang biasa dilakukan terhadap mereka yang meniup
peluit itu. Misalnya, di Amerika Serikat, Presiden Ronald Reagan adalah salah seorang penganjur
tegas pemberantas kecurangan, pemborosan, dan penyalahgunaan di tingkat pemerintahan federal,
selama tahun 1988, justru menjatuhkan pocet veto (veto saku) terhadap perundang-undangan yang
memperkuat hak-hak pegawai pemerintahan federal yang menjadi peniup peluit.

1. Ancaman terhadap Pelapor dan Saksi

Menurut Supriyadi Wibowo E., dkk. ada 4 pola umum ancarnan yang biasanya dilakukan terhadap
para saksi atau pelapor yang mencoba membantu aparat untuk membongkar sebuah tindak pidana.
Pola tersebut ialah pertama, para pelaku melakukan kriminalisasi terhadap para pelapor tindak pidana
yang dilakukannya (bisa juga gugatan balik). Kedua, para pelaku melakukan upaya kekerasan fisik,
misalnya percobaan pembunuhan, mernasang born, penganiayaan sampai kepada pembunuhan.
Ketiga, pelaku melakukan upaya pemberhentian secara sepihak hubungan kerja yang ada (ancaman
pemecatan) jika pelaku dan saksi dalam hubungan ikatan kerja. Keempat, pelaku melakukan teror dan
intimidasi secara psikologis. Dalam kasus-kasus tertentu pola pola di atas sering juga digunakan
secara bersamaan.

2. Kriminalisasi Saksi dan Pelapor

Kriminalisasi saksi dan atau pelapor adalah pola pertama yang paling sering ditemukan, khususnya
terhadap kasus-kasus mengenai kejahatan korupsi, kasus perkosaan dan KDRT (Kekerasan Dalam
Rumah Tangga). Para pelaku biasanya melakukan upaya dengan cara melaporkan para saksi atau
pelapor ke pihak Kepolisian. Pasal-pasal KUHP yang sering digunakan adalah pencemaran nama
baik, memfitnah, perbuatan tidak menyenangkan atau, dalam kasus tertentu, para pelapor dijadikan
sebagai pihak yang membantu perbuatan tindak pidana pelaku. Fenomena yang sering terjadi adalah
justru laporan pelaku inilah yang lebih dulu ditingdaklanjuti Kepolisian, bahkan pengadilan.

3. Ancaman Penganiayaan Fisik Hingga Pembunuhan

Para saksi atau pelapor yang diancam secara fisik dapat ditemukan dalam kasus-kasus pelanggaran
HAM berat atau kasus yang indikasinya dilakukan dalam konteks kejahatan berlatar belakang politik
maupun dalam kasus lingkungan (illegal logging), dan kasus korupsi.

4. Ancaman Intimidasi dan Teror

Intimidasi dan teror adalah hal yang dominan terjadi pada saksi, baik itu saksi korban maupun saksi
pelapor. Tujuannya sangat jelas, yaitu mengharapkan saksi tidak mengungkap fakta-fakta yang
diketahui saksi. Bentuk intimidasi dan teror ini lebih pada serangan psikologis saksi sehingga
ketakutan-ketakutan terhadap intimidasi dan teror ini menghantui saksi dalam memberikan
keterangan. Tidak jarang pula, akibat intimidasi dan teror, saksi urung mengungkapkan fakta bahkan
mencabut laporan yang ia berikan.

5. UU Perlindungan dan Hak Saksi/Korban Tindak Pidana

Untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap saksi dan pelapor dan berbagai macam ancaman
dan kriminalisasi seperti tersebut di atas, maka saat ini telah disahkan UU No. 13 Tahun 2006, yaitu
tentang perlindungan saksi dan korban. Di mana seorang saksi danlatau korban tindak pidana sesuai
dengan keputusan lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) berhak

a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dan
ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya. Perlindungan
semacam ini merupakan perlindungan utama yang diperlukan saksi dan korban. Apabila perlu, saksi
dan korban harus ditempatkan dalam suatu lokasi yang diralasiakan dari siapa pun untuk menjamin
agar saksi dan korban

b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan;

c. memberikan keterangan tanpa tekanan;

d. mendapat penerjemah; Hak ini diberikan kepada saksi dan korban yang tidak lancar berbahasa
Indonesia untuk memperlancar persidangan

e. hebas dari pertanyaan yang menjerat

f. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus. Sering kali saksi dan korban hanya
berperan dalam pemberian kesaksian di pengadilan, tetapi saksi dan korban tidak mengetahui
perkembangan kasus yang bersangkutan Oleh karena itu, sudah seharusnya informasi mengenai
perkembangan kasus diberikan kepada saksi dan korban:

g. mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; Informasi mi penting untuk diketahui saksi
dankorban sebagai tanda penghargaan atas kesediaan saksi dan korban dalam proses peradilan
tersebut,

h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan: Ketakutan saksi dan korban akan adanya balas
dendam dari terdakwa cukup beralasan dan ia berhak diberi tahu apabila seorang terpidana yang
dihukum penjar akan dibebaskan

i. mendapat identitas bani Dalam berbagai kasus, terutama yang menyangkut kejahatan terorganisasi,
saksi dan korban dapat terancam walaupun terdakwa sudah dihukum. Dalam kasus-kasus tertentu,
saksi dan korban dapat diberi identitas baru;

j. mendapatkan tempat kediaman baru (tempat tertentu yang bersifat sementara dan dianggap aman):
Apabila keamanan saksi dan korban sudah sangat mengkhawatirkan, pemberian tempat baru pada
saksi dan korban harus dipertimbangkan agar saksi dan korban dapat meneruskan kehidupannya tanpa
ketakutan;

k. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; Saksi dan korban yang tidak
mampu membiayai dirinya untuk mendatangi lokasi, perlu mendapat bantuan biaya dan negara.

Ketiga belas hak yang disebutkan di atas, diberikan kepada saksi dan korban tindak pidana dalam
kasus kasus tertentu, misalnya tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotika/psikotropika, tindak
pidana terorisme, dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan
pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya. Di samping hak-hak di atas, saksi, korban, dan
pelapor yang memberikan. keterangan dengan itikad baik tidak dapat dituntut secara hukum baik
pidana maupun perdata atas laporan. kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya. Namun,
seorang saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dan tuntutan pidana
apabila in ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan
pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yang akan dijatuhkan (Pasal 10, UU No. 13/2006).

6. Syarat dan Tata Cara Pemberian Perlindungan Saksi

Perjanjian perlindungan LPSK terhadap saksi dan/atau korban mempertimbangkan syarat pidana
diberikan dengan sebagai berikut.

a. Sifat pentingnya keterangan saksi danlatau korban.


b. Tingkat ancaman yang membahayakan saksi dan/atau korban.

c. Hasil analisis tim medis atau psikolog terhadap saksi dan/atau korban.

d. Rekam jejak kejahatan yang pernah dilakukan oleh saksi dan/atau korban (Pasal 28, UU No.
13/2006).

Tata cara memperoleh perlindungan terhadap saksi dan/atau korban adalah sebagai berikut.

a. Saksi dan/atau korban yang bersangkutan, baik atas inisiatif sendiri maupun atas permintaan pejabat
yang berwenang, mengajukan permohonan secara tertulis kepada LPSK.

b. LPSK segera melakukan pemeriksaan terhadap permohonan dan saksi dan/atau korban.

c. Keputusan LPSK diberikan secara tertulis paling lambat 7 hari sejak permohonan perlindungan
diajukan (Pasal 29 UU No. 13/2006).

Dalam hal LPSK menerima permohonan saksi dan atau korban, saksi dan/atau korban
menandatangani pernyataan kesediaan mengikuti syarat dan ketentuan perlindungan saksi dan korban,
yaitu:

a. kesediaan saksi dan/atau korban untuk memberikan kesaksian dalam proses peradilan:

b. kesediaan saksi dan/atau korban untuk menaati aturan yang berkenaan dengan keselamatannya,
tindak pidana

c. kesediaan saksi dan/atau korban untuk tidak berhubungan dengan cara apa pun dengan orang lain
selain atas persetujuan LPSK, selama ia berada dalam perlindungan LPSK;

d. kewajiban saksı dan/atau korban untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun mengenai
keberadaannya di bawah perlindungan LPSK: dan

e. hal-hal lain yang dianggap perlu oleh LPSK (Pasal 30. UU No. 13/2006).

7. Penghentian Perlindungan Keamanan Saksi dan/atau Korban


Perlindungan atas keamanan saksi dan/atau korban hanya dapat dihentikan (harus secara tertulis)
berdasarkan alasan:

a. saksi dan/atau korban meminta agar perlindungan terhadapnya dihentikan dalam hal permohonan:
diajukan atas inisiatif sendiri;

b. atas permintaan pejabat yang berwenang dalam hal permintaan perlindungan terhadap saksi
dan/atau korban berdasarkan atas permintaan pejabat yang bersangkutan;

c. saksi dan/atau korban melanggar ketentuan sebagaimana tertulis dalam perjanjian

d. LPSK berpendapat bahwa saksi dan/atau korban tidak lagi memerlukan perlindungan berdasarkan
bukti bukti yang meyakinkan (Pasal 32, UU No. 13/2006).

8. Catatan terhadap UU Perlindungan Saksi dan Korban

Menurut Agung Hendarto (2006), masih banyaknya kelemahan yang dapat ditemukan di dalam UU
perlindungan saksi dan korban (UU No. 13/2006).

✓ Kelemahan tersebut, pertama, konsep dasar penyusunan UU yang lemah. Hal itu dapat dilihat dan
isi bab dan pasal yang kurang dapat menjelaskan agenda besar perlunya UU Perlindungan Saksi. Di
mana tujuan dan undang-undang hanya sebatas melindungi saksi dengan memberikan rasa aman saat
saksi dan korban memberikan keterangan di peradilan pidana. Apabila hal itu yang hendak dicapai,
lebih baik mendorong kepolisian atau kejaksaan untuk meningkatkan kinerjanya karena tugas seperti
di atas adalah tugas lembaga tersebut.

✓ Kedua, tidak berperspektif pemberantasan korupsi. Melihat modus korupsi yang tersistematis
dengan baik. disertai adanya keterlibatan para pejabat negara ataupun orang-orang yang cukup
berpengaruh, ketakutan para saksi atau pelapor adanya indikasi korupsi perlu dihilangkan dengan
kepastian hukum dan pemenuhan akan rasa keadilan yang hendak dicapainya.

✓ Ketiga, terdapat kerancuan dalam menempatkan hak-hak saksi dan perlakuan terhadap saksi.
Seharusnya hak-hak saksi dan perlindungan saksi dipisahkan demi kepastian hukumnya. Konsekuensi
dari kerancuan tersebut, hak-hak saksi menjadi sangat umum dan tidak mempertimbangkan cakupan
saksi yang harus mendapatkan perlindungan atau perlakuan khusus.
✓ Keempat, belum ada ketentuan tentang peran serta masyarakat dan penghargaan terhadap orang
yang memberikan kesaksian atau melaporkan tindak pidana. Untuk mengungkap kasus tindak pidana,
terutama pelanggaran HAM dan korupsi, peran serta masyarakat sangat menentukan.

✓ Kelima, pembentukan lembaga yang tidak realistis, yaitu akan dibentuk lembaga perlindungan
saksi yang bersifat independen, bukan memanfaatkan lembaga-lembaga yang sudah ada (kepolisian,
kejaksaan, atau Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia) yang memang diamanaikan oleh
undangu ndang. Selain itu,lembaga ini akan dibentuk sekurang-kurangnya di setiap ibu kota provinsi.

B. PEMBERLAKUAN PERATURAN DALAM PENGENDALIAN ETIKA

Pemberlakuan perundangu ndangan atau peraturan tentang etika penyelenggara negara harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat penegakan peraturan/hukum tersebut.

Adapun faktor yang dapat menjadi penghambat dalam pemberlakuan peraturan etika penyelenggara
negara, antara lain :

(1) ketepatan bahasa suatu undang-undang atau peraturan etika, di mana kejelasan dan pengetahuan
tentang ketepatan bahasa suatu undang-undang atau peraturan bukanlah suatu hal yang dapat
disepelekan. Sebab hal tersebut dapat menyebabkan pemahaman yang berbeda-beda antara satu orang
dengan orang lainnya yang membaca peraturan yang bersangkutan.

(2) keringkasan dan kemampuan perundang undangan dan peraturan etika untuk berdampingan
dengan pekerjaan pemerintah. Di mana faktor ini dimaksudkan untuk mendorong perilaku etis.

(3) ketidakpastian hukum dalam penegakan etika; tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan
aturan atau kebijakan etika yang saling bertentangan satu sama lain dapat menjadi sumber
ketidakpatuhan/penolakan penyelenggara negara pada peraturan yang bersangkutan. Peraturan yang
tidak jelas tegas isinya, atau isinya bertentangan satu sama lain, bisa menimbulkan salah pengertian
sehingga penyelenggara negara cenderung tidak mau melaksanakan peraturan tersebut.

Untuk lebih lengkap dan jelas lagi. Mastra Liba (2002) mengemukakan 14 faktor penghambat
atau kendala yang dapat mempengaruhi kinerja penyelenggara penegakan hukum di Indonesia.
Keempat belas faktor tersebut berikut penjelasannya diketengahkan sebagai berikut.

✓ Faktor pertama, Sistem ketatanegaraan yang menempatkan "Jaksa Agung" Sejajar fenteri. Dengan
keputusan Presiden, seorang Jaksa Agung diangkat sebagai Jaksa Agung setingkat dengan Menteri
sehingga dengan demikian, Jaksa Agung sebagai pembantu Presiden dalam kedudukan dan jabatan
yang diemban olehnya, merupakan pembantu Presiden yang setingkat dengan menteri.

✓ Faktor kedua, Sistem Perundangan Belum Memadai Pengertian belum memadai di sini dapat
berarti belum memadai dalam hal kualitas dan kuantitas, maksudnya, suatu peraturan perundang-
undangan yang berhasil dibuat oleh badan legislatif meskipun telah dirancang dan dipersiapkan begitu
lama dengan dialog-dialog yang menurutnya sudah memadai karena sudah melewati beberapa kali
seminar di masyarakat.

✓ Faktor ketiga, Faktor SDM. Sumber Daya Manusia yang tersedia pada tiap-tiap unit kerja yang ada
satu dengan yang lainnya memang berbeda. Ada manusia yang cepat sekali menangkap dan
melaksanakan dengan baik apa yang telah diprogramkan oleh Pimpinan Unit. Ada pula manusia
dalam suatu unit kerja yang sama sekali tidak mampu memahami instruksilperintah atasannya.

✓ Faktor keempat, Faktor Kepentingan yang Melekat pada Aparat Pelaksana. Kepentingan yang
melekat pada aparat pelaksana ini dapat dibagi atas untuk kepentingan pribadi; untuk kepentingan
golongan; untuk kepentingan politik kenegaraan.

✓ Faktor kelima , Corpsgeist dalam Intitusi. Corpsgeist yang tumbuh dan sengaja dipupuk secara
terus menerus dalam suatu kelompok dan institusi kenegaraan memang diakui sangat penting
dipertahankan untuk tetap merapatkan dan mempersatukan anggota kelompok yang ada sehingga
dengan demikian akan tumbuh rasa kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan bagi semua
anggota dalam kelompok institusi itu.

✓ Faktor keenam, Tekanan yang Kuat kepada Aparat Penegak Hukum Penegakan hukum yang murni
dalam penanganan sesuatu perkara hanya dapat terjadi jika para aparat penegak hukum itu diberi
kebebasan seluas luasnya untuk menentukan pilihan sesuai kam hatinya dengan menggunakan tata
cara yunidis sesuai prosesnya.

✓ Faktor ketujuh. Faktor Budaya. Pakar hukum tata negara Prof. Dr. Jumly Ash-Shiddiqie, S.H.,
berpendapat, dukungan sosial budaya masyarakat sangat diperlukan dan bahkan dapat menentukan
keberhasilan penegakan supremasi hukum melalui proses reformasi yang sedang dilaksanakan di
tanah air saat ini.

✓ Faktor kedelapan Fakfor Agama. Seperti halnya dengan faktor sosial budaya maka faktor agama
ini pun sangat besar pengaruhnya terhadap penegakan hukum di suatu masyarakat. Nilai-nilai ajaran
agama yang mengisi batin setiap insan dalam hidup bermasyarakat akan tercentin dalam hidup
berkommunikasi antarwarga masyarakat itu sendiri.

✓ Faktor kesembilan Legislatif sebagai "Lembaga Legislas" Perlu Secara Maksimal Mendoring dan
Memberi Contoh Teladan yang Baik dalam Penegakan Hukum Sesuai ajaran Trias Politica,
pembagian kewenangan kenegaraan dibagi atas 3 bagian, yaitu legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Legislatif diberi tugas untuk membuat peraturan perundangan yang dapat berlaku umum untuk semua
warga negara. Semua warga negara sama kedudukannya di depan hukum dan terikat dengan aturan-
aturan hukum yang telah dibuat oleh badan legislatif.

✓ Faktor kesepuluh, Kemauan Palitik Pemerintah Dunia Intemasional melalui berbagai pengamatan
pakar dan pemberitaan media massa menyebutkan bahwa korupsi di Indonesia Ada 3 pilar utama
yang perlu mendapatkan perhatian pemerintah dalam upaya pemberantasan KKN, yaitu:

a. rekrutmen personil untuk mendapatkan sumber daya manusia dengan kualitas moral dan
profesional yang diharapkan, dan hal ini hendaknya merupakan modal awal yang perlu
pembenahan(clean government);

b. pemberdayaan personil di atas secara baik dan berkesinambungan untuk mendorong kinerja
seefisien mungkin, untuk itu perlu ditetapkan sekumpulan hukum/aturan-aturan yang wajib dipatuhi
semua pihak tanpa pengecualian (good corporate government);

c. langkah preventif terhadap semua sumber lubang-lubang terjadinya tindak pidana KKN utamanya
yang ada di lingkungan pemerintahan kemudian yang ada di masyarakat.

✓ Faktor kesebelas, Faktor Kepemimpinan, Faktor kepemimpinan dalam suatu organisasi sangat
menentukan. Sebagai penuntut umum tertinggi dalam negara RI, Kejaksaan Agung dalam menangani
kasus-kasus KKN yang menjadi tuntutan masyarakat perlu menciptakan langkah-langkah
kepemimpinan sebagai berikut.

a. Langkah-langkah ke arah kekompakan Korps, kebersamaan dan keterbukaan, serta pemanfaatan


secans maksimal semua personil yang ada khususnya tenaga Jaksa perlu segera dilaksanakan di semua
tingkat/unit.

b. Metode keterbukaan (transparan) untuk semua jaksa, misalnya lewat ekspos perkara atau diskusi
kelompok; penanganan perkara oleh sekelompok kecil jaksa (sistem bisik-bisik) terutama yang
berakhir dengan SP3, sungguh-sungguh sangat merugikan korps Kejaksaan di mata masyarakat dan
juga merugikan pembinaan ke dalam karena akan menjadi pergunjingan.

c. Sesuai Kepja No. KEP-087/JA18/1995, Intelijen Kejaksaan saat sekarang ini adalah "Intelijen
Yustisial" bukan lagi Law Intelijen dan bukan pula Intelijen Umum seperti yang telah dianut
sebelumnya. sehingga semua kegiatan Intelijen baik ke dalam Korps, lebih-lebih ke luar, perlu lebih
di arahkan untuk menghadapi dan merespons tuntutan masyarakat luas kepada Kejaksaan. Fungsi
Intelijen (Lit. Pam. Gal) hendaknya harus di arahkan demi suksesnya penanganan semua perkara,
khususnya perkara KKN untuk menghindari kandasnya perkara-perkara yang ada.

d. Tim Gabungan Perkara Konupsi (TGPK) yang telah dibentuk dengan SK Jaksa Agung disamankan
untuk menangani semua perkara-perkara yang telah kandas di tangan Jaksa-Jaksa dan aparat penegak
hukum lainnya termasuk perkara yang di-SP3-kan mulai dari Kejaksaan Agung RI dan Kepolisian RI
sampai ke daerah-daerah. Tim pakar dan "kelompok independen" perlu dibentuk untuk mendukung
kebijakan seperti itu. Untuk jangka panjang SDM Jaksa-jaksa dan aparat penegak hukum lainnya
perlu ditingkatkan dan diasuh lebih profesional lagi lewat Pusdikiat Kejaksaan dan pembinaan lainnya
untuk menghindani kendala jangka panjang.

✓ Faktor kedua belas, Kuatnya Jaringan Kerja sama Pelaku Kejahatan (organized crime). Suatu
kejahatan. memang hanya dapat dilakukan oleh seorang saja tanpa bantuan atau tanpa kerja sama
dengan orang lain sehingga pelaku kejahatan itu betul-betul berdiri sendiri dan bertanggung jawab
sendiri atas semua yang dilakukannya.

✓ Faktor ketig belas. Kamu Pengurus Kohust" dalam Jiu Pensiunan, iparat Penegak hulum,
Berakhiya masa tugas seorang aparat atau abdi negara di negara mana pun juga di dunia ini pasti akan
tibu. demikian pun halaya abdi negara di indonesia Di Indonesia seorang abdi negara itu mengakhun
masa tugasnya bervaras dalam hal kedinasan dan fungs pengabdiannya, tingkat kepongkatan/eselan
yang diembannya.

✓ Faktor keempa belas, Pemantalan Kelemahan Peraturan pacadang undangan Suami peraturan
perundang-undangan dibcat oleh Pemerintah selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang
selalu berkembang maju Peruturan itu dibuat diupayakan semaksimal mungkin agar dapat mengatur
dan menerbitkan masalah-masalah yang bakal timbul dalam hubungan individu atau kelompok agar
tidak terjadi gesekan yang berakibat hambatan untuk pencapaiam suatu tujuan yang diharapkan oleh
Pemerintals Peraturan perundangan ini dapat dipersiapkan oleh pemerintah ataupan alus inisiatif DPR.

Keempat belas faktor yang dikemukakan oleh Mastra Libu di atas, menunjukkan sangat kompleks dan
peliknya untuk melakukan penegakan hukum, peraturan perundang-undangan dan etika bagi
penyelenggara negara di negeri ini Untuk itu, faktor-faktor yang menjadi penghambat ini seyogianya
disingkirkan melalui komitmen yang kuat untuk menegakkan esde of lan dan nie of conduit dari para
pemimpin pemerintahan.

APLIKASI KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI Kepemimpinan, Organisasi dan


Perubahan Lingkungan
Ada tiga jenis perubahan yaitu perubahan rutin, perubahan pengembangan, dan inovasi.
Mengelola perubahan adalah hal yang sulit. Ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu
diantaranya adalah kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada
masa kini pemimpin, akan selalu dihadapkan pada perubahan perubahan, sehingga pemimpin dituntut
untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan. Pemimpin yang kuat bahkan mampu
mempelopori perubahan lingkungan Ada empat tahap yang harus dilakukan agar pemimpin dapat
mengelola perubahan lingkungan. Tahap-tahap tersebut adalah pertama, mengidentifikasi perubahan:
Kedua. Menilai posisi organisasi; Ketiga, Merencanakan dan melaksanakan perubahan; dan Keempat,
Melakukan evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang diharapkan maka keempat langkah tersebut perlu
dilakukan secara berurutan dan berkesinambungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

Tugas utama seorang pemimpin adalah mengajak orang untuk menyumbangkan bakatnya secara
senang hati dan bersemangat untuk kepentingan organisasi Dengan demikian pemimpin atau manajer
harus mengarahkan perilaku para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Para
pemimpin perlu membentuk, mengelola, meningkatkan, dan mengubah budaya kerja organisasi.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, manajer perlu menggunakan kemampuannya dalam membaca
kondisi lingkungan organisasi. menetapkan strategi organisasi, memilih teknologi yang tepat,
menetapkan struktur organisasi yang sesuai, sistem imbalan dan hukuman, sistem pengelolaan
sumberdaya manusia, sistem dan prosedur kerja, dan komunikasi serta motivasi.

Salah satu cara mengembangkan budaya adalah dengan menetapkan visi yang jelas dan langkah
yang strategis, mengembangkan alat ukur kinerja yang jelas, menindaklanjuti tujuan yang telah
dicapai, menetapkan sistem imbalan yang adil, menciptakan iklim kerja yang lebih terbuka dan
transparan, mengurangi permainan politik dalam organisasi, dan mengembangkan semangat kerja tim
melalui pengembangan nilai-nilai inti. Kepemimpinan dan InovasiInovasi berbeda dengan kreativitas
Kreativitas lebih berfokus pada penciptaan ide sedangkan inovasi berfokus pada bagaimana
mewujudkan ide. Karena inovasi adalah proses mewujudkan ide, maka diperlukan dukungan dari
faktor-faktor organisasional dan leaderships. Dalam membahas inovasi paling tidak ada duabelas tema
umum yang berkaitan dengan pembahasan tentang inovasi yaitu kreativitas dan inovasi, karakteristik
umum orang orang kreatif, belajar atau bakat, motivasi, hambatan untuk kreatif dan budaya
organisasi. struktur organisasi, struktur kelompok, peranan pengetahuan, kreativitas radikal atau
inkrimental, struktur dan tujuan proses dan penilaian. Kemampuan organisasi dalam melakukan
mengelola kedua belas tema tersebut akan menentukan keberhasilannya.

Inovasi berkaitan erat dengan proses penciptaan pengetahuan. Proses penciptaan pengetahuan
dilakukan dengan melakukan observasi atas kejadian, mengolahnya menjadi data, lalu data dijadikan
informasi, dan informasi diberikan konteks sehingga menjadi pengetahuan. Pengetahuan inilah yang
oleh pemimpin dijadikan arah atau bekal untuk melakukan inovasi. Organisasi yang mampu secara
terus menerus melakukan penciptaan pengetahuan disebut sebagai learning organization.

Anda mungkin juga menyukai