Anda di halaman 1dari 8

NAMA :

NIM :

RANGKUMAN FILSAFAT ADMINISTRASI

BAB 1
Ilmu merupakan usaha kita untuk menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan yang terjadi di alam manusia. Jika seseorang yang ingin
berilmu maka perlu memiliki pengetahuan. Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang disusun
secara bersistem. Ilmu adalah hasil proses berpikir yang diperoleh dari sekitar pengalaman
untuk dijadikan objek penelitian dan dapat diakui/diyakini kebenarannya. Sejalan dengan
pembahasan sebelumnya di atas, maka pengertian filsafat administrasi intinya mencari
keberadaan dan kebenaran ilmu sebagai proses berpikir secara matang, berstruktur, dan
mendalam terhadap hakikat dan makna yang terkandung dalam materi ilmu administrasi.
Memang disadari tau tidak, sesungguhnya ilmu administrasi memfokuskan diri terhadap
aspek manusia, terutama pelaksanaan aktifitas, dilakukan secara kerja sama. Dalam
mewujudkan kerja sama diperlukan kematangan pengaturan dan ketertiban dalam keteraturan
agar upaya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat terwujud dengan baik
dan memuaskan dari seluruh yang terlibat. Dalam filsafat ilmu administrasi dikenal sebagai
artistic sciences karena aplikasinya, seni masih memegang peran yang menentukan.
Sebaliknya, seni administrasi dikenal sebagai scientific art karena didasarkan pada
sekelompok prinsip yang telah teruji "kebenarannya". Melalui administrasi publik dalam
konteks filsafat ilmu, adalah sifat apa yang diteliti dari aspek bagaimana proses administrasi
publik dikelola dengan baik untuk mengatur, melayani dan melindungi kepentingan mum.
Lalu bagaimana cara membuat birokrat yang bertanggung jawab atas masalah yang ada di
masyarakat, yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap realias yang ada di masyarakat.
Disini administrasi publik berperan antara hubungan dengan masyarakat.
Kemudian administrasi harus mampu membangun sumber daya manusia yang
mampu menjalankan peran administrasi public sebagai pelaksana strategi yang merumuskan
proses penyelengaraan melalui sumber daya administrasi secara sistematis dan sistemik.
Pengembangan keilmuan administrasi publik dalam konteks filsafat ilmu administrasi, adalah
hakikat apa yang dikaji dari aspek bagaimana proses administrasi publik dikelola secara baik
untuk mengatur, melayani dan melindungi kepentingan publik. Maka disini birokrasi
pemerintah dan juga organisasi-organisasi nonpemerintah yang berperan terlibat dalam
menjalankan fungsi pemerintahan, bai dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik maupun
pembangunan ekonomi, sosial maupun bidang bidang pembangunan yang lain secara
kolektif. Prinsipnya filsafat mengajarkan bagaimana pembentukan keilmuan secara sistematik
dan sistemik dalam bangunan keilmuan administrasi, sehingga kita bijak dalam menggunakan
ilmu dan bisa dijadikan metode pem- bentukan ilmu administrasi. Jika dikaitkan dengan
keilmuan administrasi publik, filsafat berperan dalam dua sisi sebagai hakikat dan makna.
Hakikatnya terkait apapun it dalam pengembangan keilmuan administrasi public adalah untuk
kepentingan bersama. Semua bisa dikonstruksi keilmuan itu untuk mampu bersaing dan
menciptakan sebuah tatanan baru proses penyedenggaraan yang bersifat publik, bisa
dilakukan secara kolektif dan kedepan akan berjalan dengan semestinya.

BAB 2
Ruang lingkup filsafat administrasi yang menjadi pokok utamanya terdiri dari
objektivisme administrasi, subjektivisme administrasi, dan skeptisisme administrasi. Dari
ketiga hal itu, maka rang lingkup administrasi men- cerminkan adanya keseluruhan proses
kerja sama atau kegiatan antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa
hal yang terkandung dalam definisi diatas. Pertama, administrasi sebagai seni adalah suatu
proses yang diketahui hanya permulaannya sedang akhirnya tidak diketahui. Kedua,
administrasi mempunyai unsur-unsur tertentu, yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya
tujuan yag hendak dicapai, adanya tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya peralatan
dan (herlengkapan Qadul. melaksanakaß/ Niugas-tugas itu. Ke dalam golongan peralatan dan
perlengkapan termasuk pula waktu, tempar, peralatan mate,serta sarana lainnya. Ketiga,
bahwa administrasi sebagai proses kerja sama bukan merupakan hal yang baru karena a telah
timbul bersama sama dengan timbulnya peradaban manusia. Tegasnya administrasi sebagai
senimerupakan suatu fenomena sosial. Paradigma administrasi Negara sudah jauh bergeser
dan meninggalkan pendahulunya dikotomi politik-administrasi. Dalam konteks kekinian,
paradigma dikotomi politik-administrasi yang terkenal dengan adagium when political end,
administrative begin kurang relevan dengan perkembangan tori dan praktik administrasi
negara.
Bahkan sebenarnya, administrasi negara sudah lama meninggalkan paradigma ke-5
dalam ilmu administrasi negara yaitu administrasi negara sebagai administrasi negara (1970)
sebagaimana yang dikemukakan ole Henry Muncul pada tahun 1970-an, konsep in
merupakan kritik terhadap konsep paradigma administrasi negara lama. Pada dasarnya
administrasi public baru itu ingin mengetengahkan bahwa administrasi tidak boleh bebas nilai
dan harus menghayati, memperhatikan, serta mengatasi masalah-masalah sosial yang
mencerminkan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Frederickson (1971), seorang
pelopor gerakan in lebih tegas lagi menyatakan bahwa administrasi publik harus
memasukkan aspek pemerataan dan keadilan sosial (social equity) ke dalam konsep
administrasi. la bahkan menegaskan bahwa administrasi tidak dapat netral. Dengan begitu,
tiga administrasi publik harus mengubah pola pikir yang selama ini menghambat terciptanya
keadilan sosial. Kehadiran gagasan baru itu menggambarkan lahirnya paradigma baru dalam
ilmu administrasi. Lebih lanjut Henry (1995) hanya menentukan bahwa paradigma ke-5
dimulai sejak tahun 1970, tetapi la tidak member batasan sampai berapa lama paradigma ke-5
bertahan. Sejak 1990 sampai sat ini tori dan konsep administrasi negara sudah berkembang
sangat pesat, terutama dengan munculnya paradigma New Public Management (NPN) pada
permulaan tahun 1990 yang kemudian disusul oleh New Public Service (NPS) pada tahun
2000-an.
fokusnya tidak hanya pada birokrasi pemerintah atau publik semata, tetapi juga birokrasi
swasta. Sehingga dari fokusnya sudah bergeser lebih luas kepada birokrasi swasta, yang pada
awalnya hanya mengurus administrasi pemerintah atau organisasi publik. Dari sisi lokus,
ilmu administrasi negara mengalami pergeseran yang sangat signifikan. Pergeseran lokus
inilah yang membuat ilmu administrasi negara tidak sesuai dari ilmu induknya yaitu ilmu
politik. Hal yang paling membuat ilmu administrasi negara dari ilmu politik adalah dalam hal
pelayanan pemerintah. Ilmu politik berkaitan dengan kelembagaan dan bagaimana keputusan-
keputusan politik itu dibuat (decision making). Jadi substansi ilmu politik hanya pada
bagaimana kebijakan politik itu dimunculkan dalam agenda kebijakan pemerintah dan
akhirnya dirumuskan untuk dimplementasikan. Sedangkan ilmu administrasi negara berkaitan
dengan bagaimana pemerintah atau para administrator negara menyelenggarakan
kepemerintahannya yakni melaksanakan pelayanan publik. Sehingga ilmu administrasi
negara tidak hanya berorientasi pada urusan administrasi, tetapi juga dapat mempengaruhi
perilaku pemerintah agar dapat menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih memuaskan.
Sehingga administrasi negara melaksanakan yang tidak terjangkau oleh ilmu politik. Sebab
ilmu politik hanya pada bagaimana membuat keputusan politik, tetapi ilmu administrasi
negara tidak hanya pada kebijakan tetapi juga hingga pada pelayanan publik sebagai
lokusnya.

Era Millineal ini, administrasi menjadi lebih kompleks, tidak hanya berbicara tentang
administrasi negara yang terbatas pada pelayanan birokrasi, tetapi juga mengkaji kehidupan
sosial kemasyarakatan, seperti kebijakan, kependudukan, kebijakan organisasi, kebijakan
fiskal, kebijakan ekonomi, dan masalah sosial lainnya. Kemudian tidak hanya bagaimana
kebijakan itu dibuat tetapi juga bagaimana kebijakan yang bersangkutan dapat
dimplementasikan dengan bai dan memastikan pelaksanaannya sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. Karenanya administras publik merasuki semua kehidupan sosial
kemasyarakatan. Itulah yang membed akannya ilmu administrasi publik itu dengan ilmu
politik dan ilmu administrasi negara dengan selalu melakukan pendekatan kefilsafatan.

BAB 3
Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Metafisika
umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau
paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Objek ontologi terbagi menjadi dua, pertama,
objek materi, Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari
sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi
pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses kausalistik. Kedua,
objek forma, objek forma ini sering dipahami sebagai sudut atau titik pandang, yang
selanjutnya menenentukan rang lingkup. Berdasarkan rung lingkup studi inilah selanjutnya
ilmu pengetahuan berkembang menjadi plural, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah
antara satu dengan yang lain. Aliran-aliran yang ada pada ontologi yaitu materialisme,
idealisme, dualisme, pluralisme,nihilisme, dan agnostisisme.
Monoisme adalah paham yang menganggap bahwa hakikat asalnya sesuatu itu
hanyalah satu. Asal sesuatu itu bisa berupa materi (air, udara) maupun ruhani (spirit, ruh).
Dualisme adalah aliran yang berpendapat bahwa asal benda terdiri dari du hakikat (hakikat
materi dan ruhani,hakikat benda dan ruh, hakikat jasad dan spirit). Pluralisme adalah paham
yang mengatakan bahwa segala hal merupakan kenyataan. Nihilisme adalah paham yang
tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Dan agnostisisme adalah paham yang
mengingkari terhadap kemampuan manusia dalam, mengetahui hakikat benda.

BAB 4
Epistemologi secara harfiah dipahami sebagai tori pengetahuan yang benar dan
lazimnya hanya disebut tori pengetahuan "theory of knowledge" Di filsafat epistemologi in
membicarakan pencarian beberapa sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh
pengetahuan tersebut. Berkaitan dengan lahirnya ilmu administrasi, berbagai referensi
lainnya pun menunjukkan sebagai suatu seni bukan sebagai ilmu (sebelum tahun 1886).
Administrasi sebagai seni pad hakikatnya timbul bersama-sama dengan lahirnya peradaban
manusia, jelas pada zamannya mulai mengembangkan budaya yang berasal dari akal
pikiranya, rasanya, seninya, kehendaknya, dan yang penting adanya seni kerja sama antara
dua orang atau lebih yang merupakan hakikat dari administrasi dalam kehidupan
bermasyarakat pada sat itu. Hakikat administrasi dalam filsafat epistemologi terdapat objek
material dan objek formal. Objek material adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar
meliputi hakikat Than, hakikat alam dan hakikat manusia Sedangkan objek formal adalah
upaya radial untuk mencari informasi (sedalam mungkin sampai ke akarnya) tentang objek
material filsafat.
Tujuan epistemologi bukanlah hal utama untuk menjawab pertanyaan tentang
mengetahuinya, tetapi untuk menemukan kondisi yang sebenarnya. Ini menunjukkan bahwa
epistemologi tidak dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan, meskipun situasi in tidak
dapat dihindari, tetapi fokus tujuan epistemologis lebih penting daripada memiliki potensi
untuk mendapatkan pengetahuan. Sebagai bentuk pengetahuan, Ilmu administrasi hadir
dengan melewati beberapa zaman seperti mesopotania, babilonia, mesir kuno, romawi kuno,
yunani kuno hingga setelah tahun 1886. Dan siring dengan per kembangan zaman lahirlah
gerakan manajemen ilmiah yang di pelopori oleh F.W Taylor yang dimulai pada tahun 1886
yang menanda berakhirnya status administrasi sebagai ilmu dan mulai diteorikan dengan
mempelajari praktik langsung administrasi pada zaman dahulu.

BAB 5
Secara fungsional ada Tiga keteraturan sebagai substansi administrasi yaitu: Pertama;
berkaitan proses dialog pikir manusia tentang apa yang ingin dicapai, bagaimana
mencapainya dan apa yang harus dilakukan dalam pencapaian yang disebut fungi
perencanaan. Kedua; berkaitan pelaksanaan yang mengandung banyak aspek, maka nilai-nilai
yang dikembangkan dalam fungi keteraturan kedua mencakup fungi kedua.Semua aspek
kegiatan pelaksanaan inilah yang disebut fungi organizing, fungi staffing, fungsi direction,
fungsi commanding dan fungsi motivation. Dan Ketiga; bersentuhan nilai kesesuaian dari apa
yang dinginkan dengan apa yang dilaksanakan disebut fungsi pengawasan. Landasan tataran
aksiologi ilmu administrasi yaitu mencari kebenaran tentang bagaimana ilmu administrasi
dipraktikan dalam organisasi yang diharapkan dapat memberikan faedah nyata dalam
lingkungan penyelenggaraan aktivitas pekerjaan. Aksiologi ilmu administrasi merupakan
bagian dari filsafat ilmu, karena terkandung makna yang mendalam tentang pencarian
kebenaran nilai-nilai administrasi melalui perilaku individu-individu dalam organisasi.
Pemanfaatan pengetahuan ilmu administrasi ini merupakan faktor penting dalam
pertimbangan praktik dalam kehidupan, perilaku dalam beraktivitas dan pengambilan
keputusan. Ada dua jenis pengaturan dan keteraturan dalam aksiologi ilmu administrasi: a)
pengaturan berpikir rasional;, b) Pengaturan dan keteraturan dalam bertindak real dan logis
untuk merefleksikan kebahagiaan dan kesejahteraan hajat hidup orang banyak.
Aksiologi ilmu administasi adalah suatu nilai pemanfaatan penerapan ilmu
administrasi yang teratur dan produktif melalui penggunaan fungsi fungi administrasi yang
diawali dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan atau pengarahan dan
pengkoordinasian (secara umum yangdipraktikkan dalam lingkup di bidang tata kelola
pemerintahan). Aksiologi berperan sebagai sistem yang mengatur pelaksanaan keilmuan ke
dalam bentuk nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan kehidupan pencarian keilmuan. Lebih dari itu nilai-nilai juga
ditunjukkan ole aksiologi in sebagai suatu yang wajib dipatuhi, baik dalam melakukan
penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Akslologi berperan sebagai sistem yang
mengatur pelaksanaan keilmuan ke dalam bentuk nilai-nilai (values) yang bersifat normatif
dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan kehidupan pencarian keilmuan.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.
Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan
pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam
member penilaian, kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai
subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti
perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Sudah
menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat
objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara pernyataan ilmiah dengan anggapan
umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris
dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat ideologis, agama dan budaya.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas
melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada
proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif
hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif.

BAB 6
Isu-isu kontemporer pemikiran filsafat administrasi di bad ke-21 ini diwali dengan
pergeseran nomenklatur administrasi negara menjadi administrasi publik. Sehingga isu yang
berkembang menjadi suatu fenomena masalah yang menarik untuk didiskusikan mulai dari
hulu sampai hili tentunya berkaitan dengan bidang-bidang yang dikaji melalui ilmu
administrasi yang relevan. Bahkan sudah ada sejak munculnya pemikiran para filsuf
administrasi sejak lahirnya Artistoles, Imanuel Kant, Machiavelli, dan Al Farabi. Berubahnya
konsep administrasi negara menjadi administrasi public ini dikuti dengan perkembangan
paradigma dalam administrasi negara yaitu, telah bergesernya dari paradigma pengembangan
administrasi semata (empowering the administration) kepada paradigma pemberdayaan
masyarakat sebagai mitra dalam administrasi publik (empowering the people to become
partners in public administration). Dampak perubahan itu penulis contohkan pada aspek-
aspek pemerintahan di negara kita.
Dimana proses reformasi administrasi sebaga isu pemikiran bagaimana Upaya yang
dilakukan pemerintah untuk melakukan modernisasi administrasi pemerintahan, sehingga
perlu belajar dari pengalaman beberapa negara yang sudah mengadopsi konsep reformasi
administrasi (termasuk di dalamnya tersirat filosofi birokrasi), maka kunci dari keberhasilan
pembangunan bangs adalah bagaimana merevitalisasi administrasi negara dimulai dari
struktur, norma, nilai dan regulasi dilakukan dengan tepat. Namun, ketidakmampuan
pemerintah untuk melakukan perubahan struktur, norma, nilai, dan regulasi tersebut telah
menyebabkan gagalnya upaya untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Kualitas
dan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik mash jauh dan harapan. Masih
belum tercipta budaya pelayanan publik yang berorientasi kepada kebutuhan pelanggan
(service delivery culture). Sebaiknya, yang terbentuk adalah obsesi para birokrat dan politisi
untuk menjadikan birokrasi sebagai lahan pemenuhan hasrat dan kekuasaan (power culture).
Dalam kultur yang demikian, korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi hal yang umum,
sehingga kualitas pelayanan dan pemerintahan seringkali terabaikan.
Keberlanjutan isu reformasi administrasi berdampak pad upaya-upaya pemikiran
secara filosofis berkaitan dengan desentralisasi. Desen tratisasi yang merupakan refleksi
hubungan antara pusat dan daerah terus akan bergulir dalam proses demokratisasi.
Administrasi Publik berperan penting untuk ikut menentukan konstruksi hubungan pusat dan
daerah di Indonesia, juga ikut membangun kapasitas pemerintahan daerah. Karena isu ini
bukan isu sesaat tetapi isu yang terus dan akan berlanjut dalam pemikiran filosofis konsep
berbangsa dan bernegara. Dalam isu ini terkandung substansi yang sangat luas terutama
untuk mencipatkan pemerintahan yang efisien dan efektif, juga untuk meriingkatkan proses
kualitas pelayanan publik. Berbagai hal yang perl mendapatkan perhatian dalam peningkatan
kualitas pelayanan publik adalah bagaimana membangun semangat dan jiwa entrepreneurship
dalam pemerintahan dan seta perubahan peran negara dalam pelayanan publik. Improvisasi
pelayanan publik ini dilakukan antara lain melalui rasionalisasi proses dan profesionalisasi
kinerja PNS.

BAB 7
Kajian tentang redefinisi administrasi dalam lintasan pemikiran filsafat adalah suatu
kajian konseptual berkenaan dengan rumusan administrasi yang secara definitif dijadikan
acuan oleh para ahli dan mahasiswa yang meminati administrasi sebagai suatu disiplin ilmu
serta digunakan oleh para praktisi dalam berbagai bidang kegiatan kerjasama. Kajian
konseptual dilakukan oleh penulis untuk dapat dijadikan alternatif pencegahan korupsi dan
malpraktik administrasi serta sebagai terapi penyakit birokrasi yang hingga kini semakin
mewabah dan susah terkenalikan baik oleh kekuasaan maupun oleh kekuatan kaidah
keberlakuan hukum.
Memperhatikan dan menelaah uraian jurnal di atas, ada fenomena menarik tentang
kajian menemukan kembali administrasi ke dalam ranah administrasi itu sendiri, coba
diskusikan beberapa pertanyaan studi kasus berikut:
Pernyataan Filosofis:
1. Konsep "Administrasi" yang dalam awal kemunculannya lewat esay Wilson's
(1987) diartikan dalam lokus kekuasaan sebagai pelaksana undang-undang
(hukum) yang terperinci dan sistematis. Sedangkan Undang-undang (hukum)
secara normatif bermakna pengaturan sehingga dengan demikian konsep
"Administrasi" dalam awalnya bermakna pelaksanaan pengaturan. Namun
terminologi "Administrasi" dalam kajian filsafat rasional yang melakukan
pengkajian tentang manusia dalam suatu kerja sama yang berlangsung
berdasarkan pertimbangan rasio dalam rangka pencapaian tujuan secara
bersama, kerja sama mana berlangsung dalam keteraturan, pengaturan, atau
dalam lingkup yang luas yaitu "administrasion (Inggris)" atau "Beheren atau
bestuur (Belanda)" yang berarti "Pemerintah, Pemerintah".
2. Perumusan kembali "administrasi" yang sesuai esensi keberadaan manusia
administrasi akan dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pemberantasan
korupsi dan malapraktik administrasi seta dapat mengobati berbagai penyakit
birokrasi.

Filsafat ilmu pengetahuan memiliki Hakikat tertentu dalam Upaya menegakkan


kebenaran ilmu itu. Pengetahuan yang menjadi ilmu itu adalah ilmiah (scientific) dan objektif
(objective). Filsafat yang dibangun dalam sistem pemikiran ilmu administrasi mengacu pada
pola piker secara sistemik dalam bentuk berpikir holistik, berpikir teoritikal, berpikir
menggunakan ilmu, berpikir perubahan, berpikir atas ketidaksetujuan, berpikir dan berlaku
etis, pemanfaatan pengetahuan, dan uji ilmu. Filsafat pemikiran yang membentuk pola pikir
sistemik yang dimakud merupakan sebuah kerangka bangun yang logik dengan dukungan
alar yang tinggi dalam rangkaian pemikiran ilmu administrasi.
Dalam perkembangan ilmu penegetahuan dan teknologi, pemikiran-pemikiran
keilmuan sebagai sebuah pola sistemik terus mengalami perubahan dalam perkembangan
manusia dan masyarakat yang merujuk kepada konsep evolusi menunjukkan bahwa evolusi
itu berlangsung dalam dua arah, yaitu evolusi kuhusus dan evolusi mum dalam sisiplin
keilmuan. Keberlangsungan evolusi khusus untuk mewujudkan variasi melalui penyesuaian
bentuk yang ada dengan keadaan sekeliling, muncul bentuk baru yang berbeda dengan bentuk
yang lama. Sementara keberlangsungan evolusi umum menekankan pada perbedaan proses
menimbulkan satu kemajuan, karena bentuk baru mungkin lebih tinggi kriterianya dari
bentuk yang lama (Garna, 1996). Sistem pemikiran ilmu administrasi memandang dan
menyesuaikan diri dengan perubahan atau evolusi yang terjadi dengan mengkaji dan mencari
pola yang sesuai dan menjurus kepada pembentukan dan perubahan sistem pemikiran yang
mampu melahirkan konsep baru dalam sistem pemikiran sebagai wujud dari sebuah evolusi
sistemik pemikiran keilmuan administrasi.

Anda mungkin juga menyukai