Anda di halaman 1dari 25

RINGKASAN MATA KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA

NAMA M. K KODE M. K

: FILSAFAT ILMU PEMERINTAHAN : IPEM 4424

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TERBUKA 2009

MODUL 1 PENGANTAR KE ARAH FILSAFAT PEMERINTAHAN Kegiatan Belajar 1 Filsafat Pemerintahan Suatu Pengertian Awal Secara umum filsafat dapat dirumuskan sebagai upaya manusia untuk mempelajari dan mengungkapkan

pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat secara mendasar. Objek material dari filsafat adalah manusia, sama dengan objek ilmu lainnya; yang membedakan adalah dari sudut pandang mana suatu ilmu menyoroti manusia. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini, menemukan hakikatnya dan menerbitkan serta mengatur semuanya itu dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita pada pemahaman dan pemahaman membawa kita ke tindakan yang lebih layak. Pemerintahan merupakan kegiatan memerintah yang dilakukan oleh pemerintah yang melakukan kekuasaan memerintah atas nama negara terhadap orang yang diperintah (masyarakat). Filsafat pemerintahan tidak memberikan petunjuk teknis memerintah, tetapi memberikan pemahaman dan arah tindakan bagaimana sebaiknya melakukan kegiatan pemerintahan yang layak dan benar. Kegiatan Belajar 2 Hakikat Ilmu Pemerintahan Ilmu Pemerintahan selain termasuk ilmu teoritis empiris, juga termasuk ilmu praktis atau ilmu terapan, karena akan langsung diterapkan kepada masyarakat. Ilmu Pemerintahan termasuk ilmu campuran karena di samping berkembang secara teoritis menurut ilmu murni juga berkembang secara praktis (diterapkan) dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan. Ketidakjelasan antara pemerintahan sebagai ilmu dan pemerintahan sebagai praktik (seni), tidak perlu dipertentangkan, namun yang penting adalah bagaimana bisa menjadikan ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara sehingga negara itu dapat maju dan berkembang, masyarakatnya hidup aman, sejahtera dan damai.

Kegiatan Belajar 3 Perkembangan Ilmu Pemerintahan Studi tentang pemerintahan sudah tua umurnya yaitu, sejak zaman Tiongkok kuno, Hindu kuno dan zaman Yunani kuno sudah diajarkan praktik-praktik dan pelajaran tentang pemerintahan. Akan tetapi Prof. Mac Iver mempertentangkan apakah ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang berdiri sendiri, karena pemerintahan baginya merupakan mitos yang tampak berubah-ubah pada berbagai ruang dan waktu. Di Indonesia perkembangan ilmu pemerintahan sebagai lembaga sudah cukup menggembirakan namun yang menjadi masalah sekarang adalah esensi dan eksistensi ilmu pemerintahan sebagai ilmu yang dapat diandalkan belum tuntas memiliki syarat sebagai ilmu. Dilihat sari segi tahap-tahap perkembangannya, ilmu pemerintahan telah melewati tahap klasifikasi, bahkan sudah berada pada tahap komparasi. Selanjutnya untuk menjadi ilmu, maka ilmu pemerintahan harus membangun dirinya sehingga dapat mencapai tahap kuantifikasi. Kegiatan Belajar 4 Paradigma Pemerintahan Paradigma adalah corak berpikir baru seseorang atau sekelompok orang. Paradigma adalah seperangkat asumsi mengenai realitas atau dengan kata lain paradigma adalah suatu model atau pola yang diterima menjalankan dunia lebih baik daripada perangkat lain manapun. Paradigma ilmu pemerintahan dari dimensi ruang (bukan dimensi waktu), sebagai berikut 1. 2. 3. 4. Ilmu pemerintahan sebagai cabang ilmu filsafat. Ilmu pemerintahan mengacu kepada Alquran. Ilmu pemerintahan sebagai suatu seni. Ilmu pemerintahan sebagai cabang ilmu politik.

5. Ilmu pemerintahan dianggap sebagai administrasi negara. 6. Ilmu pemerintahan sebagai ilmu pemerintahan yang mandiri. Paradigma baru ilmu pemerintahan yang diusulkan oleh Taliziduhu Ndraha adalah paradigma kerakyatan, yaitu suatu paradigma yang memandang ilmu pemerintahan itu sebagai pola hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah (rakyat); dalam hal ini ditekankan pentingnya posisi rakyat sebagai yang diperintah karena rakyatlah yang memberikan mandat kepada badan/lembaga yang memerintah dan kalau diibaratkan sebuah organisasi usaha maka rakyatlah sebagai pemegang saham, sehingga pemerintah harus betul-betul memperhatikan rakyat yang diperintah (dilayani).

MODUL 2 PEMERINTAHAN DITINJAU DARI FILSAFAT Kegiatan Belajar 1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Untuk mengetahui ilmu ada tiga pendekatan yaitu: ILMU sebagai proses: aktivitas penelitian sebagai prosedur: metode ilmiah sebagai produk: pengetahuan sistematis Ilmu tidak hanya sebagai satu aktivitas tunggal saja, tetapi suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologi. Ilmu sebagai rangkaian aktivitas pemikiran manusia atau penelitian (research) dirangkum sebagai berikut.

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS a. Rasional: Proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-kaidah logika Ilmu sebagai aktivitas b. Kognitif: Proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan c. Teleologi: o mencapai kebenaran o memperoleh pemahaman o memberikan penjelasan o melakukan penerapan dengan melalui pemahaman atau pengendalian. Metode ilmiah mengikuti suatu rangkaian langkah yang tertib, sebagai berikut: METODE ILMIAH I. Pola Prosedural: pengamatan percobaan pengukuran survei deduksi analisis lainnya II. Tata Langkah: Penentuan masalah Perumusan hipotesis (bila metode perlu ilmiah) Pengumpulan data Perumusan kesimpulan Pengujian hasil III. Berbagai Teknik: Daftar pertanyaan Wawancara Perhitungan Pemanasan Lainnya IV. Aneka alat:

o o o o o

Timbangan Meteran Perapian Komputer Lainnya

Pengertian dan ciri-ciri ilmu sebagai berikut: a. Dilihat dari segi hasil kegiatan, ilmu merupakan sekelompok pengetahuan mengenai sesuatu pokok soal dengan titik pusat minat pada segi atau permasalahan tertentu sehingga merupakan sebagai konsep. b. Pengetahuan ilmiah itu mempunyai lima ciri pokok yaitu empiris, sistematis, objektif, analitis dan verifikatif. c. Rumusan ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa angka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keterangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. Kegiatan Belajar 2 Pemerintahan Sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmu pemerintahan adalah disiplin ilmu tertua karena sudah dipelajari sebelum Masehi oleh Plato dan Arisoteles, walaupun diakui filsafat ilmu tertua, namun pada prinsipnya yang dibicarakan pertama adalah filsafat pemerintahan. Selanjutnya berkembang menjadi suatu seni, kemudian pada abad XX berkembang menjadi ilmu pengetahuan terapan, sebab dipergunakan dalam mempelajari gejala pemerintahan. Pada dewasa ini pemerintahan berusaha keras untuk menjadi ilmu pengetahuan murni yang berdiri sendiri. Dari berbagai rumusan atau pendapat para ahli maka ilmu pemerintahan dapat didefinisikan sebagai berikut:

"Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam hubungan pusat dan daerah, antarlembaga serta antara yang memerintah dengan yang diperintah". Ruang lingkup ilmu pemerintahan cukup luas, mencakup ilmu sosial lain terutama yang memiliki objek materi negara, seperti ilmu politik, administrasi negara, hukum tata negara dan ilmu negara sendiri. Sedang antara ilmu tersebut yang berbeda adalah objek formanya yaitu dari sudut pandang mana melihat negara itu. Pemerintahan sebagai sebagai berikut: ilmu mempunyai perangkat

a. Metode Induksi b. Metode Deduksi c. Metode Dialektis d. Metode Filosofis e. Metode Perbandingan f. Metode Sejarah g. Metode Fungsional h. Metode Sistematis i. Metode Hukum j. Metode Sinkretis Kegiatan Belajar 3 Ilmu Pemerintahan dalam Konteks Perdebatan mengenai ilmu sebagai sistem tertutup dan ilmu sebagai sistem terbuka pada akhirnya tiba pada kesimpulan bahwa tidak ada sistem ilmu otonom. Ilmu terbuka lebar, karena dihasilkan oleh konteks, yaitu faktor entah psikis, sosial atau bahkan ideologis. Dengan demikian kalau fakta-fakta (gejala) pemerintahan yang merupakan masukan data dalam penyusunan ilmu pemerintahan, maka ilmu pemerintahan dan ilmu sosial tidak dapat lepas dari konteksnya. Karena pada umumnya gejala-gejala sosial tidak berdiri sendiri. Oleh sebab itu

berkembanglah psikologisme, sosiologisme, ilmu terapan, ilmu dan ideologi, dan ilmu sebagai sistem terbuka.

MODUL 3 PEMERINTAHAN SEBAGAI FILSAFAT POLITIK Kegiatan Belajar 1 Filsafat Politik Filsafat politik membahas persoalan-persoalan politik dengan berpedoman pada suatu sistem nilai dan normanorma tertentu. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa untuk menyelami filsafat politik suatu negara atau bangsa terlebih dahulu kita harus mengetahui sistem nilai dan norma yang berlaku dalam penyelenggaraan pemerintahan pada negara atau bangsa tersebut; dalam terminologi politik disebut ideologi. Karena sukar bagi kita untuk memahami filsafat politik suatu negara tanpa mengetahui landasan apa atau takaran apa yang dipakai dalam menilai praktikpraktik penyelenggaraan pemerintahan negara tersebut, karena hal itulah yang diyakini oleh negara tersebut sebagai yang "terbaik" baginya. Dalam kajian ideologi politik maka dikenallah istilah: demokrasi, naziisme, komunisme yang dianut suatu negara. Sehingga dengan istilah tersebut dapat diasosiasikan dengan sebuah nama pelopornya/penganutnya seperti "Demokrasi" mengingatkan kita pada nama Thomas Jefferson; "Naziisme" kepada Aldolf Hitler; "Fasisme" kepada Bennito Mussolini, dan "Komunisme" kepada Karl Marx. Kegiatan Belajar 2 Refleksi Pemerintahan dalam Filsafat Politik

A. Filsafat Politik dalam penyelenggaraan pemerintahan negara menurut wacana Barat: 1. Filsafat politik zaman Yunani kuno, menganut paham idealisme dalam politik, namun Aristoteles lebih bersifat empirik. Pada zaman Romawi lebih mengkaji sistem kenegaraan yang lebih luas (imperium), masalah hukum, administrasi kenegaraan. Pada zaman pertengahan, pemikiran politik lebih bersifat teosentris dogmatik. Di samping itu feodalisme merupakan bentuk pemikiran yang penting lainnya yang lahir pada abad pertengahan. 2. Pada zaman Renaisans, sebagai era transisi antara abad pertengahan dan modern; dominasi akal mulai menggeser dominasi iman dogmatis (gerejani) dalam pemikiran politik. Ini awal munculnya rasionalisme, individualisme dan humanisme di Barat, yang kelak melahirkan sekularisme politik. 3. Filsafat politik liberalisme merupakan antitesis dari filsafat politik feodalisme. Dalam paham ini, campur tangan negara diperkecil dan wewenang rakyat diperluas. Antitesis terhadap pemikiran politik liberalisme adalah filsafat politik konservatisme yang lebih berpegang pada asas kolektivisme. 4. Filsafat sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri. Paham ini berasaskan pada konsep humaniterianisme, sebagai embrio paham komunisme. 5. Filsafat komunisme merupakan kelanjutan dari sosialisme, sebagai antitesis terhadap paham kapitalisme. Komunisme lebih berwatak radikal dan revolusioner. 6. Filsafat politik fasisme bersifat anti eksistensi hukum dan negara hukum, kebebasan individu, hak asasi manusia, dan sangat diskriminatif. Jadi paham ini bersifat otoriter, totaliter, dan korporatif.

7. Filsafat politik demokrasi merupakan perkembangan dari liberalisme. Paham ini menghargai kebebasan individu serta kedaulatan rakyat. Paham ini berorientasi pada kemajuan sosial ekonomi dan asas persamaan dan kemerdekaan. 8. Filsafat politik nasionalisme sebagai antisipasi terhadap fasisme dan sosialisme. Paham ini ingin menyatukan sub-subideologi yang berakar pada suku, ras, agama dan sebagainya. 9. Filsafat politik pragmatisme berasaskan pada konsep "manfaat", "kegunaan" dari sesuatu. Paham ini lebih berorientasi pada segi-segi empirik dan fungsional. B. Filsafat politik dalam penyelenggaraan pemerintahan negara menurut wacana Islam. 1. Filsafat politik Al-Farabi tergolong ke dalam filsafat politik yang idealistik. Al-Mawardi lebih realistik dan berorientasi kepada konsultan kenegaraan. Al-Ghazali menekankan soal profesi kerja yaitu pertanian, pemintalan, pembangunan dan politik. Ibn Taimiyah mengemukakan teori khilafah. Sementara Ibn Khaldun berpendapat bahwa negara amat memerlukan solidaritas politik. Agama juga termasuk pendorong lahirnya solidaritas bahkan lebih dominan daripada aspek lainnya. 2. Dalam konteks politik Islam era modern diwarnai pemikiran Al-Afghani, Abduh, Ridha, AlRaziq, Al-Ikhwan, Haikal, dan Al-Maududi. Filsafat politik Al-Afghani secara umum didasarkan pada ide Pan-Islamisme (Al-jamia'ah al-Islamiyyah). Muhammad Abduh mempunyai pemikiran lebih bercorak rasional (mu'tazilah), prinsip qadariyah (antroposentrik) yakni kebebasan manusia dalam berkehendak (indeterminism). Ridha, secara filosofis ingin kembali ke doktrin politik Khilafah dengan mana doktrin ini erat kaitannya dengan penguasaan fiqih Islam. Ali Abd Al-Raziq menolak

sama sekali lembaga khilafah yang bersifat institusional. Bagi Al-Ikhwan, filsafat politik Islam terlihat lebih didasarkan pada konsepsi Islam yang revolusioner. Filsafat politik Haikal lebih ditekankan pada prinsip-prinsip dasar Islam sebagai konsepsi tentang tauhid yang berimplikasi pada keharusan diwujudkannya prinsip persatuan kemanusiaan secara utuh. Filsafat politik Al-Maududi bercorak teokrasi atau teo demokrasi di mana teori kedaulatan Tuhan sebagai inti filsafat politiknya. Ismail Raji Al-Faruqi, memperkenalkan konsep tauhid, amanah, khilafah, bai'ah dan ummah (ummatisme) dalam filsafat politiknya. Syed Naquib Al-Attas meletakkan konsep pemikiran politiknya pada ad-Din. Fazlur Rahman penganut neo medernisme mendasarkan filsafat politiknya pada konsep musyawarah atau syurah. Mohammad Arkoun filsafat politik yang anti terhadap simbol gelar-gelar yang feodalistik. Filsafat politik Khomeni menurut Arkoun masih bercirikan tradisional mitologis, belum modern, rasional, dan profesional. Sayyed Hussein Nasr filsafat politiknya mencoba membedakan antara perspektif tradisionalisme dengan modernisme Islam, fundamentalisme Islam, dan messianisme atau mahdiisme. Kegiatan Belajar 3 Beberapa Pemikiran Filsafat Politik dalam Wacana 1. Komunisme Komunisme merupakan salah satu bentuk ideologi politik yang mewarnai penyelenggaraan pemerintahan pada beberapa negara seperti RRC, Kuba dan dulu semua negara dalam Blok Uni Soviet. Pendekatan paham ini didasarkan pada filsafat sejarah atas pertentangan dan ekonomi, dan secara tegas-tegas telah dikemukakan dalam manifesto komunis. Tujuan yang akan dicapai suatu masyarakat tanpa kelas yang

terdiri dari para penghasil yang bebas dan sama kedudukannya. 2. Fasisme Fasisme yang dikenal di Italia dan Jerman menolak nilai-nilai demokrasi, tetapi ingin tetap mempertahankan suatu bentuk kapitalisme sebagai suatu sistem ekonomi. Fasisme menganut paham bahwa manusia tidak sama, tidak boleh diberi perlakuan yang sama dan harus dipaksa mengakui ketidaksamaan. Fasisme mempunyai dua aliran besar, yaitu Fasisme Mussolini dan Naziisme Hitler. 3. Demokrasi Demokrasi menganut keyakinan bahwa individu sesuatu yang nyata dan yang paling penting, dan negara disusun oleh individu-individu. Paham ini menyatakan bahwa fungsi negara adalah mengabdi kepada warga negaranya. Demokrasi menjunjung tinggi kebebasan individu, persamaan hak, dan perlindungan hak asasi manusia.

MODUL 4 HAKIKAT PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN Kegiatan Belajar 1 Pemerintah dan Pemerintahan Negara 1. Pendekatan Dari Segi Bahasa "Memerintah" diartikan sebagai menguasai atau mengurus negara atau daerah sebagai bagian dari negara. Dengan demikian maka kata "pemerintah" berarti kekuasaan untuk memerintah suatu negara, misalnya negara memerlukan pemerintah yang kuat dan bijaksana. "pemerintah" dapat pula diartikan sebagai badan tertinggi yang memerintah suatu

negara, misalnya kalimat; masyarakat meminta perhatian pemerintah agar turun tangan dalam pemecahan kekurangan air untuk sawah-sawah di suatu wilayah. Di dalam kalimat "gedung pemerintah", "sekolah pemerintah", artinya gedung negara dan sekolah negeri. "Pemerintah" adalah perbuatan atau cara atau urusan memerintah, misalnya pemerintah yang adil, pemerintah demokratis, pemerintah diktator. 2. Pendekatan dari Segi Organisasi Dalam pembicaraan tentang pemerintah dan pemerintahan tidak boleh terlepaskan dari pembahasan tentang negara, karena negaralah yang merupakan wadah, lembaga, organisasi tempat berlangsungnya tugas pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah. Pemerintah dan negara bagaikan sekeping mata uang, karena tidak mungkin bisa memahami secara nyata hakikatnya tanpa mengulas keduanya; di mana negara merupakan segi statisnya dan pemerintahan adalah segi dinamisnya. Kegiatan Belajar 2 Sistem Pemerintahan Negara Sistem pemerintahan merupakan sistem penyelenggaraan pemerintahan suatu negara, yang didasarkan pada ajaran filosofis yang dianut negara yang bersangkutan. Dari teori-teori sistem pemerintahan yang beraneka ragam, dapat disimpulkan enam macam sistem pemerintahan yaitu: a. ekapraja, b. dwipraja, c. tripraja, d. catur praja, e. pancapraja, dan f. sadpraja.

Kegiatan Belajar 3 Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Republik Indonesia yang termuat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu secara filosofis dikemukakan sebagai berikut. 1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum 2. Sistem konstitusional. 3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan MPR 4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di bawah majelis. 5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR. 6. Menteri negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab kepada DPR 7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas. MODUL 5 KEKUASAAN DALAM PEMERINTAHAN Kegiatan Belajar 1 Negara 1. Definisi Negara Dari berbagai definisi tentang negara, maka negara dapat dirumuskan secara umum sebagai suatu bentuk persekutuan hidup "masyarakat" dalam suatu wilayah yang berfungsi mengatur masyarakat dengan mempunyai hak monopoli dan dapat memaksakan kekuasaannya secara sah untuk mencapai tujuan dari kehidupan bersama. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi politik dari kekuasaan politik. Negara adalah alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara menetapkan cara-cara dan batasbatas sampai di mana kekuasaan dapat dipaksakan dalam kehidupan bersama; baik oleh individu, golongan, asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri.

2.

Hakikat Negara

Negara itu abstrak, kita tidak pernah melihat wujud negara, seperti Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Indonesia, dan lain-lain, yang tampak bagi kita adalah benderanya, orangnya, peta wilayahnya, susunan pemerintahannya, lambangnya atau mendengar bahasa nasionalnya, lagu kebangsaannya atau merasakan ideologinya. Namun dalam teori tentang asal mula negara dibuat berdasarkan telaah atas peristiwa sejarah suatu negara, kemudian diambil garis besarnya secara induktif. Dalam banyak hal manusia berjuang untuk mempertahankan dan meningkatkan citra negaranya namun sebaliknya hanya negaralah yang mempunyai wewenang untuk menindak warganya bila melanggar peraturan negara tersebut tanpa bantahan. 3. Teori Asal-Usul Negara Teori asal-usul negara dapat dijumpai dalam berbagai literatur sebagai berikut: a. Teori kenyataan. b. Teori ketuhanan. c. Teori perjanjian. d. Teori penaklukan. e. Teori patrilinial dan matrilineal. f. Teori organis. g. Teori daluwarsa. h. Teori alamiah. i. Teori filosofis. j. Teori historis. 4. Unsur-unsur Negara Pada hakikatnya negara itu bersifat abstrak, tetapi dalam perwujudannya ada beberapa unsur yang dapat dikenali sebagai karakteristik yang menunjukkan eksistensi negara itu:

a. b. c. d.

Wilayah. Penduduk. Pemerintah. Kedaulatan

Kegiatan Belajar 2 Kedaulatan Negara Kedaulatan merupakan unsur mutlak adanya suatu negara, karena kedaulatan yang menentukan keberadaan dan absahnya suatu negara. Tanpa kedaulatan tidak akan pernah terwujud suatu negara secara pasti. A. Teori Kedaulatan Negara Teori terbentuknya kedaulatan negara dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Teori Kedaulatan Tuhan. b. Teori Kedaulatan Rakyat. c. Teori Kedaulatan Negara. d. Teori Kedaulatan Hukum. B. Bentuk-bentuk Negara Bentuk-bentuk negara dapat dikenali melalui paham kedaulatan yang dianut suatu negara. Bentuk-bentuk negara dapat dibedakan sebagai berikut: a. Negara Kerajaan b. Negara Republik C. Kedaulatan Pemerintahan Kedaulatan pemerintahan suatu negara dapat dikaji dari empat syarat pokok berdirinya suatu negara yaitu: D. Adanya Pemerintah Munculnya suatu negara harus diikuti oleh berdirinya lembaga pemerintahan. Sistem pemerintahan dapat dibedakan sebagai berikut: a. b. c. Sistem Pemerintahan Parlementer Sistem Pemerintahan Presidentil Sistem Pemerintahan Campuran.

d. Sistem Kediktatoran Proletariat. E. Adanya Wilayah Wilayah suatu negara adalah lokasi atau area tertentu dengan segala kandungan potensi wilayah tersebut. dan kekuatan yang dapat dimanfaatkan mulai dari laut, darat dan udara, baik yang sifatnya fisik maupun nonfisik, secara kompleks menyangkut keseluruhan tata ruang dan sumber kekayaan alam yang terkandung di dalam tempat tersebut. F. Adanya Warga Negara Perlu dibedakan antara: masyarakat, penduduk dan warga negaranya. a. Masyarakat adalah mereka yang bersamasama menjadi anggota suatu negara, yang harus dibina dan dilayani oleh administrasi pemerintah setempat. b. Penduduk adalah mereka yang menjadi penghuni dari suatu negara tertentu, yang harus diinventarisir. c. Warga negara adalah mereka yang dinyatakan sebagai warga oleh suatu negara tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan negara tersebut. G. Adanya Pengakuan. Pengakuan dari dalam negeri dimaksudkan sebagai landasan bagi warga negara untuk diperintah oleh pemerintah yang sah. Pengakuan dari luar sebagai kerelaan negara-negara lain untuk mengakui keberadaan suatu negara merdeka dan pemerintah yang menguasainya sebagai pemerintah yang sah dan berdaulat. H. Esensi Kedaulatan Negara Kedaulatan adalah sifat khusus yang dimiliki negara dan tidak dimiliki oleh asosiasi atau organisasi lainnya. Sifat khusus tersebut adalah:

1. 2. 3.

Sifat memaksa. Sifat monopoli. Sifat mencakup semua.

Kegiatan Belajar 3 Kekuasaan Gejala kekuasaan adalah gejala yang lumrah terdapat dalam kehidupan masyarakat, dalam semua bentuk hidup bersama; karena salah satu bentuk interaksi manusia adalah transaksi "kekuasaan". 1. Filsafat Kekuasaan Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu. Kekuasaan sementara ada di dalam setiap masyarakat baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah maju; baik yang masih kecil, maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Secara filsafati kekuasaan dapat meliputi ruang, waktu, barang, manusia. Tetapi pada gilirannya kekuasaan itu ditujukan pada diri manusia, terutama kekuasaan pemerintahan dalam negara. 2. Sumber Kekuasaan memiliki Seseorang atau sekelompok orang kekuasaan disebabkan sebagai berikut: a. Legitimate Power karena melalui Kekuasaan diperoleh pengangkatan. b. Coersive Power

Kekuasaan diperoleh melalui kekerasan, bahkan mungkin bersifat perebutan atau perampasan

bersenjata, tentunya inkonstitusional. Hal ini lazim disebut dengan istilah kudeta. c. Expert Power Kekuasaannya diperoleh karena keahlian. Ini berlaku di negara demokrasi melalui merit system. d. e. Reward Power Reverent Power Kekuasaannya diperoleh melalui pemberian. Kekuasaannya diperoleh melalui daya tarik seseorang, mungkin postur tubuh, wajah yang rupawan dan penampilan serta pakaian yang perlente dapat menentukan dalam mengambil perhatian orang lain. 3. Pembagian Kekuasaan Dalam Modul 4 Kegiatan Belajar 2 telah dijelaskan pembagian kekuasaan secara mendetail. Walaupun pakar Ilmu Pemerintahan telah bersusah payah menciptakan ide tentang pemisahan kekuasaan (separation of Power) dan pembagian kekuasaan (distribution of Power) tetap saja rakyat diperintah oleh segelintir orang disebut elit pemerintahan. Apakah elit pemerintahan itu akan berbentuk primordial kesukuan, keturunan, partai tertentu, angkatan bersenjata, ataupun sipil, tergantung "budaya" setempat.

MODUL 6 LEGITIMASI KEKUASAAN DALAM PEMERINTAHAN Kegiatan Belajar 1 Paham Umum Legitimasi Kekuasaan 1. Legitimasi Kekuasaan Legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis, adatistiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara syah. Jadi dalam legitimasi kekuasaan, bila seorang pimpinan menduduki jabatan dan memiliki kekuasaan secara legitimasi (legitimate of power) bila yang bersangkutan mengalami kekuatan dan perbuatan yang sesuai sehingga dengan demikian yang bersangkutan dianggap absah memangku jabatannya dan menjalankan kekuasaannya. 2. a. Lembaga-lembaga Kekuasaan Lembaga Legislatif

Lembaga ini adalah lembaga yang ditetapkan untuk membuat peraturan perundang-undangan. Lembaga ini berbeda bentuknya pada masing-masing negara.
o

Di Indonesia disebut: DPR RI. DPRD Tingkat I. DPRD Tingkat II. Di Amerika Serikat lembaga legislatif disebut dengan congress yang terdiri atas dua kamer (bicameral) yaitu: Senate (senat) House of Refresentative (badan perwakilan) Di Negeri Belanda, Lembaga legislatif bernama Statement generdal juga berbentuk bicameral, yaitu: Eeste kamer

b.

Twede kamer Di Iran sejak Syah Iran Reza Pahlevi jatuh dari jabatannya dan berdirilah Republik Islam Iran, Lembaga Legislatif disebut Dewan Pertimbangan Nasional Lembaga Eksekutif

Lembaga ini ditetapkan menjadi pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat oleh pihak legislatif.
o

c.

Di Indonesia, memegang kekuasaan pemerintahan negara (eksekutif). Di Inggris kepala pemerintahan (eksekutif) adalah perdana menteri dibantu dewan menteri. Lembaga Yudiaktif

Lembaga ini adalah lembaga peradilan, yang memiliki kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Yudikatif harus merdeka, terutama dalam pengaruh lembaga-lembaga tinggi lainnya, seperti eksekutif. d. Lembaga Konsultatif Lembaga ini adalah lembaga pertimbangan yang memberikan usulan dan tanggapan kepada kepala negara serta menjawab pertanyaan yang disampaikan kepala negara. e. Lembaga Inspektif Lembaga ini adalah lembaga pengawasan yang mengontrol dan memeriksa penggunaan serta pertanggungjawaban keuangan negara. f. Lembaga Federatif Lembaga ini adalah lembaga yang memiliki kewenangan dalam politik luar negeri suatu negara. g. Lembaga Konstitutif

Disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang anggotanya selain anggota DPR RI juga ditambah utusan-utusan daerah. Kegiatan Belajar 2 Bentuk-bentuk Legitimasi Kekuasaan Kekuasaan politik adalah bentuk kekuasaan yang penting karena menyangkut kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (pemerintah) baik dalam hal terbentuknya maupun dalam akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik tidaklah mungkin tanpa penggunaan kekuasaan. Kekuasaan itu harus digunakan dan harus dijalankan. Apabila penggunaan kekuasaan itu berjalan secara efektif, disebut kontrol. Untuk menggunakan kekuasaan politik yang ada harus ada penguasa, harus ada alat/sarana kekuasaan agar penggunaan kekuasaan itu dapat berjalan dengan baik. Bentuk legitimasi kekuasaan dalam kehidupan masyarakat, secara garis besarnya dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu: 1. Legitimasi Sosiologis Weber melihat adanya tiga corak legitimasi sosiologis melalui konsepsinya tentang domination dalam masyarakat: a. Kewenangan tradisional b. Kewenangan kharismatik c. Kewenangan legal rasional 2. Legitimasi Etis Legitimasi etis bukan sekedar menyampaikan opini masyarakat mengenai keabsahan seseorang dalam kekuasaannya, bukan pula hanya berkaitan dengan tatanan hukum tertulis yang berlaku di dalamnya, tetapi lebih dari itu mencoba meletakkan prinsip-prinsip moral atas kekuasaan tadi.

Kegiatan Belajar 3 Beberapa Pemikiran Tentang Legitimasi Dalam melaksanakan kekuasaan negara tidak bisa bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara sosiologis maupun secara etis. Beberapa pemikiran dari filsuf dan ahli kenegaraan mengenai persoalan kekuasaan negara. 1. Plato Plato mengandaikan bahwa penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk mencapai kebaikan publik dari kecenderungan mereka yang luar biasa. Ia merumuskan bahwa pemerintah akan adil jika raja yang berkuasa adalah seorang yang bijaksana. 2. Thomas Aquinas Masalah keadilan diterjemahkan ke dalam dua bentuk: a) Keadilan yang timbul dari transaksi-transaksi seperti pembelian-penjualan yang sesuai dengan asas-asas distribusi pasar; b) menyangkut pangkat bahwa keadilan yang wajar terjadi bila seorang penguasa atau pemimpin memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya berdasarkan pangkat. Thomas Aquinas membedakan jenis-jenis hukum menjadi tiga: a. Hukum Abadi (Lex Eterna) b. Hukum Kodrat (Lex Naturalis) c. Hukum Buatan Manusia (Lex Humanis) 3. Niccolo Machiavelli Satu-satunya kaidah sistem politik yang dianut ialah apa yang baik adalah segala sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan negara. Apapun harus dibayar untuk sampai ke arah itu. Machiavelli lebih jauh mengatakan bahwa tindakan-tindakan yang jahat pun dapat dimaafkan oleh masyarakat asal saja penguasa mencapai su

Anda mungkin juga menyukai