Anda di halaman 1dari 5

Konsep “Reiventing Government” lahir melalui pemikiran dari David Osborne dan

Ted Gaebler dengan bantuan seorang ahli marketing bernama Peter Drucker, yang merupakan
kritik terhadap birokrasi pemerintahan Amerika Serikat akibat pengelolaan pelayanan publik
yang dilaksanakan secara tidak efisien. Kritik tersebut diberikan karena birokrasi pada saat
itu dinilai lamban, tidak efisien, dan hanya memboroskan anggaran pemerintah, padahal
seharusnya dapat menjadi alat untuk melayani kepentingan masyarakat dengan efektif dan
efisien.1
Reiventing Government digagas sebagai sebuah konsep yang dapat digunakan untuk
mewujudkan perubahan dalam manajemen pemerintahan. Dalam konsep tersebut salah satu
pendorong perubahan manajemen pemerintahan adalah semangat wirausaha yang harus
dimiliki oleh suatu birokrasi, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya. Semangat wirausaha
tersebut perlu diterapkan agar pelaksanaan pemerintahan dapat berjalan secara akuntabel,
responsif, inovatif, dan profesional. Penerapan semangat wirausaha dalam birokrasi
pemerintahan berarti adanya inovasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
dapat menjawab tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang baik, dengan
mengoptimalkan produktivitas dan efisiensi kerja.
Jika dilihat lebih lanjut, konsep Reinventing Government memiliki tujuan untuk
menumbuhkan sikap dan perilaku birokrat yang inovatif, adaptif, dan terkontrol oleh
birokrasi sehingga bermartabat dan berorientasi kepada masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
konsep tersebut bisa memberikan solusi bagi organisasi-organisasi pemerintah yang tidak lagi
produktif dan hanya dapat menghabiskan anggaran negara, menjadi suatu organisasi yang
mau mengubah seluruh sistem di dalamnya dan menjadikannya suatu organisasi yang hidup
mandiri, penuh dengan inovasi dan kreativitas, produktif dan mau terus-menerus
meningkatkan kualitas kerja serta menjadi bagian yang penting bagi masyarakat. (Annisa)
Osborne dan Gaebler kemudian merumuskan 10 prinsip untuk mewujudkan birokrasi
yang mempunyai jiwa wirausaha, prinsip tersebut didukung oleh adanya riset yang dilakukan,
dan mengambil tempat di beberapa negara bagian Amerika Serikat, yaitu:
1. Pemerintahan yang lebih mengutamakan kegiatan yang memiliki sifat mengatur
dibandingkan kegitan yang bersifat mengawasi;
2. Pemerintahan Milik Masyarakat

yaitu pemerintah yang mengutamakan pemberian wewenang dibandingkan


memberikan pelayanan. Wewenang diberikan kepada masyarakat sebagai upaya
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pelayanan publik. Pemberian wewenang
kepada masyarakat mampu membangkitkan kepercayaan mereka terhadap birokrasi,
karena dapat tercipta kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam
memecahkan suatu permasalahan.
3. Pemerintahan yang Kompetitif

1
Budi Winarno
yaitu diperlukannya persaingan atau kompetisi dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Adanya kompetisi dapat meningkatkan respon terhadap kebutuhan
masyarakat sebagai pelanggan, mendorong inovasi dalam pelayanan, dan
menciptakan semangat juang.
4. Pemerintahan yang Digerakan oleh Misi

adalah perubahan dalam menjalankan pemerintahan, yang semula digerakan oleh


peraturan diubah menjadi digerakan oleh misi. Adanya peraturan ditujukan untuk
dapat mencegah penyimpangan, dan pemborosan dalam suatu organisasi. Tetapi di
sisi lain, dapat menyebabkan suatu organisasi berjalan lambat dalam merespon
tuntutan perubahan yang terjadi begitu cepat, artinya seseorang tidak akan mampu
melakukan suatu hal yang dianggapnya dapat memberikan dampak baik terhadap
organisasi karena tidak ingin dikenai sanksi apabila mengabaikan peraturan yang ada.
5. Pemerintahan yang Berorientasi Hasil

yaitu pemerintah yang harus lebih mementingkan hasil daripada kinerja yang dicapai.
Pemerintah hendaknya lebih membiayai hasil yang dicapai oleh birokrasi
pemerintahan dengan menerapkan sistem insentif sebagai penghargaan atas prestasi
dalam menyelenggarakan pemerintahan.
6. Pemerintahan Berorientasi Pelanggan

yaitu pemerintah yang lebih memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan,


dibandingkan memenuhi kebutuhan birokrasi. Hal ini karena fungsi pemerintah
adalah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat yang sudah seharusnya melakukan
hal tersebut. Apabila pemerintahan hanya mementingkan orientasi kepada birokrasi
yang ada, maka akan lebih mengutamakan kepentingan pribadi maupun golongan.
7. Pemerintahan Wirausaha

yaitu pemerintah yang lebih berorientasi untuk menghasilkan anggaran dibanginkan


membelanjakannya. Perubahan orientasi ini menghasilkan dorongan bahwa setiap
pengeluaran hendaknya memberikan suatu hasil tertentu. Pembiayaan yang ada
hendakanya digunakan untuk menabung atau melakukan investasi, sehingga nantinya
dapat memberikan hasil yang dapat digunakan untuk membiayai anggaran sendiri,
karena jika pemerintah hanya berorientasi kepada pemberian anggaran maka akan
menimbulkan pemborosan.
8. Pemerintahan Antisipatif

yaitu pemerintah yang dapat bertindak cepat, danmempersiapkan diri mengenai apa
yang akan terjadi berdasarkan data mengenai apa yang telah terlihat pada saat ini. Hal
tersebut sebagi perubahan dari pemerintahan tradisional yang hanya melakukan
kegiatan yang bersifat reaktif, dan dilaksanakan hanya untuk memecahkan masalah.
9. Pemerintahan Desentralisasi
yaitu pemerintah yang melakukan pola kerjasama dan partisipasi, dalam hal ini
dengan pemerintah daerah. Hal ini dapat memberikan kepercayaan dan tanggung
jawab kepada pemerintahan daerah, sehingga nantinya dapat menghasilkan sistem
pemerintahan yang efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan, yaitu
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.
10. Pemerintahan Berorientasi Pasar

yaitu pemerintahan yang berorientasi pada pasar, dimana perubahan-perubahan dan


kebijakan-kebijakan yang dilakukan melalui mekanisme pasar, yang memiliki
beberapa keunggulan.
Dengan kesepuluh prinsip dalam mewujudkan Reinventing Government diharapkan
aparatur pemerintah daerah dapat :
1. Responsif terhadap kebutuhan masyarakat sehingga dapat menciptakan hubungan
yang harmonis antara birokrasi dengan masyarakat;
2. Memberdayakan masyarakat di dalam pembangunan pemerintah daerah;
3. Antisipatif sehingga meminimalisir timbulnya masalah yang lebih kompleks dan
meluas baik dalam proses pemerintahan maupun dalam hal kemasyarakatan;
4. Kreatif dan inovatif sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan dan pembangunan;
5. Mau terus berubah ke arah yang lebih baik dan senantiasa meningkatkan kualitas
kinerjanya sehingga memberikan manfaat positif bagi organisasinya;
6. Berjiwa tangguh dan pantang menyerah sehingga dapat meningkatkan produktivitas
organisasi pemerintahan daerah;
7. Menjadi birokrasi yang visioner, berorientasi pada pencapaian tujuan organisasi;
8. Jujur, bersih, dan bebas KKN;
9. Kompetitif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;
10. Berorientasi pasar dalam pelaksanaan proses pemerintahan; (Annisa:94)
Terdapat teori lain yang dikemukakan oleh Osborne dan Plastrik yang menjelaskan
bahwasannya untuk dapat menerapkan konsep Reinventing Government dalam sistem
birokrasi, terdapat 5 strategi yang dapat digunakan dalam rangka membangun sebuah
birokrasi yang efektif dan efisien. Ke 5 strategi tersebut antara lain:
1. Strategi Inti (Core Strategy)

Dalam strategi ini ditetapkan tujuan dari suatu organisasi publik. Tujuan
dalam suatu organisasi sangat penting, karena dengan adanya tujuan yang ingin
dicapai, maka suatu organisasi akan dapat bekerja secara efektif.
2. Strategi Konsekuensi (The Consequences Strategy)

Pada strategi ini terdapat pemberian insentif kepada para pegawai birokrasi,
hal ini berbeda dengan model tradisional, dimana para pegawai birokrasi tersebut
memperoleh gaji yang sama terlepas dari apa yang telah mereka hasilkan. Pemberian
insentif tersebut disesuaikan dengan kinerja yang telah dilakukan oleh para pegawai
birokrasi. Pemberian insentif juga merupakan suatu upaya untuk menstimulasi
peningkatan kinerja aparatur pemerintahan.
3. Strategi Pelanggan (The Customers Strategy)

Strategi ini menitikberatkan kepada akuntabilitas atau pertanggungjawaban.


Birokrasi diharapkan bertanggungjawab kepada masyarakat sebagai pelanggan.
Dengan demikian para birokrat harus bertanggungjawab kepada pimpinan, juga
kepada masyarakat. Pertanggung jawaban kepada masyarakat bertujuan untuk
memperbaiki kinerja yang semata-mata untuk mendapatkan kepuasan masyarakat
sebagai pelanggan.
4. Strategi Pengawasan (The Control Strategy)

Pada strategi ini terdapat penentuan letak kekuasaan yang berhak dalam
melakukan pengambilan keputusan. Pada sistem tradisional, wewenang tersebut
berada di tangan seorang pimpinan, sehingga akan menyebabkan lambannya
pengambilan keputusan, karena tidak adanya hak yang dimiliki oleh para bawahan
untuk berinisiatif menyelesaikan suatu masalah. Dengan kata lain, strategi ini
menjelaskan mengenai pentingnya pemberian kewenangan, di samping kewenangan
yang dimiliki oleh pimpinan, karena dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab antar
anggota organisasi.
5. Strategi Budaya

Dalam strategi ini terjadi penentuan budaya organisasi publik yang


menyangkut nilai, norma, tingkah laku, dan harapan-harapan para karyawan yang ada
di dalam suatu organisasi.

Salah satu dari sepuluh upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan birokrasi
yang memiliki semangat wirausaha, yaitu pemerintahan desentralisasi, dimana
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang hendaknya lebih menitikberatkan kepada
partisipasi atau peran serta pemerintahan yang berada di tingkat daerah atau wilayah.
Pemerintahan yang terdesentralisasi dapat menghasilkan sistem pemerintahan yang efektif
dan efisien dalam mencapai suatu tujuan, yaitu memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat.

Daftar Pustaka
Winarno, B. 2004. Implementasi Konsep Reinventing Government Dalam
Pelaksanaan Otonomi Daerah. Dialogue: Jurnal Ilmu Administrasi Dan Kebijakan
Publik, 1(2), 1-24.
Citra, F, A. 2016. Reinventing Government dan Pemberdayaan Aparatur Pemerintah
Daerah. Jurnal Administrasi Pemerintahan Daerah IPDN, 90-96.
Osborne, David dan Peter Plastrik. 1997. Banishing Bureaucracy: The Five Strategies
for Reinventing Government. Diterjemahkan oleh Abdul Rosyid dan Ramelan. 2001.
Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha. Jakarta: Penerbit
PPM.
Osborne, David dan Ted Gaebler. 1992. Reinventing Government: How the
Entrepreneurial Spirit is Transforming the Public Sector, diterjemahkan oleh Abdul
Rosyid.1996. Mewirausahakan Birokrasi: Mentransformasikan Semangat Wirausaha ke
dalam Sektor Publik. Jakarta: Pustaka Binaman Pressido.

Anda mungkin juga menyukai