Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Teori Administrasi

Nama Dosen : Giyanto, S.Pd., M.M.


Nama Mahasiswa : Anggun Sarnita
NIM : CA221120230

1. Jelaskan Bagaimana perkembangan teori administrasi di Indonesia!


 Di Indonesia, ilmu administrasi Negara berkembang mengikuti perkembangan di Negara
Maju. Pada era penjajahan Belanda, administrasi hanya dikenal sebagai ilmu
pengetahuan. Administrasi diartikan secara sempit yaitu sebagai pekerjaan yang
berhubungan dengan ketatausahaan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
“administrasi”.
 Pada masa penjajahan Jepang tidak begitu nampak berpengaruh terhadap budaya bangsa
atau pemerintahan. Ilmu administrasi penerapan secara optimal belum terpikirkan. Meski
demikian, ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam masa ini adalah berupa dibentuknya
rukun-rukun kampung seperti yang dikenal hingga sekarang dengan istilah RW dan RT
dalam sistem administrasi Negara Indonesia.
 Pada masa kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ditandai dengan dibukanya
beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta dan Jakarta. Pada masa ini ilmu administrasi
maupun administrasi negara belum mendapat tempat yang baik sebagai disiplin ilmu.
Pada awal tahun lima puluhan, pandangan ilmu administrasi sebagai bagian ilmu politik
mulai ditinggalkan dan mulai tertuju kepada ilmu administrasi negara sebagai disiplin
ilmu. Prof. Bintoro Tjokroamidjojo, MA menyebutkan bahwa “peletakkan batu pertama
ilmu administrasi negara di Indonesia dilakukan antara tahun 1951 sampai dengan 1955”.
Pada masa inilah pengertian administrasi maupun administrasi negara berkembang dalam
arti yang modern. Kemudian di Indonesia didirikan Lembaga Administrasi Negara
(LAN) pada tanggal 5 Mei 1957 dengan peraturan pemerintah no. 30 tahun 1957
kemudian disempurnakan dengan peraturan pemerintah no. 5 tahun 1971.
 Perkembangan ilmu administrasi negara di Indonesia tampaknya terpengaruh dengan
Amerika Serikat dan negara-negara lain. Seperti perubahan yang terjadi pada paradigma
di Indonesia, perubahan reventing government yang juga mudah dikembangkan dalam
administrasi pemerintahan. Menurut Dwiyanto (2007) lembaga pemerintah dirasa terlalu
sempit untuk menjadi lokus ilmu administrasi negara. Kenyataan yang ada menunjukan
bahwa lembaga pemerintahan tidak lagi memonopoli peran yang selama ini secara
tradisional menjadi otoritas pemerintah.
2. Jelaskan pengertian teori administrasi menurut anda!
 Menurut saya administrasi adalah suatu kegiatan yang disusun dengan sistematis oleh
suatu organisasi melalui kerjasama yang baik berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
untuk mencapai suatu tujuan.

3. Jelaskan mengenai pemikiran ilmu administrasi!


 Pengetahuan yang menjadi ilmu itu adalah ilmiah (scientific) dan objektif (objective).
sistem pemikiran ilmu administrasi mengacu pada pola pikir secara sistemik dalam
bentuk berpikir :
1. Berpikir Holistik, yaitu cara berpikir yang berorientasi pada penggambaran yang
menyeluruh atau mengutuhkan (tidak terpisah-pisah) tentang realitas dan melekatkan
diri pada pengetahuan filosofis yang khas sifatnya dengan model pemikiran analitis,
kritis, dan spekulatif.
2. Berpikir Teoritikal, yaitu suatu pemikiran yang mengarah kepada penjelasan tentang
fakta objektif dan fakta ilmiah yang menunjukan pada pengetahuan
manusia/masyarakat tentang objektif administrasi.
3. Berpikir Menggunaka Ilmu, yaitu tentang bagaimana suatu ilmu itu dipakai dan
diterapkan sebagai wujud pengejahwantaan dari ilmu itu sendiri berdasarkan
kebenaran, kenyataan, dan tidak menimbulkan keraguan dalam tingkatan
kepercayaan penerapannya karena telah memiliki fakta-fakta empirikal sebagai
sebuah ilmu.
4. Berpikir Perubahan, yaitu merubah cara berpikir mausia seiring dengan perubahan
yang terjadi karena perubahan mendatangkan pengaruh yang besar dan tidak dapat
dihindari.
5. Berpikir Atas Ketidak Setujuan, pengakuan dan penolakkan terhadap suatu konsep,
teori, postulat, dan dalil-dalil tentunya didukung dengan sistem pemikiran yang logik
dan rasional.
6. Berpikir dan Berlaku Etis, yaitu berpikir filsafati tentang hal baik maupun buruk
menurut tolak ukur etis moral yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional
serta tindakannya itu adalah perbuatan yang baik yang seharusnya dilakukan.
7. Pemanfaatan Pengetahuan, mendasari dan terkait dengan masyarakat yang maju dan
mandiri yang mampu memanfaatkan pengetahuan sebagai dasar pijak membangun
kemajuan. Ini tujuan hakiki dari pemanfaatan pengetahuan dalam menunjang
pembangunan kehidupan masyarakat sehingga masyarakt mampu mengadaptasi dan
mengadopsi secara efektif tanda-tanda kemajuan, untuk kemudian mampu
berkontribusi terhadap strategi perencanaan pembangunan.
8. Uji Ilmu, mengarah pada uji penalaran dengan melihat data sebagai fakta, karena itu
seseorang yang menalar akan perlu memiliki pengetahuan tentang data.
4. Apa pengertian filsafat ilmu administrasi menurut ahli? Jelaskan!
 Philoshopia atau filsafat secara etimologi berarti cinta kebijaksanaan
 Menurut Masykur Arif Rahman, kata cinta kebijaksaan ini mempunyai arti luas. Cinta
bias berarti cita-cita atau keinginan. Orang yang memiliki cinta atau keinginan akan
berusaha menggapai sesuatu yang ia inginkan, atau akan berusaha meraih yang dicintai.
 Kebijaksanaan dalam KBBI memiliki arti beberapa pengertian, yaitu selalu menggunakan
akal budi (pengalaman dan pengetahuannya), arif, cakap, cermat, pandai, dan hati-hati.
Secara sederhana “cinta kebijaksanaan” atau filsafat dapat dipahami sebagai keinginan
untuk mengetahui segala sesuatu secara mendalam.
 Plato mendefinisikan filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan
yang asli.
 Aristoteles memberikan pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
5. Sebutkan dan jelaskan paradigma dalam studi administrasi negara!
1. Perkembangan paradigma administrasi sebagaimana dikemukakan oleh Nicholas Henry
(2004) terbagi atas lima perkembangan paradigma administrasi, yaitu:
1. Paradigma I : Dikotomi Politik Administrasi (1900 – 1926)
Periode ini ditandai dengan peluncuran buku yang ditulis oleg Frank Goodnow dan
Leonardo D. White. Dinyatakan oleh Goodnow (Henry, 2004:22) bahwa pemerintahan
mempunyai dua fungsi yaitu ; pertama fungsi politik yang menyangkut pembuatan
kebijakan kemauan negara. Kedua, fungsi administrasi yang menyangkut pelaksanaan
kebijakan yang telah dibuat. Pada periode ini studi administrasi lebih menekankan pada
lokus atau tempat administrasi itu berada.
2. Paradigma II : Prinsip-Prinsip Administrasi Publik (1927 – 1937)
Munculnya periode ini ditandai dengan munculnya tulisan W.F. Willoughby yang
berjudul Principles of Public Administration. Diasumsikan bahwa ada beberapa prinsip
administrasi yang bersifat universal, berarti tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan
waktu. Prinsip administrasi dapat diterapkan di mana saja, baik di negara maju maupun
di negara berkembang (Henry, 2004:23 – 24).
3. Paradigma III : Administrasi Publik sebagai Ilmu Politik (1950 – 1970)
Pada akhir 1930-an, muncul beberapa kritik terhadap administrasi publik, seperti yang
dilontarkan oleh Simon. Dampak kritikan ini berujung pada kembalinya administrasi
publik pada disiplin ilmunya, yaitu ilmu politik. Periode ini ditandai dengan penekanan
lokus yaitu birokrasi pemerintahan. Sedangkan tulisan yang muncul mulai mengaitkan
administrasi dengan ilmu politik (Henry, 2004).
4. Paradigma IV : Administrasi Publik sebagai Ilmu Administrasi (1956 – 1970)
Pada periode ini ilmu administrasi mulai mencari bentuk dan mencari jalan keluar dari
posisinya sebagai kelas dua dari ilmu politik, yaitu menjadikan administrasi sebagai
ilmu dengan demikian, ilmu administrasi tidak kelihatan identitas dan spesifikasinya
baik dalam ilmu politik maupun dalam ilmu administrasi. Ilmu administrasi disini
diartikan sebagai segala studi di dalam teori organisasi dan manajemen. Pada
paradigma ini, pengertian publik dalam administrasi publik juga sedang diperdebatkan,
sehingga belum mengatasi masalah pada lokus administrasi publik.
5. Paradigma V : Administrasi Publik sebagai Administrasi Publik (1970 – sekarang)
Dalam paradigma ini belum diperoleh kata sepakat mengenai fokus dan lokus
administrasi publik, tetapi pemikiran Simon tentang dua hal yang perlu dikembangkan
dalam administrasi publik kembali mendapat perhatian serius. Kedua hal tersebut
adalah : para pakar administrasi publik yang meminati pembangunan satu ilmu murni
mengenai administrasi dan kelompok yang meminati persoalan administrasi publik.
6. Jelaskan jenis teori-teori administrasi negara!
2. Teori Administrasi Klasik, adalah teori pertama di bidangnya, dianggap tradisional, dan
terus menjadi basis di mana teori-teori berikutnya dibangun.
1. Teori Deskriprif, yaitu teori-teori yang mendeskripsikan struktur bertingkat dari berbagai
hubungan administrasi publik dengan lingkungan kerjanya.
2. Teori Normatif, yaitu teori-teori yang berisi nilai-nilai alternatif keputusan yang seharusnya
diambil oleh penyelenggara administrasi public (praktis) dan apa yang seharusnya dikaji
serta dianjurkan kepada para pelaksana kebijakan.
3. Teori Asumtif, yaitu teori yang memberi pemahaman yang benar tentang realitas seorang
administrator, suatu teori yang tidak mengambil asumsi model setan maupun model
malaikat birokrat.
4. Teori Instrumental, yaitu teori yang berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik
manajerial dalam rangka efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan negara.
3. Teori Administrasi Modern, suatu usaha seluruh ilmu-ilmu social, riset-riset atas
pengambilan keputusan administrasi telah memberi petunjuk untuk dipertimbangkan
pengaruh manusia sebagai masyarakt dan actor politik.
7. Apa yang membedakan antara teori administrasi klasik dan teori administrasi modern? Jelaskan!
4. Teori administrasi klasik masih memusatkan pandangan pada analisa dan deskripsi
organisasi, sedangkan teori administrasi modern menekankan pada perpaduan ilmu social
dan riset-riset atas pengambilan keputusan administrasi terhadap pengaruh manusia
sehingga terlihat lebih menyeluruh.
8. Apa saja peran administrasi public?
1. Fungsi Eksekutif, yaitu menggunakan pendekatan manajerial dengan kepentingan
utamanya adalah efisien.
2. Fungsi yang berkaitan dengan legislatif, yaitu menggunakan pendekatan politik dimana
pelaksana konstitusi merupakan hal yang paling dipentingkan dengan kepentingan
utamanya efektifitas dan responsiveness.
3. Fungsi Yudisial, yaitu menggunakan pendekatan hokum yang berkepentingan pada
penegakkan hukum.
9. Jelaskan model-model New Public Management!
5. NPM dapat dibedakan menjadi beberapa model dengan penekanan yang berbeda-beda
setiap modelnya, yaitu :
a. NPM model pertama didorong oleh tujuan untuk melakukan efisiensi (the efficiency
drive) dengan asumsi yang dipakai bahwa birokrasi bersifat wasteful,
overbureaucratic, dan underperforming. Usaha yang dilakukan adalah menjadikan
birokrasi lebih bussines-like yang didorong oleh nilai efisiensi. Sifat hirarki dan rigid
untuk mengontrol efisiensi terasa sangat kental.
b. Model NPM kedua adalah downsizing dan decentralization dengan tujuan utama
keluwesan dalam organisasi dan efisiensi dengan melakukan organizational
unbundling dan downsizing. Memerangi vertical integrated organization yang pasif
dalam birokrasi. Mengurangi high degree of standardization, meningkatkan
desentralisasi terhadap tanggung jawab yang bersifat strategis dan terhadap
pengelolaan anggaran, dan lainnya.
c. NPM model ketiga adalah in search of excellence yang menerapkan human relations
school yang menekankan pada peranan nilai budaya dalam organisasi.
d. Model keempat NPM adalah public service orientation. Model ini memunculkan
kembali total quality management dalam sector publik dan kepedulian yang tinggi
kepada pemakai pelayanan publik. Model ini menginginkan kembalinya kekuasaan
dari appointed pada elected local bodies, serta bersikap skeptis terhadap peran pasar
dalam penyediaan pelayanan publik.
10. Jelaskan prinsip-prinsip good governance!
1. Partisipasi Masyarakat. Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan.
2. Tegaknya Supermasi Hukum. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang
bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang
berkepentingan serta informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau.
4. Perduli pada Stakeholder. Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada Konsensus. Menjembati kepentingan-kepentingan yang berbeda demi
terbangunnya suatu consensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-
kelompok masyarakat, dan consensus dalam hal kebijakan-kebijakan serta prosedur-
prosedur merupakan tata pemerintahan yg baik.
6. Kesetaraan. Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan Efisiensi. Penggunaan sumber daya yg ada seoptimal mungkin dan hasil
proses pemerintahan serta lembaga sesuai dengan kebutuhan warga masyarakat.
8. Akuntabilitas. Para pengambil keputusan di pemerintah, sector swasta, dan organisasi-
organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun lembaga yang
berkepentingan sesuai dengan jenis organisasi yang bersangkutan.
9. Visi Strategis. Para pemimpin dan masyarakat memilih perspektif yang luas dan jauh
kedepan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan
apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Mereka harus
memahami kompleksitas kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar perspektif
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai