Sedangkan di Negara-negara yang terletak di Benua Eropa Ilmu Politik seperti di Negara
Jerman, Austria, dan Prancis pada abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum
dan karena itu fokus perhatiannya adalah Negara semata-mata.
Setelah perang dunia ke- 2 perkembangan ilmu politik semakin pesat lagi.Seperti di
Indonesia kemajuan tersebut ditandai oleh banyak didirikannya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik seperti di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia .
Pesatnya perkembangan ilmu politik sesudah Perang dunia ke-2 tersebut juga disebabkan
karena mendapatkan dorongan kuat dari beberapa badan internasional, terutama UNESCO.(h.5h.7)
Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan
Ilmu Politik memiliki syarat sebagai ilmu pengetahuan karena ilmu politik sampai sekarang
belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Karena manusia makhluk yang kreatif yang
selalu menemukan hal-hal baru sebagai ide kreatifnya sampai tidak dapat diramalkan. Dan
manusia bersifat kompleks dan perilakunya tidak selalu didasarkan atas tindakan tindakan yang
rasional dan logis sebagai pertimbangannya. Dan pada dasarnya bahwa ilmu pengetahuan adalah
keseluruhan dari pengetahuan adalah keseluruhan dari pengetahuan yang terkoordinasi mengenai
pokok pemikiran tertentu, Apabila perumusan ini dipakai sebagai patokan, maka memang ilmu
politik boleh dinamakan suatu ilmu pengetahuan. (h.8)
Definisi Ilmu Politik
Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan.Politik
adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Dan pada umumnya dapat dikatakan bahwa
politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh
sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan yang harmonis.
Untuk melaksanakan kebijakan kebijakan umum yang menyangkut pengaturan dan alokasi
dari sumber daya alam ,perlu dimiliki kekuasaan (power) serta wewenang ( authority).
Konsep-Konsep Pokok Politik :
1. Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan tertinggi yang
sah dan ditaati oleh rakyatnya.
2. Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku
seseorang atau suatu kelompok untuk memengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain,
sesuai dengan keinginan para pelaku.
3. Keputusan adalah hasil dari membuat pilihan diantara beberapa alternatif, sedangkan istilah
pengambilan keputusan menujuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
4. Kebijakan Umum adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seseorang pelaku atau
kelompok politik, dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu.
5. Pembagian atau Alokasi ialah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam masyarakat.(h.13h.22)
Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain
Ilmu Politik sangat erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan yang lainnya yang pada
khususnya berbau ilmu sosial seperti Ilmu Sejarah, Filsafat, Sosiologi, Antropologi, Ilmu
ekonomi, Psikologi Sosial,Geografi,Ilmu Hukum (h.25-h.38)
Bab 2
Konsep-Konsep Politik
Teori Politik
Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenal beberapa fenomena.Dalam menyusun
generalisasi, teori selalu memakai dengan konsep-konsep.Teori Politik adalah bahasan dan
generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Dengan kata lain, teori politik adalah bahasan
dan renungan atas tujuan dari kegiatan politik, cara mencapai tujuan itu, kemungkinan
kemungkinan dan kebutuhan kebutuhan yang akan ditimbulkan oleh situasi politik tertentu dan
kewajiban kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik itu. Ada dua macam teori dalam
teori politik yang bersifat mutlak, yang pertama teori yang memiliki dasar moral atau bersifat
akhlak dan yang menentukan norma-norma untuk perilaku politik teori tersebut seperti
contohnya dibagi menjadi 3 yaitu filsafat politik, teori politik sistematis, ideology politik. Dan
teori yang kedua teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik
dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai.(h.43-h.45)
Masyarakat
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan-hubungan antar manusia.Biasanya
anggota-anggota masyarakat menghuni suatu wilayah geografis yang mempunyai kebudayaankebudayaan dan lembaga-lembaga yang kira-kira sama.(h.46)
Negara
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, Negara adalah organisasi pokok dari
kekuasaan politik Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat. Negara memiliki sifat memaksa, memonopoli dan mencakup
semua.Unsur- unsur Negara terdiri dari wilayah, penduduk,pemerintah dan kedaulatan.Tujuan
Negara tergantung kepada Ideologi, cita-cita dan undang-undang Negara masing-masing,
Indonesia tujuan negaranya terdapat dalam pembukaan UUD 1945.(h.47-h.54)
Bab 3
Berbagai Pendekatan Dalam Ilmu Politik
Pendekatan
Pendekatan Legal/Institusional
Pendekatan legal/institusional, yang sering dinamakan pendekatan tradisional, mulai berkembang
abad 19 pada masa sebelum Perang Dunia II. Dalam pendekataan ini negara menjadi fokus
pokok, terutama segi konstitusional dan yuridisnya.
Pendekatan Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan mulai berkembang di amerika pada tahun 1950-an seusai Perang
Dunia II. Adapun sebab-sebab kemunculannya adalah seabgai berikut. Pertama, sifat deskriptif
dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan, karena tidak realistis dan sangat berbeda dengan
kenyataan sehari-hari. Kedua, ada kekhawatiran bahwa, jika ilmu politik tidak maju dengan
pesat, ia akan ketinggalan dibanding dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti sosiologi dengan
tokohnya Max Weber (1864-1920) dan Talcott Parsons (1902-1979), antropologi, dan
psikologi.Ketiga, di kalangan pemerintah Amerika telah muncul keraguan mengenai kemampuan
para sarjana ilmu politik untuk menerangkan fenomena politik.
Teori Ketergantungan ( Dependency Theory )
Kalangan lain yang juga berada dalam rangka teori-teori kiri, yang kemudian dikenal
sebagai Teori Ketergantungan, adalah kelompok yang mengkhususkan penelitiannya pada
hubungan antara negara Dunia Pertama dan Dunia Ketiga.
Pendekatan Pilihan Rasional ( Rational Choice)
Pendekatan ini muncul dan berkembang belakangan sesudah pertentangan antara
pendekatan-pendekatan yang dibicarakan di atas mencapai semacam konsensus yang
menunjukkan adanya pluralitas dalam bermacam-macam pandangan. Dalam ilmu politik pada
umumnya, dikenal nama Pendekatan Pilihan Rasional. Pengikut Pendekatan ini menimbulkan
kejutan karena mencanangkan bahwa mereka telah meningkatkan ilmu politik menjadi suatu
ilmu yang benar-benar science.
Pendekatan Institusionalisme Baru
Institusionalisme baru ( New Institutionalism ) berbeda dengan pendekataan-pendekataan
yang diuraikan sebelumnya. Ia lebih merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan
lain, bahkan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa
bidang ilmu pengetahuan lain seperti sosiologi dan ekonomi. Mengapa disebut institusionalisme
baru? Oleh karena itu ia merupakan penyimpangan dari institusionalisme lama. Seperti telah
diuraikan di atas, institusionalisme lama mengupas lembaga-lembaga kenegaraan (aparatur
negara) seperti apa adanya secara statis. Berbeda dengan itu, institusionalisme baru melihat
institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya
membangun masyarakat yang lebih makmur.
Bab 4
Demokrasi
Kita melihat gejala bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan
Negara di dunia, Demokrasi yang dianut di Indonesia adalah demokrasi berdasarkan pancasila ,
masih dalam tahap perkembangan dan mengenai sifat dan ciri cirinya terdapat pelbagai tafsiran
serta pandangan.(h.105)
Demokrasi Konstitusional
Ciri khas dari demokrasi konstitusional ialah gagasan bahwa pemerintah yang demokratis
adalah pemerintah yang tak terbatas kekuasaanya dan tidak dibenarkan bertindak sewenangwenang terhadap warga Negaranya. (h.107)
Sebagai akibat dari keinginan untuk menyelennggarakan hak hak politik itu secara efektif
timbullah gagasan gagasan bahwa secara cara yang terbaik untuk membatasi kekuasaan
pemerintah yaitu dengan suatu konstitusi. Konstitusi menjamin hak-hak politik dan
menyelenggarakan pembagian kekuasaan Negara sehingga kekuasaan eksekutif diimbangi oleh
kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum. (h.112)
Masa-masa demokrasi di Indonesia telah melewati fase-fase yang merupakan berbagai jenis
demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia antaralain masa Republik Indonesia 1 (19451959) yaitu masa demokrasi konstitusional yang diterapkan , masa Republik Indonesia 2 (19591965) merupakan masa demokrasi terpimpinnya yang diterapkan Presiden Soekarno dan setelah
itu lahir Masa demokrasi Pancasila (1965-1998) pada era pemerintahan rezim Orde Baru yaitu
Presiden Soeharto dan hingga saat ini pada era Reformasi demokrasi Pancasila terus
dikembangkan sesuai dengan UUD 1945 dan kultur budaya Indonesia.(h.127-h.135)
Bab 5
Komunisme, Demokrasi menurut Terminologi Komunisme, dan Perkembangan Post
Komunisme
Bab 7
Hak-Hak Asasi Manusia (HAM)
Hak Asasi Manusia pada Abad ke-20 dan awal abad ke-21
Dalam perkembangan berikutnya terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai hak asasi,
antara lain karena terjadinya depresi besar sekitar tahun 1929 hingga 1934, yang melanda
sebagaian besar dunia. Depresi ini, yang mulai di amerika dan kemudian menjalar ke hampir
seluruh dunia, berdampak luas.(h.215)
Masalah Ratifikasi
Meratifikasi suatu perjanjian berarti bahwa negara yang bersangkutan mengikat diri untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan perjanjian dan bahwa ketentuan-ketentuan itu menjadi bagian
dari hukum nasionalnya. Jika jalannya ratifikasi dua konvensi PBB menyita waktu lama, di
tingkat regional, terutama di eropa barat yang masyarakatnya lebih homogen, pelaksanaan hak
asasi lebih berhasil.(h.225-h.226)
Bab 8
Pembagian Kekuasaan Negara Secara Vertikal dan Horisontal
Pembagian kekuasaan dapat dibedakan menjadi 2 cara yaitu secara vertikal yang berarti
membagi kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan atau dapat dinamakan pembagian
kekuasaan secara teritorial, dan yang kedua secara horisontal yaitu pembagian yang menunjukan
pembedaan antar fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,eksekutif, yudikatif yang
dikenal sebagai trias politika atau pembagian kekuasaan.(h.267)
Konfederasi
Konfederasi merupakan gabungan beberapa negara yang berdaulat penuh untuk
mempertahankan kemerdekaan secara internal dan eksternal , bersatu negara negara tersebut
diatur dalam perjanjian internasional . (h.268)
Negara Kesatuan
Negara kesatuan negara yang terdiri dari banyaknya wilayah namun yang menjadi pusat
pengatur dalam negara tersebut yaitu pemerintah pusat sebagai penguasa atas negara itu. (h.269)
Negara Federal
Negara yang menyesuaikan dua konsep yang bertentangan , yaitu kedaulatan negara federal
dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Kedaulatan keluar diserahkan penuh oleh
pemerintahan federal sedangkan yang kedalam dibatasi.(h.270)
Perkembangan Konsep Trias Politika
Konsep ini pembagian kekuasaannya secara horisontal , trias politika adalah anggapan bahwa
kekuasaan negara terdiri terdiri atas tiga macam kekuasaan yaitu legislatif kekuasaan pembuat
undang-undang, kedua eksekutif atau kekuasaan melaksanakan undang-undang dan ketiga
kekuasaan yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran undang-undang. Trias politika
adalah sutu prinsip kekuasaan-kekuasaan ini sebaliknya tidak diserahkan kepada orang yang
sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Dengan diharapkan
hak-hak asasi warga negara lebih terjamin.(h.281-h.282)
Bab 9
Bab 10
Partisipasi Politik
Sifat dan Definisi Partai Politik
Dalam analisis politik modern partisipasi politik merupakan salah suatu masalah yang
penting; dan akhir-akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan Negaranegara berkembang. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk
ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik , antaralain dengan jalan memilih pimpinan
Negara; dan secara langsung dan tindak langsung , mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Di Negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan
ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuantujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memgang
tampuk pimpinan.(h367-h.368)
Partisipasi Politik erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa
dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan
pemerintah. Orang yang memiliki kesadaran politik tentunya harus orang yang memiliki
pendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-orang terkemuka. Jika Partisipasi Politik
disebuah Negara rendah pada umumnya sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat
ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap permasalahan Negara. (h.369)
Bab 11
Partai Politik
Partai Politik merupakan sarana bagi warga Negara untuk turut serta atau berpartisipasi
dalam proses pengelolaan Negara. Partai Politik pertama-tama lahir di Negara-negara Eropa
Barat dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang dapat diperhitungkan
serta diikutsertakan dalam proses politik, maka partai politik (parpol) telah lahir secara spontan
dan berkembang menjadi penghubung antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain.
(h.397)
Bab 12
Sistem Pemilihan Umum
Dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam sistem Pemilihan Umum (Pemilu) dengan
berbagai variasinya , akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu prinsip yang
pertama adalah Satu Daerah Pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut dengan sistem
distrik. Dan prinsip yang kedua yaitu Satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya
dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem Proporsional. Berikut penjabaran
mengenai kelebihan dan kekurangan sistem distrik dan proporsional yang keduanya termasuk
sistem pemilu mekanis seperti yang dijelaskan di atas. Sistem perwakilan distrik (satu dapil
untuk satu wakil) Di dalam sistem distrik sebuah daerah kecil menentukan satu wakil tunggal
berdasarkan suara terbanyak.
Kelebihan Sistem Distrik
Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai, karena kursi kekuasaan yang
diperebutkan hanya satu.
Perpecahan partai dan pembentukan partai baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara alami.
Distrik merupakan daerah kecil, karena itu wakil terpilih dapat dikenali dengan baik oleh
komunitasnya, dan hubungan dengan pemilihnya menjadi lebih akrab.
Bagi partai besar, lebih mudah untuk mendapatkan kedudukan mayoritas di parlemen.
Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem ini membuat banyak suara terbuang.
Sistem Pemilu
Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan peserta pemilih. Berbeda dengan
sistem distrik, wakil dengan pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh negara multipartai, seperti Italia,
Indonesia, Swedia, dan Belanda.
Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi member constituenty. ada dua
jenis sistem di dalam sistem proporsional, yaitu ;
the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk menentukan
preferensinya. pemenangnya didasarkan atas penggunaan kota.
Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
Setiap suara dihitung & tidak ada yang terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan wakilnya di parlemen. Hal ini sangat mewakili
masyarakat majemuk(pluralis).
Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi partai politik. Jumlah partai yang
terus bertambah menghalangi integrasi partai.
Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi lebih dekat dengan partainya. Hal ini
memberikan kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk menentukan wakilnya di
parlemen.
Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi
partai mayoritas.
Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik adalah bahwa cara penghitungan suara
dapat memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen bagi masingmasing partai politik.(h.461-h.467)