Anda di halaman 1dari 2

No 1

a.
Kegiatan penataan di kantor kelurahan/desa, antara lain:
1. Penataan administrasi dan dokumen, seperti pengarsipan dokumen kependudukan, surat-
surat pemerintahan, dan lain-lain.
2. Pengaturan dan penataan ruangan, fasilitas aula, gedung, serta inventaris barang milik
kantor kelurahan/desa.
3. Menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan kantor kelurahan/desa.
Kegiatan pokok atau substantif di kantor kelurahan/desa, antara lain:
1. Pelayanan publik kepada masyarakat, seperti penerbitan dokumen kependudukan,
pendaftaran kepemilikan tanah, izin membangun, dan lain-lain.
2. Pelaksanaan pembangunan desa/kelurahan, seperti pembangunan infrastruktur jalan,
drainase, pengairan, dan lain-lain.
3. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pemerintah pusat atau daerah, seperti
pemilihan umum, pencatatan sipil, dan lain-lain.
b.
Seorang Lurah atau Kepala Desa dapat dikatakan sebagai kedua-duanya, yaitu administrator dan
manajer. Sebagai administrator, Lurah/Kepala Desa bertanggung jawab dalam mengelola
administrasi sebuah kantor kelurahan/desa, seperti pengelolaan keuangan, pengarsipan
dokumen, dan menjaga aset kantor. Sebagai manajer, Lurah/Kepala Desa juga memiliki tugas
untuk mengelola sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di wilayah
kelurahan/desa, serta merencanakan dan mengawasi pelaksanaan program pembangunan.
c.
Konsep administrasi dalam arti institusional atau kepranataan dikaitkan dengan kantor
kelurahan/desa adalah bahwa kantor kelurahan/desa harus memiliki sistem administrasi yang
baik dan teratur dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan di wilayahnya. Hal ini meliputi penyusunan SOP (Standar Operasional Prosedur)
dalam setiap bidang tugas, pengelolaan keuangan yang transparan, pengarsipan dokumen yang
teratur, serta menjaga aset-aset kantor agar tetap terjaga dan dimanfaatkan secara bijak. Dengan
sistem administrasi yang baik, maka kantor kelurahan/desa bisa berjalan efektif dan efisien dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat serta mencapai tujuan pembangunan wilayah.

NO 2
a.
Ilmu administrasi merupakan bidang ilmu yang bersifat interdisipliner karena melibatkan konsep
dan teori dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, hukum, sosiologi, psikologi, antropologi
dan sebagainya dalam menganalisis masalah administrasi dalam organisasi publik maupun privat.
Dalam melaksanakan fungsinya, ilmu administrasi juga membutuhkan keterampilan yang luas
pada bidang-bidang tersebut.
b.
Perbedaan antara administrasi publik dan administrasi privat/bisnis dapat dilihat dari beberapa
aspek sebagai berikut:
 Tujuan: Administrasi publik bertujuan untuk memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan negara, sedangkan administrasi bisnis
bertujuan untuk menghasilkan keuntungan.
 Motif: Motif administrasi publik adalah melayani kepentingan umum dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sedangkan motif administrasi bisnis lebih fokus pada
pengembangan usaha dan keuntungan finansial.
 Modal: Administrasi publik didanai oleh anggaran negara atau pajak yang dibayarkan oleh
masyarakat, sedangkan modal administrasi bisnis berasal dari investor atau pemilik bisnis
itu sendiri.
 Sumber kekuasaan: Administrasi publik memperoleh kekuasaannya dari konstitusi dan
aturan hukum, sedangkan administrasi bisnis memperoleh kekuasaannya dari kepemilikan
saham atau kepemimpinan perusahaan.
 Jangkauan otoritas: Administrasi publik memiliki jangkauan otoritas yang lebih luas karena
meliputi seluruh wilayah negara, sedangkan administrasi bisnis memiliki jangkauan
otoritas yang terbatas pada perusahaan itu sendiri.
c.
Ilmu administrasi dipengaruhi oleh ilmu ekonomi, hukum, dan ilmu-ilmu lainnya karena
administrasi membutuhkan pemahaman tentang berbagai aspek dalam organisasi. Misalnya, ilmu
ekonomi sangat penting dalam administrasi karena berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan
sumber daya manusia. Sementara itu, ilmu hukum memberikan pandangan tentang aturan dan
regulasi yang harus dijalankan dalam administrasi publik maupun bisnis. Ilmu-ilmu lain seperti
psikologi, antropologi, dan sosiologi juga membantu dalam memahami perilaku individu dan
kelompok dalam organisasi. Dengan demikian, integrasi ilmu-ilmu tersebut membantu untuk
mengembangkan teori dan praktik administrasi yang efektif dan efisien.

No 3

Paradigma dalam ilmu administrasi mengacu pada pandangan dan pendekatan yang digunakan
untuk memahami fenomena administrasi. Berikut adalah beberapa paradigma dalam ilmu
administrasi:
1. Paradigma Klasik: Paradigma ini muncul pada abad ke-19 dengan fokus pada efisiensi,
penghematan biaya, dan peningkatan produktivitas dalam organisasi. Teori-teori yang
berkembang pada paradigma klasik antara lain teori manajemen ilmiah oleh Frederick
Taylor, teori administrasi umum oleh Henri Fayol, dan teori administrasi ilmiah oleh Max
Weber.
2. Paradigma Perilaku: Muncul pada tahun 1940-an dan berfokus pada perilaku individu
dalam organisasi. Paradigma ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti motivasi,
kepribadian, sikap, dan dinamika kelompok dalam menjelaskan perilaku administratif.
Teori-teori yang berkembang pada paradigma perilaku antara lain teori X dan Y oleh
Douglas McGregor, teori motivasi hygiene oleh Frederick Herzberg, dan teori tindakan
oleh Herbert Simon.
3. Paradigma Sistem: Muncul pada tahun 1950-an dan berfokus pada organisasi sebagai
sistem kompleks. Paradigma ini menganggap bahwa organisasi terdiri dari subsistem yang
saling berinteraksi dan memiliki tujuan yang sama. Teori-teori yang berkembang pada
paradigma sistem antara lain teori sistem oleh Ludwig von Bertalanffy, teori kontijensi oleh
Joan Woodward, dan teori struktural oleh Alfred Chandler.
4. Paradigma Lingkungan: Muncul pada tahun 1970-an dan berfokus pada hubungan antara
organisasi dan lingkungannya. Paradigma ini menganggap bahwa organisasi harus
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan agar bisa bertahan dan berkembang.
Teori-teori yang berkembang pada paradigma lingkungan antara lain teori dependensi
sumber daya oleh Jeffrey Pfeffer dan Gerald Salancik, dan teori kebaruan oleh James
Thompson.
5. Paradigma Kritis: Muncul pada tahun 1980-an dan berfokus pada kritik terhadap
ketidakadilan sosial dan politik dalam organisasi. Paradigma ini mengkritisi praktek-praktek
administratif yang menindas dan mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu dalam
masyarakat. Teori-teori yang berkembang pada paradigma kritis antara lain teori
kekuasaan oleh Michel Foucault, teori identitas oleh Stuart Hall, dan teori rasionalitas oleh
Jürgen Habermas.
Paradigma-paradigma di atas tidaklah eksklusif satu sama lain, namun dapat tumpang tindih dan
saling melengkapi. Seiring perkembangan zaman, paradigma-paradigma tersebut dapat
mengalami penyempurnaan atau bahkan digantikan oleh paradigma baru yang lebih relevan
dengan situasi dan tantangan era saat ini.

Anda mungkin juga menyukai