Anda di halaman 1dari 41

MODUL HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Disusun oleh:
Dian Herlambang, S.H.,M.H.

PROGRAM
STUDI HUKUM (S1)
FAKULTAS
HUKUM
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
BANDAR LAMPUNG
2023
MODUL 1 : PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM HUKUM
ADMINISTRASI NEGARA

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian Hukum Administrasi


Negara dan memahami sumber- sumber Hukum Tata Negara

A. PENGERTIAN-PENGERTIAN DALAM HUKUM ADMINISTRASI


NEGARA

1
Pemaknaan pengertian hukum dalam kepustakaan sangat banyak, tetapi pada
prinsipnya pemahaman tersebut ada yang bersifat sempit dan ada pula yang bersifat
luas. Hal tersebut berkaitan dengan sudut pandang pakar yang mengartikannya. Salah
satu pendapat tentang pengertian hukum disampaikan oleh J.C.T Simorangkir, S.H.
dan Woerjono Sastropranoto, S.H. sebagai berikut:
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang
menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat
oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-
peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.

Sementara itu, pendapat yang tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas
disampaikan pula oleh H.M Tirtaatmidjaja, S.H.
Hukum ialah semua aturan (norms) yang harus diturut dalam tingkah laku
tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau
harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, didenda, dan
sebagainya.

Sementara itu, Sjachran Basah mengungkap makna mengenai pengertian hukum.


Ia lebih memilih pendekatan fungsi. Menurutnya, dalam hukum, terdapat lima fungsi
hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat sebagai berikut:
1. Direktif: sebagai pengarah dalam membentuk masyarakat yang hendak dicapai
sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.

2. Integratif: sebagai pembina kesatuan bangsa.


3. Stabilitatif: sebagai pemelihara (termasuk hasil-hasil pembangunan) serta penjaga
keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.

2
4. Perfektif: sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi negara
ataupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
5. Korektif: baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam
mendapatkan keadilan.

Prayudi Atmosudirdjo melihat administrasi negara pada fungsinya yang lebih luas
lagi, yakni melaksanakan dan menyelenggarakan kehendak-kehendak (strategy,
policy) serta keputusan-keputusan pemerintah secara nyata (implementasi dan
menyelenggarakan undang-undang menurut pasal-pasalnya) sesuai dengan peraturan-
peraturan pelaksanaan yang ditetapkan. Untuk memperjelas makna administrasi
negara tersebut, Prayudi Atmosudirdjo memerincinya dalam beberapa pengertian
administrasi negara yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai
berikut:
1. Sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, atau sebagai institusi politik
(kenegaraan).
2. Administrasi negara sebagai “fungsi” atau sebagai aktivitas melayani pemerintah,
yakni sebagai kegiatan “pemerintah operasional”.
3. Administrasi negara sebagai proses teknis penyelenggaraan undang-undang.

Dari pandangan di atas, sesungguhnya pengertian tentang administrasi negara


dapat dilihat dalam dua segi:
1. administrasi negara sebagai organisasi,

2. administrasi yang secara khas mengejar tercapainya tujuan yang bersifat


kenegaraan (publik) artinya tujuan-tujuan yang ditetapkan undang-undang secara
dwigend recht (hukum yang memaksa).1

Gerald E. Caiden, sebagaimana dikutip oleh Yeremias T. Keban, menyatakan


bahwa di samping periodisasi paradigma administrasi negara, terdapat beberapa
1 Philipus Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Adminsitrasi Indonesia (Jogyakarta, Gadjahmada Press, 1994), hlm. 26.

3
aliran dalam administrasi negara yang harus diperhatikan sebagai upaya memahami
ilmu administrasi negara. Adapun aliran-aliran tersebut:
1. aliran proses administratif,
2. aliran empiris,
3. aliran perilaku manusia,
4. aliran analisis birokrasi,
5. aliran sistem sosial,
6. aliran pengambilan keputusan,
7. aliran matematika, dan
8. aliran integratif.

Yeremias T. Keban kemudian mengemukakan bahwa masing-masing aliran


tersebut mempunyai perbedaan atau ciri-ciri yang membedakan antara satu aliran dan
lainnya sebagaimana tampak dalam tabel berikut:

No Aliran Ciri-ciri

1 Aliran proses administratif mengandalkan POSDCORB dalam


menyukseskan administrasi publik.

2 Aliran empiris mengandalkan berbagai kasus atau studi


praktik administrasi publik yang dapat
digunakan sebagai pegangan dalam
menyukseskan administrasi publik dan tidak
semata-mata hanya mengandalkan teori dan
generalisasi yang telah dihasilkan.

3 Aliran perilaku manusia memusatkan perhatian pada komunikasi,


konflik, motivasi, kepemimpinan, status, dan
interaksi sosial karena unsur-unsur ini akan

4
menyukseskan pencapaian tujuan.

4 Aliran analisis birokrasi memusatkan perhatiannya pada aplikasi


prinsip-prinsip birokrasi ala Weber, yang
dianggap unggul karena didasarkan
rasionalitas yang mengatur struktur dan
proses menurut pengetahuan teknis serta
efisiensi yang tinggi.

5 Aliran sistem sosial melihat organisasi sebagai suatu sistem sosial


yang bersifat terbuka dan tertutup. Dalam
pengembangannya, diperluas menjadi
pemahaman terhadap hubungan antara
administrasi publik dan masyarakat.

6 Aliran pengambilan organisasi agar tidak keliru dalam pembuatan


keputusan keputusan.

7 Aliran matematika memanfaatkan model matematika dan


statistika sehingga para administrator tidak
lagi menggantungkan diri pada cara-cara
lama atau tradisional.

8 Aliran integratif mencoba melakukan konsolidasi berbagai


aliran di atas dalam praktik administrasi
publik.

Barzelay dan Armajani, sebagaimana dikutip oleh Yeremias T. Keban, dinyatakan


adanya pergeseran dari paradigma birokratik menuju paradigma post bureaucratic

5
paradigm.2 Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara paradigma birokratik
dan paradigma posbirokratik seperti teperinci dalam tabel berikut:
PARADIGMA
PARADIGMA BIROKRATIK
POST BUREAUCRATIC

Menekankan kepentingan publik, Menekankan hasil yang berguna bagi


efisiensi, administrasi, dan kontrol masyarakat, kualitas dan nilai, produk,
serta keterikatan terhadap norma

Mengutamakan fungsi, otoritas, dan Mengutamakan misi, pelayanan, dan hasil


struktur akhir (outcome)

Menilai biaya dan menekankan Menekankan pemberian nilai (bagi


tanggung jawab (responsbility) masyarakat), membangun akuntabilitas,
dan memperkuat hubungan kerja

Mengutamakan ketaatan pada aturan Menekankan pemahaman dan penerapan


dan prosedur norma-norma, identifikasi dan pemecahan
masalah serta proses perbaikan yang
berkesinambungan

Mengutamakan beroperasinya sistem- Menekankan pemisahan antara pelayanan


sistem administrasi dan kontrol, membangun dukungan
terhadap norma-norma, memperluas
pilihan pelanggan, mendorong kegiatan
kolektif, memberikan insentif, mengukur
dan menganalisis hasil, serta memperkaya
umpan balik

2 Ibid., hlm. 33.

6
L.J. Van Apeldoorn yang menafsirkan pengertian hukum administrasi negara
sebagai segala keseluruhan aturan yang harus diperhatikan oleh setiap pendukung
kekuasaan yang diserahi tugas pemerintahan tersebut. Jadi, dalam penafsiran ini, L.J.
Van Apeldoorn menitikberatkan hukum administrasi negara lebih pada aturan atau
norma yang mengatur kekuasaan negara itu sendiri.
Satu hal yang harus diperhatikan sebagaimana dijelaskan di atas adalah hubungan
antara negara dan masyarakat itu hubungan yang istimewa. Karena itu, sesungguhnya
HAN bukan hanya merupakan seperangkat aturan, tetapi harus mengatur pula
hubungan istimewa tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Logemann dan
Utrecht yang melihat dan memaknai hukum administrasi negara sebagai seperangkat
norma-norma yang menguji hubungan hukum istimewa yang diadakan untuk
memungkinkan para pejabat administrasi negara melakukan tugas mereka yang
khusus. Pendapat ini didukung oleh J.M. Baron de Gerando yang menyatakan
bahwa objek hukum administrasi adalah hal-hal yang secara khusus mengatur
hubungan timbal balik antara pemerintah dan rakyat sehingga titik berat objek HAN
ada pada hubungan istimewa tersebut sehingga perlu ada dalam norma peraturan.
Pendapat Logeman didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat satu hubungan
istimewa antara negara dan rakyat. Secara alami, sebenarnya tidak ada hubungan di
antara keduanya. Akan tetapi, melalui norma-norma yang terbentuk, terjadilah satu
hubungan istimewa antara negara dan rakyatnya yang memungkinkan negara untuk
melakukan tindakan-tindakan yang harus dipatuhi oleh rakyat selaku warga negara
tersebut.
Pandangan lain yang masih menitikberatkan sekumpulan norma adalah pendapat
dari J.H.P. Beltefroid yang memaknai hukum administrasi negara sebagai
keseluruhan aturan-aturan tentang cara bagaimana alat-alat pemerintahan, badan-
badan kenegaraan, dan majelis-majelis pengadilan tata usaha hendak memenuhi
tugasnya. Pandangan J.H.P. Beltefroid ini masih berlandaskan satu hubungan
istimewa antara negara dan rakyatnya. Akan tetapi, pandangan ini lebih khusus
menitikberatkan adanya jalinan di antara alat-alat pemerintah yang secara bersama

7
dan terkoordinasi dalam satu jalinan untuk melaksanakan tugas-tugas
konstitusionalnya. Para aparat pemerintah tersebut tentu membutuhkan satu perangkat
peraturan yang dapat memberi dasar serta arahan (driven) mengenai tindakan apa
yang seharusnya dilakukan dalam berupaya mencapai tujuan.
Penafsiran yang menekankan sisi norma dan juga semacam manual procedure
disampaikan oleh Oppenheim. Ia memberikan penafsiran bahwa hukum administrasi
negara merupakan suatu gabungan ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi
ataupun rendah apabila badan-badan itu akan menggunakan wewenangnya yang telah
diberikan kepadanya oleh hukum tata negara. Pandangan ini tidak jauh berbeda
dengan pendapat L.J. Van Apeldoorn yang menekankan bahwa makna hukum
administrasi negara lebih diartikan sebagai guidance law yang memberi petunjuk
pada lembaga-lembaga negara mengenai bagaimana cara menggunakan kewenangan
itu dalam praktik kehidupan pemerintahan sehari-hari. Pandangan ini juga didukung
oleh Sir W. Ivor Jennings yang menyatakan bahwa hukum administrasi negara
sesungguhnya merupakan hukum yang berhubungan dengan administrasi negara.
Hukum ini juga menentukan organisasi kekuasaan dan tugas-tugas yang diemban
oleh para pejabat administrasi.
Sementara itu, beberapa pendapat pakar tidak hanya melihat sisi norma, hubungan
istimewa, kekuasaan, atau kewenangan, tetapi melihat hukum administrasi negara
dari sisi fungsi. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo yang
menyatakan bahwa hukum administarsi negara merupakan hukum mengenai operasi
dan pengendalian dari kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap
penguasa-penguasa administrasi. Dalam pandangan Prayudi, hal tersebut sangat jelas
bahwa pengertian HAN lebih ditegaskan sebagai suatu perintah operasi, tetapi
sekaligus pengendalian dan pengawasan sehingga pendekatan ini lebih menekankan
sisi pendekatan manajerial suatu pemerintahan.
Rangkuman dari perbincangan mengenai pengertian hukum administrasi negara
menunjukkan bahwa hukum administrasi negara memiliki ciri-ciri khusus yang
meliputi:

8
1. Adanya hubungan istimewa antara negara dan warga negara;
2. Adanya sekumpulan norma yang mengatur kewenangan pejabat atau lembaga
negara;
3. Adanya pejabat-pejabat negara sebagai pelaksana dari perjanjian istimewa
tersebut.

B. SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


Pengertian sumber hukum secara ringkas merupakan segala sesuatu yang dapat
menimbulkan aturan dan tempat kita dapat menemukan aturan tersebut. Pendek kata,
apabila hendak mencari ketentuan-ketentuan yang mengatur hukum administrasi
negara, tempat tersebut merupakan sumber hukum administrasi negara.
Sumber hukum formil dari hukum administrasi negara pada hakikatnya bisa
dalam bentuk tertulis, tetapi juga dapat berbentuk tidak tertulis. Secara umum,
sumber hukum formil tersebut dapat berbentuk:
1. Perundangan tertulis,
Perundangan tertulis merupakan sumber utama bagi ketentuan dalam hukum
administrasi negara. Hal ini merupakan ketentuan yang bersifat positif dan
mempunyai daya paksa yang paling kuat dibandingkan dengan sumber hukum
lainnya.
Dalam ketatanegaraan Indonesia, tata urutan perundangan diatur dalam UU
Nomor 12 Tahun 2011 yang menyusun stratifikasi perundangan sebagaimana
diatur dalam Pasal 7 ayat 1 peraturan tersebut:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


b. ketetapan majelis permusyawaratan rakyat; peraturan pemerintah;
c. undang-undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang;
d. peraturan pemerintah;
e. peraturan presiden;
f. peraturan daerah provinsi; dan
g. peraturan daerah kabupaten/kota.

9
2. Yurisprudensi
Sumber hukum yurisprudensi pada dasarnya merupakan putusan dari hakim-
hakim tata usaha negara yang terdahulu dan sudah mempunyai kekuatan hukum tetap
(in kracht van gewijsde), kemudian oleh hakim yang lain digunakan sebagai dasar
pertimbangan hukum untuk memutus suatu perkara yang sama. Alasan lainnya bagi
hakim yang menjadikan yurisprudensi sebagai sumber hukum adalah alasan
kepraktisan. Artinya, hakim merasa bahwa akan lebih praktis dan mudah untuk
menggunakan pertimbangan hakim yang lalu serta telah memeriksa suatu perkara
yang sama daripada hakim tersebut bersusah payah mencari dan berusaha
menemukan hukum baru sendiri. Tentu akan lebih mudah menggunakan putusan
yang sudah ada dan sudah berkekuatan hukum tetap.

3. Kebiasaan (konvensi)
Hukum modern yang berkembang dalam ketentuan-ketentuan normatif ternyata
tidak cukup untuk mengakomodasi segala perkembangan yang dibutuhkan dalam
praktik. Oleh karena itu, kehidupan administrasi negara secara alamiah selalu
berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Salah satu pemenuhan terhadap
pengaturan dalam kehidupan administrasi negara sehari-hari adalah timbulnya
kebiasaan-kebiasaan yang timbul dalam praktik keseharian. Kebiasaan-kebiasaan ini
bahkan justru mengisi hal-hal yang selama ini tidak diatur dalam hukum administrasi
negara formal.

4. Traktat/perjanjian
Luas cakupan hukum administrasi negara saat ini tidak lagi sekadar mengatur hal-
hal yang sifatnya nasional ataupun lokal. Akan tetapi, luas cakupannya sudah
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antara satu negara dan negara
lainnya. Hal ini sebagai konsekuensi dari globalisasi yang mendorong kerja sama
antarnegara. Bahkan, lebih dari beberapa negara secara bersama saling mengatur

10
kerja sama di antara mereka. Untuk itulah, salah satu sumber hukum dalam hukum
administrasi negara saat ini adalah traktat, yakni perjanjian yang dibuat antara dua
negara atau lebih yang mengatur sesuatu hal.
Menjadi pertanyaan adalah bagaimana mungkin suatu traktat dapat mengikat
warga negara kedua belah negara yang menandatangani traktat tersebut sebagai
jawaban atas pertanyaan ini, yaitu adanya satu prinsip dalam hukum internasional
yang menyatakan prinsip pacta sunt servanda. Prinsip ini mengandung pengertian
bahwa setiap traktat yang dibuat oleh dua negara atau lebih secara otomatis mengikat
pula warga negara dari negara yang menandatangani traktat tersebut. Daya ikat traktat
terhadap warga negara tersebut dapat terjadi, mengingat traktat yang dibuat oleh
kedua belah negara tersebut setelah diratifikasi diberikan bentuk hukum, baik berupa
undang-undang maupun bentuk lainnya, sesuai tingkatan hukum yang akan
digunakan. Hal tersebut sesuai ketentuan Pasal 11 UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945.

5. Doktrin atau pendapat ahli

Salah satu sumber dari hukum administrasi negara yang sangat berkembang saat
ini dalah doktrin, yakni pendapat para ahli hukum terkemuka yang digunakan oleh
para hakim sebagai bahan pertimbangan dalam putusan suatu perkara yang sedang
ditanganinya. Karena itu, dapat dikatakan bahwa doktrin tersebut dapat menjadi
sumber hukum sesungguhnya melalui yurisprudensi.

11
MODUL 2 : ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG
LAYAK

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Istilah Asas-asas


Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Layak, Pengelompokan
AAUPB, Arti Penting AAUPB

A. Istilah Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Layak

Pemakaian istilah Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Layak (AAPPL)


berbeda-beda. Hal ini dapat kita lihat pada beberapa buku atau literatur dan peraturan-
peraturan resmi yang memakai istilah yang beraneka ragam, seperti:

a) "Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik "


b) "Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Bersih dan Wajar "
c) "Asas-asas Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Layak "

12
d) "Dasar-dasar atau Prinsip-prinsip Umum Pemerintahan Yang Baik"
e) "Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara "

Istilah "Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara " tercantum dalam pasal 3


Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang
Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Meskipun istilah tersebut berbeda-beda tetapi sebenarnya mempunyai
pengertian yang sama yaitu asas-asas yang dipakai sebagai dasar atau pedoman oleh
pejabat pemerintah (administrasi negara) dalam menjalankan tugasnya, sekaligus
sebagai alat uji yang digunakan Hakim Administrasi untuk menilai tindakan pejabat
administrasi negara.Berikut ini istilah asing dari AAPPL :

a) "algemene beginselen van behoorlijk bestuur " (bahasa Belanda)


b) "les principes generaux du droit contumier public" (bahasa Perancis)
c) "the general principles of good administration" (bahasa Inggris)

B. Pengelompokan AAUPB

Macam-macam bentuk AAUPB dapat dibedakan dari sifatnya yang formal dan
material. Bentuk AAUPB yang bersifat formal yaitu asas-asas yang penting artinya
dalam rangka mempersiapkan susunan dan motivasi dari suatu beschikking. Jadi yang
menyangkut segi lahiriah dari beschikking itu. Sedangkan yang bersifat material yaitu
yang menyangkut isi dari beschikking itu sendiri. Cara pengelompokan yang lain
(Paulus Effendie Lotulung, 1994) yaitu dengan membagi AAUPB itu ke dalam tiga
kelompok :

1. asas-asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan proses pembentukan


keputusan;

13
2. asas-asas yang berkaitan dengan pertimbangan (motivering) serta susunan
keputusan;

3. asas-asas yang berkaitan dengan isi/materi keputusan.

Asas-asas yang berkaitan dengan proses persiapan dan proses pembentukan


keputusan terdiri dari asas langkah-langkah persiapan yang cukup cermat (formele
zorgvuldigheid); asas fair-play dan asas larangan detournement de prosedur.
Sedangkan asas-asas yang berkaitan dengan pertimbangan (motivering) serta susunan
keputusan terdiri dari asas pertimbangan (motiveringsbeginsel) dan satu aspek dari
asas kepastian hukum, yaitu suatu keputusan harus dirumuskan dengan jelas dan
pengertiannya jangan sampai bergantung pada penafsiran seseorang.
Dengan kata lain, setiap orang yang berhadapan dengan keputusan itu harus
dapat menangkap dan mengetahui apa yang dihadapinya itu. Untuk asas-asas yang
berkaitan dengan isi/materi keputusan terdiri dari asas kepercayaan; asas persamaan
perlakuan; asas larangan detournement de pouvoir; asas keseimbangan; asas
kecermatan material; asas larangan kesewenang-wenangan dan aspek yang lain dari
asas kepastian hukum. yaitu bahwa hukum yang berlaku itu yang harus diterapkan
dan, bahwa keputusan itu tidak dapat diubah tanpa sesuatu alasan yang dapat
dipertanggung-jawabkan karena akan merugikan warga masyarakat yang
bersangkutan.

C. Arti Penting AAUPB

Arti penting AAUPB menurut Indroharto (Paulus Effendie Lotulung, 1994)


disebabkan 4 (empat) hal yaitu :

1. karena AAUPB dianggap merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku.

2. karena AAUPB merupakan norma bagi perbuatan-perbuatan administrasi


negara, disamping norma-norma di dalam hukum tertulis dan tidak tertulis.

14
3. karena AAUPB dapat dijadikan alasan untuk mengajukan gugatan.

4. karena AAUPB dapat dijadikan ‘alat uji’ oleh hakim administrasi untuk menilai
sah tidaknya atau batal tidaknya keputusan administrasi negara.

Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sebagai kaidah hukum


tidak tertulis harus dijunjung tinggi oleh setiap pejabat administrasi negara yang
menjalankan roda pemerintahan karena asas-asas tersebut secara tidak langsung dapat
berpengaruh positif terhadap diri seorang pejabat administrasi negara dalam
menjalankan tugasnya karena AAUPB dapat berfungsi sebagai pengendali diri
pejabat yang bersangkutan agar mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara
sungguh - sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga diharapkan dalam bertindak
dan membuat keputusan tidak akan menimbulkan kerugian bagi warga
masyarakat.Sebagai norma hukum, AAUPB itu mempunyai pengaruh pada 3 bidang :

a. pada bidang penafsiran dan penerapan dari ketentuan perundang undangan;

b. pada bidang pembentukan beleid pemerintahan di mana organ pemerintah diberi


kebebasan kebijaksanaan oleh peraturan perundang-undangan atau tidak terdapat
ketentuan-ketentuan yang membatasi kebebasan kebijaksanaan yang akan
dilakukan itu.

c. pada waktu pelaksanaan kebijaksanaan.

Pembagian ketiga bidang di atas dapat kita namakan sebagai tiga aspek
penemuan hukum adalah merupakan perbedaan analitis yang dalam praktek ketiga
aspek tersebut akan saling membaur.

15
MODUL 3 : PENGERTIAN-PENGERTIAN TINDAKAN-TINDAKAN
PEMERINTAHAN

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Tindakan-tindakan


pemerintah, Unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara, Syarat
Sahnya Keputusan TUN/Ketetapan dan Akibat
Keputusan/Ketetapan Yang Cacat/Tuna

A. Tindakan-tindakan pemerintah
Tindakan-tindakan pemerintah pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua
golongan yaitu :
1. Tindakan Nyata (feitelijke handelingen)
2. Tindakan Hukum (rechtshandelingen)

16
a. Tindakan Hukum Dalam Lapangan Hukum Privat
b. Tindakan Hukum Dalam Lapangan Hukum Publik
a) Tindakan Hukum Dalam Lapangan Hukum Publik Bersegi Satu
b) Tindakan Hukum Dalam Lapangan Hukum Publik Bersegi Dua

B. Unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara


Unsur-unsur dari Keputusan Tata Usaha Negara yaitu:
a. Adanya penetapan tertulis, yaitu ada hitam diatas putih.
b. oleh pejabat Tata Usaha Negara, yaitu badan atau pejabat yang melakukan
urusan pemerintahan yaitu kegiatan yang bersifat eksekutif.
c. berupa tindakan Tata Usaha Negara, yaitu tindakan dalam rangka
penyelenggaraan UU.
d. Konkrit, individual yaitu ditujukan pada perorangan atau badan hukum tertentu
untuk mengatasi atau menyelesaikan hal - hal yang konkrit.
e. Final, artinya keputusan tersebut tidak memerlukan persetujuan.
f. Menimbulkan akibat hukum, artinya dengan dikeluarkanya keputusantersebut
dapat menyebabkan timbulnya, berubahnya dan hapusnya hubungan-hubungan
hukum bagi yang terlibat

C. Syarat Sahnya Keputusan TUN/Ketetapan


Menurut Utrecht syarat bagi sahnya suatu ketetapan ada 2, yaitu :
1. Syarat formil, terdiri dari :
a. Alat perlengkapan negara yang membuat ketetapan itu haruslah alat
perlengkapan negara yang berwenang;
b. Dalam pembentukannya, kehendak alat perlengkapan negara yang
membuat ketetapan tidak boleh ada kekurangan (bersifat yuridis);
c. Ketetapan haruslah berdasarkan keadaan tertentu;

17
d. Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-
peraturan yang lain, menurut isi dan tujuannya sesuai dengan peraturan
yang menjadi dasar ketetapan itu.
2. syarat materiil, terdiri dari :
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya
ketetapan dan berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus
dipenuhi;
b. Ketetapan harus diberi dibentuk yang telah ditentukan didalam
peraturan yang menjadi dasar dikeluarkanya ketetapan tersebut;
c. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan dikeluarkanya
ketetapan harus dipenuhi;
d. Jangka waktu yang ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya ketetapan tidak boleh dilewati.

D. Akibat Keputusan/Ketetapan Yang Cacat/Tuna


Menurut Siti Soetami, Keputusan/Ketetapan yang cacat/tuna berakibat :
a. Ketetapan batal.
b. Ketetapan batal karena hukum.
c. Ketetapan dapat dibatalkan.

18
MODUL 4 : HUKUM KEPEGAWAIAN

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Mahasiswa mengetahui dan


memahami

A. HUKUM KEPEGAWAIAN
Hukum Kepegawaian adalah keseluruhan peraturan hukum yang mengatur segala
hubungan antara pegawai dan pemerintah / negara serta segala kewajiban dan hak
pegawai. Pegawai negeri terdiri dari:
1.Pegawai negeri sipil;
2.Anggota Angkatan Bersenjata RI.

19
Sedangkan Pegawai negeri sipil terdiri dari:
1.Pegawai negeri sipil pusat.
2.Pegawai negeri sipil daerah.
3.Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Prof Logemann mengemukakan lima macam asas kewajiban penting asas-asas
kepegawaian yaitu:
1. Kewajiban yang terpenting bagi pegawai ialah menjalankan pekerjaannya dengan
sebaik-baiknya.
2. Dalam menjalankan tugas ini pegawai negeri harus mentaati ketentuan-ketentuan
hukum yang telah ditetapkan untuk jabatannya.
3. Tingkah lakunya di luar dinas tak boleh mengurangi kehormatan pegawai pada
umumnya dan tidak boleh mengurangi kepercayaan masyarakat kepada pegawai
pada umumnya.
4. Kepentingan jabatan harus diutamakan.
5. Pejabat wajib melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
kemampuannya.
Arti Kepegawaian menurut Drs The Liang Gie; adalah segenap aktifitas yang
bersangkut-paut dengan masalah penggunaan tenaga kerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Felix A Nugroho, kepegawaian adalah seni memilih pegawai-
pegawai baru dan membina pegawai yang ada sedemikian rupa sehingga dari tenaga
kerja itu didapatkan kualitas dan kuantitas serta pelayanan yang maximal.

20
MODUL 5 : PENGERTIAN PERLINDUNGAN HUKUM

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian Perlindungan


Hukum, Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah,
Ruang lingkup perlindungan hukum, Jenis-jenis perlindungan hukum.

A. Pengertian perlindungan hukum


Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi
manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada
masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum

21
yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik
secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun.

B. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah


Sebagai penyelenggara pemerintahan sering kali berhadapan dengan kondisi
darurat yang mengharuskan Negara melakukan tindakan-tindakan yang pada akhirnya
merugika n masyarakat. Bahkan saat tertentu, Negara terpaksa harus menganggu
hak-hak privat yang dimiliki warganya demi kepentingan yang lebih luas. Namun,
juga harus diakui bahwa pelanggaran hak tersebut sebenarnya kurang atau tidak
berkaitan dengan kepentingan umum.

C. Ruang lingkup perlindungan hukum


Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan
dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu
menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada
hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung sebagai subtansi maknawi
didalamnya imferatif. Hak-hak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh
pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika warga
menggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui jalannya proses
pembuatan kebijakan publik. Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah
1. Jenis-jenis perlindungan hukum
a. Perlindungan hukum yang preventif Perlindungan hukum kepada rakyat
yang di berikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau
pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang
menjadi definitife.
b. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif

22
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.

2. Keberatan administrasi
Yaitu pengajuan keberatan administrasi yang dilakukan oleh pemohon
dilakukan jika merasa dirugikan karena terbitnya suatu keputusan administrasi atau
pun karena tidak diterbitkannya suatu produk tata usaha negara yang berbentuk
keputusan.

3. Prosedur yang harus ditempuh dalam pengajuan keberatan administrasi


Keberatan merupakan Apabila penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
tersebut harus dilakukan sendiri oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang
mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara tersebut. Contoh:
1) Pasal 27 Undang-Undang No. 9 Tahun 1994 tentang ketentuan-Ketentuan Umum
Perpajakan.

23
2) Pemberian hukuman disiplin sedang dan berat (selain pemberhentian
dengan hormat dan tidak dengan hormat bagi (PNS).
Dengan unsur-unsur sebagai berikut :
(1) Yang memutus perkara dalam beroep adalah instansi yang hierarki lebih
tinggi atau atau instansi lain dari pada yang memberikan putusan pertama.
(2) Tidak saja meneliti doelmatigheid, tetapi berwenang
juga meneliti rechts Mstighheid.
(3) Dapat mengganti, mengubah, atau
meniadakan keputusan administrasi yang
pertama.
(4) juga dapat memperhatikan perubahan-perubahan keadaan sejak saat
diambilnya keputusan,bahkan juga dapat memperhatikan perubahan yang
terjadi selama prosedur berjalan.

4. Banding administrasi
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan
atau instans i lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan.

5. Prosedur yang harus di tempuh dalam pengajuan banding administrasi


Prosedur yang dapat ditempuh oleh seseorang atau badan
hukum perdata yang tidak puas terhadap Keputusan Tata Usaha Negara, yang
peny elesaian sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat di keluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut,dilakukan ole h atasan dari Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusa n Tata Usaha Negara
atau instansi lain dariBadan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
Keputusan Tata usahaNegara.

24
Contoh :
Prosedur yang di tempuh oleh Pegawai Negeri Sipil yang merasa nilainya yang ada
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tidak tepat, yaitu dengan mengajuka n
permohonan kepada atasan dari Pejabat Penilai agar nilai yang ada dalam Daftar
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan tersebut diperiksa kembali (Pasal 9 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil).

6. Lembaga Ombudsman
Ombudsman Republik Indonesia sebelumnya bernama Komisi Ombudsman
Nasional adalah lembaga negara di Indonesia yang mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraa n pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerinta han, termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan
swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

10 .Kewenangan Lembaga Ombudsman


Ombudsman memiliki beberapa wewenang tertentu, yaitu:

a. Berwenang untuk meminta keterangan lengkap dari pelapor tentang isi


laporan yang dilaporkan.
b. Berwenang untuk melakukan pemeriksaan semua berkas kelengkapan
tentang sebuah laporan.
c. Berwenang untuk meminta salinan berkas yang dibutuhkan terkain
pemeriksaan.
d. Berwenang untuk memanggil pelapor dan pihak-pihak lainnya yang
terlibat.

25
e. Melaksanakan penyelesaian laporan dengan cara yang telah disepakati
oleh pihak yang bersangkutan.
f. Memberikan rekomendasi yang berhubngan dengan penyelesaian laporan.
g. Membuat pengumuman terkait hasil pertemuan.
h. Memberikan saran kepada lembaga negara demi perbaikan pelayanan
publik ke arah yang lebih baik.

11. Peradilan Tata Usaha Negara


Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan di bawah Mahkamah
Agung yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
terhadap sengketa Tata Usaha Negara. Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa
yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di
daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

12. Sejarah perkembangan PTUN di Indonesia


Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar kekuasaan,
yaitu Kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif (Kehakiman). Berkaitan dengan
Kekuasaan Kehakiman, dalam Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan) Jo.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, ditegaskan bahwa Kekuasaan Kehakiman
dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan- badan peradilan yang berada
di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkunga n peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi.
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan lingkungan peradilan yang
terakhir dibentuk, yang ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 pada tanggal 29 Desember 1986, adapun tujuan dibentuknya Peradilan

26
Tata Usaha adalah untuk mewujudka n tata kehidupan negara dan bangsa yang
sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang dapat menjamin kedudukan warga
masyarakat dalam hukum dan menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi,
seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha negara dengan para
warga masyarakat. Dengan terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN)
menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nila i
keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

13. Ruang lingkup kewenangan peradilan tata usaha negara


Peradilan dalam dunia modern merupakan suatu keniscayaan karena tidak hanya
sebagai wujud dari konsekuensi Negara hukum modern, yang memang menharuskan
adanya peradilan tersebut. Akan tetapi juga karena kebutuhan atas berkembangnya
lalu lintas hukum publik yang memang sangat membutuhkan satu lembaga khusus
yang menangani penyelesa ian sengketa, baik antara warga maupun pihak penguasa.

14. Subjek dan Objek dan PTUN


Subjek, Para pihak yang berperkara di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah:
a. Pihak penggugat.
b. Pihak tergugat
Objek Berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo Pasal 1 angka 4 jo Pasal 3
UU no. 5 tahun 1986, dapat disimpulkan yang dapat menjadi objek gugatan dalam
sengketa Tata Usaha Negara adalah:
1. Keputusan Tata Usaha Negara
Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.” (Pasal 1
angka 3 UU no. 5 tahun 1986).

27
2. Persamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara
Yang dimaksud diatas adalah sebagaimana yang disebut dalam ketentuan Pasal 3 Uu
no. 5 tahun 1986.

15. Prosedur penyelesaian sengketa di PTUN ?


1. Upaya Administratif
Upaya administratif adalah suatu prosedur yang dapat ditempuh oleh seorang
atau badan hukum perdata apabila ia tidak puas terhadap suatu Keputusan Tata
Usaha Negara. Prosedur tersebut dilaksanakan di lingkungan pemerintahan sendiri
dan terdiri atas dua bentuk:
a. Keberatan
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan sendiri oleh
Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha
Negara.
b. Banding Administratif
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara yang dilakukan oleh instansi atasan
atau instansi lain dari Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara, yang berwenang memeriksa ulang Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan .

2. Gugatan Melalui Pengadilan Tata Usaha Negara


Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
Tata Usaha Negara jika seluruh upaya administratif sudah digunakan. Apabila
peraturan dasarnya hanya menentukan adanya upaya administratif berupa pengajuan
surat keberatan, maka gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang
bersangkutan diajukan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara. Namun, jika
peraturan dasarnya menentukan adanya upaya administatif berupa pengajuan surat
keberatan dan/atau mewajibkan pengajuan surat banding administratif, maka

28
gugatan terhadap Keputusan Tata Usaha Negara yang telah diputus dalam tingkat
banding administratif diajukan langsung kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara dalam tingkat pertama yang berwenang.

15. Pelaksanan Putusan TUN


Ketentuan Pasal 115 UU No. 5 tahun 1986 jo UU No. 9 tahun 2004 jo UU
No. 51 tahun 2009 menentukan bahwa hanya putusan pengadilan yang memperoleh
kekuatan hukum tetap yang dapat dilaksanakan Di dalam TUN tidak mengenal
putusan serta merta seperti halnya dalam proses hukum acara perdata Suatu putusan
pengadilan TUN yang telah berkekuatan hukum tetap tidak dapat diganggu gugat
dan isi dari putusan TUN yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut dapat mulai
bekerja dan dapat mulai bekerja dan menimbulkan akibat-akibat hukum seperti yang
ditentukan dalam undang-undang. Bekerjanya isi putusan TUN harus di taati dan
dilaksanakan oleh siapapun juga oleh Pemerintah. Bekerjanya putusan pengadilan
TUN yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut disebut dengan kekuatan hukujm
material artinya instrinsik dari putusan itu selain akan tetap tidak dapat berubah lagi
keadaannya, juga secara juridis dapat bekerja dan menimbulkan akibat-akibat
hukum seperti yang ditentukan dalam undang-undang.

D. PELAKSANAAN PUTUSAN TUN


Menurut Pasal 97 ayat (7), putusan pengadilan dapat berupa :
1. Gugatan ditolak. Dalam hal demikian tidak perlu pelkasanaan putusan
2. Gugatan tidak diterima. Dalam hal demikian tidak diperlukan pelaksanaan
3. Gugatan dinyatakan gugur. Dalam hal demikian juga tidak diperlukan
pelaksanaan.
4. Gugatan dikabulkan. Dikabulkannnya gugaatan dapat berupa pembatalan untuk
seluruhnya atau sebagian dari keputusan TUN yang digugat.

29
Menurut Pasal 97 ayat (8) dan (9), dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam
putusan pengadilan dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh badan atau
pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan, dengan kewajiban berupa :
a Pencabutan
b Pencabutan keputusan yang digugat dan menerbitan keputusan yang baru
c penerbitan keputusan dalam hal yang digugat didasarkan pada Pasal 3 (tidak
mengeluarkan keputusan setelah jangka waktu lewat)

30
31
MODUL 6 : PENGERTIAN ASAS JABATAN

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Asas jabatan dalam hukum


tata pemerintahan atau hukum administrasi negara modern dan
Jabatan mempunyai karakteristik

A. Asas Jabatan
Dalam bukunya Kansil dan Christine yang berjudul Modul Hukum
Adminitrasi Negara, dijelaskan bahwa pemerintahan (bestuur dalam arti luas) itu
sifatnya continue. Karena pemerintahan itu bersifat continue (kekal, tak dapat
dirobah-robah), maka jabatan pun bersifat kekal pula. Oleh karena itu Jabatan
mempunyai pengertian yaitu: Bidang urusan (kelompok aktivitas) pemerintahan
tertentu yang bulat, dan bersifat kekal (continue), yang dapat dipegang oleh
seseorang. Berdasarkan pengertian diatas, maka sifat hakikat dari suatu jabatan
adalah :
1. Suatu jabatan bersifat continue (kekal), sedang pejabatnya mungkin
berganti-ganti. Jabatan hanya mungkin hilang kalau sengaja dilenyapkan atau
dilebur dengan jabatan-jabatan yang lain.
2. Jabatan merupakan tempat wewenang. Jabatan Menteri merupakan tempat
kewenangan. Jabatan yang ditempati wewenang belum tentu ditempati
kewenangan, tetapi jabatan yang ditempati kewenangan pasti ditempati
wewenang pula. Singkatnya, Jabatan Menteri diberi kewenangan sedang
jabatan-jabatan dibawah Menteri diberi wewenang.
3. Jabatan menjalankan sesuatu tugas dalam bidang urusan pemerintahan
tertentu yang bulat.

B. Asas jabatan dalam hukum tata pemerintahan atau hukum administrasi


negara modern yaitu:
a. Jabatan adalah bersifat kekal (tetap) sedang orang yang menjalankannya
(pejabat) dapat berubah-ubah / berganti-ganti. Pejabat dan jabatan dibedakan
satu sama lain (bukan dipisahkan).

32
Ini membawa konsekuensi, meskipun seorang pejabat diberhentikan atau
dischors dari jabatannya, dia tetap mempunyai status (berarti hak dan
kewajiban) sebagai pegawai negeri. Misalnya berhak menerima gaji, istirahat,
dan sebagainya. Hanya wewenang yang diselenggarakannya ketika ia
menjabat jabatan tersebut menjadi hilang.
b. Jabatan-jabatan dari golongan tertentu harus ditugaskan kepada orang dari
golongan tertentu pula.
Ini berarti bahwa jabatan-jabatan politis boleh dimasuki oleh setiap warga
negara Indonesia yang telah memenuhi syarat menurut undang-undang,
kecuali pegawai negeri.

C.Jabatan mempunyai karakteristik sebagai berikut :


a. Tiap jabatan pada umumnya memiliki masa tertentu untuk dipangku oleh
seseorang dan dapat pula tidak memiliki masa tertentu. Jabatan yang
memiliki masa tertentu misalnya ialah jabatan presiden dan wakil presiden,
jabatan keanggotaan lembaga-lembaga negara dan sebagainya. Sedangkan
jabatan yang tidak memiliki masa tertentu misalnya ialah jabatan raja (seumur
hidup), jabatan pegawai negeri dalam status karyawan negara (sampai yang
bersangkutan pensiun), jabatan dosen (selama yang bersangkutan masih mau
dan masih mampu memenuhi persyaratan untuk mengajar sebagai dosen) dan
sebagainya.
b. Tiap jabatan dalam ketatausahaan negara memerlukan pengangkatan bagi
pemangkunya, tetapi tidak setiap jabatan memerlukan pemilihan
pemangkunya. Jabatan yang pemangkunya perlu dipilih juga sebelum
diangkat misalnya ialah jabatan presiden, jabatan keanggotaan MPR dan
sebagainya. Sedangkan jabatan yang pemangkunya dapat langsung diangkat
tanpa perlu dipilih misalnya jabatan menteri, jabatan keanggotaan lembaga-
lembaga negara lainnya selain MPR/DPR dan sebagainya.
c. Tiap jabatan yang dipegang oleh seorang pejabat yang menjadi pemangkunya
secara resmi bersifat tunggal, dalam arti tidak dapat begitu saja digantikan
oleh orang lain sebagai pemangkunya tanpa adanya acara yang resmi.

33
Meskipun pemangku suatu jabatan itu dalam setiap saat dapat saja silih
berganti, namun eksistensi jabatan tersebut adalah kekal dan permanen,
sepanjang tidak adanya penggantian, penghapusan atau pencabutan terhadap
jabatan tersebut secara yuridis.

34
MODUL 7 : PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Asas jabatan dalam hukum


tata pemerintahan atau hukum administrasi negara modern dan
Jabatan mempunyai karakteristik

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Pada Buku Materi Pokok Hukum Tata Pemerintahan (IPEM 4321) modul
ketujuh diuraikan mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) yang membahas antara lain
pandangan ahli pikir barat, masyarakat internasional dan HAM dalam konstitusi di
Indonesia. Untuk melengkapi materi mengenai HAM, pada inisiasi ketujuh ini akan
dijelaskan Dimensi Universalitas dan Kontekstualitas dalam Hak Asasi Manusia.

Budaya merupakan suatu ungkapan yang bermakna ganda. Di satu sisi bisa
diartikan sebagai perilaku manusia dalam menanggapi suatu fenomena kehidupan
kemasyarakatan. Sedang disisi lain dapat diartikan sebagai hasil cipta, karsa dan
karya manusia guna mengekspresikan dirinya dalam ikatan kehidupan masyarakat,
bangsa maupun negara. Kedua arti tersebut pada hakikatnya tetap bermuara pada
keberadaan manusia itu sendiri sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

Dalam wacana kebudayaan, sering muncul berbagai tipe yang mencoba


melakukan dikotomi antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. Barat
dianggap memiliki budaya yang bersifat individualistik, sedangkan Timur lebih
menekankan budaya komunalitas dan kebersamaan, dalam kebersamaan dalam ikatan
kehidupan masyarakat. Budaya Timur menganggap bahwa harkat dan martabat
manusia akan semakin "bernilai" jikalau ada keselarasan, keharmonisan, dan
keseimbangan antara kepentingan individu dan kelompok. Bila ditelaah lebih jauh
sebenarnya pemahaman mengenai ide-ide HAM ternyata mengandung dimensi
ganda yaitu:

1. Dimensi Universalitas, yakni substansi hak-hak asasi manusia itu pada hakikatnya
bersifat umum, dan terikat oleh waktu dan tempat. HAM akan selalu dibutuhkan oleh
siapa saja dan dalam aspek kebudayaan dimanapun berada, baik di dalam

35
kebudayaan Barat maupun Timur. Dimensi HAM seperti ini akan selalu dibutuhkan
dan menjadi sarana bagi individu untuk mengekspresikan dirinya secara bebas dalam
ikatan kehidupan kemsayarakatan.

2. Dimensi Konstekstualitas yakni menyangkut penerapan HAM bila ditinjau dari


tempat berlakunya HAM tersebut. Maksudnya ide-ide HAM dapat diterapkan secara
efektif, sepanjang " tempat" ide-ide HAM itu memberikan suasana kondusif. Dengan
kata lain ide-ide HAm akan dapat dipergunakan secara efektif dan menjadi loandasan
etik dalam pergaulan manusia, jikalau struktur kehidupan masyarakat di Barat
amupun di Timur sudah tidak memberikan tempat bagi terjaminnya hak-hak individu
yang ada di dalamnya.

Dua dimensi inilah yang memberikan pengaruh terhadap pelasanaan ide-ide


HAM di dalam komunitas kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu
dengan adanya dua dimensi ini, maka perdebatan mengenai pelaksanaan ide-ide
HAM yang selalu diletakkan dalam konteks budaya, suku, ras maupun agama sudah
tidak mempunyai tempat lagi atau tidak relevan dalam wacana publik masyarakat
modern.
Kemudian masalah HAM secara yuridis formal di Indonesia baru diatur
tahun 1999, melalui Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia. Sementara sebagai pendukung telah diterbitkan Undang-undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

B. Deklarasi Hak Asasi Manusia


Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang pertama diadopsi oleh PBB adalah :
Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia, pada tanggal 10 Desember
1948 di Palais de Chaillot, Paris, Perancis. Deklarasi ini berlaku terhadap setiap
individu, tanpa memperhatikan gender-jenis kelamin, ras, agama atau latar
belakang kultural. Kontributor kunci dalam perumusan naskah Deklarasi
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia tersebut adalah
1. Eleanor Roosevelt (Amerika Serikat);
2. Rene Cassin (Perancis);
3. Charles Malik (Libanon);
4. Peng Chun Chang (Tiongkok);

36
5. Hernan Santa Cruz (Chili);
6. Alexandre Bogomolov/Alexel Pavlov (Uni Soviet);
7. Lord Dukeston/Geoffrey Wilson (Inggris);
8. William Hodson (Austria);
9. John Humphrey (Canada).

Beberapa konvensi PBB yang telah diratifikasi oleh Indonesia, yaitu:


1) Ratifikasi Konvensi PBB mengenai Hak-hak Politik Perempuan Tahun
1953 dengan undang-undang Nomor 68 Tahun 1958;
2) Ratifikasi Konvensi PBB Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan Tahun 1979 dengan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1984;
3) Ratifikasi Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan
Martabat Manusia (Convention Against Torture and other Cruel, Inhuman
on Regarding Treatment on Punishment) dengan Undang-undang Nomor 5
Tahun 1998;
4) Ratifikasi tentang Hak-hak Anak (Convention on of the Rights of The
Child) dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
1990.
5) Ratifikasi Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial 1965 (International Convention on The Elimination of
all Forms of Racial Discrimination 1965) menjadi Undang-undang Nomor
29 tahun 1999.

37
MODUL 8 : HUKUM KESEJAHTERAAN SOSIAL

Tujuan : Mahasiswa mengetahui dan memahami Kebijakan Publik,


kebijakan sosial, dan kesejahteraan sosial

A. Kebijakan Publik
Sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang
hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang
menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya
merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumberdaya alam,
finansial dan manusia demi kepentingan publik.

B. Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial (social policy) adalah kebijakan publik (public policy)
yang penting di negara-negara modern dan demokratis. Sejarah menyaksikan
bahwa semakin maju dan semakin demokratis suatu negara, semakin tinggi
perhatian negara tersebut terhadap pentingnya kebijakan sosial. Kebijakan
sosial pada hakikatnya merupakan kebijakan publik dalam bidang
kesejahteraan sosial. Ada 2 pendekatan dalam mendefinisikan kebijakan
sosial sebagai kebijakan public :
1. Pendekatan 1 : mendefinisikan kebijakan sosial sebagai seperangkat
kebijakan negara menyangkut urusan kesejahteraan (welfare policy) yang
dikembangkan untuk mengatasi masalah sosial atau memenuhi
kebutuhan dasar warganya melalui pemberian pelayanan sosial dan
jaminan sosial.
2. Pendekatan 2 : kebijakan sosial sebagai disipilin akademis/ studi yang
mempelajari kebijakan-kebijakan kesejahteraan, perumusannya dan
konsekuensi-konsekuensinya.

38
Kebijakan sosial adalah anak kandung paham negara kesejahteraan.
Sebagai sebuah kebijakan publik di bidang kesejahteraan sosial, kebijakan
sosial menunjuk pada seperangkat kewajiban negara (state obligation) untuk
melindungi dan memberikan pelayanan dasar terhadap warganya.

C. Perundang-Undangan Terkait Dengan Jaminan Sosial


D. UUD 45 (esp. Pasal 28 dan Pasal 34)
E. UU No. 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak-Hak Ekonomi
Sosial dan Budaya
F. UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
G. UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
H. UU No. 24 tahun 2011 tentang BPJS
I. Putusan MK terhadap pasal 5 ayat (2) (3) dan (4) UU No. 40 tahun 2004
ttg SJSN No. 007/ PUU-III/ 2005
J. Putusan MK Nomor 82/PUU-X/2012 terhadap Pasal 15 (1) UU No. 24
tahun 2011 tentang BPJS

D. Undang-Undang Terkait
a. UU Penanganan Fakir Miskin No. 13 tahun 2011
b. UU No. 13/ 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
c. UU Perlindungan Anak (No. 23/ 2002 jo No. 35/ 2014)
d. UU Sistem Peradilan Pidana Anak No. 11/ 2012
e. UU Penyandang Cacat No. 4/ 1997
f. Ratifikasi Covenant Rights of People with Disabilities (UU No. 19/ 2011)
g. Ratifikasi Covenant on Protection of Rights of Migrant Workers and Their
Families (UU No. 6/ 2012)
h. Dan lain-lain

E. Kesejahteraan Sosial (UU No. 11 tahun 2009)


Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

39
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. UU No.
11 tahun 2009 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang
terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan
sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial. Jaminan Sosial adalah
Bagian dari Hak Asasi Manusia dan salah satu Instrumen untuk menghadapi
ketidakamanan ekonomi (Economic Insecurity). Economic Insecurity ialah
Kondisi ketenagakerjaan yang ditandai dengan adanya ketidakpastian
kesempatan kerja disertai dengan tingkat pendapatan yang rendah. Kemudian
hilangnya pendapatan masyarakat karena adanya musibah yang tidak
diimbangi dengan sistem jaminan sosial yang komprehensif menyusul
mahalnya biaya pelayanan kesehatan.
Fungsi jaminan sosial secara ekonomi pada mulanya ditujukan untuk
meminimalisasi ketidakamanan ekonomi, kemudian ditujukan untuk keamanan
ekonomi.

Keamanan ekonomi memerlukan penyelenggaraan sistem jaminan sosial yang


inklusif dalam arti penyelenggaraan jaminan sosial secara komprehensif yaitu
dengan program yang lengkap dan perluasan kepesertaan universal. Manfaat
jaminan sosial mencakup :

1. Santunan tunai untuk dukungan pendapatan pencari nafkah utama (cash


benefit for the income support of the breadwinner)
2. Kompensasi finansial untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini
3. Pelayanan kesehatan dan pemberian alat bantu (benefits in kind)
Program Jaminan Sosial adalah cabang, manfaat dan skema jaminan sosial
yang diperuntukkan bagi peserta beserta keluarganya bilamana peserta dan
atau anggota keluarga mengalami sakit, persalinan, kecelakaan kerja, terkena
PHK, menghadapi hari tua dan meninggal sebelum usia pensiun terutama
untuk pencari nafkah utama. Bantuan Sosial adalah program jaminan sosial
dalam bentuk bantuan tunai bagi penduduk miskin, orang-orang jompo dan

40
anak terlantar yang di Indonesia telah diatur dalam UU Tersendiri. Program
Jaminan Sosial dalam bentuk pemberian santunan tunai (income support) atau
semacam BLT yang diberikan kepada setiap warganegara yang berhak sebagai
akibat kebijakan ekonomi yang menimpa masyarakat menjadi kurang
beruntung.
Asuransi Sosial adalah program jaminan sosial yang bersifat wajib menurut
UU bagi setiap pemberi kerja dan pekerja mandiri profesional untuk tujuan
penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan sebagai konsekuensi adanya
hubungan kerja yang kemungkinan menimbulkan industrial hazards. Asuransi
Sosial ialah hak pekerja, tanpa means test, Biaya oleh yangbersangkutan atau
perusahaan, Pembayaran sesuai dengan pekerjaan atau jabatan, Dipilih karena
adanya perasaan mandiri: dia yang membayar kontribusi atau perusahaan :
merupakan hak. UU No. 40 tahun 2004 tentang SJSN berisi mengenai :
“ Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan
program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial.
Asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.”

41

Anda mungkin juga menyukai