lebih demi mencapai suatu tujuanny. Ada beberapa model administrasi Publik yaitu sebagai
berikut :
Model Klasik, yaitu tipe ideal Webwer, yang memiliki dua komponen dasar, yaitu
sebuah kerangkan dari organisasi serta cara-cara yang dipergunakan untuk mengatur
orang dalam organisasi. Dengan model ini terdapat struktur serta manajemen sangat
berhungan erat yang tidak dapat terpisahkan. Dengan memasukkan nilai paling efisien
dan efektif.
Sehigga dapat dikatakan bahwa Administrasi Publik model klasik ini cenderung
menggunakan pendekatan yang legalistik.
Studi Administrasi Publik pada awalnya tentu saja tidak melupakan kontribusi
Woodrow Wilson (1887) dalam “A Study of Administration”. Wilson secara tegas
berkeinginan mengatakan bahwa harus terdapat pemisahan antara politik dan
Administrasi. Politik “who should maka Law and what the law should be”. Sedangkan
Administrasi “ how Law should be administered”. Kajian yang sama dilakukan oleh
Frank J. Goodnow (1900) dalam “Politic and Administration: A Study in
Government, yang memandang agar Administrasi bebas dan pengaruh politik,
meskipun Administrasi membantu dalam eksekusi kebijakan/Keputusan politik.
Paradigma Administrasi Publik model klasik juga dapat dilihat melalui model “old
chesnuts” dari Peters (1996 dan 2001), dimana Administrasi Publik berdasarkan pada
Pegawai Negeri yang politis dan terinstitusionalisasi; organisasi yang hirarkhis dan
berdasarkan peraturan; penugasan yang permanen dan stabil; banyaknya pengaturan
internal; serta menghasilkan keluaran yang seragam (lihat dalam Oluwu, 2002 dan
Frederickson, 2004). Dalam hal ini kharakter Old Public Administration dicirikan
oleh kegiatan pemèrintah yang terfokus pada pemberian pelayanan kepada
masyarakat yang dilakukan oleh administrator Publik yang akuntabel dan
bertanggungjawab secara demokratis kepada elected officiaL. Nilai dasar utama yang
diperjuangkan dalam Old Public Administration adalah efisiensi dan rasionalitas
sebagai sebuah sistem tertutup. Fungsi administrator Publik didefinisikan sebagai
planning, organizing, staffing, directig, coordinating dan budgeting.
Model Institusi, yang dikembangkan dengan mengacu pada hasil dari pemikiran ahli
sosial yaitu tahun 1940-an s/d tahun 1960-an. Dengan para ahli menaruh perhatian
lebih kepada perilaku birokrasi serta menunjukkan betapa kompleksnya pada sistem
pengambilan keputusan didalam birokrasi.
Model administrasi negara sebagai lembaga (institusi) maka sebaiknya meengenal
lebih dekat definisi institusi (lembaga sosial), yaitu lembaga sosial atau dikenal juga
sebagai lembaga kemasyarakatan salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian
tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka
menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.
Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution,
namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini
dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para
anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma
khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Model institusi dalam administrasi negara adalah hasil karya banyak ahli ilmu sosial
pada tahun-tahun 1940-an, 1950-an dan 1960-an. Dalam wujud dasarnya secara
metodologis karya itu lebih keras daripada karya mereka yang mula-mula melukiskan
birokrasi, karena itu penemuan-penemuannya akan memiliki kekuatan empiris yang
lebih kuat. Model institusi adalah penjelmaan era bihavioral, terutama adalam
sosiologi dan ilmu politik. Versi yang permulaan dan secara empiris berharga dari
model ini bisa didapatkan dalam studi-studi yang dihasilkan oleh Program Kasus
Antar Universitas (interuniversity case program).
Salah satu dari sedikit saja usaha terperinci untuk mempertahankan nilai-nilai model
institusi dilakukan oleh Charles Lindbloom yang mempersoalkan bahwa rasionalitas
bukan hanya tidak mungkin, melainkan juga tidak patut diinginkan. Dalam karyanya,
The Intelegence of Democracy: Decision-Making through Mutual Adjusment, dia
mengemukakan bahwa birokrasi membuat keputusan-keputusan satu-demi satu,
bahwa ini merupakan tawar menawar dan kompromi-kompromi keputusan
(sebenarnya tawar-menawar dan kompromi-kompromi dari para elit kelompok
kepentingan), dan bahwa mereka menggerakan pemerintahan secara sedikit demi
sedikit kearah sasaran-sasaran yang kabur. Lebih jauh dan paling penting, Cuma
dengan cara inilah pemerintahan demokratis harus berjalan. Hanya melalui
pengambilan keputusan satu demi satu, keahlian dan kecakapan birokrasi itu dapat di
integrasikan dengan kecenderungan-kecenderungan kebijakan dan bias-bias politik
para pejabat yang terpilih. Mereka yang menentang pandangan inkremental itu
mengatakannya sebagai tidak lebih daripada suatu apologi yang rinci untuk cara
beroperasinya sekarang suatu sistem pemerintahan yang tidak efektif. Dengan
berlindung dibalik “penggambaran demokrasi”, mereka menjelaskan dan
membenarkan kelemahan-kelemahan sistem-sistem demokrasi. Atas nama
empirisisme, mereka juga menyimpulkan, “begitulah keadaan dalam organisasi-
organisasi yang kompleks dan sesungguhnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk
mengubahnya”. Atau, “begitulah keadaan dalam organisasi-organisasi yang kompleks
dan barangkali memang begitulah mereka harus ada.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fokus dari model hubungan kemanusiaan
ini adalah terletak pada aspek kemanusiaan dan sosial psikologi dalam setiap jenis
organisasi maupun birokrasi.
Model Pilihan Publik, memiliki dasar hasil perkembangan dari sebuah ilmu ekonomi
politik modern, yang populer atau sering dissebut ilmu ekonomi pasar. Model pilihan
publlik berasumsi bahwa penyediaan barang-barang dan pelayanan publik bargantung
pada keputusan yang diputuskan oleh beberapa komponen dengan pengambil
keputusan yang berbeda, serta dengan kelayakan politik masing-masing uasaha
kolektif yang tergantung pada serangkaian keputusan, yang menguntukgkan pada
semua struktur keputusan.
Samuelson & Nordhaus (1995) teori pilihan publik ialah salah satu cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan yang terkait
dengan kepentingan masyarakat (publik). Teori pilihan publik dapat digunakan untuk
mempelajari perilaku para actor politik maupun sebagai petunjuk bagi pengambilan
keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling efektif. Yang
menjadi subjek dalam telaah pilihan publik adalah pemilih, partai politik, politisi,
birokrat, kelompok kepentingan, yang semuanya secara tradisional lebih banyak
dipelajari oleh pakar-pakar politik.