Anda di halaman 1dari 6

Administrasi Publik merupakan suatu proses kerjasama yang diperankan oleh dua orang atau

lebih demi mencapai suatu tujuanny. Ada beberapa model administrasi Publik yaitu sebagai
berikut :
 Model Klasik, yaitu tipe ideal Webwer, yang memiliki dua komponen dasar, yaitu
sebuah kerangkan dari organisasi serta cara-cara yang dipergunakan untuk mengatur
orang dalam organisasi. Dengan model ini terdapat struktur serta manajemen sangat
berhungan erat yang tidak dapat terpisahkan. Dengan memasukkan nilai paling efisien
dan efektif.

Sebagai organisasi birokrasi, Administrasi Publik menurut ESC-UN (2004) bekerja


melalui seperangkat aturan dengan legitimasi, delegasi, kewenangan rasional legal,
keahlian, tidak berat sebelah, terus menerus, cepat dan akurat:, dapat diprediksi,
memiliki standar, integnitas dan profesionalisme dalam rangka memuaskan
kepentingan masyarakat umum. Dengan demikian, Administrasi Publik sebagai
sebuah instrumen Negara diharapkan untuk menyediakan basis fundamental bagi
perkembangan manusia dan rasa aman, termasuk di dalamnya kebebasan individu,
perlindungan akan kehidupan dan kepemilikan, keadilan, perlindungan terhadap hak
asasi manusia, stabilitas, dan resolusi konflik secara damai baik dalam
mengalokasikan atau mendistribusikan surnberdaya maupun dalam hal-hal lalnnya
(Econoinic and Social Council UN, 2004). Dengan kata lain, Administrasi Negara
yang efektif harus ada untuk menjamin keberlanjutan aturan hukum (Econoinic and
SociaL CounciL UN, 2004).

Sehigga dapat dikatakan bahwa Administrasi Publik model klasik ini cenderung
menggunakan pendekatan yang legalistik.

Studi Administrasi Publik pada awalnya tentu saja tidak melupakan kontribusi
Woodrow Wilson (1887) dalam “A Study of Administration”. Wilson secara tegas
berkeinginan mengatakan bahwa harus terdapat pemisahan antara politik dan
Administrasi. Politik “who should maka Law and what the law should be”. Sedangkan
Administrasi “ how Law should be administered”. Kajian yang sama dilakukan oleh
Frank J. Goodnow (1900) dalam “Politic and Administration: A Study in
Government, yang memandang agar Administrasi bebas dan pengaruh politik,
meskipun Administrasi membantu dalam eksekusi kebijakan/Keputusan politik.

Paradigma Administrasi Publik model klasik juga dapat dilihat melalui model “old
chesnuts” dari Peters (1996 dan 2001), dimana Administrasi Publik berdasarkan pada
Pegawai Negeri yang politis dan terinstitusionalisasi; organisasi yang hirarkhis dan
berdasarkan peraturan; penugasan yang permanen dan stabil; banyaknya pengaturan
internal; serta menghasilkan keluaran yang seragam (lihat dalam Oluwu, 2002 dan
Frederickson, 2004). Dalam hal ini kharakter Old Public Administration dicirikan
oleh kegiatan pemèrintah yang terfokus pada pemberian pelayanan kepada
masyarakat yang dilakukan oleh administrator Publik yang akuntabel dan
bertanggungjawab secara demokratis kepada elected officiaL. Nilai dasar utama yang
diperjuangkan dalam Old Public Administration adalah efisiensi dan rasionalitas
sebagai sebuah sistem tertutup. Fungsi administrator Publik didefinisikan sebagai
planning, organizing, staffing, directig, coordinating dan budgeting.

 Model Neobirokrasi, adalah suatu model dengan dikembangkannya teori perilaku.


Yang dipergunakan dalam model ini adalah nilai-nilai yang diperjuangkan model
birokrasi klasik, yaitu dengn perbedaan perhatian yang besar terhadap perilaku
pengambilan keputusan.

Pada Model Birokrasi menekankan struktur, pengendalian, dan prinsip-prinsip


administrasi dengan unit analisa yang biasanya berupa kelompok kerja, instansi,
departemen, atau pemerintahan-pemerintahan keseluruhan. Nilai-nilai yang akan
dicapai adalah efektivitas, efisiensi atau ekonomis, maka dalam model neobirokrasi,
keputusan merupakan unit analisa yang lebih umum, dengan proses pembuatan
keputusan (decision making process) menjadi fokus sentralnya. Pola pemikirannya
bersifat rasional yaitu keputusan-keputusan dibuat agar sebanyak mungkin mencapai
tujuan tertentu.

Pengetahuan ilmu tentang manajemen modern, system analysis, dan operation


research (riset operasi) dibangun atas pemikiran awal Herbert Simon, James March,
dan Richard Cyert. Para teoritisi ini memperkaya pendukung model neobirokrasi
dengan suatu pemahaman yang mendalam tentang pola-pola pengendalian organisasi
yang formal maupun informal, batas-batas rasionalitas, dan sejenisnya, tetapi versi-
versi yang mendasar dari aliran neobirokrasi tetap berkutat dengan logika asli, sebagai
cara yang dikembangkan oleh aliran logika positiv.

Kesamaan-kesamaan yang dekat antara analisis cara-tujuan dari model neobirokrasi


dan dikotomi kebijakan-administrasi dari model birokrasi adalah jelas. Sasaran-
sasaran riset operasi (Operation Research), analisa sistem, analisa kebijakan, dan
ilmu-ilmu manajemen pada pokoknya sama dengan sasaran-sasaran para ahli teori
birokrasi. Akan tetapi konsep mereka sangatlah rumit dan namun sangat membantu
dalam pencapaian efesiensi, ekonomi dan produktivitas.

Pendekatan-pendekatan moderen pada analisa kebijakan (police analysis) sangat


memungkinkan para administrator atau akademisi untuk menilai atas hasil
pelaksanaan program-program publik dengan lebih efektif dari pada di masa lampau.
Akan tetapi analisa-analisa yang maju dan alat ukur produktivitas bisa memiliki
rasionalitas logika yang sama lemahnya dengan yang terjadi pada paradigma birokrasi
klasik. Apabila memang keliru untuk beranggapan bahwa hirarki, sentralisasi, dan
perintah manajerial akan mencapai efesiensi, ekonomi dan produtivitas, barangkali
juga keliru untuk beranggapan bahwa analisis kebijakan juga akan mencapai tujuan-
tujuan organisasi.

 Model Institusi, yang dikembangkan dengan mengacu pada hasil dari pemikiran ahli
sosial yaitu tahun 1940-an s/d tahun 1960-an. Dengan para ahli menaruh perhatian
lebih kepada perilaku birokrasi serta menunjukkan betapa kompleksnya pada sistem
pengambilan keputusan didalam birokrasi.
Model administrasi negara sebagai lembaga (institusi) maka sebaiknya meengenal
lebih dekat definisi institusi (lembaga sosial), yaitu lembaga sosial atau dikenal juga
sebagai lembaga kemasyarakatan salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian
tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka
menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.

Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution,
namun social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial. Hal ini
dikarenakan social institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para
anggota masyarakat. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial
merupakan sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas
untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga sosial merupakan satuan norma
khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola untuk keperluan khusus
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Model institusi dalam administrasi negara adalah hasil karya banyak ahli ilmu sosial
pada tahun-tahun 1940-an, 1950-an dan 1960-an. Dalam wujud dasarnya secara
metodologis karya itu lebih keras daripada karya mereka yang mula-mula melukiskan
birokrasi, karena itu penemuan-penemuannya akan memiliki kekuatan empiris yang
lebih kuat. Model institusi adalah penjelmaan era bihavioral, terutama adalam
sosiologi dan ilmu politik. Versi yang permulaan dan secara empiris berharga dari
model ini bisa didapatkan dalam studi-studi yang dihasilkan oleh Program Kasus
Antar Universitas (interuniversity case program).

Pada teoritis institusi kurang berurusan dengan bagaiman merancangkan organisasi


yang efisien, efektif dan produktif, namun lebih dengan bagaimana menganalisa dan
memahami birokrasi-birokrasi yang ada. Sarjana-sarana ini pada umumnya “positivis”
dalam cara memandang mereka, dengan mencari tatanan dalam organisasi-organisasi
yang kompleks atau pola-pola yang nyata dari perilaku birokrasi. Sarjana-sarjana
administrasi negara yang masuk kategori intituisi tampak agak kurang tertarik kepada
bagaimana membuat pemerintahan yang lebih efisien, ekonomis, atau produktif
dibanding dengan semata-mata menyelidiki betapa kompleknya organisasai-
organisasi berperilaku.
Dalam kategori ini termasuk karya-karya seperti sintesa yang menarik dari James
Thompson atas perilaku organisasi, salah satu model yang cukup komplet dalam ilmu
sosial modern. Analisa dan sintesa Frederick Mosher atas perilaku atau
pengelompokan profesional birokrasi publik tertentu secara empiris maupun logis
berharga. Analisa perbandingan Amitasi Etzioni tentang organisasi yang komples
adalah sama lengkapnya seperti pengintegrasian ciri-ciri perilaku birokrasi. Para
ilmuwan zaman behavioral benar-benar telah memajukan pemahaman sistematis
tentang perilaku birokrasi. Memang masih belum ada model atau paradigma yang
disepakati, namun sudah ada seperangkat pengetahuan yang pada umumnya disebut
“teori organisasi”. Sarjana-sarjana ilmu administrasi negara adalah pemakai-pemakai
sistematis dan penyumbang-penyumbang tulisan untuk teori organisasi.
Apabila teori organisasi dan model institusi sudah mulai berkembang dengan baik
sebagaimana dikemukakan di sini, apakah landasan-landasan normatif yang menjadi
sandaran batang tubuh pengetahuan ini?

Seperti biasa, sarjana-sarjana penganut aliran perilaku sekedar menghindari


persoalan-persoalan normatif, menyatakan bahwa tugas mereka adalah
menggambarkan organisasi, tidak menganjurkan resep-resep pemecahan. Namun ada
aliran-aliran normatif yang kuat dalam model institusi. Salah satu aliran ini bisa
digolongkan sebagai aliran para sarjana yang menaruh perhatian besar dalam
menganalisa birokrasi dan mengetahuinya sebagai sesuatu yang kuat, menolak
perubahan, tampak di luar kendali legislatif atau eksekutif, cenderung mengucil atau
mengunci rapat teknologinya dan menjamin sumber-sumber pendapatannya, dan
cenderung berurusan dengan dirinya sendiri terutama kelangsungannya. Sesudah pola
perilaku ini dikenali, sarjana itu mengamati bahwa birokrasi itu buruk dan harus
dipikirkan cara-cara untuk mengendalikannya. Atau, itu cuma merupakan suatu
fenomena yang wajar dan merupakan harga yang harus dibayar oleh suatu masyarakat
yang kompleks dan maju yang menginginkan pelayanan-pelayanan dari pemerintah.

Salah satu dari sedikit saja usaha terperinci untuk mempertahankan nilai-nilai model
institusi dilakukan oleh Charles Lindbloom yang mempersoalkan bahwa rasionalitas
bukan hanya tidak mungkin, melainkan juga tidak patut diinginkan. Dalam karyanya,
The Intelegence of Democracy: Decision-Making through Mutual Adjusment, dia
mengemukakan bahwa birokrasi membuat keputusan-keputusan satu-demi satu,
bahwa ini merupakan tawar menawar dan kompromi-kompromi keputusan
(sebenarnya tawar-menawar dan kompromi-kompromi dari para elit kelompok
kepentingan), dan bahwa mereka menggerakan pemerintahan secara sedikit demi
sedikit kearah sasaran-sasaran yang kabur. Lebih jauh dan paling penting, Cuma
dengan cara inilah pemerintahan demokratis harus berjalan. Hanya melalui
pengambilan keputusan satu demi satu, keahlian dan kecakapan birokrasi itu dapat di
integrasikan dengan kecenderungan-kecenderungan kebijakan dan bias-bias politik
para pejabat yang terpilih. Mereka yang menentang pandangan inkremental itu
mengatakannya sebagai tidak lebih daripada suatu apologi yang rinci untuk cara
beroperasinya sekarang suatu sistem pemerintahan yang tidak efektif. Dengan
berlindung dibalik “penggambaran demokrasi”, mereka menjelaskan dan
membenarkan kelemahan-kelemahan sistem-sistem demokrasi. Atas nama
empirisisme, mereka juga menyimpulkan, “begitulah keadaan dalam organisasi-
organisasi yang kompleks dan sesungguhnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk
mengubahnya”. Atau, “begitulah keadaan dalam organisasi-organisasi yang kompleks
dan barangkali memang begitulah mereka harus ada.

 Model Hubungan Kemanusiaan, adalah reaksi terhadap model neobirokrasi dan


birokrasi klasik. Menurut pandangan mereka penekanan dalam pengendalian, efisien,
struktur, ekonomi serta rasionalitas didalam teori birokrasi, yang memeiliki
konsekuensi dan berkembagnya hubungan kemanusiaan.
Model hubungan kemanusiaan merupakan suatu reaksi terhadap model-model
birokrasi klasik dan neobirokrasi. Penekanan atas pengendalian, struktur, efisiensi,
ekonomi, dan rasionalitas dalam teori birokrasi mengundang berkembangnya
gerakan-gerakan hubungan kemanusiaan. Percobaan Hawthon dan karya-karya Elton
Mayo serta kolega-koleganya, gerakan hubungan kemanusiaan telah berberkembang
menjadi teori bangunan teori yang amat empitis dan betul-betul berdasar penelitian.
Ada dua buah karya utama yang mempengaruhi yaitu:
1. The Human Organization: Its management and value karya Rensis Likert
2. The Social Psychology of Organizations karya Daniel Katz dan Robert Kahn.

Implementasi model kemanusiaan terwujud dalam dinamika kelompok, latihan


kepekaan (sensitiviti training), dan pengembangan organisasi. Nilai-nilai yang
mendasari model hubungan kemanusiaan yaitu:
a. Partisipasi pekerja dan klien dalam pembuatan keputusan
b. Pengurangan dalam diferensiasi status
c. Pengurangan dalam persaingan antar perseorangan
d. Penekanan pada keterbukaan, kejujuran, aktualisai diri, dan kepuasan
umum pekerja.
Model birokrasi klasik dan neobirokrasi jelas merupakan pelukisan empiris yang jujur
atas administrasi negara. Akan tetapi ada cukup banyak pertanyaan mengenai dampak
model hubungan kemanusiaan terhadap administrasi pemerintahan, yaitu lambat dan
sedikit. Namun dampak tersebut tidak lantas membuat teori hubungan kemanusiaan
menjadi tidak akurat, sebab penemuan-penemuan tersebut lebih didasarkan atas
percobaan dan tes ketimbang atas pengamatan terhadap organisasi yang kompleks
yang sedang berjalan. Selain itu, aliran hubungan kemanusiaan telah menyodorkan
bukti yang tidak bisa ditawar, bahwa dalam keadaan-keadaan tertentu pembagian
otoritas dan kepuasan pekerja masing-masing berkolerasi positif dengan produktivitas
kerja.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fokus dari model hubungan kemanusiaan
ini adalah terletak pada aspek kemanusiaan dan sosial psikologi dalam setiap jenis
organisasi maupun birokrasi.

 Model Pilihan Publik, memiliki dasar hasil perkembangan dari sebuah ilmu ekonomi
politik modern, yang populer atau sering dissebut ilmu ekonomi pasar. Model pilihan
publlik berasumsi bahwa penyediaan barang-barang dan pelayanan publik bargantung
pada keputusan yang diputuskan oleh beberapa komponen dengan pengambil
keputusan yang berbeda, serta dengan kelayakan politik masing-masing uasaha
kolektif yang tergantung pada serangkaian keputusan, yang menguntukgkan pada
semua struktur keputusan.

Samuelson & Nordhaus (1995) teori pilihan publik ialah salah satu cabang ilmu
ekonomi yang mempelajari bagaimana pemerintah membuat keputusan yang terkait
dengan kepentingan masyarakat (publik). Teori pilihan publik dapat digunakan untuk
mempelajari perilaku para actor politik maupun sebagai petunjuk bagi pengambilan
keputusan dalam penentuan pilihan kebijakan publik yang paling efektif. Yang
menjadi subjek dalam telaah pilihan publik adalah pemilih, partai politik, politisi,
birokrat, kelompok kepentingan, yang semuanya secara tradisional lebih banyak
dipelajari oleh pakar-pakar politik.

Model Pilihan Publik memberikan kerangka atau penjelasan bagaimana pemerintah


membuat keputusan seperti perpajakan, pengeluaran, peraturan peraturan ekonomi
dan kebijakan-kebijakan lainnya sehingga membantu para pakar politik memfasilitasi
konseptualisasi teori politik sebagai masalah-masalah tindakan kolektif. Model
Pilihan Publik dapat digunakan untuk mempelajari perilaku aktor politik maupun
pemilih sebagai petunjuk bagi pengambilan keputusan publik dalam penentuan
pemilihan kebijakan publik yang paling efektif.

Anda mungkin juga menyukai