Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355022519

TEORI MANAJEMEN PUBLIK*

Presentation · October 2021


DOI: 10.13140/RG.2.2.30408.65280

CITATIONS READS

0 3,722

1 author:

I Made Yudhiantara
Universitas Warmadewa
9 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Perubahan Orientasi Administrasi Publik View project

All content following this page was uploaded by I Made Yudhiantara on 02 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEORI MANAJEMEN PUBLIK*
Oleh:
DR.DRS.I MADE YUDHIANTARA,MAP

* sebagai bahan diskusi untuk mahasiswa Program Magister Administrasi


Publik,Program Pasca Sarjana Universitas Warmadewa

Tulisan berikut mereview buah pikiran dari karya:


Perry,J.L., and Kraemer,K.L.,1983. Introduction to Public Management,in Ott
J.S., ,Hyde A.C.,,Shafritz J.M.,Public Management : Essential Readings.
Disamping itu, referensi lain,lihat pada Daftar Pusataka/References dibawah

PENDAHULUAN

Era tahun 1980 dan awal 1990-an telah muncul pendekatan manajerial baru pada
sektor publik, sebagai penyempurnaan model administrasi tradisional. Pendekatan ini
mempermudah beberapa permasalahan yang ada pada model sebelumnya, namun cara
ini menimbulkan perubahan dramatis dalam operasi sektor publik. Pendekatan
manajerial memiliki banyak istilah seperti : managerialism (Pollit, 1990), New public
management (Hood, 1991) : market-based public administration (Lan and
Rosenbloom), 1992) atau intreprenuerial government (Osborne and Gaebler, 1992).
Selanjutnya lebih banyak dikenal dengan istilah new public management (dan
managerialism dimana penggunaan istilah tersebut dapat saling dipertukarkan,
walaupun istilah managerialism cenderung digunakan sebagai pejorative (ekspresi
untuk mengkritik ) oleh para penulis lain.
Perbedaan penggunaan istilah “new public management” tersebut meskipun
merefleksikan perbedaan pandangan dan penekanan, namun pada umumnya mereka
juga memiliki kesamaan points. Pertama, apapun istilah yang dipakai, hal tersebut
tetap menggambarkan state of nature dari traditional public administration dengan
atensi yang lebih besar diberikan untuk pencapaian tujuan organisasi,serta
responsibilitas dari para manajer. Kedua, adanya keinginan untuk mereformasi
birokrasi klasik dengan menyusun model organisasi, SDM dan system serta kondisi
kerja yang lebih fleksibel. Ketiga, sistem organisasi dan objektivitas individu
diletakkan secara jelas dan ini memungkinkan pemantauan hasil melalui performance
indicators/indikator prestasi / kinerja atau program-program systematic evaluation
lainnya seperti konsep Triple E: economi, efficiency dan effectiveness. Keempat,
fungsi pemerintahan adalah menghadapi market test, seperti mengikat
kontrak/persetujuan atau separasi steering from rowing. Keterlibatan pemerintah tidak
harus selalu berarti memerlukan peraturan birokratik. Kelima, dalam beberapa kasus
terdapat sebuah kecenderungan kearah pereduksian fungsi pemerintah melalui
privatisasi. Semua point ini dihubungkan ke satu tujuan yaitu merubah orientasi dari
proses ke hasil yang diinginkan.

New Public Management merupakan paradigma baru untuk menawarkan


cara/pendekatan yang lebih realistis. Model baru management publik ini telah secara
efektif menggantikan model tradisional administrasi publik dan mengakibtakan sektor
publik dalam jangka panjang tidak dapat dihindari akan bercorak managerialism, baik
dalam teori maupun praktek.

PENGERTIAN MANAJEMEN PUBLIK

Manajemen publik adalah cabang atau satu aspek dari bidang studi yang lebih luas
yakni ilmu administrasi publik .Sebagai bagian dari Administrasi Publik, Manajemen
Publik adalah ilmu dan seni yang berintikan methodology terapan untuk merancang
program program administrasi publik,restrukturisasi organisasi, kebijakan dan
perencanaan manajerial, alokasi sumberdaya, system penganggaran (budgeting
systems), pengelolaan financial, manajemen SDM, masalah audit serta evaluasi
program. Secara lebih spesifik,sering pula dikatakan bahwa manajemen publik
memandang administrasi publik sebagai profesi sedangkan administrasi publik
memandang manajer publik sebagai praktisi.

Fungsi utama dan isu mutakhir dalam studi manajemen public antara lain mencakup :

Management of InformationTechnology
Privatization
Rationality and Accountability
Planning and Control
Productivity and Eeffective use of human resource

Manajemen Publik memiliki fokus internal untuk membuat agar mesin pemerintahan
dan organisasi non profit dapat bekerja dengan baik, meskipun demikian ia tidak bisa
terlepas dari interaksi dan pengaruh lingkungan dimana organisasi publik itu berada.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Perry & Kraemer :

Public Management concerned more with the internal operations of a government


agency or non profit organization than with its relationships and interactions with
other departments of government, a legislature and its committees, the courts, or
organizations in another economic sector.

Dari uraian diatas tampak bahwa Manajemen Publik mencakup subyek yang sangat
kompleks. Fokus studinya tidak sesederhana bagaimana seorang manajer mengelola
organisasi public atau bagaimana orang orang di-manage dalam organisasi publik.
Aktivitas manajemen publik akan selalu bersentuhan dengan masalah kebijakan
publik,politik dan berbagai kepentingan publik. Jadi, sebagai sebuah bidang studi,
manajemen publik merupakan interdisciplinary study tentang aspek aspek umum
organisasi yang memiliki orientasi rasional-instrumental pada satu sisi dan disisi
lainnya political policy orientations.Seperti yang dikemukakan oleh oleh J.Stevven
Ott dkk :
Public management is complex roles,relationships and functions that require
sensitive balancing among political,economic,and social concerns for equity,ethics,
and integrating diverse perspectives into a common agenda for improving the
commonweal.This agenda often needs to be accomplished in
complex,competitive,and inequitable environments.

3 FUNGSI MANAJEMEN

Meskipun istilah manajemen dan administrasi sering digunakan searti,keduanya bisa


dibedakan menurut esensinya. Administrasi bermakna “to execute” atau mengikuti
instruksi-instruksi sedangkan management berarti pencapaian hasil. Public
management memiliki semantic origin yang berarti “mengambil sesuatu dari tangan”
dan ini memerlukan kesiapan dan efisiensi, sebuah atribut yang berasal dari gagasan
business management / managemen bisnis Bagaimanapun, pemaknaan ini tidak
membuat fungsi manajemen berbeda dengan administrasi dalam praktek.
Adapun fungsi dari manajemen secara umum bisa dikategorikan menjadi 3 : strategy,
managing internal components dan managing external consituentcies.
STRATEGY
Fungsi utama yang pertama adalah staretegi. Ini menyangkut antara lain fungsi fungsi
berikut :

Menyusun objectif/tujuan dan porioritas organisasi (sebagai dasar untuk prediksi


lingkungan eksternal dan kapasitas organisasi).
Merencanakan operasional plan untuk mencapai tujuan tersebut.

Bozeman dan Straussman (1990, hal. 214) mengemukakan bahwa keberhasilan


managemen publik memerlukan kepekaan strategi. Kepekaan strategi ini jauh lebih
luas, lebih integratif dan berbeda dengan keahlian fungsional seperti dalam konteks
public administration. Managemen publik lebih luas mencakup managemen
lingkungan external organisasi, sedangkan administrasi publik bekerja dalam konteks
organisasi. (Bozeman dan Straussman, 1990 hal. 214).

Public administration memerlukan sedikit sekali konsep strategi karena aparatur


administrasi publik ( pejabat pemerintah ) umumnya dalam meng-execute tugas
tugasnya, nampak lebih sederhana yaitu hanya melaksanakan instruksi-instruksi para
politisi yang dianggap bertanggung jawab atas kebijakan dan strategi. Bagaimanapun,
bila organisasi berfokus pada pekerjaan-pekerjaan sehari-hari saja (regular), maka
organisasi tersebut menghadapi bahaya kehilangan kekuatan dalam mencapai tujuan
jangka panjang. Tradisional public administration cenderung memperhitungkan tujuan
jangka pendek di dalam organisasi. Sedangkan NPM berorientasi pada tujuan jangka
panjang dan hubungan antar organisasi serta dengan ingkungan eksternalnya. Dengan
pendekatan managerialism yang baru ini administrator public dituntut untuk berusaha
mengembangkan obyektif/tujuan dan prioritas-prioritas dari pada hanya menunggu
kebijakan yang berasal dari para politisi.
MANAGING INTERNAL COMPONENTS

Fungsi utama yang kedua adalah managing internal components yang dilakukan
anatara lain melalui upaya upaya seperti staffing, menset struktur dan system untuk
membantu mencapai tujuan yang diidentifikasi dalam strategi. Lebih rinci,fungsi
manajemen yang kedua ini mencakup :

Mengorganisir dan menempatkan pegawai


Seorang manager menyusun struktur (unit-unit dan posisi dengan otoritas penugasan
dan responsibilitas serta prosedur-prosedur untuk mengkoordinasikan aktivitas dan
mengarahkan tindakan).
Mengarahkan pegawai dan personal management system:
Kapasitas organisasi terutama mencakup pegawai, kemampuan serta pengetahuannya.
Personal management system merekrut, menyeleksi, mensosialisasikan, melatih,
memberi imbalan, memberikan sangsi dan memaksimalkan potensi, yang mana
merupakan kapasitas organisasi dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang
diinginkan dan memberikan direksi/petunjuk managemen secara spesifik.
Mengontrol pekerjaan
Dilakukan melalui Sistem Managemen Informasi yang mencakup pelaksanaan dan
capital budgets, accounts, laporan dan sistem statistik, penilaian pekerjaan dan
evaluasi produk membantu managemen dalam mengambil keputusan dan mengukur
progres kearah tujuan.

MANAGING EXTERNAL CONSITUENTCIES

Sedangkan fungsi yang ketiga adalah pengelolaan hubungan dengan konstituen


eksternal,seperti :
Berhubungan dengan unit lingkungan eksternal organisasi: disini manajemen
berurusan dengan unit lain pada organisasi yang lebih luas, hubungan vertikal, dan
horizontal untuk mencapai tujuan masing-masing unit.
Berurusan kedalam organisasi itu sendiri, dengan struktur agensi internal atau
tingkatan-tingkatan pemerintah, interest group dan private enterprise/perusahaan yang
dapat berpengaruh bagi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan.
Berhubungan dengan pers dan publik, dimana pandangan umum, rasa puas atau
persetujuannya sangat diperlukan untuk penciptaan image dan kelangsungan
eksistensi organisasi.

RUNTUHNYA PARADIGMA ADMINISTRASI TRADISIONAL

Tonggak penting lahirnya pendekatan managerialism berhubungan dengan Laporan


Fulton di Kerajaan Inggris sekitar tahun 1968. Laporan ini mencatat kapabilitas
managemen pelayanan publik yang merekomendasikan antara lain : (1) penerapan
system yang lebih terbuka, (2) mulai dipekerjakannya orang luar pada beberapa level
dan struktur (3) dihilangkannya hirarki organisasi yang bersifat kaku yang dianggap
penghalang pencapaian tujuan kebijakan.
Lebih lanjut,laporan itu menyebutkan :

Managemen yang kita pahami berisi formulasi dan operasi kebijakan


enterprise/perusahaan. Ini dapat dilihat sebagai sebuah rangkaian kesatuan yang
bergerak dari supervisi lini pertama,mulai tingkat manager sampai direksi. Pada tiap-
tiap level assets/aktiva apakah unsur manusia, finansial atau material harus
dikembangkan semaksimal mungkin untuk memberi kontribusi terhadap tujuan
kebijakan yang diformulasikan oleh Board (direksi).

Laporan Fulton itu dianggap telah mengeskpresikan pandangan managemen modern.


Ada 4 aspek penting yang dibahas dalam laporan tersebut yang berhubungan dengan
susunan tugas management pelayanan publik,antara lain : a) formulasi kebijakan
politik. b) membuat mesin-mesin implementasi kebijakan. c) operasi mesin
administratif, dan d) Akuntabilitas pada parlemen dan masyarakat.

Laporan Fulton tersebut juga mengisyaratkan bahwa management adalah segala


sesuatu yang berhubungan dengan public service, yang tidak boleh terpisah dari spirit
pelayanan (public spirit). Fulton mencoba dengan seksama mengembangkan prinsip-
prinsip managemen kedalam system administrasi

Sementara itu, di Amerika Serikat ada kecenderungan untuk memperbaiki


managemen sektor publik dengan diikeluarkannya The Civil Service Reform Act di
tahun 1978 Reformasi ini menekankan pemberian responsibilitas bagi para manager
yang meliputi penyusunan Senior Executive Service. Walaupun difokuskan pada
sumber daya manusianya, tapi upaya tersebut mencoba memperbaiki managemen
sektor publik, yang kala itu dirasa telah tertinggal jauh dari sektor private/swasta.

Kemudian pada tahun 1980-an terlihat banyak perubahan pada pemerintah.


Pemerintah baru di British (1979), Canada, New Nealand, dan Australia,misalnya,
memiliki ide-ide yang detail tentang bagaimana merubah managemen public service.
Reformasi manajemen sektor publik di sejumlah negara tersebut menunjukkan adanya
hubungan antara perbaikan managemen sektor publik dengan re-strukturisasi ekonomi
nasional. Sebagai contoh, pada waktu Negara mengalami krisis ekonomi , pemerintah
mendesak/mendorong para pelaku bisnis berbenarh diri ke dalam posisi kompetitif
dan memperbaiki managemennya. Untuk menjaga konsistensi kebijakan, birokrasi
publik / pemerintah dituntut agar mampu menciptakan iklim yang lebih kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi nasional.Birokrasi atau system administrasi publik tradisional
diarahkan untuk melakukan perubahan sejalan dengan kebijakan restrukturisasi
ekonomi tersebut.Ini merupakan political cost bagi sebuah perubahan. Reformasi
organisasi tersebut telah menempatkan peran baru bagi para birokrat, sebagai
administrator yang lebih managerialism.

Pendekatan managerialism, menandai sebuah reformasi administrasi tradisional.


Managerialism atau New Public Management menghadirkan transformasi sektor
publik dalam kaitannya dengan pemerintah dan pelayanan kepada masyarakat. Babak
baru diterimanya paradigma NPM dalam sector publik kemudian ditandai oleh
semakin memudarnya pengaruh model administrasi tradisional,dengan beberapa
indicator seperti : (1) semakin banyak digunakannya para ekonom atau SDM yang
telah terlatih dengan skill managemen sebagai pengganti para birokrat,dan (2)
semakin luasnya penerapan teknik teknik managemen (yang bersumber) dari sektor
private, kedalam tubuh organisasi publik/birokrasi
PROGRAM MANAGERIAL

Aplikasi Manajemen Publik ,setidaknya telah membawa perubahan kedalam program


organisasi. Perubahan tersebut berhubungan dengan peningkatan prestasi produksi
pada organisasi publik untuk membenahi managemen sumber daya manusia meliputi
staf, pengembangan, perekrutan karyawan yang berkualifikasi serta penghargaan atas
prestasi, adanya target kinerja, penggunaan informasi teknologi, mengembangkan
feedback dari para klien dan menekankan pada kualitas pelayanan, serta
kecenderungan untuk membuat keputusan yang lebih demokratis. Semua ini
dimaksudkan untuk memperbaiki individu melalui insentif, menakar prestasi dan
sehingga memperbaiki hubungan birokrasi dengan klien.

Disamping itu, juga terjadi perubahan dalam penggunaan sektor private yang lebih
luas untuk menciptakan image baru (kepercayaan), efisiensi, daya saing, dan sistem
kontrak produksi yang lebih terbuka bagi publik dalam penyediaan barang dan jasa
atau dalam melakukan kontrak serta untuk menghilangkan monopoli

Sebagai bentuk baru dari administrasi tradisional, manajemen publick antara lain
berupaya memperkenalkan :
1. Pengembangan sumber daya manusia,
termasuk pemberian reward atas prestasi,
2. Keterlibatan staf dalam pengambilan keputusan,
3. Pengendoran /kontrol, dalam pencapaian target
4. Penggunaan teknologi informasi,
5. Pelayanan terhadap para klien,
6. Sistem Kontrak dan
7. Deregulasi untuk menghindari monopoli.

Sementara itu, pakar pendekatan managerialism bernama Hood (1991, hal. 4-5)
memberikan beberapa karakteristik program managerial, atau apa yang dia sebut
sebagai “new public management” seperti diringkas menjadi tujuh point berikut :

Hands-on profesional management/penanganan managemen profesional pada sektor


publik. Ini bermaksud membiarkan manager me-manage organisasi atau dengan aktif,
menentukan kontrol organisasi diikuti dengan penentuan tanggung jawab yang jelas
atas tugas dalam segala tindakan/aksi.

Standar ketegasan dan pengukuran prestasi yang meliputi penjabaran yang jelas atas
tugas, tujuan dan target prestasi Standar ini memerlukan statemen yang jelas terhadap
tujuan, serta efisiensi yang tajam terhadap obyektif/tujuan.

Fokus yang lebih besar pada kontrol output. Sumber daya diarahkan pada bidang-
bidang sesuai pengukuran prestasi, sejalan dengan orientasi untuk mengutamakan
hasil ketimbang prosedur-prosedur.

Penambahan atau disaggregation pada unit-unit sektor public dilakukan untuk


mewujudkan efisiensi tertentu. Ini mencakup upaya untuk mengintegralkan unit
dengan basis “arm’s-length/jangkauan kewenangan”.
Meningkatkan spirit kompetisi yang lebih besar pada sektor publik. Ini mencakup
penentuan system kontrak yang lebih transparan,standar dan prosedur tender yang
lebih baik sehingga dapat memangkas biaya dan penyimpangan.

Pelaksanaan style managemen berorientasi pada sektor privat. Ini mencakup


perubahan type manajemen dari gaya militer kearah fleksibelitas/kompromis dalam
mempekerjakan SDM, pemberian imbalan dan dalam hal pelayanan

Penekanan yang lebih besar terhadap disiplin dan penghematan penggunaan sumber
daya.

Dari uraian diatas jika diringkas setidaknya ada empat jenis perubahan konstitusi
program managerial: pertama perubahan yang berfokus pada output, kedua alterasi
administrasi input, yang ketiga perubahan tentang batasan agen-agen pemerintah, dan
keempat perubahan dalam bentuk hubungan dengan pimpinan politik dan publik,
sehingga manager lebih responsibel
Fokus pada outputs
Perubahan utama pada program managerial adalah organisasi berfokus pada output,
daripada input. Organisasi publik berbuat sesuatu, kemudian mereka dapat
mengetahui apa yang mereka lakukan, seberapa baik dikerjakan, serta siapa yang
bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan/hasil. Untuk pencapaian
obyektif/tujuan tersebut, ada lima langkah yang telah dikembangkan:
Pertama, organisasi menentukan seluruh strategi serta obye-obyeknya. Yang kedua,
program direncanakan untuk menemukan tujuan khusus. Yang ketiga, struktur
organisasi dan anggaran sesuai dengan program. Yang keempat, pengukuran prestasi
dan eksplorasi hambatan hambatan. Yang ke lima, adanya evaluasi pencapaian tujuan.
Perubahan pada inputs
Ada beberapa perubahan input, walaupun tak sepenting pada fokus output, namun
memiliki dampak yang signifikan terhadap managemen sektor publik, yang meliputi :
sumber daya staff, anggaran, teknologi dsb Perubahan tersebut,antara lain tampak
dalam hal hal berikut : penciutan staff, pengenalan sistem indikator prestasi yang
menekankan perlunya mewujudkan nilai nilai ekonomis (efisiensi), tanggung jawab
yang lebih besar, serta pengenalan sistem perencanaan baru yang mana kesemuanya
dalam rangka pencapaian tujuan secara kongkrit

3. Mereduksi Peran Pemerintah


Misalnya melalui privatisasi dan memperbaharui system tender dalam kontrak proyek
publik

4. Hubungan Dengan Politisi dan Publik


Secara teori model administrasi tradisional menghendaki sebuah pemisahan antara
mereka yang memberikan perintah (Legislatif-Politik) dan mereka yang
menjalankannya (Eksekutif-Administrator). Pada model tradisional hubungan manajer
publik dengan kepemimpinan politis bersifat teknis dan sempit, bak majikan dan
bawahan, antara mereka yang memberikan perintah dan mereka yang menjalankannya.
Sedangkan dalam model managerialism hubungan antara politisi dan manajer lebih
cair dan lebih familier dari sebelumnya. Manajer publik terlibat dalam masalah
kebijakan ( politik ) dan secara personal lebih sering bertanggung jawab atas
terjadinya masalah atau public issues dan akan kehilangan pekerjaan jika terjadi
kesalahan. Manajemen publik adalah manajemen politis dimana kriteria politis dan
administratif disatukan secara efektif.Seorang manajer publik yang efektif adalah
seorang pemain politik yang baik. Karena pelayanan publik adalah institusi politis
sehingga pegawai publik harus berinteraksi dengan lingkungan politis. Menuruti
tujuan-tujuan politis adalah fungsi utama dari pelayanan publik .
Sementara itu, model administrasi tradisional berusaha medepolitisasi apa yang
esensial secara politis. Dalam Manajemen publik yang baru (NPM) pegawai atau
pelayan publik bekerja sama dengan politisi dalam sebuah proses interaksi yang
disebut dengan manajemen. Tentu saja para politisi mengambil keputusan akhir
namun pemisahan yang kaku tentang politik sebagai pembuatan kebijakan dan
administrasi adalah pelaksananya,dianggap tidak realistik.Selain itu manajemen
publik mengutamakan tanggung jawab langsung antara manajer dengan publik .Ini
merupakan salah satu perbedaan besar dengan model tradisional.

KRITIK TERHADAP MANAJERIALISME

Dasar Manajerlisme Ekonomik

Sudah tentu, tidak ada teori yang kebal kritik, bahkan teori ekonomi sekalipun. Dalam
dunia nyata, tidak semua individu berperilaku rasional, demikian juga yang terjadi
terhadap para manajer public, birokrat/administrator publik .Tidak semua dari mereka
dapat memaksimalkan keunggulan yang mereka miliki. Penggunaan metode-metode
ekonomi memiliki batasan-batasan jika diterapkan pada lingkungan politis sektor
publik yang esensial. Sebagai misal, jenis rasionalisme ekonomi tertentu yang dewasa
ini sedang digunakan menyimpan beberapa masalah.

Kritikus manajemen public bernama Pollit beragumen bahwa pelayanan publik agak
jauh berbeda dari model konsumen umum apapun. Hal ini mudah dipahami karena
dua alasan: Pertama, penyuplai atau transaksi-transaksi konsumen akan jasa publik
cenderung bersifat sangat kompleks dari pada yang dihadapi oleh konsumen di sebuah
pasar bisnis normal. Kedua, konsumen jasa publik tidak pernah hanya terdiri dari para
konsumen, mereka juga masyarakat awam. Dan karenanya mengandung sejumlah
implikasi-implikasi unik pada transaksi (Pollit, 1990, hal.126). Transaksi-transaksi
jasa publik sungguh lebih kompleks. Dan konsumen yang menjadi masyarakat awam
sesungguhnya menciptakan beberapa komplikasi. Sebagai contoh, pada satu
sisi,masyarakat menuntut lebih jasa pemerintah dan pada sisi lain,mereka acapkali
mengeluhkan tarif pajak. Ini selalu bersifat paradoksal.

Orientasi Manajemen Swasta

Asal mula manajerilisme yang bersumber dari lingkungan (lokus) bisnis swasta
melahirkan salah satu sumber kecaman. Sektor publik mungkin berkarakter sangat
berbeda sehingga model-model manajemen sektor swasta menjadi tidak relevan untuk
digeneralisir penerapannya pada sector publik. Sebagai contoh, merubah fokus
organisasi dari orientasi input ke orientasi output sudah tentu ditempuh dengan
penerapan strategi-strategi, langkah-langkah yang saling terkait untuk menentukan
sasaran-sasaran seting, dengan program-program yang terencana untuk
mempertemukan tujuan-tujuan. Semua langkah ini berurutan satu sama lain dalam
gerak-logis. Dari program tersebut sasaran-sasaran dan hasil-hasil kemudian dapat
dispesifikasi. Akan tetapi sasaran-sasaran yang terbatas dan jelas, prioritas-prioritas
yang stabil dan eksplisit sangat jarang dijumpai dalam realita organisasi jasa publik.

Memang sulit menentukan sasaran-sasaran atau menakar hasil-hasil pada sektor


publik. Ini adalah salah satu perbedaan pokok karakteristik antara sektor swasta dan
publik.Apalagi dalam kebanyakan sektor publik keuntungan atau profit sulit
dijadikan sasaran atau ukuran kinerja .

New Taylorism

Salah satu kecaman teoritis yang khusus dikemukakan oleh Pollit, isinya,
manajerilisme mewakili sebuah kebangkitan ide-ide manajemen ilmiah. Dengan
penekatan pada kontrol pengeluaran pemerintah dan desentralisasi tanggungjawab
manajemen akan target-target dan evaluasi melalui indikator kinerja, Pollit
menemukan filosofi manajemen ilmiah pada pendekatan managerialism. Ia
menyebutnya dengan neo-Taylorian (Taylor dengan karakteristik baru
(1990,hal.56).Pollit memandang manajerialisme sebagai adekuasi langsung dari
manajemen ilmiah Taylor.

Public Management sebenarnya mengusulkan ukuran kinerja dan dianggap telah


menjiplak sektor swasta dalam menerapkan pendekatan pada sisi sosial psikologi
terhadap perilaku organisatoris. Ada struktur-struktur semangat neo-Taylorian pada
program manajerial seperti terlihat dengan aplikasi pemberian insentif atau dengan
menghadiahi mereka yang berprestasi dan sebaliknya memberikan disentif bagi
mereka yang kurang cakap berkarya.. Beberapa bagian manajerialisme menerapkan
semua ini. Taylor menduga bahwa ada sebuah jalan terbaik dalam menyelesaikan
tugas apapun dan hal ini dapat ditentukan dengan penafsiran detail tugas-tugas
kemudian mengikuti prosedur yang tertulis dalam manual langkah demi langkah dan
ini hendaknya digunakan oleh siapapun untuk menyelesaikan tugas dimaksud.

Pollit memiliki argumentasi atas pandangan-pandangannya. Ia berargumentasi bahwa


program reformasi manajerial pada 1970-an dan 1980-an didominasi oleh nilai
efisiensi dan ekonomis serta efektifitas. Sementara itu nilai-nilai lain, seperti keadilan,
kebenaran, representasi atau partisipasi mungkin telah diabaikan dari agenda atau
dianggap sebagai rintangan untuk mencapai produktifitas yang lebih tinggi (Pollit
1990, hal.138).

Politisasi

Pendekatan Managerialism dikatakan melibatkan sektor publik secara langsung


kedalam masalah-masalah yang semestinya merupakan wilayah institusi politik. Para
pemimpin- politik menjadi lebih mungkin untuk menyeleksi kepala departemennya
dan mendapatkan sejumlah simpati melalui tujuan-tujuan politis mereka.
Mengurangi Tanggungjawab

Konflik dapat saja terjadi antara konsep-konsep manajemen publik dan


tanggungjawab publik. Jika pegawai negeri (birokrat) dapat bertanggungjawab secara
managerial maka ada kemungkinan besar mereka dapat menarik kembali
tanggungjawab politisnya sebagai abdi masyarakat. Dan, bagaimana seorang awam
menuntut tanggungjawab seorang pejabat publik?
Masalah Implementasi

Sejauh ini, perubahan-perubahan manajerial lebih terasa pada puncak hirarki,


namun kurang perhatian pada implementasi. Peningkatan-peningkatan (kualitas)
strategi dan anggaran belanja dapat terjadi pada puncak hirarki tetapi pada level-level
yang lebih rendah, implementasi atau kinerja manajemen mengisahkan begitu banyak
ketidak-beresan. Sebagai misal, evaluasi program-program masih belum biasa mereka
lakukan dan ketika dicoba untuk diselesaikan, hasil evaluasi seringkali sangat tidak
komprehensif.

Mungkin, proses reformasi ini dilaksanakan pada sebuah pijakan tertentu akan tetapi
orang dalam sistem ini tidak tahu di/kemana mereka harus bersandar. Sehingga dapat
dimengerti, mengapa banyak pelayan publik merasa dibawah tekanan. Kepastian dan
keteraturan telah berganti dengan ketidakpastian. Kantor-kantor diorganisir dan
mengalami begitu banyak restrukturisasi sehingga melahirkan sebuah kondisi yang
membingungkan.

Ketidakjelasan Spesifikasi

Kecaman terakhir mengatakan bahwa model managerialism terkait dengan


ketidakjelasan spesifikasi dan definisi disamping sejumlah persoalan perkiraan
kinerja, insentif, program anggaran belanja dan lain-lain.

Ide/gagasan yang muncul belakangan.

Dalam hal praktis mengambil contoh kasus Indonesia, misalnya dalam karya
pembangunan pedesaan maka kekuatan pengembangan potensi Desa dan kawasan
perdesaan perlu didukung oleh semua unsur. Pengembangan potensi Desa dan
Kawasan Perdesaan tak bisa dilakukan satu unsur saja. Komitmen dan sinergi antar
unsur satu dengan unsur lainnya menjadi kunci utama.Dengan kata lain, kolaborasi
multi pihak diperlukan. Maka konsep pentahelix atau multipihak dimana unsur
Pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan
media bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk mengembangkan potensi
lokal Desa dan kawasan perdesaan. Potensi lokal Desa dan kawasan perdesaan yang
tetap mengedepankan kearifan lokal dan bersumber daya lokal. Melalui kolaborasi
multipihak, setiap hasil karya merupakan produksi besama (co-production) dan
penciptaan bersama (co-production).Pada konteks inilah diperlukan kolaborasi bagi
penciptaan sistem manajemen yang murah,efisien,cepat, sekaligus bertanggung jawab.
Birokrasi sebagai agen pembangunan,yang merupakan aktor utama manajemen sektor
publik selama ini dituntut untuk mampu berkolaborasi dan berjejaring dengan
berbagai stake holder. Dari jenis jenis kolaborasi ini muncul konsep kerjasama Triple
Helix (pemerintah,swasta,masyarakat) dan Penta Helix (pemerintah,masyarakat,
perguruan tinggi,perusahaan dan media) ( Kumorotomo,2021). Di Indonesia cukup
dikenal istilah PPP (Public Privat Partnership) yang memadukan kolaborasi swasta-
pemerintah. Dalam perkembangan selanjutnya, melahirkan konsep governansi
kolaboratif atau Colaborative Governance
DASAR-DASAR TEORITIS MANAJEMEN PUBLIK

Menyikapi sejumlah kritik diatas,memang harus diakui sulit untuk menemukan


pendekatan yang tanpa cacat. Masalah ketidak sempurnaan konseptual ini pernah
diungkapkan Wilson sebagai berikut : “manajemen publik bukanlah sebuah ajang
untuk menemukan Jawaban-jawaban Besar; ini sebuah dunia institusi tertentu dan
dirancang mengikuti (sifat) manusia yang tidak sempurna. Lantas, dengan prosedur-
prosedur yang tidak sempurna ini bagaimana ia dapat mengatasi masalah-masalah
yang tak habis habisnya?” (Wilson, 1989,hal.374). Selanjutnya, dipertegas oleh
Rainey bahwa : “rubrik manajemen publik tidak mewakili obat ampuh dibidang
administrasi publik” (1990, hal.173

Ujian konseptual yang perlu dilakukan berupa upaya memperbandingkan antara


model baru dan model lama. Untuk maksud ini perlu membandingkan dukungan
teoritis keduanya. Dasar teori administrasi tradisional sebagaimana berdasarkan
birokrasi Weberian yang menempatkan politik dan administrasi sebagai bidang yang
terpisah. Lebih detail, teori teori administrasi klasik yang merefernsi konsep birokrasi
Weber telah banyak dibahas dalam literaur birokrasi sehingga tidak perlu lagi dibahas
disini. Sedangkan Managerialism didasarkan pada teori ekonomi dan manajemen
swasta (bisnis).

Teori ekonomi menawarkan kejelasan, prediksi dan empirisme, didukung oleh teori
motivasi tentang bagaimana orang bertindak. Ekonom juga memiliki relevansi
langsung dengan pemerintahan. Sektor publik menyediakan barang dan jasa yang
seharusnya dapat dikelola seefisien mungkin. Fokus manajemen yang berorientasi
pada hasil, efisiensi dan perhitungan yang cermat sangat mengacu pada teori
ekonomi.

Mungkin ada perbedaan-perbedaan fundamental antara sektor publik dan swasta


tetapi ini tidak berarti bahwa teknik-teknik atau teori-teori yang diturunkan dari sektor
swasta tidak terkait dengan sektor publik. Disamping itu terdapat fleksibelitas yang
lebih besar dalam merajut organisasi ketimbang penerapan model Weberian
(administrasi tradisional) yang kaku. Fokus pada hasil / output dapat dikatakan
bersumber dari teori ekonomi yang sangat umum dijumpai pada manajemen swasta
karena tanpa hasil sebuah perusahaan akan tergusur dari bisnis. Demikian juga
tentang perencanaan dan manajemen strategis yang diperkenalkan pada sektor publik
juga berasal dari sektor swasta. Praktek-praktek pengelolaan SDM pada sektor swasta
telah diadaptasi kedalam sector publik hingga pada beberapa tingkatan, termasuk
pemanfaatan insentif dan disentif yang lebih besar kesemua bagian organisasi
sehingga menunjukkan performance yang lebih baik.

Manajemen swasta, khususnya yang sangat membantu NPM adalah dalam merancang
bagian-bagian sistem publik. Sudah tentu, sektor publik harus bersikap adil dan tidak
setengah hati dalam menghandel klien. Karakteristik politis sektor publik tidak
membuatnya berbeda dari sektor swasta. Tetapi ini tidak berarti bahwa semua
tindakan bersifat politis, atau bahwa semua tindakan-tindakan politis hanya perlu
ditangani oleh para politisi. Mungkin poin terpenting yang diambil dari sektor swasta
adalah fokus terhadap sasaran-sasaran. Administrasi tradisional dikecam karena
fokusnys pada struktur dan proses ketimbang hasil. Sedangkan sektor swasta biasa
bereksperimen dengan kerangka kerja/struktur organisatoris dengan konsep konsep
desentralisasi, dan fleksibilitas .

PENUTUP

Seperti yang dikatakan Perry & Kraemer, Public Management is major segment of the
broader field of public administration.Lebih lanjut dikatakan bahwa public
management is concerned with the functions and processes of management in
agencies at all levels of government as well as the non-profit sector. Thus,public
management focuses on the managerial tools,techniques, knowledges,and skills that
can be used to turn ideas and policy into programs of action.A few of these
techniques and competencies are : position classification systems, recruitment and
selection procedures,management by influence, budget analysis and
formulation,supervisory skills,long range or strategic planning,program and
organizational evaluation, feedback and control mechanism (management information
systems), contract management,project management and reorganization.

Agenda manajerialist, secara esensi sangat sederhana. Pemerintah menyediakan


sumber daya yang langka kepada sektor publik disertai harapan agar kebutuhan publik
terlayani secara efisien dan efektif. Teknik perencanaan yang koorporatif dapat
menghasilkan spesifikasi tentang apa yang harus dikerjakan oleh departemen-
departemen: program rancangan biaya untuk menetapkan target yang lebih baik;
indikator-indikator kinerja yang dapat melahirkan beberapa penafsiran tentang
bagaimana agar target-target dapat tercapai; dan reformasi personel dilakukan untuk
meningkatkan fleksibilitas sehingga bagi mereka (pegawai negeri) yang cakap
diberikan insentif,sebaliknya mereka yang tidak cakap dapat dimutasi.

Meskipun demikian, tak dapat dihindari kemungkinan akan munculnya masalah-


masalah baru dalam penerapan konsep manajemen publik meski ada optimisme
bahwa akan semakin sedikit masalah yang muncul dengan menerapkan model NPM
ini ketimbang mengikuti model tradisional (Administrasi Klasik)

REFERENSI

Bryant, Coralie & White, Louis G., Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang, Rusyanto L.(Peny) LP3ES, Jakarta, 1987.

Denhardt, Robert B., Theories of Public Organization, Brooks/Cole Publishing


Company, Pacific Grove, California, 1984

Graham, Cole B., Jr., & Hays S.W., Managing The Public Organization, Washington
DC : CQ Press, 1986.
Kumorotomo,Wahyudi.2021. Menciptakan Pemerintahan yang Lincah,Kolaboratif
dan Akuntabel,: Tantangan manajemen Publik di Indonesia dalam
Lele,Gabriel dan Wahyudi Kumorotomo,(ed),2021. Tinjauan Studi Majamen
dan Kebijakan Publik di Indonesia:Menegaskan Identitas dan meneguhkan
Relevansi

Perry,J.L., and Kraemer,K.L.,(eds),Public Management : Public and Private


Perspective (Palo Alto,CA Mayfield,1983).

-------------------,Introduction to Public Management,in Ott J.S., ,Hyde A.C.,,Shafritz


J.M.,Public Management : Essential Readings.

Terry, G.R., Principle of Management, Third edt., Homewood, Illionis, R.D. Irwin,
Inc., 1960.

Yudhiantara,I Made, Pengantar Studi Administrasi Publik, BKFI-Unwar,


Denpasar,2004

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai