JAWABAN UTS
1. Jelaskan konsep dasar dan teori administrasi public
Jawab:
Konsep Administrasi Publik Administrasi berdasarkan etimologis bersumber dari bahasa
latin yang terdiri dari ad + ministrare, yang secara operasional berarti melayani, membantu
dan memenuhi. Dalam bahasa asalnya terbentuk kata benda administration dan kata sifat
administrativus. Sedangkan dalam bahasa Inggris menjadi administration dan dalam bahasa
Indonesia menjadi administrasi. (Hadari, 1994: 23)
Administrasi dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:
1. Administrasi dalam arti sempit, yaitu berasal dari kata Administratie (bahasa Belanda),
yang meliputi kegiatan: catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik,
kegiatan menyusun keterangan-keterangan secara sistematik, dan pencatatan-pencatatannya
secara tertulis untuk didokumentasikan, agar mudah menemukannya bilamana akan
dipergunakan lagi, baik secara terpisah-pisah maupun sebagai keseluruhan yang tidak
terpisahkan, dan segala sesuatu yang bersifat teknis ketatausahaan (clerical work).
2. Administrasi dalam arti luas berasal dari kata administration (bahasa Inggris), yaitu:
a. Menurut H. A. Simon mengemukakan bahwa “Administration as the activities of groups
cooperating to accomplish common goals” (administrasi adalah kegiatan kelompok yang
mengadakan kerja sama untuk menyelesaikan tujuan bersama)
b. Menurut Luther Gulick mengemukakan bahwa “Administration has to do with getting
things done, with the accomplishment of defined objectives” (administrasi adalah yang
berkenaan dengan penyelesaian hal apa yang hendak dikerjakan, dengan tercapainya tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan)
c. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, administrasi diartikan sebagai: - Usaha dan
kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan organisasi. - Usaha dan kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kebijakan untuk mencapai tujuan. - Kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemerintahan - Kegiatan kantor dan tata usaha.
Teori Administrasi Publik
Bailey (dalam Darwin,1997) menjelaskan empat macam teori yang secara keseluruhan dapat
memberikan kontribusi terhadap praktek administrasi negara, yaitu :
1. Teori Deskriptif Eksplanatif
Teori deskriptif-eksplanatif memberikan penjelasan secara abstrak realitas administrasi
negara baik dalam bentuk konsep, proposisi, atau hukum (dalil). Misalnya, konsep hirarki
dari organisasi formal. Konsep ini menjelaskan ciri umum dari organisasi formal yaitu
adanya penjenjangan dalam struktur organisasi.
2. Teori Normatif
Teori normatif bertujuan menjelaskan situasi administrasi masa mendatang secara prospektif.
Termasuk dalam teori ini adalah pernyataan atau penjelasan-penjelasan yang bersifat utopia
yaitu suatu cita-cita yang sangat idealistis.
3. Teori Asumtif
Teori asumtif menekankan pada prakondisi atau anggapan adanya suatu realitas sosial dibalik
teori atau proposisi yang hendak dibangun. Menurut Bailey teori administrasi lemah dalam
menyatakan asumsi-asumsi dasar tentang sifat manusia dan institusi. Tanpa asumsi yang jelas
membuat teori menjadi utopis atau ahistoris karena tidak jelas dasar berpijaknya.
4. Teori Instrumental
Pertanyaan pokok yang dijawab dalam teori ini adalah ’bagaimana’ dan ’kapan’. Teori
instrumental merupakan tindak lanjut dari proposisi “jika – karena”. Misalnya : Jika sistem
administrasi berlangsung secara begini dan begitu, karena ini dan itu atau jika desentralisasi
dapat meningkatkan efektivitas birokrasi, maka strategi, tehnik, alat apa yang dikembangkan
untuk menunjangnya.
Pengelola utama dari manajemen publik adalah pemerintahan beserta seluruh stafnya.
Tugas dari manajemen publik adalah melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya,
menanggapi keluhan dengan cepat, dan melakukan perbaikan pada sektor publik agar
masyarakat merasa terpuaskan dan terpenuhi segala permintaannya.
Dimana hal utama dalam manajemen ini adalah merencanakan strategi yang dapat
menyelesaikan masalah yang ada di lingkungan eksternal dan internal pemerintahan.
Manajemen ini merupakan pengelolaan yang berhubungan dengan permasalahan sosial
atau penunjang kinerja organisasi pelayanan dalam bentuk penataan pelayanan
organisasi.
Contoh dari manajemen pelayanan publik yaitu ketika masyarakat mengeluh dan
menginginkan akan transportasi umum yang nyaman, cepat, murah dan dapat
menjangkau tempat yang relatif jauh. Maka pemerintahan membangun commuter
line atau kereta sebagai respon dari keluhan dan keinginan masyarakat.
Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik
maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha.
Akan tetapi, Hal tersebut tidak berarti gagal untuk diterapkan, banyak upaya yang dilakukan
pemerintah dalam menciptaka iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai
diupayakannya transparansi informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga
memudahkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam
proses pengawasan pengelolaan APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus
menjadi acuan terhadap akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih
baik dan kredibel kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga – lembaga penunjang
pelaksanaan Good governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika
dibandingkan dengan sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir
pengelolaannya dan juga pada era Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai
agent of development bukannya sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim
yang sangat menghambat terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam
sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap
badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan
landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu
pemerintahan yang bersih dan amanah.
6. Ringkas bab III dan IV dari buku Reformasi Birokrasi dan Good Government
(maksimal 2 halaman ).
Jawab:
BAB III
BAB IV
BUNGA RAMPAI REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK
ISU-ISU STRATEGIK REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK
Definisi Reformasi Birokrasi
Kata reformasi diarahkan pada terwujudnya efesiensi, efektivitas, dan clean goverment.
Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang termasuk di dalamnya masyarakat
birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini, perubahan
masyarakat diarahkan pada development (susanto, 1980)
Tujuan Reformasi Birokrasi
Tujuan reformasi birokrasi adalah membangun kepercayaan masyarakat (public trust
building) dan menghilangkan citra negatif birokrasi pemerintahan.
Sasaran Reformasi Birokrasi
1. Birokrasi yang bersih
2. Birokrasi yang efektif dan efesien
3. Birokrasi yang produktif
4. Birokrasi yang transparan
5. Birokrasi yang terdesentralisasi
Faktor-faktor Penentu Reformasi Birokrasi Pemerintahan
1. Diskresi Kewenangan
2. Peningkatan Akuntabilitas Pemerintah
STRATEGI REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH
Proliferasi Birokrasi Pemerintah
Proliferasi ini tergolong penyakit birokrasi. menurut konsepnya, penyakit ini tumbuh karena
pimpinan lembaga birokrasi kejangkitan penyakit parkinson, yakni suatu penyakit bahwa
para pemimpin birokrasi merasa akan tambah berwibawa, berkuasa, dan tidak ada yang
menandinginya kalau dia mempunyai jumlah staff yang banyak tanpa dianalisi apakah jumlah
staff itu bisa bekerja atau tidak. Karena keinginan mempunyai jumlah staf yang banyak agar
dikatakan berkuasa, maka dibentuklah organisasi baru.
Agenda Reformasi Birokrasi
Dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi
mempercepat perubahan lingkungan global dan regional. Dunia seolah-olah tanpa batas
(borderless word) dimana dalam sekejap setiap peristiwa yang terjadi disuatu daerah ataupun
negara dapat diketahui leh daerah ataupun negara di belahan dunia lainnya. Dengan adanya
kemajuan tersebut, mnuntut agar birokrasi pemerintahan harus senantiasa menyeseuaikan dan
disesuaikan agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan dinamika tuntutan masyarakat.
Arah Kebijakan Dan Sasaran Reformasi Birokrasi
Birokrasi harus mampu bergerak secara dinamis untuk membawa kemajuan dan kemakmuran
bagi bangsa dan negara Indonesia dalam segala bidang kehidupan. Untuk mampu memenuhi
tuntutan diatas, birokrasi perlu didukung oleh tiga elemen penting yaitu :
1. Sistem yang rasional, dan Transparansi
2. Sumber daya manusia yang berkualitas, baik dalam arti pengetahuan, keterampilan,
maupun mentalitas yng bagus.
3. Mekanisme/prosedur kerja yang jelas dan transparan.
Landasan Hukum Reformasi Birokrasi
Dalam rangka reformasi birokrasi perlu ada landasan hukum sebagai pijakan (pondasi) guna
memastikan arah dan tujuan reformasi birokrasi. Hal ini berkaitan dengan ketentuan Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menetapkan bahwa “Negara Indonesia adalah negara
hukum”, maka segala sikap, prilaku, tindakan/perbuatan dan ucapan aparatur negara haruslah
berpijak pada atau berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan.
Rancangan Induk (Grand Design) Reformasi Birokrasi
Landasan hukum reformasi birokrasi termuat pada lampiran Bab IV.1.2, Huruf E angka 35
Undang-undang no 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang nasional Tahun
2005-2025 (RPJPN 2005-2025), Dengan rumusan yang ringkas ini perlu penjabaran lebih
lanjut yang dituangkan kedalam format rancangan induk (grand design) reformasi birokrasi
yang komprehensif dan sistemik, jelas agenda kerja atau rencana tindak (action plan) dan tolk
ukur yang digunakan.
PARADIGMA BARU PENGELOLAAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK DALAM
MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
Tantangan Akuntansi Sektor Publik Untuk Mewujudkan Transparansi
Transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang
terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang
membutuhkan informasi.
Tantangan Akuntansi Sektor Publik Dalam Mewujudkan Akuntansi Publik
Tuntutan dilaksanakannya akuntabilitas publik mengahruskan pemerintah daerah untuk
memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan. Pemerintah daerah dituntut untuk tidak
sekedar melakukan vertical reporting, yaitu pelaporan kepada pemerintah atasan (termasuk
pemerintah pusat), akan tetapi juga melakukan horizontal reporting, yaitu pelaporan kinerja
pemerintah daerah kepada DPRD dan masyarakat luas sebagai bentuk horizontal
accountability. Salah satu tujuan reformasi pengelolaan keuangan daerah adalah mebgubah
pola pertanggungjawaban vertikal menjadi pola pertangungjawaban horisontal.