Pada teori manajemen ini mempergunakan ilmu statistik dan matematika dalam
mengembangkan teori teorinya. Aliran manajemen ilmiah menyatakan masalah masalah
manajemen bisa dijelaskan dengan pendekatan kuantitatif.
Aliran analisis sistem ini fokus terhadap pemikiran pada permasalahan yang berkaitan
dengan bidang lain dialam pengembangan teorinya. Contohnya subbagian kepegawaian
menyatakan keberhasilan didalam memotivasi pekerja bisa meningkatkan keuntungan
organisasi.memotivasi pekerja akan berhubungan dengan kesejahteraan, jam kerja,
penggajian, jaminan dihari tua serta faktor lainnya Analisis Sistem merupakan penguraian
atas suatu sistem informasi yang lengkap kedalam bagian bagian komponen yang
bermaksud untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi masalah, kesempatan, hambatan
serta kebutuhan yang nantinya bisa diusulkan adanya perbaikan. Pada teori manajemen
ini mengemukakan suatu proses dalam mengumpulkan serta mengintepretasikan
kenyataan yang ada, mendiagnosa segala persoalan serta mempergunakan keduanya
untuk memperbaiki sistem.
Aliran ini pertama kali dikenalkan oleh Peter Drucker disekitar tahun 1950an, Aliram
manajemen ini fokus pada pemikiran hasil hasil yang diperoleh, bukan kepada interaksi
atas aktivitas karyawan. Teori manajemen berdasarkan hasil memiliki tujuan untuk
meraih hasil yang optimal berdasarkan pada perjanjian yang terukur dan jelas dibuat
dimuka. Manajemen menetapkan prioritas dan tujuan menentukan dan membuat sumber
daya yang diperlukan tersedia.
Teori aliran manajemen mutu fokus terhadap pemikiran atas usaha dalam meraih
kepuasan konsumen. Jadi fokus utama manajemen mutu adalah PELANGGAN sebagai
pihak yang bisa menyebutkan apakah produk yang dihasilkan bermutu atau tidak
bermutu. Manajemen mutu merupakan aspek dari semua fungsi manajemen yang
melaksanakan kebijakan mutu dan juga merupakan filsafat budaya organisasi yang lebih
menekankan kepada usaha menciptakan mutu yang konsisten melalui setiap aspek
didalam kegiatan perusahaan. Manajemen mutu sangat membutuhkan figur
kepemimpinan yang bisa memotivasi karyawan supaya bisa memberikan usaha dan
kontribusi yang maksimal kepada organisasi. Hal ini bisa dijalakan dengan memahami
dan menjiwai bahwa mutu produk yang dihasilkan bukan hanya tanggung jawab
pimpinan semata, melainkan tanggung jawab semua anggota yang ada didalam
organisasi. Standar mutu yang diinginkan membutuhkan kesepakatan serta partisipasi
penuh dari semua anggota organisasi, sedangkan manajemen mutu tanggung jawabnya
terdapat pada puncak pimpinan
Konsep NPM ini dapat dipandang sebagai suatu konsep baru yang ingin
menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan oleh
instansi dan pejabat-pejabat pemerintah. Dengan konsep seperti inilah maka
Chisthopher Hood dari London School of Economic (1995) mengatakan bahwa
NPM mengubah cara-cara dan model birokrasi-publik yang tradisional ke arah
cara-cara dan model bisnis private dan perkembangan pasar. Cara–cara legetimasi
birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresi administrasi tidak
lagi dipraktikkan oleh NPM dalam birokrasi pemerintah.
Untuk lebih mewujudkan konsep NPM dalam birokrasi publik maka di upayakan
agar pemimpin birokrasi meningkatkan produktifitas dan menemukan alternatif
cara-cara pelayanan publik berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong
untuk memperbaiki dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan,
meningkatkan kinerja, restrukturisasi lembaga birokrasi publik, merumuskan
kembali misi organisasi, melakukan streamlining proses dan prosedur birokrasi,
dan melakukan disentralisasi proses pengambilan kebijakan.
Semenjak konsep NPM ini dikemukakan, maka telah banyak kemajuan dari
praktika konsep ini di beberapa negara di dunia. Seperti misalnya, upaya
melakukan privatisasi fungsi-fungsi yang selama ini dimonopoli pemerintah
dalam di beberapa negara mengalami banyak kemajuan dan perubahan. Pimpinan
eksekutif yang diwajibkan melakukan proses akuntabilitas terhadap proses
tercapainya tujuan organisasi, menciptakan proses baru untuk mengukur
peningkatan produktifitas kerja, dan melakukan reengineering sistem yang
merefleksi terhadap kuatnya komitmen pada akuntabilitas publik
Karakteristik
1. Manajemen profsional disektor publik; secara bertahap, mereka sudah mulai
menerapkan, yaitu mengelola organisasi secara profesional, memberikan
batasan, tugas pokok dan fungsi serta deskripsi kerja yanag jelas,
memberikan kejelasan, wewenang dan tanggung jawab.
2. Penekanan terhadap pengendalian output dan outcome; sudah dilakukan
dengan penggunaan performance budgeting yang dirancang oleh Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Perubahan atas sistem anggaran yang digunakan
ini merupakan yang tepenting yang terkait dengan penekanan atas
pengndalian output dan outcome.
3. Pemecahan unit-unit kerja di sektor publik; hal ini sudah sejak lama
dilakukan oleh Depkeu juga BPK, yaitu adanya unit-unit kerja tingkat eselon
1.
4. Menciptakan persaingan disektor publik; hal ini juga sudah dilakukan, yaitu
adanya mekanisme kontrak dan tender kompetitif dalam rangka
penghematan biaya dan peningkatan kualitas serta privatisasi.
5. Mengadopsi gaya manajemen dari sektor bisnis ke sektor publik; hampir
diseluruh eselon 1 di Depkeu sudah menerapkannya, dengan adanya
modernisasi kantor baik di Ditjen Pajak, Ditjen Perbendaharaan, maupun
Ditjen Bea Cukai, juga terkait dengan pemberian remunerasi sesuai job
grade karyawan. Demikian juaga di BPK, selain modernisasi kantor dan
remunerasi, hubungan antara atasan dan bawahan semakin dinamis, gap
senioritas dan hanya muncul dalam hal-hal profesionalisme yang
dibutuhkan.
6. Disiplin dan penghematan penggunaan sumber daya; dalam hal disiplin
biaya, implementasi pada kedua instansi ini masih diragukan karena masih
ada aset-aset yang dibelu melebihi spesifikasi kebutuhan. Sedangkan dalam
hal disiplin pegawai adanyamodal presensi menggunakan finger print sudah
sangat efektif dilakukan.