Anda di halaman 1dari 14

Ciri-ciri

Dan Paradigma Administrasi


Pembangunan
1. Dra. Jumiati, M.Si
2. Nora Eka Putri, S.IP., M.Si
3. Pratiwi Nurhabibi, S.Sos., M.Sc
4. Yulia Hanoselina, S.I.P., M.A.P
Ciri Utama Administrasi Pembangunan
1. Konteks lingkungan administrasi negara pada negara maju, sedangkan adm.

Pembangunan pada negara berkembang.

2. Administrasi negara bersikap netral terhadap tujuan-tujuan pembangunan, sedangkan

adm. Pembangunan berperan aktif dan berkepentingan pada tujuan-tujuan

pembangunan.

3. ANA berorientasi pada masa kini sedangkan adm. Pembangunan berorientasi pada

masa depan.

4. ANA sebagai agen ketertiban, sedangkan adm. Pembangunan sebagai agen

pembangunan.

5. Kedudukan administrator pada ANA sebagai pelaksana sedangkan pada adm.

Pembangunan sebagai penggerak perubahan.

6. ANA lebih berpendekatan legalitas, sedangkan adm. Pembangunan berpendekatan

lingkungan.
PERGESERAN PARADIGMA
ADMINISTRASI PUBLIK ABAD 21
 Penerapan Adm. Publik telah mengalami pergeseran paradigma yang
cukup signifikan, yang secara umum mengarah pada upaya untuk
meninggalkan administrasi yang tradisional menuju pada administrasi
yang lebih modern yang berpersfektif global dan kontekstual guna
mningkatkan kinerja penyelengaraan pemerintahan dan pelayanan publik.
 Menurut Hughes “Public Management and Administration: an
Introduction” (dalam lokakarya Reformasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Administrasi Abd 21, Malang), beberapa pergeseran paradigma tersebut:
1. Kegagalan Adm. Publik tradisional mencapai tujuan secara efektif, perlu
diganti dengan adm. publik modern yang berorientasi pada pencapaian
kinerja dan akuntabilitas.
2. Peran birokrasi klasik (weberian) yang kaku, yang lebih menonjolkan self
interest harus diubah menuju ke kondisi organisasi publik yang lebih
fleksibel.
3. Kurang jelas dan tegasnya penerapan tujuan organisasi dan pribadi serta
ketiadaan ukuran kinerja yang jelas, sehingga harus diganti dengan tujuan
yang lebih jelas dan penetapan ukuran kebrhasilan kinerja.
4. Peran-peran yang dijalankan pemerintah kurang didasarkan pada tuntutan
dan sinyal pasar.
5. Adanya tendensi yang kuat untuk mengurangi peran pemerintah, dg
melakukan kontrak/kerja dengan pihak lain atau lewat privatisasi.
PARADIGMA ADMINISTRASI PUBLIK ABAD 21

1. Reinventing Government (Osborne dan


Gaebler:1992), oleh Frederickson disebut
pendekatan “New Public Management”.
2. Good Governance (UNDP dan Bank Dunia)
3. New Public Service (Janet Denhart and Robert
Denhart “The New Public Services”; 2003)
Paradigma “New Public Management”
#. Osborne dan Gaebler (Reinventing government; 1992),
menganjurkan privatisasi dan marketisasi fungsi pemerintah
sebagai pilihan strategi kebijakan.
#. Pierre (Debating Governance; 2000), menyatakan bahwa
persfektif ini mempromosikan marketisasi sektor publik,
diantaranya penggunaan manajemen kontrak, privatisasi,
membuka alternatif pelayanan sehingga konsumen
mempunyai pilihan.
#. Eko Prasojo (SemNas “Reformasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Administrasi; Malang: 2007) bahwa konsep NPM berusaha
untuk memperbaiki kinerja organisasi publik dengan
menggunakan metode yang biasa digunakan oleh sektor
privat dan melalui mekanisme pasar.
#. J.E Lane (New Public Management ;2000), persfektif ini
mereformasi manajemen pelayanan publik yang “birokratis”
dengan menerapkan teknik manajemen bisnis, mencakup;
pengukuran kinerja, pembangunan visi dan misi untuk
pemerintahan lokal dan BUMD.
Paradigma “New Public Services”
Untuk mengatasi kegagalan penyelenggaraan pemerintahan disarankan
meninggalkan prinsip administrasi tradisional dan beralih menerapkan
prinsip-prinsip :
1) Melayani warga masyarakat bukan sebagai pelanggan.
2) Menutamakan kepentingan publik bukan privat.
3) Lebih menghargai warga negara daripada kepentingan publik.
4) Berpikir strategis dan bertindak demokratis.
5) Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan sesuatu yang
mudah.
6) Melayani daripada mengendalikan.
7) Menghargai orang bukan semata-mata karena produktivitasny.

(Pemikiran ini merupakan suatu kritikan terhadap pendekatan New Public


Management, bahwa kekuatan pasar tidak selalu dapat memenuhi apa yang
menjadi kebutuhan publik dan publik tidak menjadi pusat dari tindakan-
tindakan pemerintah bahkan semakin menjauhkan masyarakat dari haknya
untuk berpartisipasi)
Paradigma “Good Governance.”
 Paradigma ini menitikberatkan pada nilai-nilai yang menjungjung tinggi
keinginan dan khendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat mningkatkan
partisipasi msyarakat dalam pencapaian tujuan nasional dan keadilan
sosial.
#. Pemberdayaan hak-hak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
mengawasi dan mengevaluasi kinerja lembaga-lembaga publik.
#. Tiga sektor “Good governance” yaitu Pemerintah, sektor privat dan sektor
masyarakat yang mempunyai hak dan tanggungjawab bersama yang
diatur dalam “kontrak-kontrak” (legal formal, sosial, ekonomi dan politik)
sebagai hasil produk bersama. Kontrak-kontrak ini berisi norma yang
mengatur pola hubungan antar pelaku-pelaku dari ketiga tersebut dan
menjadi acuan pelaksanaan akuntabilitas mereka.
 Negara, berfungsi sebagai pengatur regulasi yakni menciptakan
lingkungan politik, sosial dan hukum yang kondusif berdasarkan
kesepakatan bersama.
 Privat, mendorong terciptanya lapangan kerja dan pendapatan
masyarakat.
 Masyarakat, mewadahi interaksi secara politik, memobilisasi kelompok
dalam masyarakat untuk berpartisipasi atau mengawasi aktivitas
ekonomi, social dan politik atau yang berhubungan dengan pelayanan
publik.
Perbedaan Persfektif “New Public Management” dan “Governance”
(Fredrickson dan Smith)

1. NPM menginjeksi nilai-nilai corporate dalam sektor publik dan belum tentu
mengindahkan apakah sesuai dengan kebutuhan publik yang merata dan adil.
Dalam persfektif governance, publik sektor merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari prinsip-prinsip demokrasi.
2. Governance, berhubungan dengan upaya untuk memahami proses yang mana
kebijakan publik dibuat, diimplementasikan. Sedangkan konsep NPM lebih
terfokus pada outcomes/hasil-hasil yaitu lebih pada pertanyaan tentang berapa
hasil yang diperoleh daripada bagaimana kebijakan dikelola.
3. Filosofi pemikiran NPM berasal dari teori organisasi dan public choice theory,
sedangkan governance lebih pada teori politik untuk menjelaskan kenapa
pemerintah melakukan seperti yang mereka lakukan dan bagaimana hal
tersebut bisa dilakukan lebih baik.
4. NPM berupaya menggantikan manajemen publik menjadi manajemen bisnis,
sedangkan governance ingin mempertahankan penyediaan layanan publik
dibawah kontrol pemerintah, walaupun yang memberikan layanan tidak
pemerintah.
5. NPM berlandaskan pada “market based institutional reform”, sedangkan
governance lebih pada upaya partnership atau jaringan kemitraan bersama non
sektor pemerintah.
Paradigma administrasi
pembangunan
Paradigma Strukturalis

Fokus utama paradigma ini adalah politik dan ekonomi. Paradigma strukturalis

memungkinkan negara-negara berkembang untuk mentransformasikan struktur

perekonomian dalam negeri mereka dari pola perekonomian pertanian subsiten

tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi ke kehidupan

perkotaan, dan lebih bervariasi, serta memiliki sektor industri manufaktur dan sektor

jasa-jasa yang tangguh. Paradigma struktural tersebut dalam analisisnya menggunakan

perangkat-perangkat neo-klasik berupa konsep-konsep harga, alokasi sumber daya dan

metode-metode ekonomi untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi suatu negara.

Paradigma Struktural mempunyai dua model, yaitu:


Model Pembangunan Lewis

Dalam Model Pembangunan Lewis, perekonomian dianggap terdiri dari dua sektor:

1) Sektor Tradisional

Yaitu sektor dengan ciri-ciri di pedesaan, subsistem, kelebihan tenaga kerja dan

produktivitasnya marjinalnya. Dengan kata lain adalah sektor ini

2) Sektor Modern

Sektor modern meiliki ciri-ciri perkotaan, industri, produktivitasnya tinggi, sebagai tempat

penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari Sektor Tradisional.

Model ini memfokuskan pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dan pertumbuhan

ekonomi serta kesempatan kerja di Sektor Modern, yang dimungkinkan dengan adanya

perluasan lapangan kerja di Sektor Modern.


Model Perubahan Struktur dan Pola Pembangunan Hollis Chenery

Model ini dikembangkan oleh Hollis Chenery yang menyarankan adanya perubahan struktur

produksi, yaitu pergeseran dari produksi barang pertanian ke produksi barang industri pada

saat pendapatan per kapita meningkat. Model ini menyatakan bahwa peningkatan tabungan

dan investasi perlu tetapi tidak harus cukup (necessary but not sufficient condition) untuk

memungkinkan terjadinya pertumbuhan ekonomi. Pola ini juga menyaratkan bahwa selain

akumulasi modal fisik dan manusia, diperlukan pula himpunan perubahan yang saling

berkaitan dalam struktur perekonomian suatu negara untuk terselenggaranya perubahan

dari sistem ekonomi tradisional kesistem ekonomi modern. Perubahan struktur ini

melibatkan seluruh fungsi ekonomi termasuk tranformasi produksi dan perubahan dalam

komposisi permintaan konsumen, perdaganganinternasional serta perubahan-perubahan

sosial-ekonomi seperti urbanisasi, pertumbuhan dan distribusi penduduk.


Paradigma Humanis
 Pada dasarnya, paradigma ini bermuara pada pandangan subyektivitas yang berpijak pada kesadaran manusia.

Sehingga lebih menekankan kepada nilai-nilai kemanusiaan dalam pembangunan. Implikasinya, pada persoalan

etika, dan moralitas sebagai landasan dan tujuan pembangunan.

 Paradigma Humanis lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat

kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan

bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme

biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini

erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah

karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Tokoh-tokoh penting

dalam paradigma ini antara lain adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Ransom Rogers, Aldous Huxley,

David Mills dan Stanley Scher

 Kaum humanis cenderung menekankan perlunya menghilangkan atau mengatasi berbagai pembatasan tatanan

sosial yang ada. Mereka beranggapan bahwa kesadaran manusia telah dikuasai atau dibelenggu oleh struktur

idiologis yang berasal dari luar dirinya. Sehingga dia tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Oleh belenggu itu,

membuat pemisah antara dirinya dengan kesadarannya yang murni (alienasi), atau membuatnya dalam

kesadaran palsu (false consciousness) yang menghalanginya mencapai pemenuhan dirinya sebagai manusia

sejati.
 Karena itu, fokus utama dari paradigma ini adalah memahami kesulitan manusia dalam membebaskan dirinya dari

semua bentuk tatanan sosial yang menghambat perkembangan dirinya sebagai manusia. Untuk itu mereka ingin

memecahkan masalah bagaimana manusia bisa memutuskan belenggu-belenggu yang mengikat mereka dalam pola-

pola sosial yang mapan untuk mencapai harkat kemanusiaannya.

 Peran Paradigma Humanis Dalam Pembangunan

Bertolak dari paparan di atas, terungkap bahwa paradigma humanisasi adalah suatu kebutuhan pembangunan yang lebih

menekankan nilai-nilai kemanusiaan. Pembangunan yang bermuara pada pendekatan humanis adalah suatu proses

pembangunan yang memberikan perhatian terhadap persoalan peningkatan martabat kemanusiaan. Implikasinya, pada

persoalan etika, dan moralitas sebagai landasan dan tujuan pembangunan. Artinya, sebagai Landasan Pembangunan,

dalam melaksanakannya ada etika yang harus diperhatikan. Sedangkan Sebagai Tujuan Pembangunan, Etika

pembangunan tersebut harus menjadi arah dan sasaran pembangunan. Dengan demikian maka akan tercapainya

perpaduan antara tatanan negara yang demokratisdengan sikap dan perilaku masyarakat yang manusiawi.

Menurut Magnis Suseno paradigma Pembangunan Humanis memiliki 3 prinsip etis yaitu:

1) Pembangunan harus menghormati hak-hak asasi manusia.

2) Harus demokratis

3) Prioritasnya harus menciptakan taraf minimum keadilan sosial.


Paradigma Empowering
Pemberdayaan masyarakat dimaknai sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam

merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal, sehingga pada akhirnya mereka memiliki

kemampuan (daya) dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. [Subejo dan Supriyanto (2004)].

Konsep pemberdayaan mulai menjadi tema sentral dalam teori atau pendekatan pembangunan sekarang ini,

terutama di negara-negara dunia ketiga. Munculnya pendekatan pemberdayaan dalam teori pembangunan

modern merupakan akibat dari gagalnya pembangunan ala barat yang mengandalkan pertumbuhan ekonomi

dan bertumpu pada sektor industri dan padat modal. Hal ini dinilai sangat kontradiksi dengan metode

pembangunan di negara-negara dunia ketiga yang mengandalkan sektor pertanian dan padat karya serta

meletakkan manusia sebagai subjek atau utama dalam pembangunan. pendekatan pembangunan yang

berorientasi pada pertumbuhan ekonomi ala barat dinilai telah mengakibatkan berbagai bentuk ketimpangan

social dan menimbulkan berbagai persoalan lain seperti timbulnya akumulasi nilai-nilai hedonistik, ketidak

pedulian sosial (individualistik), rusaknya ikatan kekeluargaan dan kekerabatan

Anda mungkin juga menyukai