Anda di halaman 1dari 43

1

Akuntansi Publik

Bab1

AKUNTANSI PUBLIK
Sasaran Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini Anda diharapkan mampu:
1. Memahami Sektor Akuntansi Publik di Indonesia.
2. Memahami Tata Kelola Akuntansi Pemerintah yang Baik
(Good Governance Accountability).
3. Memahami 8 Karakteristik Good Governance menurut UND.
4. Membedakan Perbedaan Akuntansi Publik dengan Akuntansi Komersil
5. Memahami Penerapan Akuntansi Publik

Dewasa ini ilmu akuntansi tidak lagi didominasi pada dunia komersil. Sejalan dengan
perkembangan dunia organisasi nirlaba, maka ilmu akuntansi juga diharuskan diterapkan
pada jenis organisasi tersebut. Penerapan ilmu akuntansi pada organisasi nirlaba agar
kepercayaan masyarakat atas organisasi semakin tinggi. Oleh sebab itu, akuntansi sektor
publik dapat disebut sebagai organisasi nirlaba atau organisasi non profit sebagai organisasi
yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal untuk menarik perhatian
publik dengan tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat
mencari laba (moneter). Organisasi nirlaba mencakup; negara, rumah ibadah, pendidikan,
rumah sakit, yayasan sosial, organisasi politik, lembaga bantuan masyarakat, serikat buruh,
asosiasi profesional, institut riset, museum, dan berbagai organisasi penyayang binatang dan
lingkungan hidup.
American Accounting Association (Glynn: 1993) menyatakan bahwa tujuan organisasi
publik adalah untuk:
• Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (management
control).
• Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan
pelaksanaan tanggungjawab mengelola secara tepat dan efektif program dan
penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan
pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi
pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas
(accoutability).
Mulai tahun 1950-an s/d tahun 1960-an sektor publik memainkan peran utama sebagai
pembuat dan pelaksana strategi pembangunan pada suatu negara. Istilah "sektor publik"
(sektor pemerintahan) mulai dipakai pertama kali tahun 1952 (Mardiasmo: 2002), Waktu itu
sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian dari ekonomi makro yang terkait dengan
pembangunan dan pelaksana pembangunan.
2
Akuntansi Publik

Pada tahun 1970-an kritikan yang berkesan mempertanyakan kembali peran sector
public dalam pembangunan, apakah benar sektor publik dapat menggerakkan dan
mempertahankan pembangunan? Sektor publik dianggap tidak efisien dan tertinggal dengan
kemajuan dan perkembangan sektor swasta/komersil. Kebijakan publik semakin lemah
karena orientasi pembangunan diarahkan pada sektor swasta dan cenderung mengabaikan
sektor publik. Baru pada tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara
industri, seperti Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, dan berbagai negara maju lainnya.
Berbagai perubahan dilakukan, misalnya dengan mengadopsi New Public Management
(NPM) dan reinventing government dibanyak negara terutama Negara yang menganut Anglo
Saxon, seperti Amerika Serikat. NPM berakar dari teori manajemen yang beranggapan bahwa
praktik bisnis manajemen sektor swasta lebih baik dibandingkan dengan praktik bisnis sektor
publik. Oleh karenan itu, sistem manajemen sektor swasta dapat diadopsi seperti mekanisme
pasar, kompetisi tender (Compulsory Competitive Tendering-CCT) dan privatisasi perusahaan
publik.
Tips 1.1: Perlunya ‘Reinventing Government’ Dalam Demokratisasi Informasi
Oleh: ERNI HERAWATI, Dosen Business of Law BINUS
Dalam demokratisasi informasi di Indonesia, pemerintah bertugas untuk menjaga agar tujuan negara
berjalan sesuai yang diamanatkan oleh Konstitusi negara Indonesia. Peran pemerintah diperlukan
untuk menjaga keseimbangan antara para pemangku kepentingan terkait informasi, yaitu masyarakat,
pemerintah dan swasta. Pihak swasta meliputi pengusaha media, penyedia layanan informasi, dan juga
para pengusaha yang menjual produknya melalui iklan di media. Kewenangan Negara dijalankan oleh
pejabat pemerintah (eksekutif). Mandat yang diberikan rakyat kepada negara meliputi perbuatan: 1)
pembuatan kebijakan; 2) tindakan pengurusan; 3) Pengaturan; 4) Pengelolaan; 5) Pengawasan.
Sesuai dengan perkembangan konsep menjalankan pemerintahan, maka berkaitan dengan fungsi
negara untuk menjaga ketertiban, memberikan kemakmuran dan memberikan layanan kepada
masyarakat, maka ketersediaan regulasi dan aturan hukum dalam bidang informasi beserta bagaimana
pemerintah bertindak sebagai pelaksana pengendalian ketertiban umum atas informasi, pada akhirnya
memerlukan suatu cara pandang baru agar masyarakat turut dilibatkan dalam penciptaan ketertiban itu
sendiri. Pada masa Orde Baru, pemerintah bertindak sebagai pihak yang paling tahu tentang informasi
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selanjutnya diimplementasikan dalam tindakan-tindakan
pemerintah untuk mengontrol informasi-informasi yang boleh disampaikan kepada masyarakat dan
yang tidak. Mereka para pengusaha media akan terkena sanksi jika tidak mematuhi rambu-rambu
yang telah dibuat oleh pemerintah tentang bagaimana produk informasi yang diperbolehkan.
Pada perkembangannya, masyarakat tidak lagi dapat diperlakukan lagi sebagai pihak yang dianggap
tidak tahu. Pemerintah sendiri tidak lagi dapat bertindak sebagai pemerintahan yang otoritarian.
Sebuah sistem sosial bagaimanapun harus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakatnya,
demikian juga Pemerintahan Indonesia. Paradigma baru kemudian disosialisasikan bahwa pemerintah
harus berubah dalam mencapai tujuan negara, yaitu dengan reinventing government yang terdiri dari
sepuluh prinsip, antara lain yaitu : [1] 1) Pemerintahan katalis; 2) Pemerintah adalah milik rakyat; 3)
Pemerintahan yang kompetitif; 4) Pemerintahan yang diarahkan oleh misi; 5) Pemerintah yang
berorientasi pada hasil; 6) Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan, bukan birokrasi; 7)
Pemerintah dengan jiwa wirausaha; 8) Pemerintah yang antisipatif; 9) Pemerintah yang
terdesentralisasi; 10) Pemerintah yang berorientasi pasar.
Beberapa pertimbangan perlunya suatu reinventing government menurut Osborne dan Gaebler antara
lain adalah:
1. Pemerintah adalah suatu mekanisme dimana digunakan oleh masyarakat untuk membuat
keputusan bersama (komunal);
2. Kepercayaan bahwa masyarakat sosial tidak akan dapat berfungsi secara efektif tanpa adanya
pemerintahan;
3. Kepercayaan bahwa orang yang bekerja pada pemerintahan bukanlah suatu masalah, sistem-
3
Akuntansi Publik

lah yang membuat mereka bermasalah dalam bekerja;


4. Baik penganut liberalisme tradisional maupun konservatif lebih memiliki relevansi pada
masalah-masalah yang dihadapi pemerintahan pada saat ini;
Perubahan cara pandang ini pada akhirnya melahirkan dialekika-dialektika dalam masyarakat untuk
menyusun dan menyepakati bersama bagaimana aturan main yang mencerminkan perlindungan hak
dalam bidang informasi. Sehingga pemerintah tidak lagi bertindak otoritarian dan pengusaha media
serta masyarakat-pun bertindak dalam koridor etika yang benar.

REFERENSI:
[1] David Osborne & Ted Gaebler. (1993). Reinventing Government: How The Entrepreneural Spirit
is Transforming The Public Sector. Plume. Hlm. xviii-xix.

Tips 1.2: Reinventing Government


Konsep reinventing government pada dasarnya merupakan representasi dari paradigma New
Public Management. Di mana dalam New Public Management (NPM), negara dilihat sebagai
perusahaan jasa modern yang kadang-kadang bersaing dengan pihak swasta, tapi di lain pihak dalam
bidang-bidang tertentu memonopoli layanan jasa, namun tetap dengan kewajiban memberikan
layanan dan kualitas yang maksimal. Segala hal yang tidak bermanfaat bagi masyarakat dianggap
sebagai pemborosan dalam paradigma NPM. Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia konsep
ini berarti menginventarisasikan lagi kegiatan pemerintah. Pada awalnya, gerakan reinventing
government diilhami oleh beban pembiayaan birokrasi yang besar, namun dengan kinerja aparatur
birokrasi yang rendah. Pressure dari publik sebagai pembayar pajak mendesak pemerintah untuk
mengefisiensikan anggarannya dan meningkatkan kinerjanya. Pengoperasian fungsi pelayanan publik
yang tidak dapat diefisiensikan lagi dan telah membebani keuangan Negara diminta untuk dikerjakan
oleh sektor non-pemerintah. Dengan demikian, maka akan terjadi proses pereduksian peran dan fungsi
pemerintah yang semula memonopoli semua bidang pelayanan publik, kini menjadi berbagi dengan
pihak swasta, yang semula merupakan “big government” ingin dijadikan “small government” yang
efektif, efisien, responsive, dan accountable terhadap kepentingan publik. Ada kesepuluh prinsip
reinventing government yang pernah diungkapkan oleh Osborne dan Gaebler, yaitu:
1. Pemerintahan Katalis: Mengarahkan ketimbang mengayuh. Hal ini dimaksudkan bahwa
pemerintah diibaratkan sebuah perahu, peran pemerintah bisa sebagai pengemudi yang
mengarahkan jalannya perahu atau sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat
perahu bergerak.
2. Pemerintahan milik masyarakat: Lebih baik memberikan kewenangan pada masyarakat
untuk melayani sendiri dari pada pemerintah sendiri yang memberikan pelayanan.
3. Pemerintahan yang kompetetif. Menyuntikkan Persaingan ke dalam pemberian pelayanan.
Pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi seolah-olah atau akan berkembang adanya
persaingan, sehingga birokrasi dapat memberikan pelayanan yang baik.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi. Mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan
menjadi organisasi yang berorientasi pada kegiatan. Apa yang dilakukan oleh pemerintah
sebaiknya berorientasi pada pelayanan. Aturan-aturan tidak kaku dan tidak mengganggu pada
misi.
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil. Pembiayaan pemerintah diharapkan mempunyai
hasil (outcomes) dan tidak hanya berorientasi pada input atau output semata.
6. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan. Orientasi pelayanan pemerintah sebaiknya
pada apa yang dibutuhkan oleh masyarakat dan bukan berorientasi pada birokrasi. Misalnya
membuat prosedur pelayanan yang orientasinya pada birokrasi.
7. Pemerintaha Wirausaha. Orientasi pada menghasilkan ketimbang membelanjakan, yang
artinya pemerintah dapat menciptakan sumber-sumber pendapatan baru dan tidak hanya
berorientasi pada bagaimana menghabiskan uang.
8. Pemerintah antisipatif. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Membentuk pemerintah
4
Akuntansi Publik

yang selalu berorientasi pada masa yang akan datang, pemecahan masalah tidak berjangka
pendek.
9. Pemerintahan desentralisasi. Birokrasi yang mempunyai kedekatan dengan masyarakat,
mengurangi jalur birokrasi sehingga dapat mengurangi biaya tinggi.
10. Pemerintahan yang berorientasi pada pasar. Melakukan perubahan melalui pasar, sehingga
pemerintah tidak selalu memonopoli pelayanan yang diberikan atau mengurangi captive
market.

Penerapan secara tepat prinsip-prinsip di atas apabila didasarkan atas kepentingan


masyarakat, diharapkan bermanfaat dalam mengefektifkan dan mengefisiensikan fungsi-
fungsi pelayanan dan kepemerintahan.
Sumber : http://irend.wordpress.com/2008/10/07/sinergitas-good-governance-demokrasi-dan-
reinventing-government-dalam-menyejahterakan-masyarakat/ Tulisan Endang Wirjatmi
“Reinventing Government”

Sumber:
http://irend.wordpress.com/2008/10/07/sinergitas-good-governance-demokrasi-dan-
reinventing-government-dalam-menyejahterakan-masyarakat/ Tulisan Endang Wirjatmi
“Reinventing Government”

Perubahan Sistem Akuntansi Sektor Publik


Perubahan akuntansi komersil membawa perubahan juga pada sistem akuntansi sektor
publik. Perubahan yang dimaksud seperti pada sistem akuntansi dari Cash Basis ke Accrual
Basis. Pemerintah New Zeland yang mengadopsi akuntansi berbasis akrual mulai tahun 1991,
diikuti oleh Jepang, Italia, negara-negara Eropa lainnya (Mardiasmo:2002). Sedangkan
Negara kita Indonesia masih menganut basis Cash basis through to Accrual dengan
keluarnya PP 24 tahun 2005.
Akuntansi basis akrual akan mendukung terwujudnya transparansi dan akuntabilitas
sector public. Manfaat sistem berbasis akrual menurut Van Der Hock, 2005:
1. Mendukung Manajemen Kinerja
2. Memfasilitasi Manajemen keuangan yang lebih baik
3. Memperbaiki pengertian akan biaya program
4. Memperluas dan memungkinkan informasi alokasi sumber daya
5. Meningkatkan pelaporan keuangan, dan
6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas)
Keluarnya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan seharusnya
sejak tahun 2012 Indonesia sudah menggunakan secarah penuh accrual basis, akan tetapi
belum dapat tercapai. Sulitnya implementasi sistem akuntansi basis akrual pada sektor publik
karena beberapa faktor. Pertama perbedaan karakteristik antara sektor publik dengan sektor
komersil. Sektor publik beroperasi dengan prinsip pelayanan kepada pengguna jasa publik
dan mengabaikan tujuan keuntungan. Hal ini karena setiap pelaku publik memperoleh
penghasilan melalui pajak yang dipungut pemerintah. Kedua, kesiapan sumber daya manusia
terutama di daerah belum memadai. Hal ini bisa terjadi, karena sebelum tahun 2014, sistem
perekrutan tenaga publik di Pemerintahan Daerah, diserahkan sepenuhnya kepada Kepala
5
Akuntansi Publik

Daerah masing-masing, sehingga kompetensi pegawai bublik sangat rendah. Ketiga, sulitnya
mencapai efisiensi dalam sektor publik karena penyediaan layanan yang beraneka ragam.
Walaupun awal tahun 2015 Indonesia telah mencanangkan basis akrual secara penuh untuk
seluruh pemerintah daerah, akan tetapi hal itupun belum dapat tercapai.
Accrual basis untuk Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada saat
hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban
yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Sedangkan,
accrual basis untuk Neraca berarti bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan
dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.

Tips 1.3: Pro-Kontra Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Di Beberapa Negara


Banyak negara telah menggunakan akuntansi untuk mengelola keuangannya, tetapi negara-negara
tersebut belum memiliki sebuah standar yang mengatur akuntansi pemerintahan. Dengan melihat
kondisi tersebut, maka IFAC (International Federation of Accountants) membentuk suatu komite
yang dikenal dengan The Public Sector Committee yang bertugas menyusun sebuah standar akuntansi
pemerintahan yang berlaku secara internasional, yang selanjutnya disebut IPSAS (International
Public Sector Accounting Standar). Dengan adanya IPSAS ini diharapkan dapat menjawab berbagai
permasalahan di bidang akuntansi pemerintahan, baik yang berkaitan dengan pelaporan keuangan
maupun pengauditan.
Pada dasarnya dalam akuntansi dikenal dua basis pencatatan, yaitu basis kas dan basis akrual. Bagi
sektor komersil, basis kas sudah lama ditinggalkan dan beralih menggunakan basis akrual. Demikian
juga di berbagai negara sudah banyak yang menggunakan basis akrual, meskipun kenyataannya dalam
masa transisi ini masih ada satuan kerja pemerintah menggunakan basis kas menuju akrual (cash
toward accrual).
Masa transisi dari basis kas menjadi basis akrual menjadi titik awal perubahan untuk mengelola
keuangan pemerintah menjadi lebih baik lagi. Namun demikian, tantangan yang dihadapi oleh
pemerintah suatu negara begitu besar. Mereka harus mempersiapkan seluruh sumberdayanya untuk
mendukung penggunaan basis akrual ini. Sebagai langkah awal, pemerintah harus menyiapkan standar
akuntansi baru yang mengganti pencatatan basis kas menjadi basis akrual. Kemudian mempersiapkan
sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dalam implementasi standar akuntansi tersebut. Oleh
sebab itu, penerapan basis akrual di berbagai negara menjadi permasalahan yang menarik untuk dikaji
lebih mendalam. Beberapa pihak mendukung basis akrual di sektor publik, tetapi tidak sedikit juga
yang menentangnya dengan berbagai argumentasi.
Bagi pihak yang kontra, penerapan akuntansi berbasis akrual tidak mudah karena karakteristik
akuntansi sektor privat berbeda dengan sektor publik. Tujuan pemerintah tentu saja berbeda dengan
tujuan sektor privat. Pemerintah tidak mencari laba, sedangkan sektor privat menekankan pada laba.
Dengan basis akrual tujuan pada sektor privat nampak jelas sedangkan hal itu tidak serta merta
berlaku dalam sektor publik. Sebagai contoh : pendapatan yang tinggi melebihi kos dapat dikatakan
sebuah prestasi karena menghasilkan laba. Hal tersebut sejalan dengan tujuan sektor privat, tetapi jika
pernyataan tersebut diterapkan dalam sektor publik tentu saja tidak tepat karena prestasi pemerintah
tidak dapat diukur dengan laba yang diraih, tetapi diukur dengan pelayanan yang telah diberikan
kepada masyarakat.
Lain halnya dengan pihak yang pro dengan basis akrual pada sektor publik. Mereka menganggap
dengan adanya basis akrual maka semua sumber daya ekonomi yang dimiliki pemerintah akan
6
Akuntansi Publik

tercatat. Berbeda dengan basis kas dimana pencatatan dilakukan hanya pada saat terjadi transaksi
yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran kas. Selain itu pihak yang pro dengan akrual basis
berpendapat bahwa basis akrual telah banyak diterapkan di berbagai negara. Bahkan Australia dan
Selandia Baru menjadi pelopor penerapan basis akrual bagi sektor publik. Kedua negara tersebut telah
menerapkan basis akrual sejak tahun 1990-an.
Akuntansi Berbasis Akrual di Inggris dan Selandia Baru
Banyak pihak menganggap bahwa kebijakan akuntansi berbasis akrual ini adalah kebijakan ekonomi
yang berafiliasi pada salah satu ideologi ilmu ekonomi. Ideologi ilmu ekonomi yang dimaksud di sini
adalah neo-liberalisme. Langkah awal reformasi neo-liberalisme adalah upaya privatisasi yang
sebelumnya sudah dilakukan oleh pemerintah Inggris dan Selandia Baru. Privatisasi ini melibatkan
banyak industri termasuk industri berbasis infrastruktur dan bertujuan untuk mengurangi hutang yang
dimiliki oleh pemerintah. Pada awalnya kebijakan privatisasi ini masih ditoleransi tetapi semakin
lama juga menjadi perdebatan. Tentu saja kebijakan privatisasi ini didukung dengan penerapan
akuntansi berbasis akrual yang telah berkembang di Selandia baru dan Inggris. Dengan basis akrual,
kontrol fiskal dan proses penganggaran dapat digunakan untuk melakukan pemotongan dan
pengurangan sumber daya keuangan dari sektor publik.

Akuntansi Berbasis Akrual di Swedia


Akuntansi berbasis kas di Swedia diperkenalkan tahun 1986 untuk pemerintah daerah dan tahun 1993
untuk pemerintah pusat. Keduanya memang mempunyai Laporan Keuangan yang terpisah, tetapi pada
akhirnya menjadi satu karena dikonsolidasikan. Pelaksanaan akuntansi berbasis akrual di Swedia
digunakan untuk mendukung reformasi manajemen kinerja sektor publik sedangkan informasi
berbasis kas tidak relevan digunakan dalam diskusi. Hal ini berbeda dengan penganggaran pemerintah
Swedia yang masih menggunakan basis kas modifikasian. Berbagai upaya telah dilakukan oleh
pemerintah untuk merubah penganggaran berbasis kas modifikasian menuju penganggaran berbasis
akrual tetapi belum berhasil sampai saat ini.
Pemerintah Swedia menggunakan akuntansi berbasis akrual secara penuh tetapi ada pengecualian
signifikan dari prinsip akrual yang dilakukan, yaitu pemeliharaan aset bersejarah dan pajak. Aset-aset
bersejarah diakui menggunakan basis kas sedangkan pajak diakui pada saat pajak dibebankan oleh
pemerintah.

Akuntansi Berbasis Akrual di Belanda


Sejarah akuntansi berbasis akrual di Belanda hampir sama dengan Inggris dan Selandia Baru.
Pelaksanaan basis akrual dilakukan karena adanya tekanan kepada pemerintah untuk melakukan
reformasi manajemen sektor publik. Pemerintah Belanda mendapat tekanan dari DPR untuk
melakukan hal tersebut. Pada tahun 1990, reformasi berlanjut dengan mendirikan lembaga yang
tunduk pada suatu peraturan khusus termasuk dalam pelaksanaan basis akrual. Pemerintah Belanda
menghargai adanya lembaga tersebut. Pada tahun 2001, pemerintah Belanda mengumumkan
berlakunya basis akrual di seluruh sektor. Untuk pemerintah pusat basis akrual dimulai pada tahun
2002. Meskipun standar akuntansi nasional tidak banyak berperan dalam pelaksanaan basis akrual ini,
tetapi pemerintah Belanda telah mengadopsi ESA 6 pada tahun 1995 sebagai titik awal. Pemerintah
tradisional pada umumnya masih menggunakan basis kas sedangkan basis kas dinilai tidak
menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pemerintah untuk beroperasi secara efektif dan efisien.
Oleh sebab itu, banyak negara mulai bergeser pada akuntansi berbasis akrual.
IPSAS sebagai Pendorong Pelaksanaan Akuntansi Berbasis Akrual
Penerapan akuntansi berbasis akrual tidak berjalan dengan mulus. Adanya banyak perdebatan tentang
basis akrual. Pihak yang mendukung basis akrual menilai banyak manfaat yang didapatkan dengan
menerapkan basis akrual terutama informasi yang dibutuhkan pemerintah terkait pengelolaan
sumberdaya yang dimilikinya, sedangkan pihak yang menentang menilai basis akrual masih terlalu
rumit dalam pelaksanaanya. Mereka membandingkan dengan basis kas yang lebih mudah karena
7
Akuntansi Publik

mencatat transaksi berdasarkan kas yang diterima/dikeluarkan. Pihak yang menentang ini juga
meragukan basis akrual apakah lebih baik daripada basis kas jika diterapkan dalam sektor publik,
mengingat basis akrual identik dengan akuntansi sektor privat.
Jika ditinjau lebih jauh pada sisi regulasi akuntansi internasional, maka dapat dilihat dengan jelas
bahwa IPSAS mendorong pelaksanaan akuntansi berbasis akrual. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya “Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Public Sector Entities”
yang diterbitkan oleh IPSAS. IPSAS merupakan standar akuntansi internasional bagi sektor publik
yang telah banyak diadopsi oleh negara-negara di seluruh dunia. Jadi dapat disimpulkan bahwa
banyak negara telah bergeser pada akuntansi berbasis akrual.

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual dalam pemerintahan harus dilakukan


secara bertahap, berkesinambungan dan terpadu. Hasil dan penerapan sistem ini tidak dapat
dilihat dalam waktu yang singkat. Keberhasilan penerapan sistem berbasis akrual pada sektor
publik dipengaruh oleh peran satuan kerja dan pengaruh lain pada satuan kerja tersebut,
seperti kualitas:
a. sumber daya manusia,
b. tingkat pendidikan dan pelatihan yang diberikan,
c. latar belakang pimpinan,
d. kepemimpinan,
e. komitmen dari seluruh entitas pemerintah,
f. kualitas teknologi informasi,
g. tenaga ahli konsultan, dan
h. pengalaman satuan kerja.
Lembaga sektor publik masih memiliki kesempatan luas untuk memperbaiki
kinerjanya dan memanfaatkan sumber daya secara ekonomis, efisien dan efektif. Akuntansi
sektor publik dapat dipakai sebagai alat untuk menciptakan good public and corporate
governance. Terlihat secara pesat dalam dua dasa warsa terakhir, telah terjadi perkembangan
(akuntansi) sektor publik. Hal ini terlihat dengan munculnya istilah: " akuntabilitas publik,
value for money, reformasi sektor publik, privatisasi, good public governance". Isu-isu
tersebut menjadi akar tuntutan diciptakannya good public and corporate governance, untuk
membantu sektor publik yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif, dan memiliki
akuntabilitas publik yang tinggi.

Tips 1.4: Prinsip Akuntansi

Prinsip akuntansi, adalah sekumpulan guideline, panduan atau petunjuk yang harus diikuti saat
melakukan pencatatan dan pelaporan transaksi akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan.

Dalam akuntansi istilah prinsip akuntansi sering digantikan dengan istilah konsep dan asumsi
akuntansi. Sebagai contoh, salah satu prinsip akuntansi adalah going concern, sering ditulis sebagai:
• going concern principle,
• going concern concept, atau
• going concern assumptions.

Penggunaan ketiga istilah tersebut mungkin menyebabkan kerancuan dan kebingungan bagi orang
8
Akuntansi Publik

yang sedang belajar akuntansi. Menurut saya, yang perlu dicatat adalah bahwa sebuah prinsip atau
konsep dalam ilmu pengetahuan, bisa berasal dari asumsi-asumsi. Sehingga, kita bisa menggunakan
ketiga istilah tersebut.
Untuk membantu Anda dalam memahami pembahasan ini, prinsip-prinsip akuntansi tersebut dibagi
kedalam dua kelompok yaitu prinsip akuntansi yang terdapat pada laporan neraca (laporan posisi
keuangan) dan prinsip akuntansi yang terdapat pada laporan laba rugi.

Konsep atau Prinsip Akunatansi yang terdapat pada Laporan Posisi Keuangan yaitu sebagai berikut:
• Economic entity atau Entitas Ekonomi. Contoh entitas ekonomi adalah rumah sakit,
perusahaan, pemerintahan kota, dan negara bagian.

Prinsip ini menyatakan bahwa akuntansi untuk entitas (perusahaan) harus terpisah dari akuntansi
pemilik entitas tersebut. Dengan asumsi ini, sumber daya dan kewajiban ekonomi yang disajikan
pada laporan posisi keuangan, sumber daya dan kewajiban ekonomi milik pengguna bisa dibedakan
dari milik perusahaan.
• Going Concern atau Berkelanjutan

Prinsip ini menyatakan bahwa sebuah bisnis atau perusahaan akan beroperasi seumur hidup, selama
tidak ada bukti kuat yang menyatakan bahwa perusahaan akan mengalami pailit atau bangkrut.
Prinsip ini berdampak pada prosedur akuntansi lain, misalnya penyusutan, pengakuan pendapatan
dan revaluasi aset berdasarkan arus kas yang akan datang.
• Historical cost atau Biaya Historis

Prinsip ini merupakan dasar dalam melakukan valuasi aset dan liabilitas, dimana aset dan liabilitas
harus dicatat pertama kali dan dilaporkan pada harga perolehan atau nilai asli aset atau liabilitas
tersebut (historical cost).
• Monetary unit atau Satuan Moneter

Prinsip ini menyatakan bahwa akuntansi hanya mencatat transaksi bisnis yang bisa dinyatakan
dalam satuan moneter atau uang.

Konsep atau Prinsip Akuntansi yang terdapat pada Laporan Laba/Rugi yaitu sebagai berikut:
• Periodicity atau Periode Waktu

Prinsip ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang merupakan ukuran aktivitas perusahaan
disusun berdasarkan periode waktu tertentu, biasanya dalam sebulan dan setahun. Hal ini karena
pengguna akuntansi membutuhkan laporan keuangan secara periodik untuk mengetahui bagaimana
perusahaan tersebut dijalankan.
• Accrual Accounting atau Akuntansi Akrual. Contoh penjualan kredit untuk tenggang waktu
30 hari kemudian baru diterima uang hasil penjualan, tapi sudah dicatat transaksi tersebut
sebagai pendapat, yaitu (D) Piutang Usaha, (K) Pendapatan, (K) Persediaan

Prinsip ini menyatakan bahwa dampak ekonomi dari transaksi harus dicatat pada saat terjadi bukan
pada saat kas diterima. Prinsip akuntansi akrual merupakan konsep akuntansi paling fundamental
yang tidak hanya berlaku pada laporan keuangan tetapi pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Prinspi akuntansi akrual sering disebut dengan Prinsip Akuntansi I.
• Revenue recognition atau Pengakuan Pendapatan

Prinsip ini menyatakan bahwa pendapatan atau penghasilan dari menjual barang atau jasa harus
dicatat jika jumlah dan waktu bisa ditentukan dengan jelas dan kapan kapan penghasilan tersebut
selesai diterima.
• Matching atau Berpasangan

Prinsip ini menyatakan bahwa beban atau biaya yang terjadi atau timbul pada proses pengiriman,
9
Akuntansi Publik

produksi dan penyampain barang atau jasa dicatat pada periode yang sama dengan pendapatan yang
berkaitan dengan biaya tersebut.
• Conservatism atau Konservatif

Prinsip ini menyatakan bahwa laporan keuangan harus bisa mengasumsikan bahwa nilai yang dicatat
pada laporan keuangan merupakan hasil perhitungan yang konservatif agar tidak overstated (lebih
dari nilai sebenarnya) dan misleading.
• Full Disclosure atau Pengungkapan Penuh

Prinsip ini menyatakan bahwa laporan keuangan dan catatan yang berhubungan dengan laporan
keuangan harus memasukkan apapun informasi yang cukup signifikan untuk pengambilan keputusan
pengguna laporan keuangan. Dengan kata lain, prinsip ini menyatakan bahwa informasi yang
berkaitan diungkapkan semuanya dan tidak ada yang disembunyikan.

Sejarah Akuntansi Pemerintahan Indonesia


Era pembaharuan organisasi akuntansi pemerintah Indonesia berlangsung setelah
keluarnya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia, No 337/KMK.012/2003
Tentang Sistem Akuntansi Dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, setelah keluarnya
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Sedangkan untuk standar akuntansi telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 dan disempurnakan lagi dengan Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Sedangkan Sistem Akuntansi Dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat yang telah dikeluarkan sebelum keluarnya PP 71 tahun
2010 ttg SAP, yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, Nomor 56/PMK.06/2005
kemudian keluar KMK nomor 171/PMK.05/2007.
Sesungguhnya perjuangan untuk mereformasi akuntansi pemerintah dimulai oleh
Departemen Keuangan sekitar tahun 1979-1980, dengan melakukan rencana studi
modernisasi sistem akuntansi pemerintah, yang saat itu masih secara manual.
Pertangungjawaban keuangan pemerintah kepada Legeslatif (DPR) menggunakan
Perhitungan Anggaran Negara (PAN), yang disusun secara manual dan menggunakan
akuntansi tunggal (single entry accounting) berdasarkan basis kas (cash basis). PAN
disampaikan kepada DPR setelah 2-3 tahun setelah periode APBN berakhir.
Studi modernisasi akuntansi pemerintah baru terlaksana tahun 1982 setelah disetujui dibiayai
oleh Bank Dunia, untuk pengembangan sistem pembukuan berpasangan secara manual.
Tahun 1986 dikembangkan disain untuk Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi
Instansi. Pada tahun 1987/1988 mulai dilakukan simulasi pada Departemen Pekerjaan Umum,
Sosial dan Perdagangan di wilayah Jakarta, Medan dan Surabaya. Tahun 1989 dibentuk
Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah (tahap I) yang berbasis komputer,
dengan bantuan biaya dari Bank Dunia. Tahun 1992 dibentuk Badan Akuntansi Keuangan
Negara (BAKUN) yang mempunyai fungsi sebagai Central Accounting Office. Dan tahun
1995 dibentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap II sebagai
10
Akuntansi Publik

kelanjutan proyek tahap I. Tahun 1999 baru dilakukan sistem implementasi, walaupun masih
banyak hambatan.
Paket bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persyaratan Good Governance, yang
mereformasi manajemen keuangan pemerintah dan sistem akuntansi pemerintah. Khusus
reformasi akuntansi pemerintah, diberlakukan dengan diumumkannya undang-undang nomor
17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara. Dengan keluarnya undang-undang
tersebut mendesak perlunya Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan dan
audit laporan keuangan instansi pemerintah. Tanpa standar akuntansi pemerintahan, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai eksternal audit yang diamantkan undang-undang tidak
dapat menerbitkan opini audit. Karena standar akuntansi pemerintahan tersebut sebagai tolok
ukur oponi audit. Perangkat-perangkat aturan dan pedomannya disiapkan oleh pemerintah,
untuk keperluan pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.

Standar Akuntansi Pemerintah dan Komite Standar Akuntansi Pemerintahan


Perubahan lain dari akuntansi pemerintahan yang akan dikembangkan saat ini dan masa
mendatang adalah dengan tersusunnya Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang
merupakan prinsip-prinsip dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Pasal 32 (1) UU No. 17 tahun 2003 menyebutkan bahwa bentuk dan isi laporan
pertanggunggjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintah. Selanjutnya pasal 32 (2) menyebutkan bahwa standar
akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan.
Dalam dasawarsa terakhir, berbagai pihak, terutama Departemen Keuangan, Departemen
Dalam Negeri, IAI, dan akademisi telah berupaya untuk menyusun standar akuntansi
pemerintah. Namun, pada saat itu penyusunannya agak tersendat karena belum ada dasar
hukumnya. Hal ini berubah dengan telah diundangkannya UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keungan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 15 tahun
2005 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara, dan UU No.
32, telah dirubah kedalam UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
.
Pasal 57 UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa
dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan
dibentuk Komite Standar Akuntasi Pemerintah yang bertugas untuk menyusun standar
akuntansi pemerintah yang berlaku baik untuk Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi yang berlaku umum.
Selanjutnya pasal 57 menyebutkan bahwa pembentukan, susunan, kedudukan,
keanggotaan, dan masa kerja Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) ditetapkan
dengan Keputusan Presiden. KSAP terdiri dari Komite Konsultatif dan Komite Kerja. Komite
11
Akuntansi Publik

Konsultatif bertugas memberi konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep
Rancangan Peraturan Pemerintah tentang SAP. Sedangkan Komite Kerja bertugas
mempersiapkan, merumuskan, dan menyusun konsep Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang SAP.
Penyusunan SAP dilakukan melalui suatu proses yang sistematis (due process) yang
biasa dilakukan oleh lembaga penyusun standar akuntansi, seperti Dewan Standar Akuntansi
IAI, International Accounting Standards Board, dan lain-lain. Tahapan ini dimulai dari
pengidentifikasian topik untuk dikembangkan menjadi draf SAP sampai dengan pengusulan
SAP untuk ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Termasuk dalam tahapan tersebut
adalah dengar pendapat publik dan permintaan pertimbangan kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.
Salah satu prasyarat dari keberhasilan suatu komite standar, seperti disebutkan dalam
Pasal 57 UU No. 1 tahun 2004 adalah independensi dalam penyusunan standar akuntansi
pemerintahan. Apalagi seperti disebutkan sebelumnya bahwa akuntansi berbasis akrual
membuka peluang akan alternatif penilaian, pengakuan, dan pelaporan, yang dapat
mendorong pihak yang mempunyai kepentingan untuk melakukan tekanan untuk penyusunan
standar yang sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Dengan kata lain, Komite Standar diharapkan dapat berdiri di atas semua kepentingan
dan lebih mengutamakan kepentingan publik dalam menjalankan tugasnya mengembangkan
dan menyusun standar akuntansi pemerintahan. Sampai dengan saat ini nampaknya kondisi
seperti ini masih dapat dipertahankan. Diskusi dalam rapat KSAP dapat menjadi hangat
apabila sedang membahas isu yang kontroversial. Pengambilan keputusan dalam rapat KSAP
diusahakan untuk dilakukan secara konsensus, namun juga dimungkinkan untuk mengambil
keputusan dengan cara pemungutan suara.
Dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan, KSAP mengacu kepada praktik-
terbaik internasional, diantaranya dengan mengadaptasi International Public Sector
Accounting Standards (IPSAS) yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants
(IFAC). Strategi adaptasi memiliki pengertian bahwa prinsip pengembangan SAP
berorientasi pada IPSAS, namun disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, antara lain dengan
memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku, praktik-praktik keuangan yang ada,
serta kesiapan sumber daya para pengguna SAP.
Dalam menyusun SAP, KSAP menggunakan materi/referensi yang dikeluarkan oleh:
a. International Federation of Accountants,
b. International Accounting Standards Board,
c. International Monetary Fund,
d. Ikatan Akuntan Indonesia,
e. Financial Accounting Standards Board,
f. Governmental Accounting Standards Board
g. Pemerintah Indonesia, berupa peraturan peraturan-peraturan keuangan di
bidang keuangan negara,
h. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.
12
Akuntansi Publik

Sampai saat ini, KSAP telah berhasil menyusun Kerangka Konseptual dan 11 draf
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Ke sebelas SAP tersebut adalah:
1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran
3. PSAP 03 Laporan Arus Kas
4. PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06 Akuntansi Investasi
7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Peristiwa
Luar Biasa
11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian.

Selain PSAP, untuk memfasilitasi penerapan PSAP tersebut, KSAP juga akan
mengeluarkan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) yang
dimaksudkan untuk menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna menghindari salah tafsir
pengguna PSAP. Selain IPSAP, KSAP juga berencana untuk mengeluarkan Buletin Teknis
yang merupakan arahan/pedoman untuk penerapan PSAP maupun IPSAP.

Komponen Laporan Keuangan Pemerintah


Sesuai Undang-undang nomor 17 T ahun 2003 tentang Keuangan Negara dan dipertegas lagi
pada PP RI No. 71 Tahun 2010, bahwa Penyajian Laporan Keuangan pokok pemerintah
(Standar No. 01) sebagai pertanggungjawaban eksekutif pada legeslatif telah melaksanakan
APBN/D terdiri dari :
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA), diatur pada SAP No. 02.
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
3) Neraca,
4) Laporan Operasi (LO),
5) Laporan Arus Kas (LAK), diatur pada SAP No. 03
6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE); dan
7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), diatur pada SAP No. 04.

Tips 1.5: Entitas

Berdasarkan Konsep Legal Pengertian Entitas yaitu:


Setiap unit atau organisasi yang dapat dipandang atau diperlakukan sebagaimana layaknya individu
menurut ketentuan hukum yang berlaku, atau setiap unit atau lembaga yang keberadaannya dijamin
atau dilindungi oleh ketentuan hukum yang berlaku,
sehingga bisa menuntut atau mengklaim pihak lain dan dituntut dimuka pengadilan atas namanya
sendiri.

Atau dengan kata lain entitas adalah setiap individu dan/atau organisasi yang berbadan hukum.
Berdasarkan Konsep Ekonomi Pengertian Entitas adalah:
13
Akuntansi Publik

setiap unit ekonomi yang menjalankan atau kegiatan finansial untuk kepentingan diri sendiri.
Unit ekonomi terdiri dari:

Satu badan hukum.


Dua atau lebih badan hukum yang bekerja sama membentuk suatu grup dan masing-masing
menjalankan usaha demi kepentingan grup tersebut.

Berdasarkan Konsep Akuntansi Pengertian Entitas adalah:


Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut
sebagai fokusnya.

Suatu kesatuan akuntansi bisa berupa suatu kegiatan atau fungsi saja, seperti misalnya : fungsi
pengelasan dari suatu perusahaan karoseri, atau fungsi pengkreditan pada sebuah bank. Sebaliknya
suatu kesatuan akuntansi atau entitas bias meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh suatu badan
atau perusahaan raksasa, seperti umumnya perusahaan multinasional
Berdasarkan Konsep Fiskal Pengertian Entitas adalah :
Subjek pajak dan/atau wajib pajak.
Dalam undang-undang perpajakan suatu entitas dapat mempunyai status badan hukum maupun tidak
mempunyai status sebagai badan hukum.

Contoh entitas yang berstatus badan hukum antara lain :


PT (Perseroan Terbatas)
CV (Perseroan Komanditer)
Yayasan
Koperasi
dan lain-lain.
Contoh entitas yang tidak berstatus badan hukum antara lain:
Orang Pribadi atau Individu atau Perseorangan.
Harta warisan yang belum terbagi.

Artikel Yang Perlu Diketahui :


Kamus Istilah Yang Digunakan Dalam Akuntansi, Bisnis, Ekonomi dan Pajak
Artikel Tentang Akuntansi

Referensi :
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Akuntansi Pajak (Harnanto)
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Tata Kelola yang Baik dan Akuntabilitas


(Good Governance and Accountability)
Pengertian governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan publik. World Bank
memberikan definisi governance yaitu: "the way state power is used in managing economic
and social resources for development of society".
Sementara itu United Nation Development Program (UNDP) mendefinisikan
governance yaitu: "the exercise of political, economic, and administrative authority to
manage a nation's affair at all levels". Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada
cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan
pembangunan masyarakat, sedangkan UNDP lebih menekankan pada aspek politik, ekonomi,
dan administratif dalam pengelolaan Negara.
14
Akuntansi Publik

1. Political governance mengacu pada proses pembuatan kebijakan (policy/strategy


formulation).
2. Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi
yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan
kualitas hidup.
3. Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan.
Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor
publik adalah untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance sering
diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. World Bank mendefinisikan good governance
sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.
Good Governance di Indonesia sendiri mulai benar-benar dirintis dan diterapkan sejak
meletusnya era Reformasi dimana pada era tersebut telah terjadi perombakan sistem
pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang bersih sehingga Good Governance
merupakan salah satu alat Reformasi yang mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan
tetapi, jika dilihat dari perkembangan Reformasi yang sudah berjalan 21 tahun, penerapan
Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai dengan
cita-cita Reformasi sebelumnya, hal ini dapat dilihat masi ada Kepala Pemerintahan Daerah
dan anggota Legeslatif tertangkap OTT dan terlibat Korupsi, begitu juga banyak ditemukan
kecurangan dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua
produk utama Good Governance. Pengelolaan anggaran yang buruk dapat dilihat dengan
nyata dari hasil kerja para pengguna anggaran.
Good Governance di era reformasi tidak berarti gagal diterapkan di Indonesia sejak
pemerintahan Ir, Jokowi tahun 2014, hal ini dapat dilihat dari Hasil Audit BPK atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat tiga tahun berturut-turut mendapat Opini Wajar Tanpa
Pengecualiaan (WTP). Sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah dalam menciptakan
iklim Good Governance yang baik, diantaranya ialah mulai diupayakannya transparansi
informasi terhadap publik mengenai APBN sehingga memudahkan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam menciptakan kebijakan dan dalam proses pengawasan pengelolaan
APBN dan BUMN. Oleh karena itu, hal tersebut dapat terus menjadi acuan terhadap
akuntabilitas manajerial dari sektor publik tersebut agar kelak lebih baik dan kredibel
kedepannya. Undang-undang, peraturan dan lembaga-lembaga penunjang pelaksanaan Good
governance pun banyak yang dibentuk. Hal ini sangatlah berbeda jika dibandingkan dengan
sektor publik pada era Orde Lama yang banyak dipolitisir pengelolaannya dan juga pada era
Orde Baru dimana sektor publik di tempatkan sebagai agent of development bukannya
sebagai entitas bisnis sehingga masih kental dengan rezim yang sangat menghambat
terlahirnya pemerintahan berbasis Good Governance.
Diterapkannya Good Governance di Indonesia tidak hanya membawa dampak positif
dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif
15
Akuntansi Publik

terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance.
Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu
pemerintahan yang bersih dan amanah.

Delapan (8) Karakteristik Good Governance menurut UNDP


1. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan
aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara
serta berpartisipasi secara konstruktif.
2. Rule of Law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu
3. Transparancy. Transparancy dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi yang
berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh mereka yang
membutuhkan.
4. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholder.
5. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas
6. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesetaraan dan keadilan.
7. Efficiency and Effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya
guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).
8. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas yang dilakukan.
Strategic Vision. Penyelenggara pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi
jauh kedepan. Dari delapan karakteristik tersebut, paling tidak terdapat tiga hal yang dapat
diperankan oleh akuntansi publik, yaitu penciptaan transparansi, akuntabilitas publik, dan
value for money (economy, efficiency, and effectiveness).

Akuntabilitas Publik (Accountability)


Fenomena perkembangan sektor publik dapat diamati dengan makin menguatnya tuntutan
pelaksanaan akuntabilitas publik. Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan
perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik.

Pengertian Akuntabilitas Publik


Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Akuntabilitas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan tingkat
pertanggungjawaban seseorang ataupun suatu lembaga tertentu yang berkaitan dengan sistem
administrasi yang dimilikinya. Mardiasmo menyatakan akuntabilitas adalah sebuah
kewajiban melaporkan dan bertanggung jawab atas keberhasilan atau pun kegagalan
16
Akuntansi Publik

pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui
media pertanggungjawaban yang dikerjakan secara berkala.

Jenis-jenis Akuntabilitas
Menurut Mardiasmo, akuntabilitas dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu akuntabilitas vertikal
dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas Vertikal, merupakan akuntabilitas berupa pertanggungjawaban yang dilakukan
kepada atasan.
Akuntabilitas Horizontal, merupakan akuntabilitas berupa pertanggungjawaban yang
dilakukan kepada orang ataupun lembaga yang setara.

Menurut Mahmudi, akuntabilitas dalam lembaga publik dapat dibagi menjadi lima bagian
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban yang berkaitan dengan aktivitas
penegakan hukum dan juga norma kejujuran yang ditunjukkan dengan tidak melakukan
berbagai macam penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki.
2. Akuntabilitas Manajerial
Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan pola kerja
manajerial yang harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas ini merupakan pertanggungjawaban yang berhubungan dengan setiap
program yang akan dijalankan. Orang yang berwenang dalam program ini harus bisa
menunjukkan jika program yang akan dibangun dapat berjalan dengan baik atau tidak dan
apa saja upaya yang dapat dilakukan agar program yang akan direncanakan dapat berjalan
dengan optimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas ini merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan pertanggungjawaban
lembaga publik terhadap berbagai macam kebijakan dan keputusan yang telah diputuskan
ataupun diambil. Dalam hal ini, orang yang berperan dalam lembaga publik harus bisa
mempertanggungjawabkan setiap kebijakan yang telah ditetapkan baik itu dari segi tujuan,
alasan pengambilan kebijakan, manfaat yang ditimbulkan, hingga berbagai macam hal
negatif yang mungkin ditimbulkan dari setiap kebijakan yang akan atau telah diambil.
5. Akuntabilitas Finansial
Akuntabilitas ini berkaitan erat dengan pertanggungjawaban lembaga publik terhadap
setiap uang yang disetorkan oleh masyarakat kepada pemerintahan. Lembaga publik harus
bisa menerangkan bagaimana uang tersebut didapatkan, kemana uang tersebut
dibelanjakan, dan berbagai macam pertanggungjawaban lainnya.
17
Akuntansi Publik

Gambar 1.1: Reformasi Akuntansi Publik

Masyarakat
(Public)

Good Public & (Public) Kesejahteraan


Corporate Money Masyarakat

Public Sector
Organization

Public Accountability Basis akuntansi Value for Money


Prinsip nilai historis
Financial Acountability Prinsip realisasi Economy
Process Accountability Prinsip substansi Effiency
Political Accountability mengungguli bentuk Effectiveness
formal
Policy Accountability Prinsip periodisitas Equity
Accountability for Prinsip konsistensi Aquality
Prinsip pengungkapan
Probity and Legality lengkap
Prinsip penyajian wajar

REFORMASI PUBLIK

Reformasi Reformasi Reformasi Reformasi Reformasi


Anggaran Manajemenn Akuntansi Audit Lembaga

Adapun akuntabilitas yang mesti dipenuhi organisasi sektor publik (Ellwood, 1993).
Accountability for probity and legality, akuntabilitas kejujuran dan hukum. Akuntabilitas
kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan
akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
ditetapkan.
1. Process accountability, akuntabilitas proses. Akuntabilitas proses terkait dengan
apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan
prosedur administrasi. Dimanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang
cepat, responsif, dan murah biaya (ekonomis). Pengawasan dan pemeriksaan dapat
dilakukan tehadap akuntabilitas proses, untuk dapat menghindari kolusi, korupsi dan
nepotisme.
18
Akuntansi Publik

2. Program accountability, akuntabilitas program, untuk pertimbangan apakah tujuan


yang ditetapkan dapat tercapai, dan apakah ada alternatif program lain yang
memberikan hasil maksimal dengan (efektif) biaya minimal.
3. Policy accountability, akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah atas kebijakan yang diambil Legeslatif (DPR/DPRD) dan masyarakat
luas.

Akuntansi Keuangan Publik


Akuntansi keuangan publik sering juga disebut dengan akuntansi keuangan sektor public,
adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana
masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial maupun pada proyek-proyek
kerja sama sektor publik serta swasta.
Akuntansi keuangan sektor publik, sangat erat kaitannya dengan fungsi akuntansi sebagai
penyedia informasi keuangan untuk pihak eksternal organisasi. Di sektor publik, kebutuhan
akan informasi akuntansi semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatya tuntutan
akuntabilitas publik dan transparansi oleh lembaga-lembaga publik. Laporan keuangan sektor
publik menjadi instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas publik. Untuk
menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan handal, maka diperlukan
standar akuntansi keuangan sektor publik dan sistem akuntansi sektor publik. Pengembangan
standar akuntansi sektor publik merupakan suatu yang sangat krusial, karena kualitas standar
akuntansi secara langsung akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Demikian juga
perlu dikembangkan sistem akuntansi yang handal yang mampu memfasilitasi dihasilkannya
laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik (Indra Bastian)


Elemen akuntansi sektor publik adalah bagian-bagian yang dibutuhkan dalam pengelolaan
manajemen keuangan publik.
Perencanaan Publik
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tindakan yang tepat di masa depan melalui
urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (UU RI No 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal 1). Proses perencanaan yang
dilaksanakan ini akan menentukan aktivitas dan fokus strategi organisasi sektor publik.
Dalam prosesnya, perencanaan membutuhkan partisipasi publik yang akan sangat
menentukan kualitas dan diterimanya arah serta tujuan organisasi. Tujuan perencanaan publik
adalah perencanaan pencapaian kesejahteraan publik secara bertahap dan sistematik.
Penganggaran Publik
Berdasarkan UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, anggaran adalah alat
akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi. Sebagai alat kebijakan ekonomi, anggaran
berfungsi mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan
pendapatan dalam rangka mencapai tujuan negara.
19
Akuntansi Publik

Anggaran menjabarkan rencana yang mendetail atas pendapatan dan pengeluaran organisasi
agar pembelanjaan yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa
anggaran, organisasi tidak dapat mengendalikan pemborosan pengeluaran.
Kesuksesan pelaksanaan anggaran ditentukan oleh tiga faktor,
1. kebijakan keuangan secara menyeluruh ditentukan oleh lembaga setingkat departemen
atau lembaga pelaksana tertinggi,
2. ditentukan oleh dukungan politis berbagai lembaga, dan
3. akurasi perencanaan, terutama penganggaran, dipengaruhi oleh teknik review atas
prakiraan anggaran.

Realisasi Anggaran Publik


Realisasi anggaran publik merupakan pelaksanaan anggaran publik yang telah direncanakan
dan ditetapkan dalam program serta kegiatan yang nyata. Artinya, fokus pelaksanaan
anggaran tertuju pada operasionalisasi program atau kegiatan yang telah direncanakan dan
ditetapkan. Selain itu, realisasi anggaran publik juga menunjuk pada arahan atau
pengendalian sistematis dari proses-proses yang mengubah input menjadi barang dan jasa.
Dalam hal ini, proses sangat terkait dengan kualitas keluaran atau output. Realisasi anggaran
terangkai dari suatu siklus yang terdiri dari kegiatan persiapan, proses pelaksanaan dan
penyelesaian.
Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Pengadaan barang dan jasa publik adalah proses, cara dan tindakan dalam menyediakan
barang serta jasa kepada masyarakat atau publik. Barang dan jasa yang disediakan merupakan
bentuk pelayanan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat.
Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Laporan Keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi yang
berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Laporan
keuangan menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan
realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja serta realisasi
pembiayaan. Ada beberapa komponen laporan seperti Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan
Perubahan Modal, Laporan Arus Kas dan dilengkapi oleh catatan atas Laporan Keuangan
atau laporan tambahan lainnya, seperti laporan tahunan.

Audit Sektor Publik


Auditing merupakan suatu investigasi independen terhadap beberapa aktivitas khusus.
Mekanisme pemeriksaan adalah sebuah mekanisme yang dapat menggerakkan makna
akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintahan, BUMN, instansi pengelola aset
negara lainnya, atau organisasi publik non pemerintah seperti partai politik, LSM, yayasan
dan organisasi di tempat peribadatan. Pengujian atas laporan keuangan, laporan kinerja dan
laporan lainnya oleh auditor independen bertujuan untuk mengekspresikan suatu opini yang
20
Akuntansi Publik

jujur tentang posisi keuangan, hasil operasi, kinerja dan aliran kas yang disesuaikan dengan
prinsip akuntansi.

Sebagai suatu proses, audit berhubungan dengan prinsip dan prosedur akuntansi yang
digunakan oleh organisasi. Bagi auditor dan pengawas, memahami terlebih dahulu sistem
akuntansi yang dipakai oleh organisasi publik merupakan hal yang penting. Agar
pemeriksaan lebih efisien, efektif dan ekonomis, organisasi publik juga harus memahami
bagaimana mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan audit yang akan dilakukan oleh
auditor.
Pertanggungjawaban Publik
Dalam organisasi sektor publik, pertanggungjawaban atau akuntabilitas adalah
pertanggungjawaban atas tindakan dan keputusan dari para pemimpin atau pengelola
organisasi sektor publik kepada pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder) berdasarkan
sistem pemerintahan yang berlaku.
Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas
publik. Akuntabilitas publik hendaknya dipahami bukan sekedar akuntabilitas finansial saja,
akan tetapi juga akuntabilitas value for money, akuntanbilitas managerial, akuntabilitas
hukum, dan akuntabilitas politik.
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan untuk memperbaiki praktik saat ini guna
meningkatkan laporan keuangan sektor publik agar mampu menyajikan informasi yang
relevan dan dapat diandalkan (reliable).
Tips 1.6: Apa itu Value for Money (VfM)?
Tuntutan baru (transparansi dan akuntabilitas) dalam organisasi sektor publik harus memperhatikan
value for money (VfM) dalam menjalankan aktivitasnya. VfM merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas.
Ekonomi, merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga
terendah. Ekonomi merupakan perbandingan antara masukan (yang terjadi) dengan nilai masukan
(yang seharusnya). Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir
sumber daya yang digunakan, dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

Efisiensi, merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan
keluaran/masukan yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Efektivitas, merupakan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara
sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Ketiga hal tersebut
merupakan elemen pokok VfM, sedangkan tambahannya, dua elemen lain yaitu keadilan (equity).
21
Akuntansi Publik

Skema Value for Money (VfM) Sumber: Mardiasmo (2002:5)


Masukan (Input)
Masukan merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan, program, dan
aktivitas. Sebagai contoh: dokter di RS, tanah di jalan, guru di sekolah, dan sebagainya. Dapat
dinyatakan secara kuantitatif (jumlah guru, luas tanah, dsb), dinyatakan dengan nilai rupiah (biaya
dokter, harga tanah, gaji guru dsb). Penentuan metode harganya: harga pasar, harga beli, dsb. Apakah
opportunity cost relevan dipertimbangkan ?
Keluaran (Output)
Keluaran merupakan hasil yang dicapai dari suatu progam, aktivitas, dan kebijakan. Harus diingat
pula keluaran yang diinginkan, dan keluaran lainnya yang tidak diinginkan yang merupakan efek
samping. Mengukur keluaran (kualitatif) lebih sulit dilakukan pada pelayanan sosial, pendidikan,
keamanan, dan kesehatan. Pengukuran kualitatif dapat dilakukan berupa kenaikan nilai, atau nilai
tambah seperti peningkatan kualitas hidup.
Sasaran Utama (Throughput)
Analisis VfM memerlukan data masukan dan keluaran yang memadai. Masalahnya adalah tidak
tersedianya data keluaran yang lengkap, sehingga sulit mengukur data keluaran, sehingga perlu
digunakan keluaran antara (intermediate output) atau indikator kinerja (performance indicator),
misalnya perbaikan kesehatan masyarakat, peningkatan harapan hidup.
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya masukan paling kecil
untuk mencapai keluaran yang optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pencapaian hasil (Outcome)
Hasil adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu aktivitas tertentu. Misalnya hasil pengumpulan
sampah oleh Dinas Kebersihan untuk lingkungan kota yang bersih dan sehat. Biasanya dikaitkan
dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang menyebabkan outcome sulit ditetapkan atau diukur:
Tidak dapat dijelaskan dengan sederhana yang memudahkan monitoring;
Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome, tergantung penguasa;
Penentuan outcome perlu pertimbangan kualitas, output meningkat, lebih ekonomis dan efisien, atau
sudah berkualitas?
Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya masukan paling kecil
untuk mencapai keluaran yang optimum dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Konsep VfM
sektor publik gencar dilakukan seiring dengan meningkatnya tuntutan akuntabilitas dan good
governance. Manfaat konsep VfM pada organisasi sektor publik antara lain:
• Meningkatkan efektivitas pelayanan publik.
• Meningkatkan mutu pelayanan publik
• Menurunkan biaya pelayanan publik karena efisiensi dan penghematan input
• Alokasi belanja yang berorientasi pada kepentingan publik
22
Akuntansi Publik

• Meningkatkan kesadaran atas penggunaan uang publik, demi akuntabilitas

Kendala yang Dihadapi Akuntansi Publik


1) Obyektivitas, teknik akuntansi yang digunakan manajemen harus memiliki derajat,
2) Obyektivitas yang dapat diterima semua pihak yang menjadi stackholder
3) Konsistensi, adalah penggunaan metode akuntansi yang sama untuk menghasilkan L/K
4) Laporan Keuangan memiliki daya Banding, agar laporan keuangan dapat
diperbandingkan antar periode dari waktu ke waktu, dan dapat diperbandingkan dengan
instansi lain yang sejenis.
5) Tepat Waktu, laporan keuangan harus disajikan tepat waktu, agar dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan.
6) Ekonomis dalam penyajian laporan, manfaat yang diperoleh dari laporan keuangan
harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
7) Materialitas, suatu informasi keuangan akan dianggap material apabila mempengaruhi
keputusan yang diambil oleh stackholder. Penentuan materialitas memang bersifat
pertimbangan pribadi yang subyektif (subjective judgement), namun pertimbangan yang
digunakan harus merupakan professional judgement yang mendasarkan pada teknik
tertentu.
Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang menyediakan informasi kuantitatif bernilai
ekonomik yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Pada publik, pengambilan
keputusan terkait dengan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Pada dasarnya akuntansi
baik komersil maupun sektor publik, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen.
Akuntansi keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu prinsip, metode, dan teknik
pencatatan dan pengorganisasian data keuangan atas operasi/kegiatan suatu entitas
(pemerintah, komersil, maupun organisasi sosial lainnya), seperti: pemerintahan pusat/daerah,
perusahaan milik negara/daerah, organisasi nirlaba dan sebagainya, untuk informasi
keuangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi yang rasional.
Masisi (1978) dan Glynn (1993), dalam Mardiasmo (2002) menjelaskan aturan dasar sistem
akuntansi keuangan sebagai berikut:
a. Identifikasi kegiatan operasi yang relevan. Hanya kejadian dan kegaiatan ekonomi yang
relevan saja yang dicatat dalam sistem akuntansi keuangan.
b. Pengklasifikasian kegiatan operasi secara tepat; penentuan waktu pengakuan untuk
setiap jenis operasi (timing of recognition). Pada prinsipnya, suatu operasi dapat
dicatat/diakui pada tahap tertentu dari proses transaksi, misalnya, pembelian dapat
diakui/dicatat pada waktu dilakukanpemesanan, ketika barang diterima, ketika faktur
diterima.ketika barang tersebut digunakan, atau ketika telah dibayar per kas. Harus
ditetapkan kapan transaksi dapat diakui.
c. Adanya sistem pengandalian untuk menjamin reliabilitas. Sistem pengendalian memiliki
dua komponen, yaitu komponen formal dan substansial. Komponen formal adalah
pembukuan berpasangan (double entry accounting), kesalahan akuntansi dapat cepat
dilacak/diketahui ketika jumlah kredit tidak sama dengan jumlah debit. Komponen
23
Akuntansi Publik

subsatansial merupakan mekanisme konflik kepentingan (conflict of interest), kesalahan


akuntansi muncul ketika mempengaruhi secara negatif pihak ketiga.
d. Menghitung pengaruh masing-masing operasi. Terdapat kesamaan akuntansi keuangan
baik sektor swasta maupun sektor publik lainnya, seperti, direkomendasikan untuk
sama-sama menggunakan sistem tata buku berpasangan, membutuhkan standar
akuntansi untuk pedoman pencatatan transaksi, dan siklus akuntansi yang tidak jauh
berbeda.

Teknik Akuntansi Publik


Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh Akuntansi Publik:
1. Akuntansi Anggaran,
2. Akuntansi Komitmen
3. Akuntansi Kas
4. Akuntansi Akrual
5. Akuntansi Dana

Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)


Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah anggaran
dengan jumlah realisasi. Teknik akuntansinya umumnya dilakukan dengan single entry
namun sekarang ada tuntutan untuk menggunakan double entry. Akuntansi anggaran
membandingkan anggaran pendapatan dan anggaran belanja dengan realisasinya selama
suatu periode tertentu, dan perbedaannya sebagai selisih anggaran. Biasanya akuntansi
anggaran menggunakan akuntansi basis kas (cash basis).

Akuntansi Komitmen (Commitment Accounting)


Akuntansi komitmen adalah sistem akuntansi yang mengakui transaksi (pembelian) pada saat
kontrak ditanda tangani atau order (pembelian) ditempatkan. Pendapatan dan/atau belanja
diakui pada saat faktur dikeluarkan/diterima. Umumnya menggunakan sistem akuntansi
double entry, dan/atau modified accrual basis. Tujuan akuntansi komitmen adalah untuk
pengendalian anggaran.

Akuntansi berbasis Kas (Cash Based Accounting)


Akuntansi berbasis kas adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi keuangan
pada saat kas diterima atau dibayarkan. Fokus pengukurannya pada saldo kas dan perubahan
saldo kas, dengan cara membedakan antara kas yang diterima dan kas yang dikeluarkan.
Lingkup akuntansi berbasis kas ini meliputi saldo kas, penerimaan kas, dan pengeluaran
kas.Keterbatasan sistem akuntansi ini adalah keterbatasan infonnasi yang dihasilkan karena
terbatas pada pertanggungjawaban kas saja, tetapi tidak memperlihatkan pertanggungjawaban
manajemen atas aktiva dan kewajiban.

Akuntansi Berbasis Akrual (Accrual Based Accounting)


24
Akuntansi Publik

Akuntansi berbasis akrual adalah akuntansi yang mengakui dan mencatat transaksi atau
kejadian keuangan pada saat terjadi atau pada saat perolehan. Fokus sistem akuntansi ini pada
pengukuran sumber daya ekonomis dan perubahan sumber daya pada suatu entitas. Sistem
akuntansi ini merupakan sistem yang paling modest. Keberhasilan New Zealand menerapkan
akuntansi akrual telah menyebabkan berbagai perubahan dalam manajemen sektor
publik.Dalam akuntansi akrual, informasi yang dihasilkan jauh lebih lengkap dan
menyediakan informasi yang rinci mengenai aktiva dan kewajiban. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, telah
mewajibkan Laporan Keuangan Pemerintah menggunakan basis akrual.

Akuntansi Berbasis Kas menuju Akrual (Cash Toward Accrual Based


Accounting) sesuai PP RI No 24 tahun 2005 tentang SAP.

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah, yaitu basis kas untuk
pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan
untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Perbedaan antara Basis Kas (Cash Basis) dengan Basis Akrual (Accrual Basis) dapat
dilihat dari ilustrasi berikut ini. Sebuah pemerintahan “x” memiliki saldo kas awal tahun 2018
sebesar Rp20.000.000,- tanpa memiliki kekayaan lainnya. Pada Neraca awal baik berbasis
kas maupun berbasis akrual, akan terlihat sama.

Pemerintah “X”
Neraca
Jan, 1. 2018
Aset Jumlah Rp Kewajiban + Ekuitas Dana Jumlah Rp
Kas 20.000.000,- Ekuitas 20.000.000,-

Misalnya terjadi transaksi pembelian kendaraan selama periode tahun 2018 senilai
Rp3.000.000,-; maka neraca setelah transaksi tersebut akan menunjukkan berbeda di tiap-tiap
basis. Pada basis kas, pembelian kendaraan tersebut dianggap sebagai belanja (biaya).
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:

Keterangan Pr Debet Kredit


Belanja Kendaraan 3.000.000,-
Kas 3.000.000,-

Pada akhir periode, semua akun belanja (biaya) akan ditutup dan mengurangi nilai
ekuitas dana. Sehingga yang akan muncul di neraca pada basis kas tetap akun KAS saja di
sisi aktiva, karena fokus pengukuran basis kas hanya pada KAS.
25
Akuntansi Publik

Pemerintah “X”
Dec, 31. 2018
Aset Jumlah (Rp) Kewajiban + Ekuitas Dana Jumlah (Rp)
Kas 17.000.000,- Ekuitas 17.000.000,-

Karena fokus pengukuran pada basis akrual adalah semua sumber daya yang dimiliki, maka
transaksi pembelian kendaraan tersebut akan dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Keterangan Pr Debet Kredit


Kendaraan 3.000.000,-
Kas 3.000.000,-

Dengan demikian, neraca pada basis akrual akan menunjukkan akun Kendaraan (Aset
Tetap) selain Kas di sisi aktiva, sedangkan Ekuitas di sisi pasiva tetap Rp20.000.000,-. Hal
tersebut menunjukkan fokus pengukuran basis akrual yang melaporkan semua perubahan
kekayaan sehingga transaksi tersebut dianggap sebagai penambahan aset tetap.

Pemerintah “X”
Neraca
Dec., 31. 2018
Aset Jumlah (Rp) Kewajiban + Ekuitas Dana Jumlah (Rp)
Kas 17.000.000,- Ekuitas 20.000.000,-
Kenderaan 3.000.000,-
Jumlah Aset 20.000.000,- Jumlah Hutang + Ekuitas 20.000.000,-
Dana

Terlihat terjadi perbedaan dalam kedua neraca tersebut sebagai akibat dari satu
kejadian transaksi yang sama. Dalam neraca berbasis akrual terdapat akun kenderaan, dimana
pada pada basis kas tidak diakui adanya akun kenderaan. Oleh sebab itu, yang lebih penting
untuk diperhatikan adalah dari transaksi yang sama kedua neraca tersebut menghasilkan nilai
ekuitas dana yang berlainan (Rp17.000.000,- pada neraca berbasis kas dan Rp20.000.000,-
pada neraca berbasis akrual).
Ketika sebuah entitas pemerintah harus memilih salah satu dari kedua basis tersebut,
pertanyaannya adalah, informasi ekuitas dana yang mana yang lebih baik? Informasi tentang
ekuitas dana yang disampaikan oleh neraca berbasis akrual diyakini memberikan informasi yang lebih
komprehensif karena merepresentasikan seluruh sumber daya yang dimiliki pemerintah. Akan tetapi,
banyak pihak juga menghendaki pelaporan ekuitas dana seperti yang tercantum dalam neraca berbasis
kas, karena benar-benar menunjukkan jumlah ketersediaan kas yang dimiliki pemerintah, sebuah
informasi yang berguna dalam pengendalian anggaran sekaligus menunjukkan kemampuan keuangan
pemerintah dalam mengeksekusi program-program jangka pendeknya.
Basis kas modifikasi adalah sebuah pendekatan yang mencoba menampilkan
informasi yang dihasilkan basis kas sekaligus juga menyajikan informasi yang hanya bisa
26
Akuntansi Publik

dimunculkan oleh basis akrual. Dengan basis kas modifikasi, transaksi-transaksi dicatat
berdasarkan kas yang diterima atau dibayarkan, sehingga neraca yang dihasilkan akan seperti
neraca berbasis kas. Perbedaannya, basis kas modifikasi menggunakan fokus pengukuran atas
semua sumber daya (all resources).
Dengan menggunakan data ilustrasi transaksi yang sama, transaksi pembelian
kendaraan dalam basis kas modifikasi akan dicatat sebagai transaksi belanja dan mengurangi
ekuitas dana menjadi Rp17.000.000,-.
Jurnal 1 saat belanja Kenderaan
Keterangan Pr Debet Kredit
Kendaraan 3.000.000,-
Kas 3.000.000,-

Namun, fokus pengukuran menghendaki informasi tentang kendaraan dimunculkan


dalam neraca sehubungan dengan fokus pengukurannya yang menghendaki semua kekayaan
yang dimiliki ditampilkan di neraca. Akibatnya, pelaporan ekuitas dana juga tidak lagi
Rp17.000.000,- tetapi menjadi Rp20.000.000,-; padahal berdasarkan transaksi seharusnya
nilai ekuitas dana hanya Rp17.000.000,-. Maka, dalam basis kas modifikasi, dilakukan jurnal
tambahan untuk mengakui kendaraan dan melakukan penyesuaian pada ekuitas dana sebagai
berikut
Jurnal 2 pada saat mengurangi Ekuitas
Keterangan Pr Debet Kredit
Ekuitas 3.000.000,-
Ekuitas Dana Investasi 3.000.000,-

Sehingga basis kas modifikasi jika ditunjukkan pada posisi keuangan (neraca) akhir akan
nampak seperti di bawah ini.
Pemerintah “X”
Neraca
Dec., 31. 2018
Aset Jumlah
Aset Lancar:
Kas 17.000.000,-
Aset Tetap:
Kenderaan 3.000.000,-
Jumlah Aset 20.000.000,-
Kewajiban + Equitas Dana:
Kewajiban ----
Equitas Dana Lancar 17.000.000,-
Equitas Dana Investasi:
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap 3.000.000,-
Jumlah Kewajiban + Equitas 20.000.000,-
27
Akuntansi Publik

Negara-negara penganut basis kas modifikasi merasa bahwa informasi yang


dihasilkan oleh basis ini lebih komunikatif daripada yang dihasilkan oleh basis kas maupun
basis akrual. Bagian ekuitas dana selain menunjukkan informasi tentang ekuitas dana lancar
yang memungkinkan kontrol atas kas, juga memberikan informasi tentang kondisi kekayaan
yang berupa aset tetap. Sementara itu, basis akrual modifikasi lebih banyak
diimplementasikan pada negara yang menggunakan multi dana dalam akuntansi
pemerintahannya. Basis akrual modifikasi pada dasamya adalah basis akrual yang mencatat
transaksi-transaksi sesuai dengan kejadiannya, tidak semata-mata pada saat kas diterima atau
dibayarkan. Namun, basis akrual modifikasi mempunyai fokus pengukuran hanya pada
sumber daya yang bersifat lancar.
Akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat misalnya, menggunakan basis akrual
modifikasi untuk pencatatan di General Fund. Maka, General Fund akan mencatat transaksi-
transaksinya tidak semata-mata berdasarkan kas, seperti halnya basis akrual tetapi neraca
yang diterbitkan hanya memuat sumber daya lancar saja. Transaksi-transaksi yang terkait dan
atau menghasilkan aset tetap/utang jangka panjang akan dicatat dalam fund tersendiri. Di
Amerika, fund tersebut disebut sebagai Account Group, yang terdiri atas General Capital
Asset untuk melaporkan transaksi aset tetap dan General Long Term Liabilities untuk
melaporkan transaksi utang jangka panjang (lihat kembali gambar 1.3 di atas).
Basis akuntansi akrual yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah sesuai
dengan PP RI No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah untuk;
• pengakuan pendapatan-LO,
• beban,
• aset,
• kewajiban, dan
• ekuitas.
Basis akrual untuk laporan operasional berarti pendapatan-LO diakui pada saat hak untuk
memperoleh pendapatan dipenuhi walaupun kas belum diterima di rekening kas umum
negara/daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang
mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum
dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan.Pendapatan seperti
bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pada laporan operasional.
Pemerintah dapat menyusun anggaran berdasarkan basis kas atau basis akrual. Jika
anggaran disusun berdasarkan basis akrual, maka laporan realisasi anggaran harus
disusun berdasarkan basis akrual. Demikian juga bila anggaran disusun berdasarkan
basis kas, maka laporan realisasi anggaran harus disusun berdasarkan basis kas. Basis
kas untuk laporan realisasi anggaran berarti pendapatan-LRA dan penerimaan pembiayaan
diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum negara/daerah atau oleh entitas pelaporan
dan belanja (untuk laporan realisasi anggaran digunakan istilah belanja bukan beban),
transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas
umum negara/daerah.
Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan
dicatat pada saat terjadi transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan
28
Akuntansi Publik

berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar.

Laporan Keuangan Akuntansi Publik


Laporan keuangan akuntansi sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Informasi keuangan sektor publik berfungsi memberikan dasar
pertimbangan pengambilan keputusan. Informasi keuangan merupakan alat untuk
melaksanakan akuntabilitas publik secara efektif, bukan tujuan akhir akuntansi sektor publik.
Tantangannya mampukah akuntansi sektor publik menyediakan informasi yang dapat
digunakan untuk memonitor akuntabilitas manajemen, akuntabilitas politik, dan akuntabilitas
kebijakan. Sektor publik merupakan organisasi yang komplek dan heterogen, yang
menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian lebih bervariasi.

Tujuan Pelaporan Keuangan Sektor Publik


Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan
transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan
keuangan sesuai SAP No. 1 pada paragrap 9 adalah:
“menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo lebih, arus kas,
hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya”.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan
informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas
entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepada pimpinan dengan:

1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan ekuitas
pemerintah;
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi , kewajiban,
dan ekuitas pemerintah;
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan pemerintah;
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya.

Selain secara spesifik, tujuan laporan keuangan juga dapat dilihat dari tujuan umum
yang mempunyai peranan prediktif dan prospektif , menyediakan informasi yang berguna
untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dihasilkan dari operasi yang berkelanjutan,
serta resiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi
bagi pengguna mengenai:
29
Akuntansi Publik

1. Indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran,
dan
2. Indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai dengan ketentuan,
termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh DPR/DPRD.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan laporan keuangan pemerintah tersebut, laporan keuangan


menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi,
transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih,
surplus/defisit-Laporan Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas
pelaporan.
Sehingga untuk memenuhi tujuan umum di atas, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai entitas pelaporan yang berisikan:
a. Aset;
b. Kewajiban
c. Ekuitas;
d. Pendapatan-LRA;
e. Belanja;
f. Transfer;
g. Pembiayaan;
h. Saldo anggarn lain;
i. Pendapatan -LO;
j. Beban, dan
k. Arus kas.

Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercaya kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
2. Manajeman
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah
untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalampengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan
perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
30
Akuntansi Publik

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada


periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan
apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Perbedaan Laporan Keuangan Sektor Publik dengan Bisnis


Perbedaan tersebut meliputi perbedaan jenis-jenis laporan keuangan, elemen laporan
keuangan, tujuan laporan keuangan, dan akuntansi yang digunakan.
Perbandingan laporan keuangan Pemerintah dengan Sektor Orientasi Laba ditunjukkan pada
Tabel 1.2 di bawah ini:

Tabel 1.2: Perbedaan Laporan Keuangan Publik dengan Laporan Keuangan Komersil

No Laporan Keuangan Pemerintahan No Laporan Keuangan Komersil


1 Fokus Finansial dan Politik 1 Fokus Finansial
2 Kinerja diukur secara finansial dan non 2 Sebagian besar kinerja diukur secara
finansial finansial
3 Pertanggung jawaban kepada 3 Pertanggungjawaban kepada pemegang
masyarakat melalui legeslatif saham dan kreditor
4 Berfokus pada bagian organisasi 4 Berfokus pada organisasi secara
keseluruhan
5 Melihat ke masa depan berdasarkan 5 Melihat berdasarkan periode tahunan.
periode tahap tahunan
6 Aturan pelaporan ditentukan oleh 6 Aturan pelaporan ditentukan oleh
Peraturan Pemerintah (Menteri Undang-undang, Standar Akuntansi
Keuangan, Menteri Dalam Negeri) Berterima Umum (IFRS), Pasar Modal,
dan praktek akuntansi.
7 Laporan keuangan diperiksa oleh BPKP 7 Laporan keuangan diperiksa oleh Akuntan
atau BPK Independen/Eksternal
8 Basis akuntansi menggunakan Cash 8 Basis akuntansi menggunakan Accrual
Basis dan Accrual Basis. Basis
9 Akuntansi keuangan pemerintah 9 Akuntansi keuangan bisnis diatur sesuai
pusat/derah sesuai dengan Standar dengan Standar Akuntansi Keuangan
Akuntansi Pemerintah SAP dikeluarkan /IFRS dikeluarkan Profesi Akuntan
Pemerintah (PP No.71 Thn. 2010). Indonesia (IAI).
10 Dana bersumber dari Pajak, dan 10 Dana bersumber dari Laba, investor
penerimaan negara yang lain yang
dibenarkan menurut regulasi.

Laporan Keuangan Akuntansi Pemerintah


31
Akuntansi Publik

Pemerintah adalah pelaksana fungsi eksekutif (Sugijanto: 1995)


Pengertian Akuntansi Pemerintahan menurut National Council on Governmental Accounting
(NCGA) concept statement 1:
"Governmental accounting is an integral branch of the accounting diciplines. It is
founded on the basis concepts and conventions underlying the accounting disciplines
as a whole and shares many characteristics with commercial accounting "

Akuntansi pemerintah adalah, suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan


informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklarifiksian,
pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah, serta penafsiran atas informasi
keuangan dan tunduk pada standar akuntansi keuangan pemerintah atau SAP

Pada umumnya tujuan akuntansi pemerintah adalah menyajikan informasi bagi para
pengambil keputusan tentang kejadian-kejadian ekonomi yang penting dan mendasar serta
membantu mempersiapkan informasi tentang bagaimana cara mereka mengalokasikan
sumber-sumber yang serba terbatas seperti modal, tenaga kerja, tanah dan bahan baku guna
mencapai tujuan yang diinginkan oleh pemerintah.

Pada Akuntansi Pemerintah tidak digunakan perkataan "Art" walaupun demikian akuntansi
pemerintahan tetap menggunakan prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang berterima
umum.
Akuntansi Keuangan Pemerintah sebagaimana diatur di Pasal 51 Undang-undang
Republik Indonesia nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara menyebutkan,
sebagai berikut:
1. Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum
Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.
2. Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna
Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas
dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung
jawabnya.
3. Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) digunakan untuk menyusun
laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan

Dalam pelaksanaan akuntansinya, Menteri Keuangan telah mengeluarkan Peraturan


Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat (SAPP), yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat
(SAP), yang ada di Pusat (Direktorat Jenderal Perbendaharaan), dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI), yang dikerjakan di setiap Kementerian Negara/Lembaga.
SAP terdiri dari Sistem Akuntansi Kas Umum (SAKUN) yang menghasilkan Laporan
Arus Kas Pemerintah Pusat dan Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran dan Neraca Pemerintah Pusat. Dalam pelaksanaannya dikerjakan oleh
Kantor Akuntansi Regional (KAR) yang memproses data dari Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), dan Kantor Akuntansi Khusus (KAK) yang memproses data
dari Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) dan KPPN Khusus.
32
Akuntansi Publik

Setiap Kementerian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan Sistem Akuntansi


Instasi (SAI) untuk menghasilkan laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Neraca Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud diatas disampaikan setiap bulan secara berjenjang
dari UAKPA kepada UAPPA-W di provinsi, diteruskan kepada UAPPA-E-I dan UAPA di
kantor pusat Instansi.
Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan, setiap Kementerian Negara/Lembaga
sebagai entitas pelaporan wajib menyajikan Laporan Keuangan Semesteran dan Tahunan
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
Keuangan Tahunan yang dimaksud wajib diampiri Laporan Keuangan Badan Layanan
Umum (yang ada dibawah pengawasannya) dan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) atas
penggunaan dana anggaran pembiayaan dan perhitungan dikirimkan kepada Menteri
Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Tujuan Akuntansi Pemerintah


Akuntansi pemerintah mempunyai 3 tujuan pokok;
1 Pertanggungjawaban (accountability and stewardship)
Informasi keuangan yang berguna bagi penanggungjawab pemerintah (dengan ketaatan
dan kebijaksanaan) Memenuhi konstitusi sesuai UU-1945 pasal 23 ayat (5) yang
berbunyi:
"Untuk memeriksa tentang tanggungjawab keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil
pemeriksaan ini dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat."
2 Manajerial (Managerial)
Informasi keuangan yang berguna untuk perumusan kebijaksanaan, pengambilan
keputusan dan penilaian kinerja pemerintah
3 Pengawasan (Control)
Akuntansi pemerintahan memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat
fungsional secara efektif dan efisien.

Secara umum, tujuan akuntansi pemerintah adalah memberi jasa dan pelayanan
kepada masyarakat. Sementara menurut Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintah
Pusat (SAPP) bertujuan untuk;
a. Menjaga aset pemerintah pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemrosesan
dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek
akuntansi yang diterima secara umum;
b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan
keuangan pemerintah pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai
dasar penilaian\kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk
tujuan akuntabilitas;
c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan
pemerintah pusat secara keseluruhan;
33
Akuntansi Publik

d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan


pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien .

Government finance Officers Association (GFOA), dalam bukunya "Governmental


Accounting, Auditing and Financial Reporting (GAAFR)”, mengemukakan bahwa untuk
dapat memahami akuntansi pemerintahan dengan tepat diperlukan 3 hal pertimbangan, yaitu;

Struktur Pemerintahan
Struktur Pemerintahan, diperlukan untuk melindungi dan melayani kebutuhan warga
negaranya. Pada pemerintahan demokratis, Struktur pemerintahan biasanya berdasarkan
sistem : "checks and balances", yang biasanya dilakukan dengan pemisahan fungsi oleh
eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Disektor swasta, fokus perhatian hanya pada
maksimalisasi laba, sedangkan kesuksesan pemerintahan, diukur dari mutu pelayanan dan
efisiensi penggunaan dana.

Sifat dan Sumber Daya


Sulit mengidentifikasi hubungan antara pajak yang dibayar dengan jasa yang diterima.
(Swasta terdapat hubungan langsung antara barang/jasa yang diterima dengan harga)

Proses Politik
Rakyat melalui wakil-wakilnya dapat mempengaruhi eksekutif untuk memberikan jasa yang
maksimum dengan jumlah pembayaran pajak yang minimum.Pemerintah menginvestasikan
sumber daya kedalam aset yang tidak secara langsung menghasilkan laba (non-revenue
producing assets).

Perbandingan Akuntansi Pemerintah dengan Akuntansi Komersial

Dilihat dari Persamaan

1. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi


2. Mengikuti standar dan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU)
a. Prinsip Objektifitas (Objectivity):
Laporan dapat diandalkan, diuji, didukung dokumen bukti.
b. Prinsip Konsistensi (Consistency):
Dilaksanakan secara Konsisten, dapat diperbandingkan.
c. Prinsip Materialitas (Materiality):
Sesuatu kegiatan aktivitas yang materiil dilaporkan, dengan penjelasan.
d. Prinsip Pengungkapan Yang Memadai (Full Disclosure):
Informasi diungkapankan dengan jelas, andal,teliti, dan tidak menyesatkan.
e. Termasuk konsep dasar/postulate: going concern, periodicle, measurement in term of
money.
3. Standar dan prinsip-prinsip dikembangkan terus-menerus
4. Menggunakan bagan perkiraan standar
34
Akuntansi Publik

Persamaan dan Perbedaan Organisasi Nir-Profit Dengan Organisasi Profit-Motive


Persamaannya
Baik organisasi Nir-profit maupun organisasi Profit-motive kedua-duanya:

a. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem ekonomi dan masyarakat.
b. Harus secara cermat dan berhati-hati dalam memanfaatkan sumber-sumber keuangan
yang terbatas.
c. Memandang bahwa manajemen keuangan yang baik merupakan hal yang sangat
penting, sistem informasi serta data keuangan harus betul-betul menyatakan jumlah
atau maksud serta harus didukung bukti-bukti yang benar, tepat, lengkap, dan tidak
lewat waktu.
d. Mempunyai atau mengikuti proses dan siklus akuntansi yang sama. Jadi kedua-
duanya harus mempunyai bukti-bukti transaksi, sebagai dasar pencatatan pembukuan,
mulai dari jurnal, buku besar, buku besar pembantu, sampai pada laporan keuangan.
e. Memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, dan umpan balik, beserta semua aspek-aspeknya.
f. Kadang-kadang menyelenggarakan kegiatan yang sejenis, seperti membantu korban
bencana alam, dan kegiatan-kegiatan amal lainnya yang tidak menghasilkan
keuntungan.
g. Laporan keuangannya sama-sama perlu diaudit secara independen.

Perbedaan Nir-Profit dgn Profit-Motif


No Nir-Profit No Profit-Motif
1 Pendiriannya Tidak berorientasi laba 1 Pendiriannya untuk berorientasi laba
2 Sumber utama harta: dari pajak, restribusi, 2 Sumber utama harta: modal dari investasi
penerimaan negara bukan pajak, penyertaan pemilik, laba atas penjualan
kontribusi laba perusahaan negara, hibah, produk barang/jasa.
iuran anggota, subsidi dan donasi.
3 Harga barang dan jasa yang dibebankan 3 Harga barang/jasa yang dibebankan oleh
oleh organisasi non-profit kepada organisai profit-motive kepada pembeli
masyarakat didasarkan atas harga pokok didasarkan atas harga pokok barang/jasa
barang/jasa tersebut. setelah ditambah keuntungan yang
diharapkan atau didasarkan atas harga pasar
yang biasa digunakan oleh perusahaan
komersial.
4 Barang/jasa yang disediakan oleh 4 Barang/jasa yang dijual disediakan oleh
organisasi nir-profit adalah bersifat khas organisasi profit-motive adalah berdasarkan
(unik) oleh karena itu, tidak dipasarkan kebutuhan pasar, agar dapat memperoleh
secara umum sehingga tidak ada harga laba. Harga barang/jasa yang dibebankan
pasar yang dapat digunakan untuk menilai kepada pembeli harus dapat menutup biaya
secara objektif. Harga barang/jasa yang produksi, supaya organisiasi dapat
dibebankan kepada masyarakat hanya berlangsung untuk jangka waktu yang tidak
dapat digunakan untuk menutup sebagian terbatas.
biaya dari harga pokok barang/jasa.
35
Akuntansi Publik

Misalnya, uang kuliah yang diterima dari


mahasiswa hanya dapat digunakan untuk
menutup sebagian biaya yang dikeluarkan
untuk pengelolaan suatu universitas negeri.
5 Masalah Terminologi: 5 Masalah Terminologi:
Konsep kesatuan usaha (Entity Concept); Konsep kesatuan usaha (Entity Concep)
organisasi non profit tidak merupakan pada organisi profit-motive merupakan
kesatuan usaha (entity) yang utuh, kesatuan yang utuh (entity), sehingga jelas
malainkan terpisah dalam kesatuan jenis- kepemilikannya.
jenis dana (fund)
Konsep Periodisasi (Periodic Concept); Konsep Periodisasi (Periodic Concept);
dalam organisasi non profit sangat dalam organisasi profit-motive berhubungan
berhubungan dengan periodisasi anggaran dengan periodesasi tahun kelender, dimana
(budget) untuk memenuhi terlaksananya taksiran proyeksi keuntungan sudah
kegiatan organisasi semata atau agar suatu ditentukan dalam anggaran..
negara dapat melayani masyarakatnya.
Konsep Mempertemukan Pendapatan dan Konsep Mempertemukan Pendapatan dan
Biaya (Revenue Matching Concept) pada Biaya (Revenue Matching Concept); pada
organisasi non-profit adalah persesuaian pada profit-motive tekanannya pada
antara penerimaan dan pengeluaran penyesuaian antara penghasilan (revenue)
menurut anggaran serta sisa dana (fund dan biaya (expense) yang menjadi bagian
balance) selama periode anggaran tersebut dari suatu tahun kerja. Selisih antara
penghasilan dan biaya adalah laba.
Pada organisasi non-profit seperti yayasan, Konsep Kelangsungan Usaha (Going
sekolah, termasuk negara, konsep Concern Concept) organisasi profit-motive
kelangsungan organisasi mirip dengan didirikan untuk tujuan tidak terbatas atau
organisasi yang berorientasi laba, tetapi sesuai akte tertulis pada anggaran dasarnya
dalam hal pembubaran tidak berdasarkan dan sewaktu-waktu dapat dibubarkan
pada ukuran diperoleh laba atau (liquedation), jika ternyata tidak lagi
mengalami rugi, melainkan lebih banyak memperoleh keuntungan dan terus menerus
pada kehendak anggota atau akibat menderita rugi sehingga modal usaha
peraturan perundang-undangan yang menjadi sangat berkurang, maka organisasi
berlaku. Badan-badan pemerintahan tidak bisnis terpaksa dibubarkan, atau ditambah
mengenal adanya pembubaran dalam arti modal usaha.
nyata, pembubaran lebih cenderung pada
pengertian politis.

Persamaan dan perbedaan organisasi di atas, merupakan inventarisasi secara garis besar. Jika
diteliti lebih lanjut, persamaan dan perbedaannya akan banyak ditemukan.

Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Pemerintah


Ruang Lingkup Akuntansi Pemerintah
Pengertian Akuntansi Pemerintahan adalah: berkaitan dengan anggaran negara. Akuntansi
pemerintahan dilaksanakan baik oleh unit-unit pemerintah (Eksekutif) dan juga oleh lembaga
36
Akuntansi Publik

Legislatif dan Yudikatif sepanjang membebani anggaran negara. Akuntansi Pemerintahan


mencatat dan melaporkan transaksi kegiatan anggaran negara berupa:
• Pendapatan (revenues) dan
• Belanja (expenditures),
• Pembiayaan (financing) dan biasanya disebut Akuntansi Anggaran (Budgetary
Accounting).
Pelaksanaan akuntansinya menggunakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005)

Karakteristik Akuntansi Pemerintahan


Akuntansi pemerintahan memiliki karakteristik khusus jika dibandingkan dengan akuntansi
bisnis. Menurut tujuan pemerintah tersebut, maka karakteristik akuntansi pemerintahan dapat
dilihat seperti berikut ini:
• Pemerintah mencatat anggaran pada saat anggaran tersebut dibukukan.
• Pemerintah tidak berorientasi pada keuntungan sehingga dalam akuntansi pemerintah
tidak ada laporan laba (income statement) dan treatment akuntasi yang berhubungan
dengannya.
• Dalam akuntansi pemerintahan sangat mungking menggunakan lebih dari satu jenis
dana.
• Akuntansi pemerintahan sifatnya kaku karena sangat tergantung dengan peraturan
perundang-undangan.
• Akuntansi pemerintahan akan membukukan pengeluaran modal
• Akuntansi pemerintahan tidak membutuhkan perkiraan modal dan laba yang ditahan
dalam neraca.

Ruang lingkup Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ini berlaku untuk seluruh unit organisasi
Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka Dekonsentrasi
dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.

Tidak termasuk dalam lingkup PMK ini adalah:


a. Pemerintah Daerah (yang sumber dananya berasal dari APBD)
b. Badan Usaha Milik Negara / Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri atas:
1) Perusahaan Perseroan,
2) Perusahaan Umum
c. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah. (PP-SAPP)

Laporan Keuangan
Laporan Keuangan, sebagaimana disebutkan dalam Bagian Keempat Pasal 55 UU RI No.1
Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara adalah sebagai berikut:
1. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi petanggungjawaban
pelaksanaan APBN di hadapan Legeslatif;
37
Akuntansi Publik

2. Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud di atas


adalah sebagai berikut:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun
danmenyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan
Layanan Umum padaKementerian Negara/Lembaga masing-masing;
b. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud diatas disampaikan kepada Menteri
Keuanganselambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir;
c. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun Laporan Arus Kas
PemerintahPusat;
d. Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan
negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara;
3. Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada nomor (1) disampaikan Presiden
kepada Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir;
4. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang memberikan
pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan sistem
pengendalian intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan
sesuai dengan standar akuntansi "pemerintahan.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah
diatur dengan peraturan pemerintah.

Empat kelompok utama pelaporan keuangan pemerintah ialah:


1. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran oleh Kantor/Proyek
2. Pertanggungjawaban pelaksanaan bagian anggaran oleh Departemen/Lembaga
3. Pertanggungjawaban APBN dan Kas Umum Negara oleh Departemen Keuangan
4. Pertanggungjawaban pelaksanaan UU-APBN oleh Pemerintah Pusat kepada DPR

Larry P. Bailley, dalam bukunya "Governmental GAAP Guide”:1990 melihat sasaran laporan
keuangan pemerintah dari sisi pemakai laporan sebagai berikut:
• Pelaporan keuangan sebaiknya membantu pemerintah agar dapat
mempertanggungjawabkan keuangan negara dan memungkinkan pemakai laporan
keuangan menilai akuntabilitasnya.
• Pelaporan keuangan sebaiknya dapat membantu pemakai dalam menilai hasil
operasi entitas pemerintah dalam satu periode.
• Pelaporan keuangan sebaiknya dapat membantu pemakai dalam menilai tingkat
pelayanan yang dapat diberikan entitas pemerintah dan kemampuan untuk
memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya, Peraturan-peraturan dasar Akuntansi
Pemerintahan Republik Indonesia yaitu;

1. Undang-undang Dasar 1945 pasal 23, huruf:


A. APBN. Ditetapkan setiap tahun dengan UU.
B. Segala Pajak untuk urusan negara ditetapkan dengan undang-undang
38
Akuntansi Publik

C. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang


D. Hal keuangan negara diatur dengan undang-undang
E. Untukmemeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa
Keuangan, yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-undang, hasil
pemeriksaandiberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (UUPI), yang merupakan
pembaharuan/perubahan dari Indische Comptabiliteitswet, yang lebih dikenal dengan ICW
Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954
nomor 6, 1955 nomor 49, dan terakhir nomor 9 tahun 1968, sekarang diganti atau dirubah
dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
3. Sekarang, beberapa peraturan perundangan yang berlaku tentang Perbendaharaan
Indonesia adalah:
a. UU RI no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
b. UU RI no. 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
c. UU RI no. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab
KeuanganNegara;
d. UU RI no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; diubah menjadi UU No. 23
tahun 2014.
e. UU RI no.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
f. Peraturan Pemerintah no. 42/2002 tentang Pelaksanaan Anggaran (APBN);
g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
h. Serta peraturan perundangan lainnya yang terkait.

Pasal 1 ayat (1) UU RI Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyebutkan;
"Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barangyang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut".

Basis akuntansi, sebagaimana tersebut dalam Pedoman pelaksanaan SAPP, adalah:


a. Basis Kas, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan, diakui dan dicatat pada saat kas
diterima/dikeluarkan oleh/dari Kas Umum Negara (KUN)
Basis akrual, yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana, diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksiatau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, bukanpada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
b. Sistem Pembukuan Berpasangan, didasarkan atas persamaan dasar akuntansi yaitu:
Aset =Kewajiban + Ekuitas Dana
Setiap transaksi yang terjadi sedikitnya mempengaruhi 2 (dua) akun dengan cara
mencatat mendebet perkiraan tertentu dan mengkredit akun pasangannya.
c. Sistem Terpadu dan Dikomputerisasi, menggunakan SAPP terdiri dari beberapa sub
sistem yangsaling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan
39
Akuntansi Publik

proses pembukuandan pelaporannya sudah dikomputerisasi. SAPP membukukan dan


melaporkan transaksi-transaksiyang berkaitan dengan APBN.
d. Desentralisasi Pelaksanaan Akuntansi, kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di
instansidilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat
instansi maupun didaerah.
e. Bagan Perkiraan Standar, SAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh
MenteriKeuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.

Kerangka Umum SAPP


SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi.

1. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP)


SiAP dilaksanakan oleh Badan Akuntansi Keuangan Negara (SAKUN) dan terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi Kas Umum (SAKUN) yang menghasilkan Laporan Arus Kas (LAK)
Pemerintah Pusat
b. Sistem Akuntansi Umum (SAU) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) dan Neraca Pemerintah Pusat.
SiAP dalam rangka menyiapkan laporan keuangan dengan membentuk dua unit pemprosesan
data yaitu :
a. KAR (Kantor Akuntansi Regional) memproses data dari KPPN
b. KAK (Kantor Akuntansi Khusus) memproses data dari Kantor Pusat DJPb dan KPPN
Khusus.

2. Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga, dan
dibentuk UnitAkuntansi Keuangan yang terdiri dari:
1) Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA)
2) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Eselon I (UAPPA-E1)
3) Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran - Wilayah (UAPPA-W)
4) Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

Kementerian Negara/Lembaga melakukan pemrosesan data termasuk bagian anggaran


pembiayaan dan perhitungan pada tingkat kantor/proyek yang akan menghasilkan laporan
keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Neraca. Dengan demikian tanggung
jawab kebenaran data dan laporan keuangan ada pada instansi yang bersangkutan. Dokumen
sumber yang digunakan dalam melakukan pemrosesan data di tingkat kantor/proyek adalah
dokumen sumber yang diterima dari KPPN, Kanwil DJPb, DJPb Pusat dan Instansi terkait
lainnya.
Data akuntansi dan laporan keuangan tersebut secara berkala disampaikan secara
berjenjang kepada unit akuntansi diatasnya. Pada tingkat wilayah, data akuntansi tersebut
selain disampaikan kepada Unit Akuntansi Eselon-I, juga wajib disampaikan kepada KAR
setempat sebagai bahan rekonsiliasi data. Hasil rekonsiliasi oleh KAR disampaikan kepada
40
Akuntansi Publik

Pusat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan (Pusat AKLAP) dan Pusat Akuntansi Anggaran
Pembiayaan dan Perhitungan (Pusat AKBIA).

Tips 1.4: Istilah-Istilah Akuntansi Yang Harus Diketahui


Istilah-Istilah Akuntansi Yang Harus Diketahui

Untuk memahami akuntansi dengan baik, kita terlebih dahulu harus memahami terminologi dasar atau
istilah-istilah dalam akuntansi. Berikut ini adalah daftar istilah akuntansi yang wajib diketahui bagi
Anda yang ingin mempelajari dan memahami dengan baik ilmu akuntansi.
Entitas. Entitas atau entitas akuntansi adalah sebuah unit pelaporan yang membuat laporan akuntansi.
Entitas adalah sebuah obyek yang menjadi pusat disusunnya laporan akuntansi. Sebuah entitas
akuntansi bisa berupa perusahaan, anak perusahaan, cabang, unit kegiatan, proyek, atau pun sebuah
organisasi nirlaba.

Transaksi. Transaksi yaitu suatu kejadian yang melibatkan dua pihak atau lebih yang memiliki
dampaj ekonomi dan keuangan terhadap entitas akuntansi. Contoh transaksi misalnya jual beli, pinjam
meminjam, sewa menyewa, dll. Untuk tujuan proses akuntansi, transaksi digolongkan berdasarkan
kegiatan usaha yang lazim dilakukan pada suatu jenis usaha tertentu. Sebagai contoh, pada sebuah
perusahaan dagang, transaksi yang terjadi antara lain: pembelian, penjualan, penerimaan uang,
pengeluaran uang, dll.
Kejadian. Yaitu istilah akuntansi yang menunjukan suatu peristiwa yang terjadi pada internal entitas
yang memiliki dampak ekonomi dan keuangan. Misalnya proses produksi, penurunan nilai aset,
perubahan kurs atau nilai tukar, dll.

Akun. Yaitu pos atau wadah untuk mencatat setiap transaksi atau kejadian. Pada umumnya, ada 5
jenis akun dalam akuntansi yaitu aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban. Akun tersusun secara
sistematis dan diberikan kode dalam sebuah daftar akun (chart of account).

Bisa dikatakan, akun merupakan bagian terkecil yang membuat organ laporan akuntansi. Beberapa
contoh akun misalnya kas, bank, persediaan, aset tetap, liabilitas, pendapatan usaha, gaji, dll.
Berdasarkan posisinya terhadap laporan keuangan, akun bisa dikelompokkan menjadi akun posisi
keuangan/neraca, akun labar rugi, akun laba rugi komprehensif, dan akun penghasilan komprehensif
lain.

Jurnal. Yaitu catatan awal atau wadah untuk mencatat semua kejadian atau transaksi. Jurnal sering
disebut juga sebagai Buku Harian sebuah entitas atau perusahaan, sebelum dilanjutkan ke buku besar
dan buku tambahan. Jurnal sering juga disebut kegiatan pembukuan paling dasar yang dilakukan oleh
sebuah entitas terhadap transaksi atau kejadian yang terjadi. Dalam sistem pembukan berpasangan
(double entry system), jurnal dilakukan dengan mendebet dan mengkredit pasangan akun tertentu
dengan jumlah yang tepat sama atau seimbang (balance).

Jurnal Penyesuaian. Yaitu jurnal yang dilakukan pada saat penutupan buku dengan cara
memutkahirkan data laporan keuangan. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan yang dibuat lebih
akurat sesuai dengan kondisi pada periode pelaporan.

Jurnal Koreksi. Yaitu jurnal yang dilakukan untuk mengkoreksi atau memperbaiki suatu kesalahan
pembukuan yang telat dibuat. Kesalahan pencatatan biasanya terjadi pada saat pembukuan yaitu
kesalahan jumlah dan kesalahan akun.

Jurnal Penutup. Yaitu jurnal yang dilakukan untuk menutup semua akun laba rugi dalam proses
perhitungan laba rugi selama satu periode tertentu. Dengan demikian, semua akun laba rugi pada
periode tersebut akan bersaldo nol dan siap untuk membukukan pendapatan dan beban pada periode
yang baru.
41
Akuntansi Publik

Buku Besar. Yaitu kumpulan akun aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban. Sebuah buku besar
bisa berupa buku, kumpulan kartu ataupun data maupun cetakan computer.

Buku Tambahan. Yaitu suatu media baik berupa buku, kumpulan kartu maupun data atau cetakan
computer untuk memperinci suatu akun tertentu pada buku besar. Sebagai contoh, utang usaha pada
buku besar diperinci pada buku tambahan untuk masing-masing kreditur misalnya kreditur A, B, C,
dan seterusnya.

Neraca Percobaan. Yaitu sebuah kertas kerja yang berisi semua akun dalam posisi yang seimbang
(balance) antara debet dan kredit yang disusun dari nilai angka yang ada pada buku besar.

Neraca Percobaan Setelah Disesuaikan. Yaitu neraca percobaan yang disusun kembali setelah
dilakukan ayat jurnal penyesuaian.

Neraca Percobaan Setelah Ayat Jurnal Penutup. Yaitu neraca percobaan yang disusun kembali
setelah dilakukan ayat jurnal penutup.

Laporan Keuangan. Yaitu laporan yang dihasilkan dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan
sebuah entitas biasanya meliputi laporan posisi keuangan/neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas, dll.

Kata-kata kunci

Organisasi Nir-laba atau organisasi non profit


Peran pemerintah
Fungsi negara
Basis Akuntansi
Entitas
Good Governance
Accountability
Prinsip Akuntansi
Penganggaran Publik
Value for Money

LATIHAN

1. Dua Tujuan Akuntansi Sektor Publik terutama menurut American Accounting


Association (1970) dalam Glynn (1993) disarikan sebagai management control dan
accountability, jelaskan pengertian dua tujuan tersebut.
2. Jelaskan mengapa perubahan akuntansi komersil juga membawa perubahan pada sistem
akuntansi sektor publik!
3. Setelah reformasi sektor publik, perubahan-perubahan terjadi menuju sektor publikyang
dapat menciptakan good public governance dan good corporate governance, perubahan-
perubahan apa saja yang terjadi saat reformasi tersebut, sebutkan yang Anda ketahui!.
42
Akuntansi Publik

4. Tahun 2003, Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan pemerintah dan
reformasi akuntansi keuangan pemerintah. Sebutkan tiga undang-undang yang menandai
dimulainya reformasi keuangan negara di Indonesia.
5. Jelaskan yang dimaksud dengan pengertiangood governance menurut World Bank.
6. Jelaskan juga pengertian good governance manurut UNDP (United Nation Development
Program).
7. Ada delapan (8) karakteristik good governance menurut UNDP.
8. Jelaskan pengertian akuntabilitas publik, dan apa yng dimaksud dengan akuntabilitas
vertikal, dan akuntabilitas horizontal.
9. Jelaskan pengertian tentang akuntabilitas kejujuran (accountability for probity), dan
akuntabilitas hukum (accountability for legality).
10. Akuntasi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu: penyediaan informasi,
pengendalian manajemen, dan akuntabilitas; jelaskan pengertian ketiga pokok hal
tersebut.
11. Menurut Mardiasmo (2002:143), dalam bukunya teori akuntansi sector public, teori
memiliki tiga karakteristik dasar, sebutkan ketiga krakteristik tersebut dan jelaskan
pengertiannya.
12. Teknik-teknik Akuntansi Sektor Publik yang dapat diadopsi oleh Akuntansi Sektor Publik
adalah: Akuntasi Anggaran, Akuntansi Komitmen, Akuntansi Dana, Akuntansi Kas dan
Akuntansi Akrual; Jelaskan pengertian masing-masing teknik akuntansi tersebut.
13. Sesuai Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, laporan
keuangan sektor publik/pemerintahan sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan
APBN/APBD setidak-tidaknya ada empat (4) macam, sebutkan, dan apa isinya masing-
masing laporan tersebut.
14. Sebutkan tujuan umum akuntasi dan laporan keuangan organisasi sektor publik.
15. Pada dasarnya publik mempunyai hak-hak dasar terhadap pemerintah. Yaitu: (1) right to
know, (2) right to be inform, dan (3) right to be hear and to be listened to; jelaskan
pengertian hak-hak tersebut.
16. Prinsip-prinsip akuntansi pemerintahan harus sesuai dengan prinsip dan standar yang
berlaku umum, sebutkan sesuai dengan SAP.
17. Siapa yang memegang kekuasaan BUN pada pemerintah, dan siapa pemegang kekuasaan
BUD pada daerah, sebutkan dan berikan sedikit penjelasanya.Akuntansi pemerintahan
mencatat dan melaporkan transaksi kegiatan anggaran dalam Pendapatan (revenues).
Belanja (expenditures) dan Pembiayaan (financing), jelaskan pengertiannya masing-
masing. Sebutkan ciri-ciri utama akuntansi pemerintahan.
18. Siapa saja yang harus menyelenggarakan akuntansi pemerintahan, jelaskan secara
singkat.
19. Pemerintah Kota ZZ mempunyai informasi keuangannya sbb:
1 Jan. 2019 Kas Rp50 m
10 Jan melakukan pembayaran kas: Rp10 jt untuk pembayaran PLN, Rp5 jt telepon, dan
Rp8 juta Air Pam
15 Jan melakukan Pembayaran Penyewaan truk pengangkut sampah dari perusahaan PT
Truk Bersih MM Rp50 jt. Bendaharawan memotong PPh 23
43
Akuntansi Publik

20 Jan Membeli dan membayar tunai sebuah Genset buatan Jerman Rp 400 jt. Genset
ditaksir dapat dipakai utk 5 tahun, bendaharawan memotong PPh 22
25 Dibeli sebidang Tanah untuk pembangunan Gedung Perkantoran Rp15 m pelunasan
13 M lagi bulan februari 20.
25 Menerima Kas dari Restribusi Parkir Rp500 ribu
Pertanyaan: a) Catat dalam jurnal transaksi di atas dengan menggunakan Basis Kas,
Basis Kas modifikasi, dan Basis Akrual.
b) Sajikan Neraca akhir bulan Januari, sebelumnya buat penyesuaian untuk
bulan januari yang dibutuhkan dan jurnal penutup.

Anda mungkin juga menyukai