A. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah semua kegiatan pemenuhannya harus dijamin, diatur dan
diawasi oleh pemerintah, karena itu diperlukan untuk perwujudan dan perkembangan
saling ketergantungan sosial dan pada hakikatnya, perwujudannya, sulit terlaksana tanpa
campur tangan pemerintah. (B. libois, dalam haryatmoko, 2013 : 130). Defenisi ini
menjelaskan gagasan untuk mrningkatkan slidaritas sosial, memerangi egoisme yang
tidak rasional untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dalam rangka mencapai
tujuan kolektif. Pelayanan publik dapat ditandai denga ciri-ciri sebgai berikut :
Makna dari pelayanan public dapat perlu memperhitumgkan unsur- unsur sebagai
berikut :
Berkaitan dengan kualitas pelayanan public ketiga organisasi diatas yaitu pemerintah,
sawasta dan asosiasi nirlaba memiliki kekuatan masing-masing yaitu sebagai berikut :
Terlepas dari berbagai teori, pendekatan, prospektif dan paradigma berkaitan dengan
pelayanan public yang senantiasa berubah untuk menyesuaikan diri dengan dinamika
perkembangan kebutuhan masyarakat yang terdapat di negara-negara maju atau pada belahan
dunia lainnya. Pergeseran tersebut untuk menciptakan suatu kerangka pelaksanaan pelayanan
public yang lebih baik, efesien, responsive, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.
Dalam era Reformasi ditandain pada paradigma deregulasi setengah hati, dimana
pemerintah memilih sektor tertentu untukn dideregulasi yang pertimbangan utamanya bukan
pencapain efesiensi pelayanan publik, tetapi keamanan bisnis antara pejabat negara dan
pengusaha besar. Kemudian pada paradigma Reformasi pelayanan public. Paradigma ini mengkaji
ulang peran pemerintah dan mendefinisikan kembali sesuai dengan konteknya, yaitu perubahan
ekonomi dan politik global, penguatan civil society, good governance, peranan pasar dan
masyarakat yang semakin besar dalam penyusutan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Sekalipun di Indonesia secara politik era Reformasi itu sudah berjalan 10 tahun sejak
lengsernya presiden Suharto tahun 1998, namun dalam penyelenggaran pelayanan public masih
ditandai berbagai kelemahan-kelemahan, padahal sudah banyaj upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam upaya meningkatkan pelayanan public kepada masyarakat antara lain
perumusan undang-undang tentang pemerintahan daerah yang sebenarnya memberikan peluasan
kewenangan pada tingkat pemerintahan daerah, dipandang sebagai salah satu upaya untuk
memotong hambatan birokratis yang seringkali mengakibatkan pemberian pelayanan memakan
waktu yang lama dan berbiaya tinggi. Dengan adanya desentralisasi daerah mau tidak mau harus
mampu melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah pusat,
seiring dengan pelayanan yang harus disediakan.
Upaya untuk memperbaiki pelayanan public telah lama dilaksankan oleh pemerintah,
antara lain kebijakan ini dapat dilihat pada surat keputusan Menteri pendayagunaan aparatur
negara nomor 81/1993 tentang pedoman tata laksana pelayanan umum. Kemudian inpres No. 1
Tahun 1995 tentang perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan aparatur pemerintah kepada
masyarakat. Pada perkembangan terakhir telah diterbitkan pula keputusan menpan Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan public. Upaya
meningkatkan kualitas pelayanan tidak hanya di tempuh melalui keputusan-keputusan, tetapi juga
melalui peningkatan kemapuan apparat dalam memberikan pelayanan. Upaya ini dilakukan
dengan cara memberikan berbagai materi mengenai manajemen pelayanan dalam diklat-diklat
structural pada berbagai tingkatan.
Hanya saja dari berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki
pelayanan public, namun masih saja ditemukan berbagai kelemahan dalam pelayanan public ini.
Hal tersebut dilihat pada hasil survai yang dilakukan oleh UGM pada tahun 2002 diketahui bahwa
dilihat dari sisiensi dan efektifitas, responsivitas, kesamaan pelakuan dan besar kecilnya rente
birokrasi masih jauh dari yang di harapkan (Mohamad, 2003). Oleh karena itu dengan
membandingkan upaya-upaya yang telah ditempuh oleh pemerintah dengan kondisi pelayanan
public.yang dituntut dalam era desentralisasi, tampaknya uapaya pemerintah tersebut masih belum
banyak nmemberikan kontribusi bagi perbaikan kualitas pelayanan public itu sendiri. Bahkan
birokrasi pelayanan public masih belum mampu menyelenggarakan pelayanan yang adil dan non-
partisan.
\ Dilihat dari sisi pola penyelengggaannya, pelayanan public di Indonesia masih memiliki
berbagai kelemahan antara lain : (1). Kurang responsive, (2). Kurang informatif, (3). Kurang
accessible, (4). Kurang koordinasi,(5). Birokratis, (6). Kurang mau mendengar
keluhan/saran/aspirasi masyarakat, dan (7). Ineflisiensi. Dilihat dari sisi sumberdaya manusianya
kelemahahan utamanya dalah berkaitan dengan profesionalisme, kompetensi, empati dan etika.
Pola kerja yang digunakan oleh Sebagian besar aparatur yang ada sekarang ini masih di pengaruhi
oleh model birokrasi klasik, yakni cara kerja yang terstruktur/hierararkis, legalistik formal, dan
sistem tertutup. Selain itu beberapa pendapat menilai bahwa kelemahan sumberdaya manusia
aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan disebabkan oleh sistem kompensasi rendah
dan tidak tepat.
Kelemahan pelaksanaan pelayanan public lainya dapat dilihat pada sisi kelembagaan,
kelemahan utama terletak pada desaian organisasi yang tidak dirancang khusus dalam rangka
pemberian pelayanan pada masyarakat, penuh dengan khirarki yang membuat pelayanan menjadi
berbelit-belit (birokratis), dan tidak terkoordinasi. Kecendrungan untuk melaksanankan dua fungsi
sekaligus, fungsi pengaturan dan fungsi penyelenggaraan, masih sangat kental dilakukan oleh
pemerintah, yang juga menyebabkan pelayanan public menjadi tidak efisien.
1. Transparan
Prosedur dan tata cara pelayanan, persyaratan, unit kerja pejabat penanggungjawab
pemberi pelayanan, waktu penyelesain, rincian biaya atau tarif seta hal-hal lain yang baerkaitan
dengan prosen pelayanan wajib di informasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan
dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
2. Akuntabilitas
Melayani masyarakat dengann baik adalah merupakan tanggumgjawab bagi semua
pegawai. Denga demikian maka setiap pegawai melayani masyarakat dan memperlajari cara
meningkatnkan untuk melayani. Di dalam keterampilan melayani, termasuk pula di dalamnya
adalah penguasaan terhadap pengetahuan jasa layanan yang diberikan, karteanan hal ini akan
menunjukan pada masyarakat bahwa pegawai tersebut adalah professional di bidang Manajen
Pelayanan public.
3. Kondisional
Sebagai inti dari pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh organisasi pemerintah desa
adalah belajar untuk berkomunikasi secara baik dan benar dengan setiap masyarakat yang
datang mau meminta pelayanan. Berkomunikasi yang baik ini merupakan keterampilan yang
harus dimiliki oleh setiap pegawai, karena hal tersebut vakan berpengaruh terhadap proses
penyelesai pekerjaan seorang pegawai.
4. Partisipatif
B. Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Publik Kantor Desa Kota baru Siberida
1. Factor internal
a. Pola manajemen umum organisasi
b. Penyediaan fasilitas pendukung
2. Factor eksternal
a. Pola layanan dan tata cara penyediaan layanan
b. Pola layanan dalam penyampain jasa