Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi sektor publik dapat diinterprestasikan sebagai bidang akuntansi yang
secara khusus membahas penggunaan akuntansi dalam kegiatan organisasi sektor
publik. Secara luas, organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga tinggi
negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, perusahaan
negara yang di Indonesia dikenal sebagai BUMN dan BUMD, partai politik,
lembaga swadaya masyarakat, yayasan, dan lembaga nonprofit lainnya. Dalam
perkembangan keilmuan, akuntansi sektor publik masih terbilang sangat muda
yakni sekitar satu dekade.
Akuntansi sektor publik di Indonesia tertinggal dibandingkan dengan akuntansi
bisnis (swasta). Di sisi lain, karakteristik sektor publik sangat berbeda dengan sektor
swasta, sehingga akuntansi yang diterapkan pada kedua sektor tersebut juga berbeda
dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Perbedaan karakter dan mekanisme
pengelolaan masing-masing organisasi sangat perlu diperdalam, agar kinerja
masing-masing sektor menjadi maksimal. Maksimalisasi kinerja organisasi sektor
publik inilah yang menjadi tujuan komparasi akuntansi sektor publik dan organisasi
bisnis (swasta).
Pada makalah ini, akan dibahas antara lain perkembangan pemikiran akuntansi;
tujuan komparasi; asumsi akuntansi; akuntansi sektor publik versus sektor
bisnis(swasta); pengambilan keputusan; perencanaan; penganggaran; realisasi
anggaran; pengadaan barang dan jasa; pelaporan; audit; serta pertanggungjawaban
dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta).

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana perkembangan pemikiran akuntansi?
1.2.2 Apa tujuan komparasi Akuntansi Sektor Publik versus Sektor Bisnis
(swasta)?
1.2.3 Apa asumsi-asumsi Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis
1.2.4 Apa perbedaan dan hubungan Akuntansi sektor publik versus sektor bisnis
(swasta)?
1.2.5 Apa dasar-dasar pengambilan keputusan dalam sektor publik dan sektor
bisnis (swasta)?
1.2.6 Bagaimana Perencanaan dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)?
1.2.7 Bagaimana Penganggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)?
1.2.8 Bagaimana Realisasi anggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis
(swasta)?
1.2.9 Bagaimana Pengadaan barang dan jasa dalam sektor publik dan sektor
bisnis (swasta)?
1.2.10 Bagaimana Pelaporan dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)?
1.2.11 Bagaimana Audit dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)?
1.2.12 Bagaimana Pertanggungjawaban dalam sektor publik dan sektor bisnis
(swasta)?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui perkembangan pemikiran akuntansi
1.3.2 Mengetahui Tujuan komparasi Akuntansi Sektor Publik versus Sektor
Bisnis (swasta)
1.3.3 Mengetahui Asumsi-asumsi Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis
1.3.4 Mengetahui Akuntansi sektor publik versus sektor bisnis(swasta)
1.3.5 Mengetahui Pengambilan keputusan dalam sektor publik dan sektor bisnis
(swasta)
1.3.6 Mengetahui Perencanaan dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)
1.3.7 Mengetahui Penganggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)

2
1.3.8 Mengetahui Realisasi anggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis
(swasta)
1.3.9 Mengetahui Pengadaan barang dan jasa dalam sektor publik dan sektor
bisnis (swasta)
1.3.10 Mengetahui Pelaporan dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)
1.3.11 Mengetahui Audit dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)
1.3.12 Mengetahui Pertanggungjawaban dalam sektor publik dan sektor bisnis
(swasta)

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Pemikiran Akuntansi


a. sektor publik versus sektor bisnis ( swasta)
Sejak adam dan hawa, manusia dihadangkan pada berbagai pilihan
pemenuhan kebutuhan. Walaupun alam memiliki kapasitas yang besar untuk
memenuhi kebutuhan penghuni plnet ini, masalah tetap muncul antarindividu
dan kelompok. masalahnya berkembang dari pilihna baik dan yang lebih baik,
pilihan baik dan buruk, serta pilihan ada dan tiada. Jasi, perubahan pengelolaan
kebutuhan selalu terasa dari zaman purba ke zaman berikutnya.
Pada zaman tembaga mulai dikenal atau akhir masa batu, pertambahan
penduduk yang tinggal di daerah subur telah mengurangi kapasitas sumber daya
alam. Berbagai kelompok berebut sumber daya yang ada. Visi kelompok-
kelompok ini adalah mencukupi kebutuhan dengna aman. Dalam kondisi seperti
ini, kelompok yang ada dapat diidentifikasi sebagai kelompok kuat dan lemah,
dan atau kelompok penguasa dan nonpenguasa. Ini berarti bahwa pperebutan
sumber daya akan menentukan tatanan masyarakat.
Pada zaman primitif, komunitas masyarakat menjadi lebih besar dan
hubungan antardaerah telah dimungkinkan. Pertemuan antarkelompok menjadi
lebih seing, dan pada saat yang sama. Kapasitas alam mulai dirasa terbatas
kondisi akan memuncilkan pilihan untuk menetap dan bercocok tanam,
sehingga visi kemasyarakatan mulai berubah dan persaingan perebutan
kekuasaan menjadi lebih meningkat.
Dimasa setelah primitif masyarakat nonmaden menjadi masyarakat
penetap dengan perkembangan tatanan kemasyarakatan. Keterbatasan sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Kerjasama antar kelompok nonpenguasa
dan penguasa mulai dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu
daerah. Disinilah peristilahan kelompok swasta dan publik mulai dikenal. Ini
berarti bahwa kelompok swasta merupakn hasil dari perubahan
kemasyarakatan, perubahan ssial, dan perubahan organisasi publik.

4
Keterbatasan kapasitas penguasa publik membuka peluang peranan dalam
pengelolaan perekonomian. Penguasa ekonomi mulai dipisahkan dari penguasa
politik kemasyarakatan.
b. Perlunya Akuntansi Sektor Publik Dipelajari Tersendiri
Akuntasi sektor publik dapat diinterpretasikan sebagai bidang akuntansi
yang secara khusus membahas penggunaan akuntansi dalam kegiatan organisasi
sektor publik. Secara luas, organisasi sektor publik meliputi lembaga-lembaga
tinggi negara dan dapertemen-dapertemen di bawahnya, pemerintah daerah,
perusahaan negara yang di indonesia dikenal sebagai BUMN Ddan BUMD,
partai politik, lembaga swadaya masyarakayat, yayasan dan lembaga nonprofit
lainnya.
Secara kronologis, kebutuhan akan perubahan perspektif ilmu
manajemenkeuangan publik mulai dirasakan sejak tahun 1980-an. Secara
global, berbagai lembaga dunia mulai merancang pengembangan model seperti
yang terjadi di New Zeeland. Dengan restrukturisasi model pemerintahan
berbasis akriual mulai diimplementasikan. Hasil pembelajaran yang ada
dirasakn cukup meyakinlan, sehinnga proses penerbitan standar berskala
internasional mulai dilakukan melalui badab IFAC ( International federation of
Accountant). Melalui proses penyusunan standar yang ketat, IPSASB
(International Publik Sektor Accounting Standard Board) telah berhasil
diluncurkan pada tahun 1998. Titik ini merupakan awal munculnya perspektif
akntansi dalam bidang ilmu manajemen keuangan publik.
Di indonesia, perubahan ini terjadi ketika era Orde Baru mulai runtuh.
Dengan simbol dan slogan yang berbeda, orde reformasi mulai digulirkan.
Dalam orde ini, keterbukaan menjadi suatu dorongan yang luas. Kondisi ini
tentunya membuat pengembangan suatu kompartemen baru dalam Ikatan
Akuntan Indonesia, kompartemen akuntan sektor publik (IAI-KASP) ditahun
2002 sangat mungkin dilakukan. Kompartemen ini telah menjadi unit yang
besar didalam IAI sendiri. Dorongan positif semakin teras addengan
kemunculan UU No. 17/2003 tentang keuangna negara.

5
Dari sisi ilmu, pengembangan diskusi dan arena bertukar ilmu
pengetahuan telah dilakukan dalam skala nasional dan internasional, proses
pengembangan standar di IFAC telah dijadika arena diskusi. Sementara di
indonesia , Forum Dosen Akuntansi Sektor Publik (FDASP) telah dijadikan
forum pengembangan ilmu bagi para dosen). Dalam temu kelimanya di Malang
pada tahu 2006, struktur kurikulum S1 Dan S2 telah di sepakati bersama.
konsensus ini merupakan langkah awal bagi peleltakan dasar pemantapan ilmu
akuntansi sektor publik di indonesia.
Akuntansi sektor publik merupakan mata kuliah wajib dalam program
studi akuntansi. Pada saat yang sama, bangsa ini telah melewati berbagai awal
masa orde reformasi. Pada awal reformasi, bangsa ini mengharaokan
pemerintah yang bersih. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur.
Prasayarat kepandaian dan kebujakan bukan menjadi pilihan. Hal tersebut telah
menjadi reaklitas yang didiskusiakan di depan kelas. Pengenalan lembaga
publik telah mendekatkan mahasiswa dengan realitas hidup. Namun, kriteria
tersebut telah berubah saat ini. Kesulitan ekonomi melanda bangsa ini,
sementara pidana korupsi telah menjadi berita sehari-hari. Pilihan pemerintah
yang baik dan benar telah menjadi landasan bagi pemilihan pemimpin. ‘good
and right governance’ telah menjadi simbol pemilihan umum tahun 2009.
Sele\ain itu, realita yang didiskuksikan pada tahun 2008/2009 juga telah
berubah. Dari berbagai tantangan lapangan yang dihadapi bangsa saat ini,
akuntansi sektor publik harus di pelajari secara tersendiri sebagai bagian dari
upaya memenuhi kebutuhan akan terselesaikannya permasalhan negara ini.

2.2 Tujuan Komparasi Akuntansi Sektor Publik Versus Sektor Bisnis (Swasta)
Akuntansi sektor publik di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
akuntansi bisnis (swasta). Di sisi lain, karakteristik sektor publik sangat berbeda
dengan sektor swasta, sehingga akuntansi yang diterapkan pada kedua sektor tersebut
juga berbeda dan mempunyai keunikan tersendiri. Perbedaan karakter dan
mekanisme pengelolaan di masing-masing organisasi harus diperdalam lagi agar
kinerja masing-masing sektor menjadi maksimal dalam mencapai tujuannya.

6
Maksimalisasi kinerja organisasi sektor publik inilah yang menjadi tuuan dari
komparasi akutansi sektor publik dan organisasi bisnis (swasta).
2.3 Asumsi-Asumsi Akuntansi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Perbedaan mencolok di antara keduanya adalah motif keuntungan yang hendak
diperoleh. Akuntansi sektor bisnis swasta pasti akan mencari keuntungan sebanyak-
banyaknya dari layanan atau produk yang diberikan kepada publik. Sedangkan
akuntansi bisnis (swasta), akuntansi sektor publik hanya memenuhi kebutuhan publik
tanpa motof mencari keuntungan.
Pada tataran konsep, materi akuntansi sektor publik secara tersendiri diharapkan
dapat meningkatkan keinginan akan akuntabilitas dan transparansi kinerja
pengolahan sektor publik. Selain itu, munculnya perlawanan terhadap budaya
manipulasi juga mendorong pemerintah untuk lebih mengutamakan stabilitas.
Dampak lainnya adalah mendudukan kembali keseimbangan pembangunan fisik dan
pembangunan nilai (reformasi), serta keahlian penyusunan sistem keuangan akan
menjadi salah satu pilar transparasi ekonomi di Indonesia.
Dalam penyelenggaraan sektor publik sering diserahkan kepada pasar, namun
regulasi dari pemerintah tetap harus diikuti. Pemerintah sebagai organisasi sektor
publik terbesar wajib mengendalikan sektor publik lainnya yang dikelola oleh
organisasi nonpemerintah.
Keunikan sektor publik adalah cenderung kurang seragam karena setiap
bidannya mempunyai karakteristik yang berbeda. Selain itu, perumusan standar
akuntansi juga mengadaptasi praktek regulasi yang sudah ada. Akuntansi yang
diterapkan dalam sektor publik umumnya berbasis kas, dan laporan keuangan yang
dihasilkan akan dijadikan sebagai media akuntabilitas publik. Akuntansi sektor
publik dibuat sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat dan bukan
semata-mata kepada pemilik atau pemegang saham saja sebagaimana di sektor
swasta.

7
2.4 Akuntansi Sektor Publik Versus Akuntansi Sektor Bisnis
2.4.1 Perbedaan akuntansi sektor publik dengan akuntansi sektor bisnis (swasta)
Secara konseptual, perbedaan kedua jenis organisasi ini terletak pada
tujuan yang akan dicapai. Pada tahap perencanaan, organisasi sektor swasta
menitikberatkan keuntungan usaha semaksimal mungkin. Sementara
organisasi sektor publik lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat.
Singkatnya, perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Swasta

Tujuan Kesejahteraan masyarakat Keuntungan


Organisasi Sektor publik swasta
keuangan Negara, daerah, masyarakat,konsituen Individual, perkumpulan

2.4.2 Akuntansi Sektor Publik Yang tertinggal dari akuntansi bisnis


Akuntansi sektor publik di indonesia sangat jauh tertinggal jika
dibandingkan dengan akuntansi sektor swasta. Pernyataan ini bukan hanya
untuk merendah atau santun, tetapi ketertinggalan itu adalah rill.
Pembuktiannya sangatlah mudah yakni:
Pemerintah indonesia belum memiliki semua infrastruktur akuntansi
keuangan yang dibutuhkan. Sejak tahun 1980an, pemerintahtelah
memperoleh dana bantuan Bank Dunia yang jumlahnya sangat besar. Namun,
sampai akhir orde baru, standar akuntansi keuangaan pemerintahtidak pernah
ada. Jadi, pada tahun 1990an beberapa pakar saat itu sempat menyatakan
bahwa standar dan sistem yang disusun oleh departemen keuangan sudah
“obsollete” sebelum dapat diterapkan. Pada tahun 2005, standar akuntansi
pemerintah baru bisa dihasilkan dengan sejumlah kritik mengikutinya. Dan,
sampai dengan tahun 2009, kematangan standar akuntansi pemerintah belum
juga dapat dicapai.
Standar audit pemerintah pada tahun 1990an baru ada dua buah, yaitu
satu yang dikeluarkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
dan di pihak lain, BPKP sebagai aparat pengawas internal pemerintah juga

8
mengeluarkan standar audit. Pada tahun 2008, melalui SK Ketua BPK No. 1
tahun 2008, dikeluarkan standar pemeriksaan keuangan negara. Namun,
kelengkapan standar dan sistem pemeriksaan masih terus dikembangkan.
Pada organisasi publik selain pemerintah ada standar akuntansi keuangan
(SAK) No. 45 tentang standar akuntansi untuk entitas nirlaba.
2.4.3 Akuntansi Atas Uang atau Kewajiban Organisasi Publik
Berdasarkan pengalaman selama masa krisis ekonomi di tahun 1997,
catatan mengenai jumlah kewajiban atau utang pemerintah kepada luar negeri
maupun dalam negeri harus dipecakan. Kelemahan akuntansi keuangan
pemerintah di masa lalu harus dipecahkan mekanisme hukum yang
memberdayakan warga masyarakat. Pembagian tugas yang jelas akan
menunjukkan unit yang bertangggung jawab atas perhitungan “utang
pemerintah” dan strategi pelunasannya. Demikian pula, unit yang
bertanggung jawab atas pemverifikasian jumlah utang, penggunaan utang,
dan pelunasannya harus di tunjuk secara formal.
Dalam hal ini, berbagai pertanyaan berikut harus di jawab:
a. Malukah pemerintah mengetahui utangnya ?
b. Belum siapkah pemerintah memasuki transparansi keuangan ?
c. Apakah akuntansi yang baik hanya diperuntukkan bagi pemerintah
daerah dengan mewajibkan penyusunan nota perhitungan anggaran
daerah, perhitungan daerah, neraca, dan laporan arus kas ?
d. Bagaimana laporan keuangan pemerintah pusat dan berbagai agensi
pemerintah yang mengelola aset negara disusun secara terpisah ?
2.4.4 Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas
Penilai atas kinerja suatu organisasi sektor publik saat ini masih di
fokuskan pada tiga konsep dasar, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
a. Efisiensi
Efisiensi merupakan hal terpenting di antara ketiga hal tersebut,
dengan rumusan rasio sebagai berikut :
OUTPUT
INPUT

9
Suatu organisasi dianggap semakin efisien apabila rasio efisiensi
cenderung di atas satu. Semakin besar angkanya, semakin tinggi tingkat
efisiensinya. Secara absolut, rasio ini tidak menunjukkan posisi
keuangan dan kinerja organisasi. Namun, berbagai program pada dua
organisasi yang berkecimpung dalam industri yang sama dapat
diperbandingkan tingkat efisiensinya. Apabila hasil rasionya lebih besar
dari satu bandingkan hasil rasio program yang sama di organisasi
lainnya, program tersebut bisa disebut lebih efisien. Karena itu, efisiensi
dapat di kembangkan dengan empat cara yaitu :
1. Dengan menaikkan output dengan input yang sama.
2. Dengan menaikkan output lebih besar dibandingkan proporsi
peningkatan input.
3. Dengan menurunkan input untuk output yang sama.
4. Dengan menurunkan input lebih besar dibandingkan proporsi
penurunan output.
Input, sebagai penyebut, lebih sering dipertimbangkan sebagai faktor
pengubah kebijakan organisasi sektor publik.
b. Efektivitas
Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam
pencapaian tujuan. Ukuran efektivitas merupakan refleksi output. Jika
suatu organisasi ingin membangun sebuah rumah sakit dengan 250
tempat tidur, 4 unit operasi, sebuah unit kecelakaan dan darurat, serta
unit pasien luar dan semua target tersebut tercapai, maka mekanisme
kerja organisasi itu dianggap sudah efektif. Apabila hanya 150 tempat
tidur yang terbangun, organisasi tersebut dianggap tidak bekerja efektif.
Karena itu, tujuan-tujuan tesebut harus spesifik, detail, dan terukur.
Dalam rangka mencapai tujuan itu, organisasi sektor publik sering kali
tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan. Hal sperti itu bisa terjadi,
apabila efisiensi bukan merupakan salah satu dari indikator hasil.

10
c. Ekonomi
Indicator ekonomi merupakan indicator tentang penggunaan input.
Di sini pertanyaan yang di ajukan adalah’ apakah organisasi telah
membangun rumah sakit secra ekonomis ?’ ini berarti ‘apakah biaya
pembangunan rumah sakit melebihi batasan anggaran yang telah
disetujui?’
Secara lebih praktis, pertanyaan di lapangan menjadi :
1. Apakah biaya pembangunan rumah sakit melebihi anggaran ?
2. Apakah biaya pembangunan rumah sakit lebih mahal dibandingkan
pembangunan rumah sakit yang setara di daerah lain ?

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tiga indikator kinerja organisasi


sektor publik isa dirinci sebagai berikut : ekonomi mengenai input,
efisiensi tentang input dan output, serta efektivitas yang berhubungan
dengan output. Walaupun manajemen organisasi tidak merasa puas,
indikator ekonomi sering digunakan sebagai satu-satunya indikator.
Sebagai contoh, kepala dinas pendidikan mengalokasikan bantuan
pendidikan berdasarkan jumlah meja di sekolah yang jelas bukan
merupakan ukuran terbaik, karena bebagai fasilitas tambahan dan utama
masih diperlukan, selain meja. Dampak dari kebijakan seperti itu adalah
tidak tercapainya tujuan pendidikan sekolah akibat diminimalisasinya
biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah ke sekolah. Akibatnya, terjadi
kesalahan fokus penghargaan dan kepuasan pendiidkan dalam
pencapaian tujuan dengan biaya minimal.

Indikator efisiensi mencakup baik input maupun output. Ini


berarti optimalisasi tujuan atau pencapaian tujuan dengan biaya serenda
mungkin. Penerapan indikator efisiesi di sektor publik akan membuka
kemungkinan kerjasama dengan pihak swasta. Di sektor swasta, evaluasi
kineja dilakukan untuk mengetahui kelebihan output atas input atau
keuntungan. Namun, ada dua kesulitan benchmark penerapan ukuran
kinerja sektor swasta ke sektor publik yaitu :

11
1. Jika output diukur dalam ukuran uang, kualitas rasio tergantung
pada kualitas output. Sedangkan pengukuran yang ada mencankup
pakiraan kualitatif konsumen. Kegagalan pasar merupakan suatu
masalah khusus dalam pelayanan sektor publik.
2. Jika output tidak bisa diukur dalam nilai uang, rasio efisiensi
diperhitungkan dengan unit fisik. Di sini permasalahan dasarnya
adalah kondisi pengukuran fisik tidak bisa diterima dalam standar
internasional.

Kasus pertama dari kesulitan ini adalah bahwa penempatan suatu


organisasi sektor publik meurpakan monopoli yang efektif, karena
pelayanan ditawarkan dengan kondisi tanpa pesaing. Dengan demikian,
penawar monopoli dapat memperbaiki rasio efisiensi dengan menaikkan
harga, tetapi konsumen dirugikan karena harus membayar harga yang
lebih tinggi. Jaminan pemerintah dan tekanan kelompok knsumen hanya
mampu mencegah kenaikan harga, sementara mekanisme pasar tetap
harus diikuti oleh sektor swasta.

Kesulitan kedua adalah output nonkeuangan yang berjenjang,


dimana output tingkat tinggi menggambarkan luasnya aktivitas yang
menyatukan beberapa tujuan dasar. Output sub ordinat ditunujkan sebagi
output ‘perantara’ yang dapat digunakan sebagai alat ukur kyalitas
aktivitas. Sebagi contoh, dalam pembangunan rumah sakit, output
dibatasi sebagai ‘rumahsakit’. Rumah sakit tidak dibangun hanya untuk
kepentingan pembangunan itu sendiri, tetapi tujuan utama rumahsakit
adalah memperbaiki kesehatan masyarakat. Pembangunan rumah sakit
mungkin efisien jika ditinjau dari sudut pandang penyelesaian dan
spesifikasinya yang dicapai dengan harga terendah. Akan tetapi, jika
kemudian rumah sakit tersebut tidak bisa difungsikan secara maksumal,
maka rumah sakit tidak akan mempunyai peran terhadap kesehatan
masyarakat. Inilah contoh dimana efisiensi tidak dapat digunakn sebagai
alat ukur.

12
Dari kasus rumah sakit, kesulitan mengukur tujuan akhir dalam
konteks efisiensi telah meyebabkan perubahan makna pengukuran output
pada rasio efisiensi. Dalam kenyataanya, masalah pengukuran efisiensi
pembangunan rumah sakit menjadi tujuan yang kurang bermakna dan
lebih rendah dibandingkan makna perbaikan kesehatan popuasi itu
sendiri. Dengan demikian, uji aktivitas efisiensi sangat diperlukan untuk
menentukan arti keadilan atas pemanfaatan aktivitas yang lebih tinggi.

Kerugian lain dari pendekatan output dalam rasio efisiensi adlah


bahwa ketiga indikatir 3E dapat digunakan secara bersama-sama.
Sebagai contoh manajemen sekolah menengah pertama mengeluarkan
dana sebesar Rp. 1.952.000 untuik membiayai operasional pembalajaran
500 siswa. Alat ukur efisiensi adalah biaya per Rp 3,850 per siswa.

Dalam kasus ini, statistik kinerja yang absolut tidak ditemukan.


Perbandingan garus dilakukan dengan sekolah dasar yang lain. Menurut
ukuran output, perbandingan antara biaya setiap siswa di suatu sekolah
dan biaya setiap di suatu sekolah lain dapat dilakukan dengan asumsi
kebijakan yang sama. Namun, dari sisi tujuan pendidikan, output kedua
sekolah tersebut tidaklah sama. Dengan perbedaan jumlah siswa, jumlah
guru yang berbeda, penggunaan metode yang berbeda, dan harapan akan
hasil yang berbeda, biaya pendidikan yang dibutuhkan juga akan
berbeda. Rasio efisiensi biaya dapat dikembangkan dengan :

1. Cara menempatkan lebih banyak anak ke dalam kelas yang sama.


2. Menggunakan jumlah staf yang sama untuk mengajar kelas yang
banyak.
3. Mengajar jumlah murid yang sama dengan anggota staf yang lebih
sedikit.
4. Menyediakan lebih sedikit sarana atau fasilitas yang diperlukan.
5. Mengurangi numlah eksperimen yang dilakukan.

13
Ini berarti penurunan pelayanan merupakan cara untuk
memperbaiki rasio efisiensi sekolah. Di sinilah kebijakan organisasi
untuk melakukan pilihan dengan pertimbangan menghindari kesalahan
yang sangat mungkin terjadi. Dari diskusi di atas, pengukuran efisiensi
tidak dapat digunakan sebagai dasar kebijakan pada sektor yang berbeda
di suatu organisasi.

Terkait dengan penilaian kinerja, indicator ekonomi, efisiensi,


dan efektivitas harus bisa digunakan secara bersama-sama. Sebagai
contoh, mari pertimbangkan usaha restoran dengan 100 pekerja. Program
yang sedang dikembangkan adalah para pekerja membeli lauk pauk
untuk makan di restoran tersebut. Strategi yang dijalankan adalah
pemberian subsidi kepada pekerja sebesar Rp 20 per hari. Output diukur
dari penyediaan makanan, sedangkan inputnya dalam besarnya biaya
subsidi. Berikut ini laporan bagian pembukuan :

(1) Pelayanan snack bar :


Output – Rp 50 makanan per hari
Input Rp 40 per hari
(2) Pelayanan kontrak di luar restoran :
Output – Rp 100 makanan per hari
Input Rp 60 per hari
(3) Operasi restoran oleh organisasi :
Output – Rp 100 makanan per hari
Input Rp 80 per hari

Manakah yang paling efisien ? berdasarkan kondisi diatas , rasio


efisiensi snack bar adalah 50/40, kontrak kelur restoran adalah 100/60
dan provinsi dalam ruang adalah 100/80. Berdasarkan rasio efisiensi,
pelayanan restoran mempunyai output dan input yang lebih besar dari
yang lain, sehingga pelayanan restoran dinilai paling efisien.

14
Jadi pengukuran output di restoran ini harus ‘dorongan untuk
mengmebangkan kemapuan kerja’ walaupun jumlah makanan yang
disajikan dalam restoran lebih banyak, para pekerja merasa lebih
termotivasi dengan kenyamanan ruang kerja.

Frase ‘nilai uang’ digunakan untuk menunjukkan hal-hal


menyangkut ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Berbicara lebih detail,
frase ini berhubungan dengan output ketimbang input (uang) atau yang
disebut efisiensi, tetapi dengan catatan jika output dapat diukur pada
tingkat tertentu dan kemudian nilai uang menggantikan nilai permintaan.
Namun, seringkali output hanya diukur secara fisik dalam perbandingan
dengan input. Nilai uang dapat dimaksumalkan jika organisasi mampu
mengeluarkan biaya yang minimal untuk menghasilakan output yang
maksimal yang sesuai dengan tujuannya.

Luasnya pengukuran efisiensi dalam artian pencarian nilai uang


yang menunjukkan suatu residu. Penekanan pada ‘inefisiensi’ dan
memelihara atau memperbaiki kualitas dianggap sebagai motif fokus
pengukuran tren kualitas biaya. Sebagian besar tujuan dpat diukur
sementara sebagian lainnya tidak dapat diukur. Setiap jenis ‘kualitas’
biaya telah diteliti sesuai standar profesionalisme asosiasi dan/atau
profesi. Hal yang dipertentangkan adalah perluasan penggunaan
kebijakan kuantitas atau kualitas. Dengan kata lain, kualitas merupakan
suatu residu di mana mekanisme formal telah dilakukan secara numerik.

2.4.5 Kultur Organisasi Sector Public dan Sektor Bisnis (Swasta)


Organisasi sektor public bertujuan memenuhi kesejahteraan
masyarakat,sedangkan tujuan organisasi sektor swasta adalah mencari
keuntungan.Dalam lingkup geraknya,organisasi sektor publik bergerak di
sektor public,sedangkan organisasi swasta bergerak di sektor swasta dan
berorientasi laba.Dilihat dari konsumen yang dilayaninya hampir tidak ada
bedanya antara organisasi sektor publik dan swasta,yaitu masyarakat,namun
cara mengakses atau mendapatkannya berbeda.

15
Karna kepemilikan dan motif labanya berbeda,budaya atau kultur di
organisasi sektor publik berbeda dengan kultur organisasi bisnis (swasta).
Dalam organisasi public,semua karyawan /pegawai/relawan bekerja untuk
mencapai satu tujuan yakni pemenuhan pelayanan publik. Namun,dalam
organisasi bisnis (swasta), segala aktivitas dan sumber daya manusianya
berfokus pada keuntungan dari antarorganisasi dan public yang dihasilkan.
Persaingan inilah yang menghantarkan kinerja swasta cenderung lebih cepat
berkembang ketimbang sektor public.Organisasi bisnis yang memiliki produk
yang lebih baik dari organisasi bisnis lainnya, akan lebih disukai dan dapat
menguasai pasar.Karena itu,di antara organisasi bisnis akan selalu
memberikan yang terbaik bagi pasar (masyarakat). Kultur ini belum begitu
familiar dalam organisasi public, sehingga peningkatan mutu pelayanan atau
produknya belum terjadi secara signifikan.
2.4.6 Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik dan Akuntansi Sektor Bisnis (Swasta)
a. Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik
1) Standar akuntansi pemerintah (SAP)
 Peraturan pemerintah No. 24 tahun 2005.
 Lampiran I pengantar standar akuntansi pemerintahan
 Lampiran II kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
 Lampiran III PSAP 01 : penyajian laporan keuangan
 Lampiran IV PSAP 02 : laporan reaisasi anggaran
 Lampiran V PSAP 03 : laporan arus kas
 Lampiran VI PSAP 04 : catatan atas laporan keuangan
 Lampiran VII PSAP 05 : akuntansi persediaan
 Lampiran VIII PSAP 06 : akuntansi investasi
 Lampiran IX PSAP 07  : akuntansi aset tetap
 Lampiran X PSAP 08 : akuntansi konstruksi dalam pengerjaan
 Lampiran XI PSAP 09 : akuntansi kewajiban
 Lampiran XII PSAP 10: koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, dan peristiwa luar biasa

16
 Lampiran XIII PSAP 11: laporan keuangan konsolidasi
2) Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
 PSAK 1 : penyajian laporan keuangan (revisi 1998)
 PSAK 2 : laporan arus kas
 PSAK 3 : laporan keuangan intering
 PSAK 4 : laporan keunangan konsolidasi
 PSAK 5 : pelaporan segmen ( revisi 2000)
 PSAK 6 : akuntansi dan pelaporan bagi perusahaan dalam tahap
pengembangan
 PSAK 7 : pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa
 PSAK 8 : peristiwa setelah tanggal neraca
 PSAK 9 : penyajian aktiva lancer dan kewajiban jangka pendek
 PSAK 10 : transaksi dalam mata uang asing
 PSAK 11: penjabaran laporan keuangan mata uang asing
 PSAK 12 : pelaporan keuangan mengenai bagian partisipasi
dalam pengendalian bersama operasi dan set
 PSAK 13 : akuntansi untuk investasi
 PSAK 14 : akuntansi persediaan
 PSAK 15 : akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi
 PSAK 16 : aktiva tetap dan aktiva lain-lain
 PSAK 17 : akuntansi penyusutan
 PSAK 18 : akuntansi dana pension
 PSAK 19 : aktiva tak berwujud ( revisi 2000)
 PSAK 20 : biaya riset dan pengembangan
 PSAK 21: akuntansi ekuitas
 PSAK 22 : akuntansi penggabungan usaha
 PSAK 23 : akuntansi pendapatan
 PSAK 24: akuntansi biaya manfaat pension

17
 PSAK 25 : laba atau rugi bersih untuk periode berjalan, kesalahan
mendasar, dan biaya pinjaman (revisi 1997)
 PSAK 26 : biaya pinjaman (revisi 1997)
 PSAK 27 : akuntansi perkoperasian (revisi 1998)
 PSAK 28 : akuntansi asuransi kerugian (revisi 1996)
 PSAK 29 : akuntansi minyak dan gas bumi
 PSAK 30 : akuntansi sewa guna usaha /lease
 PSAK 31 : akuntansi perbankan (revisi 2000)
 PSAK 32 : akuntansi pengusahaan hutan
 PSAK 33 : akuntansi pertambangan umum
 PSAK 34 : akuntansi kontrak konstruksi
 PSAK 35: akuntansi pendapatan jasa telekomunikasi
 PSAK 36 : akuntansi asuransi  jiwa
 PSAK 37 : akuntansi penyelenggaran jalan tol
 PSAK 38 : akuntansi restrukturisasi entitas sepengendali
 PSAK 39: akuntansi kerjasama operasi
 PSAK 40 : akuntansi perubahan ekuitas perusahaan
anak/perusahaan asosiasi
 PSAK 41 : akuntansi waran
 PSAK 42 : akuntansi perusahaan efek
 PSAK 43 : akuntansi anjak piutang
 PSAK 44: akuntansi aktivitas pengembangan real estat
 PSAK 45 : pelaporan keuangan organisasi nir laba
 PSAK 46 : akuntansi pajak penghasilan
 PSAK 47 : akuntansi tanah
 PSAK 48 : penurunan nilai aktiva
 PSAK 49 : akuntansi reksa dana
 PSAK 50: akuntansi investasi efek tertentu
 PSAK 51 : akuntansi kuasi re organisasi

18
 PSAK 52 : akuntansi mata uang pelaporan
 PSAK 53 : akuntansi kompensasi berbasis saham
 PSAK 54: akuntansi restrukturisasi utang piutang bermasalah
 PSAK 55 : ankuntansi instrument derivative dan aktivitas lindung
nilai
 PSAK 56 : akuntansi laba per saham
 PSAK 57 : kewajiban diestimasi, kewajiban kontinjensi, dan
aktiva kontinjen
 PSAK 58 : operasi dalam penghentian
 PSAK 59 : akuntansi perbankan syariah
3) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
Peran SPKN adalah memberikan patokan/arahan pertahapan
pemerikasaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara bagi
pemeriksa. Dengan kata lain, SPKN disusun sebagai ukuran mutu
bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan atas pengeolaan serta tanggung jawab keuangan Negara.
Pelaksanaan pemerintahan yang didasarkan pada SPKN diharapkan
dapat meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan, atau
diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan
pengujian bukti secar objektif. Dalam penerapannya, standar
pemeriksa keuangan Negara ini berlaku untuk semua pemeriksaan
yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan, serta fungsi
yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara.
SPKN dilaksanakan dengan sebuah mekanisme kerja, yakni
pengumpulan bukti dan pengujian bukti secara objektif. Hal ini
dilakukan dengan prinsip akuntabilitas publik untuk mendapatkan
hasil, yakni meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan.
b. Dasar Hukum Akuntansi Sektor Bisnis (Swasta )
1) Pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK)

19
Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman yang harus
diacuh dalam penyusunan laporan keuangan untk tujuan pelaporan.
Standar akuntansi keuangan, sebagai pedoman khusus penyusunan
dan penyajian laporan keuangan,  merupakan hal yang sangat penting
agar laporan keuangan lebih brguna, dapat dipahami, dapat
diperbandingkan, serta tidak menyesatkan
2) Standar professional akuntan publik (SPAP)
SPAP merupakan kodifikasi dari berbagai pernyataan standar
teknik dan aturan etika. Pernyataan standar teknik meliputi pernyataan
standar auditing , pernyataan standar atestasi, pernyataan jasa
akuntansi dan review, pernyataan jasa konsultasi, dan pernyataan
standar pengendalian mutu. Standar ini diterbitkan oleh IAI – dewan
standar prosfesional akuntan publik.

2.5 Pengambilan Keputusan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Hakikat pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan
yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Pengertian di atas
menunjukan lima hal dengan jelas, yaitu:
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara
kebetulan
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara “sembrono” karena
cara pendekatan kepada pengambilan keputusan harus didasarkan kepada
sistematika tertentu.
3. Bahwa sebelum suatu masalah dapat dipecahkan dengan baik, hakikat
daripada masalah itu harus diketahui dengan jelas.
4. Bahwa pemecahan masalah tidak dapat dilakukan melalui “ilham” atau
dengan mengarang, akan tetapi harus didasarkan kepada fakta-fakta yang
terkumpul secara sistematis, terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur

20
sehingga fakta-fakta/ data itu sungguh-sungguh dapat dipercayai dan
bersifat up-to-date.
5. Bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari
berbagai alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisis dengan
matang.

Pengambilan keputusan yang tidak didasarkan kepada kelima hal di atas


akan dihadapkan kepada berbagai masalah seperti:

1. Tidak tepatnya keputusan karena kesimpulan yang diperoleh dari fakta-fakta


dan data yang tidak up-to-date dan tidak dapat dipercayai
2. Tidak terlaksananya keputusan karena tidak sesuai dengan kemampuan
organisasi untuk melaksanakannya, baik ditinjau dari segi manusia, uang
maupun material.
3. Ketidakmauan orang-orang pelaksana untuk melaksanakannya karena tidak
terlihat dalam keputusan yang diambil sesuatu hal yang menunjukkan
adanya sinkronisasi antara kepentingan organisasi dan pribadi orang-orang di
dalam organisasi tersebut.
4. Timbulnya penolakan terhadap keputusan karena faktor lingkungan belum
disiapkan untuk menerima akibat daripada keputusan yang diambil.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang rasional merupakan proses


yang komplek. Delapan step 1rational decision making proses:

1. Mengenal Permasalahan
2. Definisikan Tujuan
3. Kumpulkan Data yang Relevan
4. Identifikasi alternative yang memungkinkan (feasible)
5. Seleksi kriteria untuk pertimbangan alternatif terbaik
6. Modelkan hubungan antara kriteria, data dan alternatif.
7. Prediksi hasil dari semua alternatif
8. Pilih alternatif terbaik

21
Dalam sektor publik, pengambilan keputusan dilakukan melalui
mekanisme formal dan telah ditetapkan dengan keputusan organisasi. Sebagai
contoh, dalam organisasi pemerintah mekanisme musyawarah perencanaan
pengembangan (musrenbug) merupakan proses utama diputuskannya sebuah
perencanaan pemerintah. Dalam musrenbug, masyarakat sebagai konsumen
dapat ikut terlibat dalamnya.Selain itu, berbagai keputusan juga diambil dan
ditetapkan oleh lembaga legislatif dan eksekutif di tingkat pusat maupun
daerah.Pada organisasi lainnya seperti partai politik, yayasan, atau LSM, segala
keputusan diambil melalui musyawarah mufakat antara pengurus dan perwakilan
anggotanya.

Pengambilan Keputusan
Sektor publik Sektor Bisnis (swasta)
Mekanisme formal dan telah Mekanisme formal dan telah ditetapkan
ditetapkan dengan keputusan dengan keputusan organisasi atau tidak
organisasi formal
Segala keputusan diambil melalui Mengambil keputusan secara
musyawarah mufakat antara musyawarah mufakat, atau dapat juga
pimpinan/pengurus dan anggota/ diputuskan secara individu  (pemilik
perwakilan anggotanya. usaha)
Tabel Ringkasan Pengambilan Keputusan

22
Agak berbeda dengan oganisasi publik, organisasi bisnis (swasta) juga
mengambil keputusan secara musyawarah mufakat, meskipun ada keputusan
yang diambil secara individual (pemilik usaha).Pengambilan keputusan melalui
musyawarah dilakukan antara pemilik saham, dan para pemimpin atau pihak
manajemen organisasi bisnis (swasta).Selain itu, pengambilan keputusan
oganisasi juga jarang melibatkan karyawan atau konsumennya.

2.6 Perencanaan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)


Setiap organisasi yang bergerak disektor publik maupun sector swasta ingin
mencapai tujuannya melalui sumber daya yang tersedia (manusia,modal,bahan baku,
dan sebagainya). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut , diperlukan suatu
perencanaan yang terdiri dari :
a. Proses perencanaan : strategi yang digunakan untuk memilih atau memodifikasi
(menambah atau mengurang) aktivitas.
b. Proses pengendalian : penetapan perencanaan dalam suatu system yang
menjamin bahwa proses perencanaan boleh dilakukan.

Perencanaan dapat dikategorikan berdasarkan dimensi waktu sehingga, dapat dibagi


menjadi :

a. Perencanaan jangka panjang, yang biasanya berjangka waktu lima tahun atau
lebih kedepan.
b. Perencanaan jangka menengah . yang biasanya satu hingga lima tahun kedepan.
c. Perencanaan jangka pendek, yang biasanya hingga satu tahun kedepan .

Disisi lain, akuntansi manajemen menyediakan informasi terhadap perbuatan


rencana sementara (tentative). Penyediaan informasi pada tahap perencanaan dapat
dilakukan dengan cara :

a. Penilaian ivestasi
Suatu tindakan/cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyediakan
informasi tentang kemampuan organisasi dalam mengevaluasi pemgembalian
modal, dan kemampuan aset yang akan digunakan untuk operasi organisasi pada

23
masa yang akan dating, “apakah cukup diperbaiki “ ‘tukar tambah’ atau bahkan
‘membeli yang baru ‘. Banyak cara yang bisa ditempuh untuk menilai alternative
investasi seperti B/C Ratio,NPV,IRR dan pay back period.
b. Perencanaan dan penganggaran Keuangan
Keputusan mengenai investasi merupakan salah satu aspek dari akuntansi
manajemen yang terdiri lain :
1. Perencanaan keuangan
Perencanaan keuangan masih berhubungan dengan proses penilaian
investasi . tujuan yang mendasar perencanaan keuangan adalah untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran organisasi sector public serta
untuk memenuhi permintaan pelayanan yang ditetapkan pada saat
perencanaan awal. Contohnya meliputi survey kependudukan, kebutuhan
dasar dan kebutuhan sekunder pendidikan .
2. Anggaran modal
Anggaran modal berisi rincian dan prakiraan penerimaan dari penjualan
aset serta pembayaran pengambilalihan aset baru untuk perencanaan jangka
menengah. Untuk jangka panjang adalah mempertimbangkan informasi
tentang kebutuhan aset yang perlu diganti atau aset baru yang perlu dibeli.
c. Anggaran pendapatan
Anggaran penerimaan tahunan merupakan salah satu dokumen
perencanaan yang paling penting dalam suatu organisasi sector public. Anggran
pendapat memuat rencana pendapatan yang akan diperoleh organisasi dalam
satu tahun anggaran untuk membiayai kegiatan organisasi.
d. Model keuangan
Aktivitas perencanaa selalu dikaitkan dengan masalah ketidakpastian
karena perencanaan masa depan mengandung ketidakpastian. Dalam
perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang , perencanaan selalu
dipengaruhi oleh banyak variable yang terkait. Salah satu cara yang dapat
membatu menghitung/menaksir masing-masing variable adalah menggunakan
model keuangan. Manfaat dari model keuangan ini adalah untuk melihat
prediksi situasi sesungguhnya dapat akan terjadi pada masa yang akan dating.

24
e. Target perencanaan dan pengganggaran
Target adalah seperangkat sasaran dalam bentuk kuantitatif yang harus
dicapai oleh pihak manajemen .pada waktu tertentu dimasa yang akan dating ,
seperti :
a. Target output
b. Target kinerja ( efisien, kualitas pelayanan , kinerja keuangan)

Jadi, aktivitas perencanaan, dapat dikelompokan kedalam dua bagian yaitu :

a. Jenis perencanaan yang diperlukan untuk menetapkan seluruh tujuan


organisasi, yaitu perencanaan sasaran dan tujuan dasar.
b. Jenis perencanaan yang diperlukan untuk menerapkan aktivitas dalam
pencapaian sasaran tujuan dasar (perencanaan operasional)

Kedua jenis perencanaan ini mempunyai hubungan yang tidak dapat


dibedakan . namun, pembahasan hanya ditekankan pada jenis kedua.
Perencanaan operasional merupakan bagian tetap dari perencanaan manajerial
dan siklus pengendalian, dimana manajer terlibat dan bertanggung jawab
didalamnya

Berikut ini adalah tahapan pokok dari perencanaan dan pengendalian :

a. Perencanaan sasaran dan tujuan dasar


b. Perencanaan operasional
c. Pengganggaran
d. Pengukuran dan pengendalian
e. Pelaporan , analisis, dan umpan balik

Tahapan tersebut merupakan bentuk siklus perencanaan dan pengendalian


manjerial. Jenis siklus pada tahapan tersebut dan keseluruhan hubungan dengan
sasaran serta tujuan dasar secara jelas

Proses perencanaan di organisasi sector publik, seperti organisasi


pemerintahan, dilakukan dengan menyusun perencanaan pembangunan daerah
sebagai satu kesatuan dalam system perencanaan pembangunan nasional.

25
Perencanaan pembangunan daerah disususun oleh pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, atau daerah kota sesuai kewenangan yang
dilaksanakan pelh unit (badan) perencanaan pembangunan daerah. Contohnya
sebagai berikut :

a. Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP Daerah) untuk jangka


waktu 20 tahun yang ditetapkan oleh perda.
b. Rencana pembangunan jangka menengah daerah ( RPJM Daerah ) untuk
jangka waktu 5 tahun yang ditetapkan oleh perda
c. Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dan
RPJM daerah untuk jangka waktu selama 1 tahun dengan mengacu pada
rencana kerja pemerintah pusat.

Contoh perencanaan dalam sektor publik dan sector bisnis (swasta):

Perencanaan
Sektor public Sektor bisnis (swasta)
Disusun oleh bagian perencaan , Disusun oleh para pegawai serta
organisasi, staf , atau pengelola manajer yang ada dalam
orgamisasi organisasi tersebut
Disahkan dengan aturan
Disahkan oleh regulasi publik perusahaan atau keputusan
pemilik/pengelola perusahaan
Hasil yang diinginkan dicapai
adalah meraup profit/laba yang
Hasil yang ingin dicapai adalah
tinggi, serta peningkatan
kesejahteraan publik
kekayaan dan pertumbuhan
organisasi

Dalam organisasi sector publik lainnya, seperti lembaga swadaya


masyarakat,yayasan, dan partai politik ,proses perencanaannya dilakukan oleh
staf dan pengelola yang berwujud dokumen perencanaan. Proses perencanaan itu
memberikan kekuata efektif dalam menjalankan peran pengelola selain itu

26
dokumen perencanaan juga merupakan sarana efektif dan efisien dalam
pengelolaan organisasi.

Dalam organisasi swasta , proses perencanaan dilakukan oleh para


pegawai serta manajer yang ada didalam organisasi swasta yang tidak jauh
berbeda dengan organisasi sector public. Pada intinya, terkait dengan penetapan
visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai dari proses perencanaan untuk
mengendalikan pelaksanaan tersebut. Perbedaanya terlihat pada hasil yang ingin
dicapai pada proses perencanaan itu. Organisasi swasta ingin mencapai
profit/laba yang tinggi serta peningkatan kekayaan dan pertumbuhan organisasi,
sementara organisasi sector publik lebih mengutama pentingnya layanan kepada
publik/masyarakat

2.7 Penganggaran Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)


Dalam organisasi sektor publik, seperti organisasi pemerintah, penyusunan
anggaran dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program.
Penurunan program publik dalam anggaran akan dipublikasikan untuk dikritisi
dan didiskusikan oleh masyarakat. Dalam organisasi swasta, penyususnan
anggaran dilakukan oleh para pegawai dan manajer perusahaan yang berwenang
dengan persetujuan pemilik perusahaan.
Berikut tabel penganggaran dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)

Penganggaran
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Penyusunan anggaran dilakukan Penyusunan anggaran dilakukan
bersama masyarakat dalam bagian keuangan, pengelolaan
perencanaan program perusahaan, atau pemilik usaha
Dipublikasikan untuk dikritisi dan
Tidak dipublikasikan
didiskusikan oleh masyarakat
Disahkan oleh wakil masyarakat di Disahkan oleh pengelolaan
DPR/D, legislative, dewan pengurus perusahaan atau pemilik usaha

2.8 Realisasi Anggaran Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)

27
Dalam organisasi sektor publik maupun organisasi sektor bisnis (swasta), isu
utama pada proses realisasi anggaran adalah kualitas. Hal ini akan menjadi
persaingan antaroutput organisasi. Dalam sektor publik, kualitas dicapai untuk
memenuhi tujuan pelayanannya kepada publik. Sedangkan pada organisasi swasta,
kualitas dicapai dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari
produknya.
Pada organisasi publik, masyarakat aktif berpartisipasi selama proses realisasi
anggaran, baik sebagai penerima layanan maupun pengawas independen. Sedangkan
pada organisasi swasta, masyarakat sebagai konsumen berpartisipasi pada saat
menggunakan output yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.
Berikut merupakan table realisasi anggaran dalam sektor publik dan sektor
bisnis (swasta)

Realisasi anggaran
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Kualitas untuk memenuhi tujuan Kualitas untuk mendapatkan
pelayanan organisasi keuntungan yang lebih besar
Partisipasi konsumen (masyarakat) Partisipasi konsumen setelah
selama proses realisasi anggaran mendapatkan output (produk)

2.9 Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Barang publik adalah barang kolektif yang harus dikuasai oleh Negara atau
pemerintah. Sifat barang ini tidak eksklusif dan diperuntukkan bagi kepentingan
seluruh warga dalam skala luas. Sementara itu, barang swasta adalah barang spesifik
yang dimiliki oleh mereka yang mampu membelinya, karena harganya disesuaikan
dengan harga pasar serta keinginan sang penjual.
Pada dasarnya, alokasi barang dan jasa dalam suatu masyarakat dapat dilakukan
melalui dua mekanisme : pertama, melalui mekanisme pasar (market mechanism).
Kedua, melalui mekanisme birokrasi (bureaucratic mechanism). Pengadaan
barang/jasa adalah usaha atau kegiatan yang diperlukan oleh organisasi sektor publik
yang meliputi : Pengadaan barang, jasa pemborong, jasa konsultasi, dan jasa
lainnya.

28
Perbedaan pengadaan barang dan jasa disektor publik dan swasta terletak pada
tujuannya. Pada organisasi sektor publik, pengadaan barang dan jasa diperuntukan
bagi kepentingan seluruh warga dalam skala luas, sedangkan dalam organisasi
swasta, pengadaan barang dan jasa diperuntukkan bagi kepentingan internal
organisasi.
Berikut merupakan table pengadaan barang dan jasa dalam sektor publik dan
sektor bisnis (swasta)

Pengadaan barang dan jasa


Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Barang publik adalah barang
Barang swasta adalah barang
kolektif yang harus dikuasai oleh
spesifik yang dimiliki oleh swasta
Negara atau pemerintah
Sifatnya tidak eksklusif Sifatnya eksklusif
Barang dan jasa hanya bisa
dinikmati oleh mereka yang
Pada umumnya barang dan jasa mampu membelinya, karena
diperuntukkan bagi kepentingan harganya disesuaikan dengan
seluruh warga dalam skala luas harga pasar serta keinginan sang
penjual yang ingin meraih laba
sebesar-besarnya
Tujuan pengadaan barang dan
Tujuan pengadaan barang dan
jasa publik adalah diperuntukkan
jasa adalah diperuntukkan bagi
bagi kepentingan seluruh warga
kepentingan internal organisasi
dalam skala luas

2.10 Pelaporan Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)


Perubahan dari era orde baru keera orde revormasi menuntut akuntabilitas
publik dalam melaksanakan setiap aktifitas kemasyarakatan. Asumsi UU
No.17/2003 membawa akuntanbilitas hasil sebagai catatan yang
dipertanggungjawabkan. Indikator hasil seperti ekonomi, efisiensi, dan efektifitas
hatus direfleksikan dalam laporan pertanggungjawaban pemerintahan, baik
dipemerintahan pusat maupun daerah, karna itu , model pelaporan keuangan sebagai

29
bagian dari laporan pertanngujawaban mulai dirancang dan diterapkan, sebagai
mana yang diterapkan di Amerika serikan, kanada, serta selandia baru.
Pada bulan juni 1999, Amerika serikan melalui Governmental Accounting
Standars Board (GASB) mengeluarkan GASB statements No.34 "Basic Financial
Statements-and Management Discussion and analysis-for state and Local
Governments" di mana model pelaporan keuangan diterapkan untuk pengambilan
keputusan dan akuntanbilitas (GASB, jonson dan bean, 1999).
Perubahan ini menimbulkan kebutuhan baru dan pengembangan sistem
informasi keuangan dan manajemen dipemerintah. Jadi, riorintasi pengembangan
ilmu dan praktek ke praktek internasional serta internasional publik sektor
accounting standars (IPSAS) harus dilakukan.
Bentuk dan penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti sifal lembaga sektor publik, sistem pemerintahan suatu negara,
mekanisme pengelolaan keuangan , dan sistem anggaran , keempat faktor tersebut
sangat mempengaruhi karakteristik akuntansi sektor publik akibatnya laporan
keuangan sektor publik dapat dibedakan dengan laporan keuangan swasta.
Menurut Likierman dan taylor dalam henley et al (1992). Ada beberapa
perbedaan antara laporan keuangan sektor publik dan laporan keuangan sektor
swasta yaitu:
1. laporan keuangn sektor publik seperti unit pemerintahan sangat dipengaruhi
oleh proses keuangan dan politik;
2. laporan keuangan sektor swasta sangat terikat dengan aturan dan kriterian
keuangan;
3. pertanggungjawaban laporan organisasi sektor publik seperti unit pemerintah
adalah kepada DPR/D dan masyarakat luas, sementara yayasan dan LSM
kepada donor, dewan pengempu, serta masyarakat luas;
4. kriteria pertanggungjawab laporan keuangan sektor swasta ditentukan para
pemegang saham dan kreditor;
5. laporan organisasi sektot publik harus ditunjukan sebagai pengembangan
akuntabilitas public;

30
6. laporan keuangan sektor swasta hanya diungkapkan pada organisasi tingkat
organisasi secara keseluruhan;
7. laporan organisasi sektor publik seperti unit pemerintahan dan pemerintahan
secara keseluruhan dijadikan sebagai dasar analisis atas prospek pemerintahan,
sementara di LSM dan yayasan dijadikan sebagai dasar analisis atas prospek
organisasi;
8. laporan unit pemerintahan diperiksa oleh badan pemeriksa keuangan (BPK)
dan laporan keuangan sektor swasta diperiksa oleh auditor independen.

Sementara itu berbagai persamaan akuntansi sektor publik dan akuntansi


swasta juga dapat disebutkan sebagai berikut:

1. kriteria validitas dan realibilitas dokumen sumber:


2. pelaporan keuangan lebih ditentukan oleh fungsi akuntabilitas publik:
3. siklus akuntansi dapat diperbandingkan:
4. standar akuntansi keuangan yang ditetapkan organisasi independen:
5. laporan keuangan pemerintan dan organisasi swasta bisa diakui sebagai dasar
hukum.
2.11 Audit Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Audit sektor publik berbeda dangan audit sektor bisnis(swasta). Audit sektor
publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor
pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan
dengan pengelolaan aset kekayaan negara, partai politik, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat serta organisasi sosial lainnya. Sementara itu audit sektor bisnis
dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba. Audit sektor
publik dan audit sektor bisnis (swasta) sama-sama terdiri dari audit keuangan
(fincial audit), audit kinerja (performance audit), dan audit untuk tujuan khusus
(special audit). Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai jenis-jenis audit
sektor publik.
2.12 Pertanggungjawaban Dalam Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)
Pada organisasi publik, pertanggungjawaban merupakan upaya konkret
dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparasi dilingkungan organisasi sektor

31
publik. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
menegaskan bahwa laporan pertanggujawaban keuangan dimaksud dinyatakan
dalam Laporan Keuangan yang setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan diharuskan
memberikan pernyataan tanggung jawab atas Laporan Keuangannya.
Menteri/Pimpinan Lembaga /Gubernur/Bupati/Walikota/Kepala Satuan
Perangkat Daerah harus secara jelas menyatakan bahwa Laporan Keuangannya
telah disusun berdasarkan Sistem Pengendalian Internal yang memadai, dan
informasi yang termuat pada Laporan Keuangannya telah disajikan sesuai
dengan SAP.
Dalam organisasi sektor publik lainnya, pertanggungjawaban dilakukan
kepada masyarakat/konstituen dan Dewan Pengampu di LSM atau Yayasan.
Sedangkan dalam akuntansi sektor swasta, pertanggungjawaban dilakukan
kepada stakeholder dan pemegang saham oleh pengelola bisnis (swasta).
Tabel pertanggungjawaban dalam sektor publik dan sektor bisnis (swasta)

pertanggungjawaban
Sektor publik Sektor bisnis (swasta)
Pertanggungjawaban merupakan upaya Pertanggujawaban merupakan upaya
konkret dalam mewujudkan konkret dalam mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi di akuntabilitas dan transparansi di
lingkungan organisasi sektor publik. lingkungan organisasi bisnis (swasta)
Pertanggungjawaban dilakukan kepada
Pertanggungjawaban dilakukan kepada
stakeholders dan pemegang saham
Masyarakat, Konstituen, Dan Dewan
oleh pengelola organisasi bisnis
Pengampu Di LSM Atau Yayasan
(swasta)

32
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Akuntansi sektor publik di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan
akuntansi bisnis (swasta). Di sisi lain, karakteristik sektor publik sangat berbeda
dengan sektor swasta, sehingga akuntansi yang diterapkan pada kedua sektor
tersebut juga berbeda dan mempunyai keunikan sendiri. Perbedaan karakter dan
mekanisme pengelolaan di masing-masing organisasi harus diperdalam lagi agar
kinerja masing-masing sektor menjadi maksimal dalam mencapai tujuannya.
Maksimalisasi kinerja organisasi sektor publik inilah yang menjadi tujuan dari
komparasi akuntansi sektor publik inilah yang menjadi tujuan dari komparasi
akuntansi sektor publik dan organisasi bisnis (swasta).
1.2 Saran
Sebaiknya, akuntansi sektor publik dan akuntansi bisnis (swasta) yang ada
di Indonesia berjalan sesuai dengan tujuan masing-masing. Meskipun akuntansi
sektor publik tertinggal jika dibanding dengan akuntansi sektor bisnis (swasta),
tapi kedua sektor ini mempunyai persamaan dan perbedaan sehingga dengan
adanya persamaan tersebut, kedua sektor dapat saling bekerja sama dan
masyarakat dapat memanfaatkan sektor ini untuk memenuhi kebutuhan hidup.

33

Anda mungkin juga menyukai