Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia sering membutuhkan sesuatu yang bisa jadi belum tersedia di
pasar sehingga untuk memperolehnya harus dilakukan proses indent atau
memesan terlebih dahulu. Jual beli seperti ini kita kenal dengann istishna’.
Akad istishna’ pada dasarnya merupakan suatu jenis khusus dari jual beli
dengan akad salam. Dean edmikian, jeketentuan syariah yang berlaku untuk
akad salam juga berlaku untuk akad istisna’.
Akad salam sering kali digunakan untuk produk pertanian sedangkan akad
istishna’ digunakan untuk produk manufaktur seperti konstruksi/pembangunan
rumah, gedung, mesin pengolah bio diesel, dan lain sebagainya. Dalam akad
salam, keseluruhan pembayaran harus dilakukan di awal akad, sedangkan
dalam akad istishna’ pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian dan karakteristik akad istishna’?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis istishna’?
1.2.3 Bagaimana rukun dan ketentuan syariah istishna’?
1.2.4 Bagaimana pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi
istishna’?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Mengetahui pengertian dan karakteristik akad istishna’.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis istishna’.
1.3.3 Mengetahui rukun dan ketentuan syariah istishna’.
1.3.4 Mengetahui pencatatan, penyajian, dan pengungkapan transaksi
istishna’.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Karakteristik Akad Istishna’


Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’)-(fatwa DSN
MUI). Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi
yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak
lain (istishna’ paralel).
Dalam PSAK 104 par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi
kriteria :
1. Memerlukan proses pembuatan setelah akad disepakati;
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized), bukan produk masal;
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis,
spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.

Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan


subkontraktor untuk membantunya dalam memenuhi kewajiban akad istishna’
pertama (antara penjual dan pemesan). Pihak yang bertanggungjawab pada
pemesanan tetap terletak pada penjual tidak dapat dialihkan pada
subkontraktor karena akad terjadi antara penjual dan pemesan bukan pemesan
dengan subkontraktor. Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil
kerja subkontraktor.

Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas

 Jumlah yang telah dibayarkan;


 Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu
(PSAK 104 par.13)

Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas. Bila produk yang
dipesan adalah rumah maka, luas bangunan, model rumah dan spesifikasi

2
lainnya harus jelas. Misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai
keramik merk roman ukuran 40 x 40, toiletries merek TOTO dan lain
sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengketaan dapat
dihindari.

Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah


pembayaran 100% dibayarkan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan
sampai waktu tertentu. Begitu harga disepakati, maka selama masa akad harga
tidak dapat berubah walaupun biaya produksi meningkat, sehingga penjual
harus memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya dimungkinkan apabila
spesifikasi atas barang yang dipesan berubah.

Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat
dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:

1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau


2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad(PSAK 104 par. 12)

Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.

Perbedaan Salam Dengan Istishna’

Subjek Salam Istishna’ Aturan dan keterangan


Pokok kontrak Muslam fiih Mashnu’ Barang ditangguhkan,
dengan spesifikasi
Harga Dibayar saat Boleh saat kontrak, Cara penyelesaian
kontrak boleh diangsur, pembayaran merupakan
boleh kemudian hari perbedaan utama antara
salam dan istishna’
Sifat kontrak Mengikat Mengikat secara Salam mengikat semua pihak
secara asli ikutan (thaba’i) sejak semula, sementara
(thabi’i) isishna’ dianggap mengikat

3
berdasarkan pandangan para
ahli fiqih demi kemaslahatan,
serta tidak bertentangan
dengan aturan syariah.
Kontrak paralel Salam paralel Istishna’ Paralel Baik salam maupun istishna’
paralel sah asalkan kedua
kontrak secara hukum adalah
terpisah

2.2 Jenis-Jenis Istishna

Jenis-jenis akad istishna’ ada 2, antara lain:

1. Istishna` adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani`).
2. Istishna` paralel adalah suatu bentuk akad istishna` antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual
melakukan akad istishna` dengan pihak lain (subkontraktor) yand dapat
memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’ pertama
(antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna’ kedua
(antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan
penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.

2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah Istishna’


Sumber Hukum Akad Istishna’:
Amir bin‘Auf berkata:

4
“perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi)
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri
maupun orang lain.” (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan terus-menerus
tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sah sesuai
dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan
dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan
atau kemanfaatan bagi umum, serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan.
Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikkan secara umum atau
tidak.

Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’:

Rukun istishna’ ada 3, yaitu:

1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual


(pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang
berbentuk harga
3. Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan syariah akad istishna’ yaitu:

1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh


2. Objek akad:
a. Ketentuan tentang pembayaran, adalah sebagai berikut.
1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat, demikian juga dengan cara
pembayarannya.
2) Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan
tetapi, apabila setelah akad ditendatangani pembeli mengubah

5
spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan
ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang adalah sebagai berikut.
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.
2) Barang pesanan diserahkan kemudian.
3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak
dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai
kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.

Berkahirnya Akad Istishna’:


Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut.
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak.

6
3. Pembatalan hokum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang
masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau
penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.

2.4 Pencatatan, Penyajian, dan Pengungkapan Transaksi Istishna’


Akuntansi Untuk Penjual (PSAK 104)
Pengakuan untuk setiap aset tergantung dari akadnya. Jika proposal
negosiasi, dan biaya serta pendapatan aset dapat diidentifikasi secara terpisah
maka, dianggap akad terpisah jika tidak , maka akan dianggap akad. Jika ada
pesanan tambahan dan nilainya digantikan atau dinegosiasikan terpisah , maka
dianggap akad terpisah.
1. Beban pra-akad diakui sebagai beban tangguhan dan perhitungkan sebagai
biaya itishna " jika akad disepakati. Jika akad tidak disepakati maka, biaya
tersebut dibebankan pada periode berjalan.
Contoh Beban pra-Akad
Penjualan mengeluarkan biaya sebesar Rp 250 secara tunai untuk
melakukan survei. Saat dikeluarkan biaya per-Akad, jurnal yang dicatat
adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


250
Biaya Pra Akad
Ditangguhkan

Kas 250

Jika akad disepakati , jurnalnya adalah :

Tanggal Keterangan PR Kredit

7
250
Beban Istishna

Biaya Pra-akad
250
Ditangguhkan

Jika akad tidak disepakati , jurnalnya adalah :

Tanggal Keterangan PR Kredit


250
Beban Operasional

Biaya Pra-Akad
250
Ditangguhkan

2. Biaya perolehan istishna, terdiri atas:


a. Biaya langsung yaitu, bahan baku dan tenaga kerja langsunh untuk
membuat barang pesanan, atau tagihan produsen/kontraktor pada entitas
untuk istisha' pararel;
b. Biaya tidak langsung yaitu, biaya overhead termasuk biaya akad dan
pra-akad;
c. Khusus untuk istishna' pararel : seluruh biaya akibat produsen
/kontraktor tidak dapat memenuhi kewajiban jika ada.

Biaya perolehan /pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yang


diterima dan produsen/kontraktor akan diakui sebagai aset Istishna' dalam
penyelesaian, sesuai dengan yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi pelaksanaan pembangunan tersebut.

Contoh Biaya perolehan Istishna

8
Suatu akad baru disepakati, dimana biaya perolehan (produksi) diperkirakan
sebesar Rp 1.000 , margin keuntungan Rp200, dan nilai tunai saat penyerahan
Rp 1.200 . Saat pengeluaran biaya akan dilakukan pencatatan sebagai berikut.
(sesuai dengan realisasi)

Tanggal Keterangan PR Kredit

Aset Istishna'dalam 1.000


Penyelesaia

Persediaan,Kas,Utang,

dan Lain-lain 1.000

3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan 2 (dua) metode berikut.


a. Metode akad selesai adalah sistem pengakuan pendapatan yang
dilakukan ketika proses penyelesaian pekerjaan telah dilakukan
b. Metode persentase penyelesaian, adalah sistem pengakuan pendapatan
yang dilakukan seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad
istishna

Dari kedua metode ini PSAK 104 menyarankan penggunaan metode


persentase penyelesaian, kecuali jika estimasi persentase penyelesaian akad
dan biaya penyelesaiannya tidak dapat ditentukan secara rasional maka,
digunakan metode akad selesai.

4. Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok,
dan keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan, Pendapatan diakui pada
periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
Contoh Pengakuan Pendapatan Istishna' Akad Selesai
Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, jurnal yang dibuat untuk pengakuan
pendapatan dan beban saat proses pembangunan selesai adalah

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit

9
Aset Istishna’ dalam penyelesaian 200
Beban Istishna’ 1.000
Pendapatan Istishna’ 1.200

5. Dalam metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan diukur


sebesar bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah
diselesaikan. Pendapatan diakui sebagai Pendapatan Istishna' pada periode
yang bersangkutan
a. Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan
(biasanya menggunakan estimasi). Estimasi dilakukan antara lain
dengan menggunakan dasar persentase pengeluaran biaya yaitu,
membandingkannya dengan total biaya Selanjutnya, persentase tersebut
dikalikan dengan nilai akad.
b. Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan
pendapatan
Biaya yang telah dikeluarkan
Persentase Penyelesaian=
Total Biaya

Pengakuan Pendapatan = Persentase Penyelesaian x Nilai Akad


Pengakuan Margin = Persentase Penyelesaian x Nilai Margin
Nilai margin = Nilai Akad- Total Biaya
Untuk pengakuan pendapatan di tahun-tahun berikutnya, jika proses
pembangunannya lebih dari satu tahun:
Pendapatan Tahun = Berjalan Pendapatan Diakui Sampai dengan Saat
Ini dikurangi dengan Pendapatan yang Telah Diakui.

Contoh Perhitungan Margin Persentase Penyelesaian

(Menggunakan kasus yang sama dengan metode akad selesai) Diasumsikan bahwa
selama progres penyelesaian jumlah biaya yang dikeluarkan pada periode pertama
adalah Rp400, dan periode kedua Rp600, sehingga total pengeluaran sesuai
dengan yang direncanakan.

10
Perhitungan persentase penyelesaian periode pertama :

400
Persentase penyelesaian = = 40%
100

Pengakuan pendapatan = 40% × Rp 1.200 = Rp 480

Pengakuan margin = 40% × (Rp 1.200 – Rp 1.000) = Rp 80

Perhitungan persentase penyelesaian periode kedua :

1.000
Persentase penyelesaian = = 100%
1.000

Pada periode pertama telah diakui persentase penyelesaian sebanyak 40%


sehingga, yang diselesaikan pada periode kedua adalah 60%

Pengakuan pendapatan = 100% × Rp 1.200 = Rp 1.200

Pada periode pertama telah diakui pendapatan sebesar Rp 480 sehingga,


pendapatan yang diakui pada periode kedua adalah 60% × Rp 1.200 = Rp
720

Pengakuan margin = 60% × Rp200 = Rp 120

6. Dalam metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan


istishna’ yang diakui selama periode pelaoran ditambahkan pada aset
istishna’ dalam penyelesaian.
Contoh pengakuan pendapatan istishna’ Metode Persentase Penyelesaian -
tahun 1
Junal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan pada peridoe
pertama :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset istishna’ dalam

11
penyelesaian (sebesar 80
marjin keuntungan)
Beban istishna’
(sebesar biaya yang
telah dikeluarkan) 400

Pendapatan
istishna’ (sebesar
pendapatan yang 480
harus diakui pada
periode berjalan)

7. Untuk metode persentase penyelesaian, harga pokok istishna’ diakui


sebesar biaya istishna’ yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
Contoh pengakuan pendapatan istishna’ Metode Persentase Penyelesaian –
tahun 2
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan pada periode
kedua adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset istishna’
dalam penyelesaian 120
(sebesar margin
keuntungan)
Beban istishna’ 600
(sebesar biaya
yang telah
dikeluarkan)

Pendapatan 720
istishna’ (sebesar
pendapatan yang

12
harus diakui di
periode berjalan )

8. Jika besar kemungkinan bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi
pendapatan istishna’ maka, taksiran kerugiannya harus segera diakui.
Contoh Pengakuan kerugian:
Jika ternyata pada periode pertama diketahui bahwa biaya produksi menjadi
Rp.1.250, lebih tinggi dari pendapatan atau nilai kontrak maka, dibuat jurnal
pengakuan kerugiannya adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Beban istishna’ 1.250

Aset istishna dalam


penyelesaian (kerugian)
50

Pendapatan istishna’
1.200

9. Pada saat penagihan, baik metode persentase penyelesaian maupun akad selesai,
akan menggunakan akun Termin Istishna. Akun tersebut akan disajikan sebagai
akun pengurang dari akun aset istishna’ dalam penyelesaian.
Contoh Penerimaan tagihan:
Dilakukan penaguhan sebesar penyelesaian pada periode pertama (40% x
Rp.1.200 = Rp.480). Jurnal yang dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Piutang istisbha (sebesar nilai tunai) 480

Termin istishna’

13
480

10. Pada saat penerimaan tagihan


Contoh Penerimaan tagihan:
Setelah ditagih, kemudian pembeli membayar Rp.450, jurnal yang dibuat adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Kas(sebesar uang yang diterima) 480

Piutang istishna’ 480

11. Penyajian, berikut ini poin-poin yang disajikan penjual dalam laporan keuangan.
a. Piutang istishna, berasal dari transaksi istishna’ sebesar yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’, berasal dari transaksi istishna’sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli akhir.
Pada akhir periode pertama, maka akan disajikan :
Laporan posisi keuangan 20X0:
Piutang istishna Rp. 30
Aset istishna dalam penyelesaian Rp. 480
Termin istishna’ (Rp.480)
Nilai aset istisha’ dalam penyelesaian(net) Rp. 30

Laporan Laba Rugi Komprehensif 20X0:


Pendapatan Istishna Rp.480
Beban Istishna. (Rp.400)
Keuntungan Istishna Rp 80
12. Pengungkapan

14
Penjual mengungkapkan transaksi istisna' berikut ini dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas pada:
a. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan
kontrak istishna'
b. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrai yang sedang berjalan;
c. rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan
kualitas piutang
d. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian
Laporg Keuangan Syariah.

Jika akad istishna' dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka


pengakuan pendapatan dibagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut.

1) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung dari


selisih antara nilai tunai pada saat penyerahan dengan biaya yang
dikeluarkan dan diakui sesuai persentase penyelesaian .
2) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui
selama periode pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah
pembayaran. Walaupun terdapat 2 (dua) bagian tesebut, hanya ada
satu harga yang ditetapkan dalam akad (nilai akad).

Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna' tangguhan


dengan istishna'yang dibayar tunai terletak pada dua jurnal yang terdiri atas
jurnal untuk pengakuan pendapatan dan jurnal untuk pengakuan margin
keuntungan yang disebabkan pembayaran tangguh.

Contoh Akad Istishna' dengan Pembayaran tangguh

Dilakukan akad dengan informasi sebagai berikut: nilai akad dengan


pembayaran tangguh Rp1.500, biaya perolehan (produksi) Rp1.000, margin
keuntungan Rp200, nilai tunai saat penyerahan Rp l.200, dan selisih nilai akad
dan nilai tunai Rp300

15
1. Jurnal yang dibuat saat pengeluaran biaya adalah
Aset istishna'dalam penyelesaian Rp. 1000
Persediaan/kas Rp 1000
2. Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah
Aset istishna dalam penyelesaian (margin keuntungan) Rp.200
Beban istishna'(sebesar biaya yang dikeluarkan) Rp.1000
Pendapatan istishna'(asumsi menggunakan akad selesai) Rp.1.200
3. Jurnal yang dibuat saat penagihan adalah:
Piutang Istishna Rp.1.200
Termin Istishna Rp.1.200
4. Jurnal penyerahan aset istishna adalah:
Termin Istishna Rp.1.200
Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.1.200
5. Jurnal pengakuan pendapatan dan penjualan tangguh (selisih antara nilai
akad dan nilai tunai):
Piutang Istishna (Selisih nilai tunai dan akad) Rp.300
Pendapatan Istishna tangguh Rp.300
Apabila pembayaran dilakukan sebesar Rp.500 selama 3 (tiga) periode
maka, jurnal yang dibuat pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan
atas selisih antara nilai tunai dan nilai akad adalah:
Pendapatan Istishna tangguh Rp.100
Pendapatan Istishna Rp.100
Kas Rp.500
Piutang Istishna (kas yg d terima) Rp.500

Untuk membedakan apakah suatu akad istishna' dikelompokkan sebagai


akad tunai atau akad tangguh adalah dilihat dari apakah ada perbedan waktu
antara pelunasan pembubaran dan penyerahan aset. Apabila aset sudah
diserahkan namun pembayaran belum lunas maka diatakan penjualan tangguh.
Apabila akadnya adalah penjualan tangguh, dan pembeli melakukan pelunasan
sebelum tanggal jatuh tempo, kemudian penjual memberikan potongan maka
potongan tersebut menjadi pengurang pendapatan istishna'.

16
Contoh Pemberian potongan:

Pembeli melakukan kewajiban pembayaran istishna' lebih awal dan penjual


memberikan potongan sebesar Rp75. Jurnal yang dibuat adalah:

Tangga Keterangan PR Debit Kredit


l
Pendapatan Istishna Tangguh 75
Piutang Istishna 75
Kas 425
Pendapatan Istishna Tangguh 25
Piutang Istishna 425
Pendapatan istishna 25

Jika potongan diberikan setelah pelunasan

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit

Kas 500
Pendapatan Istishna’ Tangguh 100
Piutang Istishna’ 500
Pendapatan Istishna’ 100
Saat pemberian potongan kepada pembeli
Pendapatan Istishna’ 75

Kas 75

Penyajian pada laporan laba rugi terkait potongan pelunasan :

Pendapatan Istishna’ Rp25

Akuntansi untuk Pembeli:

1. Untuk pembayaran tunai atas pesanan istishna’.

17
a. Pembeli mengakui aset istisnha’ dalam penyelesaian sebesar jumlah
termin yang ditagih oleh penjual, sekaligus mengakui utang istisnha
kepada penjual.
Contoh Pembayaran Tagihan:
Pembeli ditagih sebesar Rp480.

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset istishna’ dalam penyelesaian 480

Utang kepada Penjual 480

b. Pada saat aset istisnha’ selesai dibangun maka, pembeli akan


melakukan pembayaran terakhir dan melaksanakan serah terima atas
aset istisnha’.
Contoh Pembayaran Terakhir dan Serah Terima Aset Istishna’
Nilai akad adalah Rp.1.200 maka, saat melakukan sisa pembayaran
dan serah terima aset, jurnal yang dibuat adalah:

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset Istisnha’ dalam penyelesaian 720
Utang kepada Penjual 720
Aset tetap 1.200
Aset Istisnha’ dalam Penyelesaian 1.200

2. Pembayaran Istisnha’ secara tangguh


a. Jika aset istisnha’ yang diperoleh melalui transaksi istisnha’ dengan
pembayaran tangguh lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya
perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati dalam akad
istisnha’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban
istisnha’ tangguh.
Contoh Akad Istisnha’ dengan Pembayaran Tangguh:

18
Diketahui bahwa biaya perolehan (produksi) Rp.1.000, margin
keuntungan Rp200, nilai tunai saat penyerahan Rp1.200, nilai akad
karena pembayaran tangguh Rp1.500, serta selisih nilai akad dan tunai
Rp.300. Pembayaran sebesar Rp.500 per periode dilakukan selama 3
periode. Jurnal yang dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset (sebesar nilai tunai) 1.200
Beban Istishna’ Tangguh (selisih
nilai tunai dengan harga beli) 300
Utang kepada Penjual 1.500

a. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai


dengan porsi pelunasan utang istishna’ pada saat pembayaran
utang.
Contoh Pembayaran Angsuran

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Utang kepada Penjual 500
Kas 500
Amortisasi atas beban istishna’
tangguh : Beban Istishna’ 100
Beban Istishna’ Tangguh 100

3. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai


dengan spesifikasi dan belum memperoleh kembali seluruh jumlah uang
yang telah dibayarkan kepada penjual, maka jumlah belum diperoleh
kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual, dan jika
diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Contoh Penolakan Aset:

19
Setelah periode pertama senilai Rp. 480 dilaksanakan, ternyata ditolak
oleh pembeli, maka jurnal yang dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Piutang Jatuh Tempo kepada
Penjual 480
Aset Istishna’ dalam
Penyelesaian 480

4. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan


spesifikasi, maka barang pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan biaya perolehan. Selisih yang terjadi diakui
sebagai kerugian pada periode berjalan.
Contoh Penerimaan Aset yang Tidak sesuai Akad:
Nilai akad sebesar Rp. 1.200 dan nilai wajar aset Istishna’ diasumsikan
hanya Rp. 1.050

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Aset Tetap(nilai wajar) 1.050
Kerugian 150
Aset Istishna’ dalam
Penyelesaian (sebesar biaya
perolehan) 1.200

5. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal-hal sebagai


berikut.
a. Utang istishna’ sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang
belum dilunasi
b. Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar :
i. Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada
pembeli akhir, jika istishna’ paralel; atau
ii. Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna’ biasa.

20
Contoh Penyajian:

Jika akad istishna’ memiliki nilai kontrak sebesar Rp. 1.200, biaya
perolehan sebesar Rp.1.000, dan tingkat penyelesaian 40%, maka
penyajian pada laporan posisi keuangan adalah :

Aset :
Aset Istishna’dalam Penyelesaian Rp. 480

Liabilitas
Utang Istishna’ Rp. 480

6. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna’ dalam laporan


keuangan, tetapi tidak terbatas, pada :
a. rincian utang istishna’ berdasarkan jumlah dan jangka waktu;
b. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

Akuntansi Terkait dengan Garansi

Sebagai jaminan atas kualitas pesanan, maka penjual akan memuat bank
garansi dalam persentase tertentu atas nilai proyek. Misalnya, terjadi kelalaian
atau kesalahan oleh penjual sehingga barang yang deserahterimakan
mengalami kerusakan atau kesalahan spesifikasi pesanan dan mengakibatkan
kerugian bagi pembeli.

Contoh:

Barang yang diserahkan kualitasnya tidak sesuai dan mengakibatkan pembeli


rugi sebesar Rp. 70. Jurnal yang dibuat adalah :

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


Penjual :
Beban Garansi 70
Kas 70
Pembeli

21
Kas 70
Pendapatan Lain-lain 70

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembeli/shani’). Istishna’ dapat berbentuk istishna’ dan istishna’ parallel.
Walaupun istishna’ adalah akad jual beli, akad ini memiliki perbedaan

22
dengan salam maupun murabahah. Dimana dalam akad istishna barang
yang dijual belum tersedia sehingga perlu dibuat terlebih dahulu sementara
pembayarannya dapat dilakukan secara tunai tangguh. Untuk pengakuan
pendapatan istishna’ dapat dilakukan melalui metode akad selesai dan
metode persentase penyelesaian.

3.2 Saran
Sebelum membuat kesepakatan dengan menggunakan akad istishna’,
alangkah baiknya jika kita dapat terlebih dahul mengerti dan memahami
keseluruhan dari akad ini.

23

Anda mungkin juga menyukai