PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas. Bila produk yang
dipesan adalah rumah maka, luas bangunan, model rumah dan spesifikasi
2
lainnya harus jelas. Misalnya menggunakan bata merah, kayu jati, lantai
keramik merk roman ukuran 40 x 40, toiletries merek TOTO dan lain
sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengketaan dapat
dihindari.
Begitu akad disepakati maka akan mengikat para pihak yang bersepakat
dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua
belah pihak bersepakat untuk menghentikan akad.
3
berdasarkan pandangan para
ahli fiqih demi kemaslahatan,
serta tidak bertentangan
dengan aturan syariah.
Kontrak paralel Salam paralel Istishna’ Paralel Baik salam maupun istishna’
paralel sah asalkan kedua
kontrak secara hukum adalah
terpisah
1. Istishna` adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustashni) dan penjual (pembuat, shani`).
2. Istishna` paralel adalah suatu bentuk akad istishna` antara penjual dan
pemesan, dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual
melakukan akad istishna` dengan pihak lain (subkontraktor) yand dapat
memenuhi aset yang dipesan pemesan. Syaratnya akad istishna’ pertama
(antara penjual dan pemesan) tidak bergantung pada istishna’ kedua
(antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dengan
penjual dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual
tidak boleh mengakui adanya keuntungan selama konstruksi.
4
“perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian
yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum
muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi)
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri
maupun orang lain.” (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)
Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan terus-menerus
tanpa ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sah sesuai
dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan
dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan
atau kemanfaatan bagi umum, serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan.
Tidak ada persoalan apakah hal tersebut telah dipraktikkan secara umum atau
tidak.
5
spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat perubahan
ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3) Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
4) Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b. Ketentuan tentang barang adalah sebagai berikut.
1) Barang pesanan harus jelas spesifikasinya (jenis, ukuran, mutu)
sehingga tidak ada lagi jahalah dan perselisihan dapat dihindari.
2) Barang pesanan diserahkan kemudian.
3) Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
4) Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
5) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan.
6) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan
kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk
melanjutkan atau membatalkan akad.
7) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak
dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai
kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui
korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi modern.
6
3. Pembatalan hokum kontrak. Hal ini dilakukan jika muncul sebab yang
masuk akal untuk mencegah dilaksanakannya kontrak atau
penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut pembatalannya.
Kas 250
7
250
Beban Istishna
Biaya Pra-akad
250
Ditangguhkan
Biaya Pra-Akad
250
Ditangguhkan
8
Suatu akad baru disepakati, dimana biaya perolehan (produksi) diperkirakan
sebesar Rp 1.000 , margin keuntungan Rp200, dan nilai tunai saat penyerahan
Rp 1.200 . Saat pengeluaran biaya akan dilakukan pencatatan sebagai berikut.
(sesuai dengan realisasi)
Persediaan,Kas,Utang,
4. Dalam metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok,
dan keuntungan sampai pekerjaan telah dilakukan, Pendapatan diakui pada
periode dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
Contoh Pengakuan Pendapatan Istishna' Akad Selesai
Berdasarkan ilustrasi sebelumnya, jurnal yang dibuat untuk pengakuan
pendapatan dan beban saat proses pembangunan selesai adalah
9
Aset Istishna’ dalam penyelesaian 200
Beban Istishna’ 1.000
Pendapatan Istishna’ 1.200
(Menggunakan kasus yang sama dengan metode akad selesai) Diasumsikan bahwa
selama progres penyelesaian jumlah biaya yang dikeluarkan pada periode pertama
adalah Rp400, dan periode kedua Rp600, sehingga total pengeluaran sesuai
dengan yang direncanakan.
10
Perhitungan persentase penyelesaian periode pertama :
400
Persentase penyelesaian = = 40%
100
1.000
Persentase penyelesaian = = 100%
1.000
11
penyelesaian (sebesar 80
marjin keuntungan)
Beban istishna’
(sebesar biaya yang
telah dikeluarkan) 400
Pendapatan
istishna’ (sebesar
pendapatan yang 480
harus diakui pada
periode berjalan)
Pendapatan 720
istishna’ (sebesar
pendapatan yang
12
harus diakui di
periode berjalan )
8. Jika besar kemungkinan bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi
pendapatan istishna’ maka, taksiran kerugiannya harus segera diakui.
Contoh Pengakuan kerugian:
Jika ternyata pada periode pertama diketahui bahwa biaya produksi menjadi
Rp.1.250, lebih tinggi dari pendapatan atau nilai kontrak maka, dibuat jurnal
pengakuan kerugiannya adalah :
Tanggal Keterangan PR Debit Kredit
Beban istishna’ 1.250
Pendapatan istishna’
1.200
9. Pada saat penagihan, baik metode persentase penyelesaian maupun akad selesai,
akan menggunakan akun Termin Istishna. Akun tersebut akan disajikan sebagai
akun pengurang dari akun aset istishna’ dalam penyelesaian.
Contoh Penerimaan tagihan:
Dilakukan penaguhan sebesar penyelesaian pada periode pertama (40% x
Rp.1.200 = Rp.480). Jurnal yang dibuat adalah :
Termin istishna’
13
480
11. Penyajian, berikut ini poin-poin yang disajikan penjual dalam laporan keuangan.
a. Piutang istishna, berasal dari transaksi istishna’ sebesar yang belum dilunasi
oleh pembeli akhir.
b. Termin istishna’, berasal dari transaksi istishna’sebesar jumlah tagihan
termin penjual kepada pembeli akhir.
Pada akhir periode pertama, maka akan disajikan :
Laporan posisi keuangan 20X0:
Piutang istishna Rp. 30
Aset istishna dalam penyelesaian Rp. 480
Termin istishna’ (Rp.480)
Nilai aset istisha’ dalam penyelesaian(net) Rp. 30
14
Penjual mengungkapkan transaksi istisna' berikut ini dalam laporan
keuangan, tetapi tidak terbatas pada:
a. metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan
kontrak istishna'
b. metode yang digunakan dalam penentuan persentase penyelesaian
kontrai yang sedang berjalan;
c. rincian piutang istishna' berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan
kualitas piutang
d. pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101 tentang Penyajian
Laporg Keuangan Syariah.
15
1. Jurnal yang dibuat saat pengeluaran biaya adalah
Aset istishna'dalam penyelesaian Rp. 1000
Persediaan/kas Rp 1000
2. Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuatan barang adalah
Aset istishna dalam penyelesaian (margin keuntungan) Rp.200
Beban istishna'(sebesar biaya yang dikeluarkan) Rp.1000
Pendapatan istishna'(asumsi menggunakan akad selesai) Rp.1.200
3. Jurnal yang dibuat saat penagihan adalah:
Piutang Istishna Rp.1.200
Termin Istishna Rp.1.200
4. Jurnal penyerahan aset istishna adalah:
Termin Istishna Rp.1.200
Aset Istishna dalam penyelesaian Rp.1.200
5. Jurnal pengakuan pendapatan dan penjualan tangguh (selisih antara nilai
akad dan nilai tunai):
Piutang Istishna (Selisih nilai tunai dan akad) Rp.300
Pendapatan Istishna tangguh Rp.300
Apabila pembayaran dilakukan sebesar Rp.500 selama 3 (tiga) periode
maka, jurnal yang dibuat pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan
atas selisih antara nilai tunai dan nilai akad adalah:
Pendapatan Istishna tangguh Rp.100
Pendapatan Istishna Rp.100
Kas Rp.500
Piutang Istishna (kas yg d terima) Rp.500
16
Contoh Pemberian potongan:
Kas 500
Pendapatan Istishna’ Tangguh 100
Piutang Istishna’ 500
Pendapatan Istishna’ 100
Saat pemberian potongan kepada pembeli
Pendapatan Istishna’ 75
Kas 75
17
a. Pembeli mengakui aset istisnha’ dalam penyelesaian sebesar jumlah
termin yang ditagih oleh penjual, sekaligus mengakui utang istisnha
kepada penjual.
Contoh Pembayaran Tagihan:
Pembeli ditagih sebesar Rp480.
18
Diketahui bahwa biaya perolehan (produksi) Rp.1.000, margin
keuntungan Rp200, nilai tunai saat penyerahan Rp1.200, nilai akad
karena pembayaran tangguh Rp1.500, serta selisih nilai akad dan tunai
Rp.300. Pembayaran sebesar Rp.500 per periode dilakukan selama 3
periode. Jurnal yang dibuat adalah :
19
Setelah periode pertama senilai Rp. 480 dilaksanakan, ternyata ditolak
oleh pembeli, maka jurnal yang dibuat adalah :
20
Contoh Penyajian:
Jika akad istishna’ memiliki nilai kontrak sebesar Rp. 1.200, biaya
perolehan sebesar Rp.1.000, dan tingkat penyelesaian 40%, maka
penyajian pada laporan posisi keuangan adalah :
Aset :
Aset Istishna’dalam Penyelesaian Rp. 480
Liabilitas
Utang Istishna’ Rp. 480
Sebagai jaminan atas kualitas pesanan, maka penjual akan memuat bank
garansi dalam persentase tertentu atas nilai proyek. Misalnya, terjadi kelalaian
atau kesalahan oleh penjual sehingga barang yang deserahterimakan
mengalami kerusakan atau kesalahan spesifikasi pesanan dan mengakibatkan
kerugian bagi pembeli.
Contoh:
21
Kas 70
Pendapatan Lain-lain 70
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akad istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual
(pembeli/shani’). Istishna’ dapat berbentuk istishna’ dan istishna’ parallel.
Walaupun istishna’ adalah akad jual beli, akad ini memiliki perbedaan
22
dengan salam maupun murabahah. Dimana dalam akad istishna barang
yang dijual belum tersedia sehingga perlu dibuat terlebih dahulu sementara
pembayarannya dapat dilakukan secara tunai tangguh. Untuk pengakuan
pendapatan istishna’ dapat dilakukan melalui metode akad selesai dan
metode persentase penyelesaian.
3.2 Saran
Sebelum membuat kesepakatan dengan menggunakan akad istishna’,
alangkah baiknya jika kita dapat terlebih dahul mengerti dan memahami
keseluruhan dari akad ini.
23